Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui, sebelum filsafat Islam lahir telah terdapat berbagai alam
pikiran di timur dan di barat . Diantaranya adalah pikiran Mesir kuno, Babylonia,
Persia, Cina dan Yahudi. Namun dari pikiran-pikiran tersebut yang dominan berhubungan
dengan dunia muslim adalah alam pikiran Yunani walaupun pikiran Persia dan India yang
banyak memberikan sumbangan.(Hasyimsyah Nasution, 1999:9)
Di dalam ajaran agama yang diwahyukan semisal Islam ada dua jalan untuk
memperoleh pengetahuan, pertama Jalan Wahyu dalam artian komunikasi dari Tuhan kepada
manusia,Wahyu adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia untuk
membimbingnya menuju jalan kebenaran. Dan yang kedua adalah akal , yang digunakan
Tuhan kepada manusia dengan memakai kesan-kesan yang diperoleh panca indra sebagai
bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan .(Harun Nasution, 1986:1)
Sedangkan akal sendiri adalah kemampuan berfikir sekaligus sebagai anugrah dari
Allah kepada manusia, dimna dengan akal tersebut kita mampu dan bisa untuk membedakan
antara yang baik dan yang buruk. Selain itu, akal juga meruoakan pertanda atau bukti
kesempurnaan manusia dibandingkan dibandingkan dengan mahluk lain. Kemampuan lebih
yang dimiliki manusia itu adalah kemampuan akalnya, ia sering disebut dengan istilah animal
rationale,al-hayawan an-natiq. Melalui kegiatan akalnya, manusia berusaha memahami
dirinya dan alam sekitar nya. (Musa Ary',1992:1)
Terkadang antara akal dan Wahyu sering kita dengar adanya pertentangan, namun
kata Harun Nasution yang dipertentangkan dalam sejarah islam sebenarnyabukanlah akal
dengan wahyu, baik olehbkaum Mu’tazilah maupun kaum filsuf islam. Akan tetapi yang
dipertentangkan hanyalah penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan penafsiran lain dari
teks wahyu juga. Jadi, pertentangan yang sebenarnya dalam islam adalah pendapat akal
ulama tertentu dengan pendapat ulama lain , Sederhananya kita bisa mengatakan bahwa yang
bertentangan adalah hasil dari ijtihad satu ulama dengan ijtihad ulama yang lain. (Dedi
Supriyadi, 2009:42)
Islam merupakan agama yang rasional, agama yang sejalan dengan akal, bahkan
agama yang didasari atas akal. Akal membuat manusia mempunyai kebudayaan dan
peradaban yang tinggi, akal manusialah yang mewujudkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(Harun Nasution, 1996:139)
Penggunaan akal di kalangan umat Islam sendiri menimbulkan kecemasan, karena
pemikiran akal menghasilkan pendapat-pendapat yang bertentangan dengan teks Wahyu.
Sedangkan umat Islam masih terikat dengan teks Wahyu yaitu Alquran . Persoalan ini terjadi
ketika filsafat Yunani masuk ke dalam peradaban Islam pada abad ke-2 dan ke-3 lewat
dialog-dialog atau debat agama antara ulama muslim dengan non muslim dan melalui

1
penerjemahan besar-besaran buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat ke dalam bahasa Arab
dengan dorongan dan bantuan khalifah-khalifah Bani Abbas pada abad ke-2 dan ke-3 H.
(Ahmad Dahlan, 2003:6)
Persamaan dengan aktivitas penerjemahan yang ada, peradaban barat memasuki dunia
islam itulah permasalahan akal dan Wahyu muncul. Terjadi jurang pemisah antara Islam dan
filsafat Aristoteles dalam berbagai persoalan, seperti Sifat Tuhan dan ciri-ciri khasnya baharu
atau kodimnya alam, hubungan Tuhan dengan alam, Keabadian jiwa, ataupun balasan
badaniyah atau rohaniah yang akan diterima di akhirat nanti perdebatan seputar Bagaimana
hubungan akal dengan Wahyu sangat terasa dalam perdebatan-perdebatan Bahkan dalam
pemikiran teologis awal dalam sejarah Islam, perdebatan seputar isu keadilan Tuhan dan
keesaan Tuhan ditentukan oleh Bagaimana kedudukan akal dalam menafsirkan Wahyu serta
Bagaimana kedudukan akal dalam menentukan isi pengetahuan.(Majid Fakhry, 2002:72)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ISLAM

Filsafat Islam merupakan gabungan dari dua kata, yaitu filsafat dan Islam. Jadi
filsafat Islam,Islamic philosophy, pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak
islami.Islam menempati posisi sebagai sifat, corak, dan karakter dari filsafat.Filsafat
Islam bukan filsafat tentang Islam, bukan thephilosophyofIslam. Filsafat Islam
artinya berpikir dengan bebas dan radikal namun tetap berada pada makna, yang
mempunyai sifat, corak, serta karakter yang menyelamatkan dan memberi kedamaian
hati.(Zuprulkhan, 2014:5)

Dalam sejarah, pertemuan Islam (kaum muslimin) dengan filsafat, terjadi pada
abad-abad ke-8 masehi atau abad ke-2 Hijriah, pada saat Islam berhasil
mengembangkan sayapnya dan menjangkau daerah-daerah baru. Dalam abad
pertengahan, filsafat dikuasai oleh umat Islam. Buku-buku filsafat Yunani, diseleksi
dan disalur seperlunya, sertadi terjemahkan kedalam bahasa Arab. Minat dan gairah
mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan waktu itu begitu tinggi karena
pemerintahlah yang menjadi pelopor serta pioner utamanya. Dua imperium besar
pada masa itu, yakni Abbasiyah dengan ibu kotanya Bagdad (diTimur), dan
Umayyah dengan ibu kotanya Kordova (Barat) menjadi pusat peradaban dunia yang
menghasilkan banyak orang bergelut dalam dunia kefilsafatan. Untuk mengetahui
sejarah perkembangan filsafat Islam, maka kehadiran para filosof muslim dalam
dunia kefilsafatan dari masa kemasa harus di telusuri. (Harun Nasution, 1973:15)
Dalam sejarah perkembangan filsafat Islam, filosof pertama yang lahir dalam
dunia Islamadalah al-Kindi (796-873 M). Al-Kindi adalah filsuf pertama yang muncul
di dunia islam. Dalam buku Historyof Muslimin Philosophy, Al-Kindi disebut sebagai
“Ahli Filsafat Islam” ia adalah keturunan bangsawan Arab dari suku Kindah, suku
bangsa yang dimasa sebelum Islam bermukim di Arab Selatan. (Hakim,2008:441)

3
Selain filsuf, Al-Kindi juga dikenal sebagai ahli ilmu pengetahuan. Menurutnya,
pengetahuan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Pengetahuan ilahi (devinescience) sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran,
yaitu pengetahuan langsung yang diperoleh nabi dari tuhan.
b. Pengetahuan manusiawi (hukum science) atau filsafat. Dasar pemikiran ini ialah
pemikiran(ratio-reason) (Nasution, 1985:10)
Filsuf selanjutnya adalah Al-Faribi. Nama lengkap Al-Faribi adalah abu
Muhammad Ibnu Muhammad Tarkhan Ibnu Auzalagh.Ia lahir di WasijTyrkistan
pada 257 H (870 M) Ayahnya seorang jendral Kebangsaan Persia dan ibunya
kebangsaan Turki. Sebutan nama Al-Faribi di ambil dari nama kota farab tempat ia
dilahirkan. (Nasution Hasyimsyah, 2002:32)
Al-Faribi dikenal sebagai filsuf islam terbesar, memiliki keahlian dalam bidang
keilmuan dan mengupasnya secara sempurna. Pandangannya mengenai filsafat
dibuktikan dengan usahanya untuk mengakhiri kontradiksi antara pemikiran Plato
dan Aristoteles lewat risalahnya Al-Jam’u Baina Ra’yay Al-Hakimain Alfathunwa
Aristhu .(AminHoesin, 1964:88)
Filosof setelah al-Farabi adalah Ibnu Sina (980-1037M) Nama Ibnu Sina
terkenal akibat dua karangan beliau yakni al-QanunFiyal-Tibbyang merupakan
sebuah Ensiklopedia tentang ilmu kedokteran yang telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin pada abad ke-12 M, dan menjadi buku pegangan di universitas-
universitas Eropa, dan al-Syifaal-Qanun yang merupakan Einsiklopediatentang
filsafat Aristoteles dan ilmu pengetahuan. Di dunia Barat, beliau dikenal dengan
Avicenna (Spanyol Aven Sina) dan popularitasnya didunia Barat sebagai dokter dan
sebagai filosof, sehingga ia diberigelar dengan “the Prince ofthePhysicians”. Di
dunia Islam sendiri, ia diberi gelar al-Syaikhal-Ra’isatau pemimpin utama dari
filosof-filosof .(Sirajuddin Zar, 2004:221)
Filosof selanjutnya adalah Ibnu Miskawaih. Beliau tidak hanya dikenal
sebagai seorang pemikir, tetapi juga seorang penulis, Jumlah karyatulisnya sebanyak
17 buah judul yang kebanyakan berbicara tentang jiwa dan ahklak. Menurutnya,
akhlak adalah sikap mental atau jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan tanpa
pemikiran yang dibawa sejak lahir. Kemudian ia berpendapat bahwa jiwa tidak
berbentuk jasmani dan mempunyai bentuk tersendiri. Jiwa memiliki tiga daya yang
pembagiannya sama dengan pembagian al-Kindi. Kesempurnaan yang dicari oleh

4
manusia ialah kebajikan dalam bentuk ilmu pengetahuan dan tidak tunduk pada
hawa nafsu serta keberanian dan keadilan.(Supriyadi, 2013:56)
Ibnu Maskawaih mendalami begitu banyak bidang, mulai sejarah, psikologi,
hingga kimia. Dalam gabungan filsafat dan agama.Maskawaih cenderung dianggap
biasa saja. Namun dalam kajian etika, Maskawaih justru mampu menorehkan
pemikiran yang luar biasa. Di bidang inilah Maskawaih dikenal dengan pandangan-
pandangan etis yang mampu menjadi rujukan masalah moralitas dalam kurun yang
panjang.Tidaksedikitsejarawan yang mencatat nama Maskawaih sebagai filsuf
moralis dalam arti yangsangat luas. Bagian terpenting pemikiran filsafat etika
Maskawaih dapat ditelusiri dalam tiga karyanya, yakni Tertibual-sa’adah,
Tahzibal-Akhlak dan JawidanKhairad . (Basri, 2009:121)
Filosof berikutnya adalah al-Ghazali. Selain filosof, al-Gazali juga termasuk
sufi. Setelah mempelajari beberapa filsafat, baik filsafat Yunani maupun filsafat
Islam, Al Ghazali menemukan kelemahan argumen-argumen mereka, bahkan
banyak yang bertentangan dengan ajaran islam dalam beberapa persoalan,
diantaranya menyerang dalil Aristoteles tentang azalinya alam. Ia menentang
pendapat para filsuf yang mengatakan bahwa Tuhan tidak mengetahui perincian
pada alam dan hanya mengetahui soal-soal yang benar saja. Selain itu, ia juga
menentang argumen para filsuf yang mengatakan kepastian hukum sebab akibat
semata-mata, mustahil adanya penyelewengan dari hukum itu. (Yunasril, 1991:68)

Perkembangan filsafat Islam, hidup dan memainkan peran signifikan dalam


kehidupan intelektual dunia Islam. Jamal al-Dīnal-Afgani, seorang murid Mazhab
Mulla Shadra saat di Persia, menghidupkan kembali kajian filsafat Islam di Mesir.
Di Mesir, sebagian tokoh agama dan intelektual terkemuka seperti Abd. al-Halim
Mahmud, Syaikhal-Azharal-marhum,menjadi pengikutnya. Filsafat Islam di Persia,
juga terus berkembang dan memainkan peran yang sangat penting meskipun
terdapat pertentangan dari kelompok ulama Syi‟ah.Tetapi patut dicatat bahwa
Ayatullah Khoemeni, juga mempelajari dan mengajarkan al-hikmah (filsafat Islam)
selama berpuluh puluh tahun di Qum, sebelum memasuki arena politik, dan juga
Murtadha Muthahhari, pemimpin pertama Dewan Revolusi Islam, setelah revolusi
Iran 1979, adalah seorang filosof terkemuka. Demikian pula di Irak, Muhammad
Baqiral-Shadr, pemimpin politik dan agama yang terkenal, adalah juga pakar filsafat
Islam.(Nasution Hasyimsyah, 1998: 48)

5
B. PERUBAHAN FILSAFAT ISLAM KEPEMIKIRAN ISLAM

Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim.


Dalam perkembangan selanjutnya, cakupan filsafat Islam itu dapat luas kepada segala
aspek ilmu-ilmu yang terdapat dalam Khazanah pemikiran keislaman seperti ilmu
kalam, Ushulfiqih, dan tasawuf dan ilmu fikir lainnya yang diciptakan oleh ahli pikir
islam.Ibrahim makdur memberikan batasan, filsafat islam itu adalah pemikiran
yanglahir dalam pemikiran dunia islam untuk menjawab tantangan zaman, yang
meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat. Sedangkan
pendapat lain mendefinisikan tentang filsafat islam sebagai pembahasan tentang alam
dan manusia yangdisinari ajaran islam. (Fu’ad, 1978:19-20)
Filsafat Islam merupakan hasil pemikiran umat Islam secara keseluruhan yang
disinari dengan ajaran-ajaran Islam. Ada yang mengatakan bahwa pada saat sekarang
ini apakah filsafat Islam masih ada, sebagian ada yang mengatakan bahwa filsafat Islam
telah dirubah dengan pemikiran Islam. Seorang tokoh dari mesir Hasan Hanafi dan
Hamid Thahir mengatakan bahwa filsafat islam saat ini masih ada. Apabila ada yang
mengatakan filsafat Islam sudah tidak ada lagi itu salah besar bagi mereka. Banyak
ilmu-ilmu yang berkembang seperti ilmu kalam, tasawuf, ushulfiqih itu sebenarnya
bagian dari filsafat Islam karena menggunakan metode-metode filsafat. Salah seorang
dosen kairo Jamal Marzuqi mengatakan bahwa filsafat Islam saat itu tidak lagi ada,
tetapi telah berubah menjadi pemikiran Islam.(Afrizal M, 2015:6)

Perbedaan antara filosof dan mufakkir terletak pada pola kerja, pola kerja filosof
bersifat global, sedangkan pola kerja mufakkir parsial. Para filosof mengemukakan
pandangan umum(manusia,alamsemesta,danTuhan),al-Kindi membahas tentang akal
dengan segala fungsinya, al-Farabi dan Ibnu Sina mengangkat teori emanasi, dan jiwa.
Selain itu pola kerja filosof berbentuk sistem yaitu menggambarkan komponen-
komponen setiap objek kajian.Ibnu Sina mengangkat persoalan jiwa secara lebih
sempurna dibandingkan dengan filosoflain. Penjelasannya mulai dari jiwa tumbuh-
tumbuhan, binatang sampai jiwa tertinggi. Adapun pemikir menghasilkan aliran.(Afrizal
M, 2015:6)

6
Muhammad ibn Abd al-Wahab tidak disebut sebagai filosof tetapi disebut
pemikir karena ia menghasilkan pikiran sistematis, menjurus pada satu persoalan dan
mencarikan jawaban secara tuntas. Orang- orang yang sependapat dengan dia atau
mengikuti pendapat nya disebut pengikut Muhammad ibn Abdal-Wahâb bukan sebagai
filosof. Pola kerja filosof menemukan dan merumuskan sesuatu sedangkan pola kerja
mufakkir menyelesaikan dan merealisasikan sesuatu .Al-Farabi menulis konsep negara
utama. Ia merumuskan syarat-syarat dan kriteria pemimpin, sedangkan Jamâlal-Dînal-
Afghânî, seorang pemikir pergi ke berbagai negara,masuk dunia politik, ikut mencari
siapa yang pantas diangkat menjadi pemimpin dalam suatu negara di mana ia ketika itu
berada. Jamâlal-Dîn menunjukkan orang, sedangkan al-Farabi tidak menunjukkan
orang, tetapi merumuskan kerja untuk orang. Yang menjadi catatan perubahan
penggunaan filosof menjadi mufakkir itu ialah ketika bertukarnya cara berpikir dari
bersistem dan aliran menjadi berpikir parsial.(Afrizal M, 2015:6-8)
Selain itu filsafat tidak bicara tentang benar dan salah, sementara pemikir
lebihdititikberatkan kepada benar dan salah. Filsafat hanya membicarakan ciri-ciri
sesuatu yang benardan ciri-ciri sesuatu yang benar. Sementara pemikir berbicara tentang
salah benarnya suatuperbuatan. Denganarti lain filsafat tidak memberikan penilaian
terhadap sesuatu, sementarapemikir mengerahkan pemikirannya untuk melihat
bagaimana nilai suatu itu. Dari itu sedikit teranglah perbedaan diantara pemikiran Islam
dan filsafat Islam.(Afrizal M, 2014:25)

7
BAB lll

A. KESIMPULAN

Filsafat islam merupakan hasil dari pemikiran islam. Pemikiran islam ini merupakan
buah dari dorongan ajaran Al-Quran dan Hadist. Pemikiran islam adalah pemikiran yang
khas, lain dari pada yang lain. Sebab pemikiran islam berasal dari wahyu sedangkan
pemikiran-pemikiran yang lain berkembang di antara manusia Baik itu berupa agama-
agama non samawi, idiologi-idiologi, politik, ekonomi maupun teori-teori sosial
sekedar muncul dari kejeniusanberfikir manusia yang melahirkannya. Pemikiran filsafat
Islam tidak didasarkan atas filsafat Yunani yang masuk ke dalam tradisi keilmuan Islam
lewat proses terjemahan melainkan dikembangkan dari sumber-sumber Khasanah Islam
sendiri karena adanya kebutuhan .
Meski demikian harus diakui juga bahwa hasil-hasil terjemahan karya Yunani telah
Membantu perkembangan filsafat Islam menjadi lebih pesat. Grafik perkembangan
pemikiran filsafat Islam tidak senantiasa naik dan mulus melainkan mengalami pasang
surut pertama-tama dengan baik karena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
menghadapi pemikiran-pemikiran aneh dan menyimpang tapi kemudian dicurigai karena
ternyata tidak jarang justru digunakan untuk menyerang balik ajaran agama Islam sendiri
yang dianggap telah baku.

8
Daftar Isi

Hasyimsyah Nasution (1999)Filsafat Islam,Jakarta,Gaya Media Pratama.


Harun Nasution (1986) Akal dan Wahyu dalam Islam,Jakarta,UI-Press.
Musa Asy'ari(1992)Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam Islam, Yogyakarta,LESFI.
Dedi Supriyadi(2009)Pengantar Filsafat Islam Konsep, Filsuf, dan Ajarannya, Bandung, Pustaka
Setia.
Ahmad Dahlan (2003)Pemikiran Filsafat Dalam Islam,Jakarta,Djambatan.
Majid Fakhry(2002)Sejarah Filsafat Islam Sebuat Peta Kronologi tej. Zaunul Am,Bandung, Mizan.
Zuprulkhan (2014)Filsafat Islam sebuah Kajian Tematik, Jakarta, PT Raja Grafinda Persada.
Harun Nasution(1973) Filsafat Dan Mistisisme dalam Islam, Cet. V, Jakarta, Bulan Bintang.
Abdul Hakim (2008) Filsafat Umum, Bandung, Pustaka Setia.
Nasution (1985) Islam Di Tinjau Dari Segi Aspeknya, Jakarta, UI,Press.
Nasution Hasimsyah (2002) Filsafat Islam, Jakarta, Gaya Media Pratama.
AamiinHoesin (1964) Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang.
Sirajuddin Zar (2004) Filsafat Islam, Filosof dan Filsafatnya, Jakarta, Rajawali Pers.
Supriyadi(2013)Pengantar Filsafat Islam Konsep, Filosof dan ajarannya, Bandung, Cv Ppustaka
Setia.
Basri (2009)Filsafat Islam.Jakarta.Direktorat Jendral Pendidikan Islam.
Yunasril (1991) Perkembangan Pemikiran Filsafat Islam Dalam Islam. Jakarta. Bumi Aksara.
Nasution Hasyimsyah(1998) Filsafat Islam, Jakarta, Gaya Media Pratama.
Fuad Ahmad (1997) Filsafat Islam,Jakarta, Pustaka Firdaus.
Afrizal M 2015, Perkembangan Filsafat Islam di Mesir Kontenporer (Miqot) Vol. 39.No.1(2015)
Diakses26/Desember/2022 pukul 08.11 wib (http:/jurnalmiqotojs.uinsu.ac.id)
Afrizal 2014 (2014) Filsafat Islam Di Mesir Kontenporer,Jakarta, PT Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai