Anda di halaman 1dari 10

Filsafat Islam pasca Ibnu Rusyd

Dan kontemporer

DOSEN PENGAMPU
Sylvia Yani S.Fil l,MA

Mata kuliah :PSPI


Kelompok 6
YULIARTI : 2114080046
RARATUL IMANA PUTRI : 2114080054
Filsafat islam Pasca Ibnu Rusyd
Istilah Filsafat Pasca Ibnu Rusyd yang dimaksud dengan istilah Filsafat Islam
Pasea - Ibn Rusyd ialah tradisi ke filsafatan yang berkembang di daerah teritorial
Islam di masa setelah wafatnya Ibn Rusyd. Buku-buku teks standar tentang Eilsafat
Islam yang dikarang baik oleh orang Arab maupun orang Barat orientalist sampai
saat ini masih menganggap bahwa tradisi kefilsafatan di Dunia Islam praktis hilang
setelah wafatnya Ibn Rusyd. Inilah yang hendak dibantah dalam buku ini, bahwa
tradisi ke filsafatan dalamDunia Islam tidak benar dikatakan 'mati' dengan
kematian Ibn Rusyd, tetapi hanya berpindah tempat, ke tempat mana tradisi ke
filsafatan dapat kembali tumbuh subur. Pilihan dijatuhkan oleh para filsuf Islam
ketempat-tempat seperti Persia dan Turki.Istilah Filsafat Islam Pasca-IbnRusyd
(Post-Averroes Philosophy) sendiri dipopulerkan oleh seorang ahli Iran bernama
Henry Corbin, untuk membantah pandangan arus - utama bahwa setelah Ibn Rusyd
praktis tradisi Filsafat Islam 'mandeg' dan 'mandul‘.
1. AL-ISRAQIYAH

Kata isyrâq mempunyai banyak arti, antara lain, terbit dan bersinar, berseri-seri, terang
karena disinari dan menerangi. Tegasnya, isyraqi berkaitan dengan kebenderangan atau
cahaya yang umumnya digunakan sebagai lambang kekuatan, kebahagiaan, ketenangan
dan hal lain yang membahagiakan. Lawannya adalah kegelapan yang dijadikan lambing
keburukan, kesusahan, kerendahan dan semua yang membuat manusia menderita.
Illuminiation, dalam bahasa Inggris yang dijadikan padanan kata isyrâq juga berarti ini,
cahaya atau penerangan. Dalam bahasa filsafat, illuminationism berarti sumber
kontemplasi atau perubahan bentuk dari kehidupan emosional kepada pencapaian tindakan
dan harmoni. Bagi kaum isyraqi, apa yang disebut hikmah bukan sekedar teori yang
diyakini melainkan perpindahan ruhani secara praktis dari alam kegelapan yang di
dalamnya pengetahuan dan kebahagiaan merupakan sesuatu yang mustahil, kepada cahaya
yang bersifat akali yang di dalamnya pengetahuan dan kebahagiaan dapat dicapai bersama-
sama. Karena itu,menurut madzhab isyrâqi, sumber pengetahuan adalah penyinaran cahaya
yang itu berupa semacam hads yang menghubungkan dengan substansi cahaya. Lebih jauh,
cahaya adalah simbol utama dari filsafat isyrâqi. Simbol cahaya digunakan untuk
menetapkan satu faktor yang menentukan wujud, bentuk dan materi, hal-hal masuk akal
yang primer dan sekunder, intelek, jiwa, zat individual dan tingkat-tingkat intensitas
pengalaman mistik. Jelasnya, penggunaan simbol cahaya merupakan karakter dari
bangunan filsafat isyrâqi
2. AL-MUTA’ALIYYAH

Mulla Shadra Dalam pendahuluan al-Hikmah al Muta’aliyah dia membahas secara


panjang lebar mengenai hikmah, menurutnya hikmah tidak saja menekan segi
pengetahuan teoritis, tetapi juga pelepasan diri dari hawa nafsu dan penyucian jiwa
dari kotoran- kotoran yang bersifat material.berbagai pandangan mengenai
pemaknaan terhadap istilah falsafah atau hikmah, penemuan
konsep puncaknya melalui sintesis yang dilakukan oleh Mulla Shadra yang
dinamakan dengan Al-Hikamah Al- Mut’aliyah. Ungkapan Al- Hikmah Al-
Muta’aliyah terdiri dari dua istilah yaitu hikmah yang dalam perspektif ini
merupakan kombinasi dari filsafat, iluminasionisme, dan sifisme. Dan al-
muta’aliyah yang berarti tinggi, agung, transenden. Penyebutan Al-Hikmah Al-
Muata’aliyah sebagai aliran filsafat Mulla Shadra diperkenalkan untuk pertama kali
oleh muridnya yang bernama ‘Abdul ar- Razaq Lahiji. Mulla Shadra memang tidak
mengatakan secara ekplesit bahwa Al-Hikmah Al-Muta’aliyah adalah nama dari
aliran filsafatnya, penyebutan istilah tersebut dalam tulisan-tulisannya.
3. MUHAMMAD IQBAL

Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab, wilayah Pakistan sekarang, pada 9


. November 1877 M, dari keluarga yang religius. Ayahnya, Muhammad Nur,
adalah seorang tokoh sufi, sedangkan ibunya, Imam Bibi, juga dikenal
sebagai muslimah yang saleh. Pendidikan formalnya dimulai di Scottish
Mission School di Sialkot, di bawah bimbingan Mir Hasan, seorang guru
yang ahli sastra Arab dan Persia. Kemudian di Goverment College, di
Lahore, sampai gelas BA, tahun 1897, dan meraih gelar Master dalam
bidang filsafat, tahun 1899, di bawah bimbingan Sir Thomas Arnold (1795-
1842 M), seorang orientalis terkenal. Selama pendidikan ini, Iqbal menerima
beasiswa dan dua medali emas karena prestasinya dalam bidang bahasa Arab
& Inggris.
Pemikiran M Iqbal (1877-1938)
Seni biasanya dimaksudkan untuk menunjuk pada semua perbuatan yang
dilakukan atas dasar dan mengacu pada yang indah. Secara umum, ada dua
pemikiran atau aliran berkaitan dengan seni ini. Pertama, fungsional, yaitu
bahwa seni harus mempunyai fungsi dan tujuan-tujuan tertentu yang
umumnya berkaitan dengan moral Aliran ini dipelopori oleh, antara lain,
Plato (428-347 SM), Aristoteles (384-322 SM), Saint Augustine (354-430
M), Bernard Shaw (1856-1950 M), dan Sigmund Freud (1856-1939 M).
Suatu pemikiran yang menyatakan bahwa seni adalah luapan perasaan
sehingga ia tidak mempunyai tujuan dan tidak mengejar tujuan di luar
dirinya, kecuali tujuan dalam dirinya sendiri. Slogannya yang terkenal
adalah seni untuk seni' (l'art pour l'art). Maksudnya, seni bersifat otonom,
mempunyai daerah sendiri dan kelengkapan sendiri, tidak tergantung pada
daerah lain dan tidak dikaitkan atau dinilai oleh yang lain, bahkan oleh nilai
moral sekalipun. Gerakan yang merupakan warisan kaum romantisme ini, di
Prancis dipelopori oleh Flaubert (1821-1880 M) dan Baudelaire (1821-1867
M), di Inggris oleh Oscar Wilde (1854-1900 M), di Rusia oleh Aleksand
Sergeyevich Pushkin (1799-1837 M), dan di Amerika oleh Edgar Allan Poe
(1809-1849 M). Iqbal mempunyai pandangan tersendiri tentang seni dan
keindahan, dengan muatan-muatan vitalitas dan fungsional sehingga
menjadi hidup dan penuh semangat perjuangan
4. Sayyid’Hussein Nasr
Sayid Husein Nasr lahir di Teheran, Iran, 7 April 1933, dari keluarga terpelajar.
Ayahnya, Sayid Waliyullah Nasr, adalah dokter dan pendidik pada dinasti Qajar
(1794-1925 M), kemudian diangkat sebagai pejabat setingkat menteri pada masa
dinasti Reza Syah (1944-1979 M). Pendidikan awalnya dijalani di Taheran ditambah
dari orangtuanya yang menanamkan disiplin keagamaan se ketat, kemudian di Qum
dalam bidang Al-Quran, syair-syair Persia klasik, dan sufisme. Teheran, meski
dikenal sebagai kota tradisional, ia tidak konservatif dalam pemikiran dan
intelektual. Sebaliknya, kajian filsafat tetap berkembang di sana dan menjadi
kebanggaan intelektualisme Iran. Menurut Husein Nast kajian filsafat tetap
berkembang di Iran meski dalam dunia Islam (Suni).
ZAMAN KONTEMPORER (ABAD KE-20 DAN SETERUSNYA)
Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati
kedudukan yang paling tinggi. Menurut Trout (dalam Rizal Mustansyir, dkk., 2001)
fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek ma terinya
mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta. la juga
menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat
dalam dua cara. Pertama, diskusi filosofis mengenai metode fisika, dan dalam
interaksi antara pandangan substansial tentang fisika (misalnya: tentang materi, kuasa,
konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran filsafat tradisi onal yang menjawab
fenomena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu. Dengan demikian, sejak semula
sudah ada hubungan yang erat antara filsafat dan fisika.
Terima kasih
wassalamualaikum

Anda mungkin juga menyukai