Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PARA FILSUF ISLAM

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 ( Dua )

Nama : 1. Andre (2311133)


2. Adhit Amirullah (23111340)
3. Sutia Andriyani (2311138)

Dosen Pembimbing :
Dr. Zaprulkhan, S.sos.I, M.S.I

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
IAIN SAS BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berfikir
pula merupakan keistimewaan yang diberikan Allah Swt kepada kita manusia. Akal
yang diberikannya merupakan suatu pembeda antara kita dengan makhluk lainnya.
Para ilmuan ilmuan yang termuka memberikan definisi tentang ilmu filsafat namun
masing masing definisi mereka berbeda akan tetapi tidak bertentangan, bahkah
saling mengisi dan saling melengkapi dan terdapat kesamaan yang saling
mempertalikan semua definisi itu. Hal tersebut baik untuk menambah wawasan kita
karena dengan mengetahui pengertian dari para ilmuan ilmuan sebelum kita, kita
banyak belajar dari sana.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang
seluruh kenyataan, filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran
yang dapat membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa
manusia kepada indakan yang lebih layak.

B. Rumusan Masalah
Kajian tentang para filsuf dan pemikiran pemikirannya sangatlah luas.
Namun dalam makalah ini kami membatasi pembahasan kami pada:
1. Para Filsuf Islam di Wilayah Timur
2. Para Filsuf Islam di Wilayah Barat

C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat islam
2. Diharapkan mahasiswa dapat mengenal tokoh tokoh para filsuf islam
diwilayah timur maupun barat
PEMBAHASAN
A. Para Filsuf Islam di Wilayh Timur
1. Al-Kindi dan Minat Filosofinya
Pengarang yang dengan suara bulat diterima sebagai filsuf Arab pertama,
baik dalam arti etnik maupun cultural, adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq al Kindi.
Al-Kindi berasal dari suku Kindah di Yaman tetapi lahir di kufah [Irak] pada tahun
796 M, orang tuanya adalah gubernur dari Bashrah. Setelah dewasa ia pergi ke
Baghdad dan mendapatkan lindungan dari Khalifah al- ma’mun dan mu’tasim. Al-
Kindi menganut aliran Mu’tazilah dan kemudian belajar filsafat.Al-Kindi meningal
dunia sekitar tahun 866 M.
Ibn al-Nadim seorang pustakawan yang terpecaya,menyebutnya adanya 242
buah karya Al-Kindi dalam bidang logika, metafisika, aritmetika, falak, music
astrologi, geometri,kedokteran, politik dan sebagainya. Diantara karya Al-Kindi
yang paling menarik justru tidak tentu rimbanya. Karya filosofinya yang cukup
terkenal adalah Fi al-Falsafah al-Ula.
Al-Kindi mempunyai semangat menakjubkan, bukan hanya dalam
menunjukan bahwa kebenaran agama dan filsafat senada, tetapi juga ia ingin
menghargai para filsuf dari kalangan luar muslim untuk memetik hikmah dari
mereka. Bagi Al-Kindi,kebenaran agama tidak berlawanan dengan kebenaran
filosofis, hanya saja kebenaran agama kadang-kadang tidak cukup didasarkan pada
zhahir teks sehingga mengharuskan dilakukan penafsiran metoforsis-alegoris
[ta’wil].
Mengenai kebenaran dari luar, Al-Kindi menegaskan bahwa kaum muslim
tidak perlu malu mengkui sebuah kebaikan dan mengambilnya dari manapun
datangnya, sekalipun datang dari orang jauh dan berbeda dengan keyakinanya
dengan kaum muslim. Bahkan terhadap mereka yang menolak filsafat, Al-Kindi
menjuluki sebagai; ‘Orang-orang yang asing dengan kebenaran dan memakai
mahkota kebenaran yang tidak berhak mereka pakai.

a). Filsafat Ketuhanan


Al-Kindi merupakan filsuf islam pertama yang mengagas bukti rasional-
filosofi tentang tuhan. ia menunjukan eksistensi.Tuhan melalui argumentasi
kebaruan atau dalil al-hudust. Menurut Al-Kindi, alam semesta betapapun luasnya
adalah terbatas dan segala yang terbatas tidak mungkin tidak mempunyai awal yang
tidak terbatas. Dengan kata lain, alam mesti mempunyai titik awal dalam waktu.
Betapapun ia dirunut ke belakang, ia harus mulai dalam titik temporal tertentu, dan
tidak mungkin surut ke belakang secara tak terhinga atau tasalul.
Dengan terbuktinya bahwa materi, gerak dan waktu dari alam semesta ini
terbatas, berarti alam semesta ini baru(hudust), sedangkan apapun yang baru pasti
dicipta (muhdats). Karena itu mengatakan bahwa alam itu baru adalah sama dengan
mengatakan bahwa alam ini dicipta. Alasanya adalah munculnya sesuatu yang
terbatas mengandaikan adanya yang memunculkan, yakni tuhan atau dalam bahasa
filosofi disebut sebab pertama.
Dengan demikian, melalui argumen kebaruan alam, Al-Kindi membuktikan
secara logis bahwa tuhan ada, sebagai pencipta alam semesta.

b). FilsafatJiwa dan Akal


Selain wacana filosofi mengenai eksistensi tuhan, Al-Kindi juga mengurai
tentang persoalan jiwa dan akal. Menurut al-Kindi, jiwa atau ruh tidak tersusun,
tetapi mempunyai arti penting, sempurna dan mulia.
Karena pada hakikatnya bersifat ilahi atau spiritual, maka jiwa berbeda
dengan tubuh dan bahkan bertentangan denganya.Potensi-potensi keburukan nafsu
birahi boleh jadi mendorong manusia untuk berbuat keji, tetapi jiwa akan
mengekangnya. Ketika meningalkan tubuh, jiwa akan bersatu kembali dengan
dunia nyata tempat cahaya pencipta terbit.
Ada dua macam pengetahuan: pengetahuan panca indra dan pengetahuan
akal. Jika pengetahuan pancaindera hanya mengenai hal lahiriah, maka
pengetahuan akal menyibak hakekat-hakekat yang hanya dapat diperoleh manusia
dengan melepaskan dirinya dari sifat binatang yang ada dalam tubuhnya.
Jiwa merupakan cahaya yang dipancarkan tuhan. Selama dalam badan, jiwa
tidak boleh memperoleh kesenangan yang sebenarnya dan pengetahuan tidak
sempurna. Ketika bepisah dengan badan jiwa mendapatkan kesenangan hakiki
dalam bentuk pengetahuan yang sempuran.
Al-Kindi membedakan empat macam intelek. Pertama intelek yang selalu
dalam aksi, kedua intelek yang masih potential, ketiga intelek yang teleh melewati
keadaan potensial menuju keadaan aktualnya atau intelek capaian (aql mustafad),
keempat intelek manifest yang berfungsi mengabstrasikanbentuk-bentuk universal
dari segenap benda material. Keempat intelek tersebut dapat disebut sebagai akal
aktif,potensial, akal habitual, dan akal menifes.

c). Catatan Keritis


Al-Kindi merupakan orang pertama yang memindah alihkan fisafat yunani
secara sistematis dari sumber-sumber literer asing dan menyalurkan kedalam
lingkungan islam. Al-Kindi mempengaruhi para filsuf eropa abat pertengahan.
Mereka menjadi akrab dengan seluruh spectrum hasil karya literer al-kindi,
terutama yang memebahas ilmu kealaman dan matematika. Akan tetapi memang
harus lah di akui bahwa Al-kindi tidak mempunyai sistem filsafat yang lengkap.
Jasanya ialah karena dia adalah orang yang pertama membuka pintu filsafat bagi
duni arab dan diberi corak arab keislaman.

2.Mengenal Al-Farabi dan Karyanya


Nama lengkap adalah Abu Nashr Muhamad bin Muhamad bin Tarhkhan bin
Uzalagh al-Farbi.Al-Farbi. Lahir di wasij, sebuah dusun kecil dekat Farab
Transoxiana pada tahun 870M. Dari ayah seorang jendral keturunan turki.
Pada tahun 941 M, ia pindah ke Damsyik dan di sini ia mendapat
kedudukan yang baik dari saifudaulah, khalifah dinasti Hamdan di Aleppo. Ia
menetap di kota ini sampai wafatnya pada tahun 950 M, pada usia 80 tahun.
Menurut Louis Massignon, Al-Farabi adalah seorang filsuf islam pertama yang
sesunguhnya.
Sebelum dia, memang Al-Kindi telah membuka pintu filsafat bagi Yunani
dan bagi duni islam, namun Al-Farabi lah yang menciptakan sistem filsafat yang
lengkap, dan memainkan peranan penting dalam dunia islam seperti peranan
Plotinus dalam dunia barat.

a). Teori Epistemologi


Al-Farbi membangun teori demonstrasi atau epistemology, yang terpusat
pada analisis terhadap syarat-syarat yang harus di penuhi agar memperoleh ilmu
atau pengetahuan. Al-Farabi mendasarkan analisis ini pada perbedaan antara dua
tindakan kognitif dasar, yakni Konseptualisai (tashawwur) dan
pembenaran(tashdiq). Tindakan pertama bertujuan untuk memahami konsep-
konsep sederhana.Tindakan kedua pembenaran muncul dalam pertimbangan dan
penilaian benar atau salah, ketika tindakan itu sempurna, ia memberikan
pengetahuan yang pasti.

b). Teori Emanasi


Emanasi merupakan teori tentang keluarnya suatu wujud yang mungkin
(alam makhluk) dari zat yang wajibul wujud (Zat yang wajib adanya tuhan). Teori
emanasi di sebut juga dengan nama (teori urut urutan wujud). Emanasi itu terjadi
melalui tafakkur (berfikir) tuhan tentang zatnya, yang merupakan prinsip dari
peraturan dan perbaikan dalam alam. Arti banyak mulai terdapat pada akal
pertama,kalau Allah merupakan wujud pertama, akal pertama adalah wujud kedua.
Sebagai wujud kedua tidak lagi memiliki objek tafakur.
Akal pertama berfikir yang merupakan qudrah, akala kedua juga berfikir
tentang tuhan dan mewujudkan akal ketiga dan berfikir tentang dirinya
mewujudkan alam bintang. Akal ketiga sampai dengan akal kesepuluh juga berfikir
tentang Allah dan tentang diri masing-masing.

c).Teori tentang Nalar


Dalam risalah terkenal yang berjudul Risalah fi al-Aql ( Risalah teentang
nalar), Al –Farbi mengurai enam istilah seputar nalar atau akal. Pertama nalar yang
oleh masyarakat awam di kenakan pada orang cerdas, yang juga dipakai untuk
mengukur kemasuk akalan. Kedua nalar seperti yang dimaksud oleh para teolog
ketika membenarkan atau tertentu.
Kelima nalar yang mencangkup empat bagian
1.Nalar potensial atau materil berperan mengabstrasikan bentuk-bentuk materil
dari subratum materil.
2.Nalar actual sebagai tempat bersemayamnya bentuk materil hasil abstraksi
dari nalar potensial.
3.Nalar capaian (mustafad),tempat yang mewadahi bentuk kawruhan yang
sudah terabsktraksi dari materi.
4.Intelek aktif,yang tertingi dari semua intelegenis,dapat di ibaratkan sebagai
perantara adikodrati yang memberdayakan nalar manusia agar dapat
mengaktualisasikan pemahamannya.
Menurut Al-Farbi nalar ini sepenuhnya terbebas dari segala kenistaan dan
ketidaksempurnaan materil.

d). Catatan Kritis


Demikian pula teori politik yang dirancang oleh Al-Farbi,meski sebagian
sudah terlihat usang, namun masih menyimpang percik-percik wawasan politik
yang menakjukan dan mampu memberi inspirasi bagi dunia moderen saat ini.

3.Mengenal Ibn Sina dan Karyanya


Abu Ali Husein ibn dan abdillah Ibn sina lahir di Afshanah, suatu tempat
yang terletak di dekat bukhara pada tahun 980 M. di kota Bukhara Ibnu Sina banyak
belajar kepada sejumlah guru, antara lain Al Natili, seorang Sufi Ismai'li dan
seorang grosir asal India yang menguasai aritmatika.
Pada usia 21 tahun, Ibn Sina mulai menuangkan gagasan-gagasannya secara
tertulis. berbagai karyanya, menurut versi modern, berjumlah 276 buah yang
mencakup seluruh kajian filosofis, saintifik,kedokteran dan juga kebahasaan.
Karya-karya Ibn Sina Boleh dikata paling Benar dan sistematik di antara semua
karya berbahasa Arab, dan dalam skala yang lebih kecil berbahasa Persia hampir
semua karyanya itu masih ada sampai sekarang.
Di antara karya-karya itu adalah Asyifa (pengobatan), Al-Najat
(keselamatan) dan Al isyarat (isyarat isyarat) juga sejumlah risalah mistis atau
isyraqi, seperti the Epistle of The Bird (risalah tentang burung), The Epistel of love
(risalah tentang cinta), dan Hayy ibn Yaqzhan.Tak syak lagi, Yang terpenting dari
itu semua adalah Al syifa, 'Sebuah summa philosophica orsinal dalam lima belas
jilid. Karya ini berisi tentang bidang kajian filosofis yang populer pada masa itu.
a). Filsafat Wujud/Ketuhanan
Ibnu Sina membagi wujud dalam tiga kategori: Wujud niscaya(wujud al
wujud), wujud mungkin (mungkin Al wujud) dan wujud mustahil (mumtani'al
wujud). Wujud niscaya adalah wujud yang senantiasa harus ada tidak boleh tidak
ada, wujud mungkin adalah wujud yang boleh saja ada atau tiada, kedua-duanya
boleh boleh saja, sedangkan wujud mustahil adalah yang keberadaannya tidak
terbayangkan oleh akal.
Wujud alam semesta adalah boleh ada atau tiada, keduanya sah-sah saja
menurut akal.karena sifatnya yang demikian, alam jelas bukan wajib al-wujud
sebab wajib al-wujud tidak bisa tidak ada. Namun Alam juga karena bisa ada,
bukan termasuk mumtani' Al wujud, wujud yang mustahil karena nyatanya alam
telah ada. karena alam bukan wujud yang niscaya dan bukan wujud yang mustahil.
Satu-satunya alternatif yang tersisa adalah "Wujud Al mungkin".
Terma"mungkin"di sini berarti "potensial" kebalikan dari aktual. Dengan
mengatakan bahwa alam itu mungkin pada dirinya,itu berarti bahwa sifat dasar
alam adalah potensial boleh ada tapi belum lagi ada dan tidak bisa mengada dengan
sendirinya.
Tuhan juga mesti nirkuantitas,nirkualitas, nirposisi, atau nirsifat-sifat
aksisdental lainnya. Karena itulah, tidak ada yang menyamai atau menyekutuinya
dalam hal apapun. Terlihat bahwa penyimpatan ini berkonotasi negative, dia tidak
begini tidak pula begitu. Oleh sebab itu Ibnu Sina menambahkan sifat-sifat positif
kepadanya yaitu kebaikan murni, kebenaran murni,dan akal murni.

b). Filsafat Jiwa


Menurut Harun Nasution, pemikiran terpenting Ibnu Sina adalah filsafat
tentang jiwa. Ibnu Sina menganut paham emanasi seperti Al Farabi Walaupun ada
perbedaan antara keduanya.
Ibnu Sina membagi jiwa dalam tiga bagian :
pertama, jiwa tumbuh-tumbuhan ( nafs nabatiyyah) ialah merupakan kesempurnaan
yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup dan dengannya makhluk hidup dapat
berkembang biak, bertambah, dan makan.
kedua, jiwa Binatang (nafs haiwaniyyah) untuk melengkapi kesempurnaan bagi
seluruh manusia dengan jiwa ini ia dapat bergerak dan berpikir.
Ketiga, jiwa kemanusiaan(nafs insaniyyah) merupakan jiwa kesempurnaan
manusia yang dengan kekuatan ini dapat berbuat dan didorong oleh akalnya dan
meneliti, membandingkan, dan mengambil kesimpulan serta dengan jiwa itu pula
ia dapat menemukan suatu pemikiran yang hanya dapat ditemui akal.

c). Catatan kritis


Kendati Ibnu Sina melahirkan ide-ide Filosopis yang sangat cemerlang,
pemikirannya tidak steril dengan kritik dari berbagai pemikir. Ia mendapat kritik
keras dari Al Ghazali al-syahrastani di timur, dan William dari Auvergne dan
Thomas Aquinas di barat. Gagasannya tentang sifat dasar Tuhan, pengetahuannya
tentang hal-hal partikular dan hubungannya dengan dunia dan kekekalan jiwa.
bahkan mulla shadra, pengikut Ibnu Sina, juga menolak keras pandangan kekekalan
alam semesta dan ketidakmungkinan kebangkitan jasmani.

C.Para Filsuf islam diwilayah Barat Islam

1. Mengenal Ibnu Bajjah dan Karyanya


Sejarah filsafat Andalusia dipelopori oleh Abu Bakar Ibnu Al sayigh, yang
lebih dikenal dengan Ibnu bajjah. Lahir di Saragosa menjelang akhir abad ke-11
Ibnu bajjah kemudian pindah ke Seville lalu ke Granada dan akhirnya keracunan
dan meninggal dunia pada usia yang relatif muda di Fez, Maroko, pada 1138. Ibnu
Al Imam salah seorang murid Ibnu Bajjah telah mentranskripsi sejumlah besar
tulisan Ibnu bajjah ihwal filsafat.dalam transkripsi itulah dia membubuhkan sekilas
sejarah hidup Ibnu Bajjah.

a). Teori pemerintahan


Tampaknya Ibnu banyak memiliki hubungan tersendiri dengan Al Farabi
lantaran perhatiannya sama besar dengan Al Farabi terhadap isu-isu etika dan
politik yang oleh Ibnu Sina cenderung dikesampingkan. Maka dari itu, seperti
halnya Al Farabi karya Utama Ibnu Bajah tafsir Al mutawahhid (pemerintah
soliter), bertitik tolak pada bagaimana membentuk sebuah rezim politik yang sesuai
dengan cita-cita kehidupan sosial sejati. Menurutnya enzim ini harus telah mampu
memberi landasan yang kuat bagi tegaknya kehidupan yang bijak, lestari, dan
keluhuran yang layak bagi para filsuf meskipun tanpa kehadiran para tabib dan
hakim.

b). Teori Ittishal, kontak Intelektual dengan Tuhan


Mendekati kaum Sufi, Ibnu Bajjah juga menempatkan manusia pada tataran
spiritual yang tinggi apabila ia mampu menyatukan diri dengan bentuk-bentuk
spiritual,terutama dengan akal aktif yang letaknya paling dekat dengan eksistensi
manusia. Terlebih lagi, objek penyatuan tersebut bukanlah wujud tertinggi atau
Tuhan, sebagaimana diakui oleh kaum Sufi, melainkan maujud maujud spiritual
yang lebih rendah, termasuk akal aktif yang menurut kaum Neoplatonis muslim
menempati posisi antara Tuhan dan alam materil.
Akhirnya hubungan dengan teori ittishal, dalan Risalatul Ittishan ibnu bajjah
bagi manusia dengan dalam tiga golongan, yaitu kaum awam (al jumhur, kaum
cendekiawan (khawas) dan kaum yang bahagia.

c). Catatan Kritis


Ibnu Khaldun, ahli teori sosial besar arab, Menyebut Al Farabi dan Ibnu
Sina sebagai filsuf filsuf utama Islam di timur, Ibnu Bajjah dan Ibnu rusyad di barat.
Dalam surat terkenalnya kepada penerjemah bahasa Ibrani dari the Guide of
perplexed yang berbahasa Arab, ia menyebut Ibnu Majah sebagai seorang filosof
besar dan menerus semua tulisannya pada peringkat pertama.
Akan tetapi ibnu Thufail mengeluhkan posisi karya-karya Ibnu Majah tak
tertata dan tidak lengkap, Seraya menduga karena tidak pernah bertemu secara
pribadi, bahwa keasyikan duniawi telah menyisakan sedikit waktu Ibnu Majah
untuk filsafat. "seperti dikatakannya sendiri, ia tertekan selama beberapa waktu oleh
kesulitan untuk berpindah keorang, ia begitu disibukkan oleh sukses material,
sehingga kematian merebutnya sebelum Khazanah. Intelektualnya menjadi jelas
dan semua kebijaksanaannya yang tersembunyi dikenal".juga mengeluhkan kritik
Ibnu Majah atas mistisitisme.
2. Mengenal Ibn Thuffail
Tokoh kedua dalam sejarah filsafat Andalusia adalah Abu Bakar
Muhammad bin Abdul Malik bin Thuffail, yang lebih dikenal dengan Ibn Thuffail.
Ibn Thuffail dilahirkan di Wadiasy dekat Granada, pada tahun 1110 M. Kegiatan
ilmiahnya meliputi kedokteran, kesusasteraan, matematika dan filsafat.
Buku-buku biografi menyebutkan beberapa karangan dari Ibn Thuffail yang
menyangkut beberapa persoalan filsafat, seperti filsafat fisika, metafisika, kejiwaan
dan sebagainya. Akan tetapi karya-karya tersebut tidak bisa bertahan hingga hari
ini, kecuali sebuah karangan terkenal, yaitu risalah Hayy ibn Yaqzhan, yang
merupakan intisari filsafat Ibn Thuffail yang diterjemahkan dalam berbagai Bahasa.

A). Hayy Ibn Yaqzhan; pengembaraan Intelektual Individual


Dalam pendahuluan Hayy, Ibn Thuffail mengatakan bahwa tujuannya
adalah untuk menjabarkan “kebijaksanaan iluminatif” yang telah dibicarakan Ibn
Sina, dan yang menurut hematnya dapat diturunkan kedalam mitikisme.
Untuk dapat melukiskan keadaan yang tidak dapat diungkapkan dengan
kata-kata, Ibn Thuffail terpaksa menggunakan alegori (tamsil), suatu metode yang
lebih tepat karena sifatnya tidak langsung dan tidak eksplisit.
Pada usia 28 tahun, Hayy sudah bisa mencerap makna kekekalan bintang
kemintang dan kemutlakkan wujud pencipta. Memasuki usia 35 tahun, Hayy mulai
menelaah cara dia bisa sampai pada pengetahuan tentang Wujud Mutlak
sepenuhnya bersifat imateriil. Kesimpulannya adalah hal itu dicapai tidak dengan
indra ragawi, tetapi dengan jiwa.

b). Catatan Kritis


Secara historis Ibn Thuffail telah berusaha mempertemukan antara agama
dan filsafat melalui fabel filosofisnya: Hayy Ibn Yaqzhan tersebut. Ia menguraikan
tangga-tangga pengetahuan yang ditempuh oleh akal, mulai objek objek indriawi
sampai kepada-pikiran universal.
Menurut Majid Fakhry kebenaran-kebenaran agama dan filosofis yang di
akomodasikan Ibn Thuffail jelas tidak berada pada tataran yang sama. Kebenaran
filosofis dicapai melalui refleksi yang cocok bagi sebagian orang orang istimewah.

3. Mengenal Ibn Rusyd dan Karyanya


Tokoh terbesar dalam sejarah filsafat Andalusia adalah Abu al-Walid
Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd. Dalam literatur Latin, Ibn Rusyd disebut
Averroes. Ibn Rusyd lahir di Cordoba pada 1126 dang mengeyam pendidikan
bahasa Arab, fiqih, kalam dan kedokteran.dari sejumlah guru hingga berusia 40
tahun.
Karangan Ibn Rusyd meliputi berbagai macam ilmu seperti: fiqih, ushul,
bahasa, kedokteran, astronomi, politi, akhlak, dan filsafat. Buku buku penting yang
masih sampai hingga hari ini ada empat yaitu: Bidayatul Mujtahid, Faslul Maqal,
Manahij al-Adillah, dan Tahafut at-Tahaffut.

a). Mendamaikan Agama dan Filsafat


Ibn Rusyd merupakan salah seorang filosof yang sangat keras dalam
berusaha untuk mendamaikan antara kebenaran filsafat dan agama. Kata kunci
untuk mengatasi konflik kontroversi, menurut Ibn Rusyd, adalah mematuhi
ketentuan interpretasi (ta’wil) yang dianjurkan oleh Al-Qur’an dan diamalkan oleh
ahli-ahli fiqih generasi awal.

b). Filsafat Ketuhanan


Perbincangan eksistensi Tuhan dieksplorasi oleh Ibn Rusyd melalui
argument pemeliharaan (inayah) dan argument penciptaan (Ikhtira). Pertama, dalil
inayah’. Apabila ini diperhatikan, maka manusia akan mengetahui bahwa apa yang
ada didalamnya sesuai sekali dengan kehidupan manusia dan makhluk-makhluk
lain. Kedua, dalil ikhtira’. Argumen ini sama jelasnya dengan dalil inayah, yang
memperlihatkan pencipta dengan ketertataan alam semesta.
Kedua dalil yang diusung oleh Ibn Rusyd tersebut mempunyai kelebihannya
sendiri keduanya sesuai dengan prinsip al-Quran dan menguatkan adanya
kebijaksanaan tuhan.
c). Catatan Kritis
Pemikiran filosofis Ibn Rusyd merupakan fenomena keunikan tersendiri.
Sepeninggalnya Ibn Rusyd, filsafatnya filsafatnya tidak mendapat penghargaan
wajar didunia islam sendiri, namun anehnya lingkungan Yahudi dan Latin itulah
yang memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ibn Rusyd dan
melanjutkan pikiran pikirannya. Pada abad ke 15 hanya buku-buku filsafat
Karangan Ibn Rusyd saja yang menguasai dunia barat, sehingga naman-nama
filosof lain hampir dilupakan.
Namun memasuki era kontemporer abad dua puluh dan dua satu ini banyak
para pemikir, baik dari kalangan non-Muslim maupun Muslim, yang menyadari
bahwa gagasan gagasan filosofis Ibn Rusyd tetap mempunyai relavansi bagi
kehidupan dewasa ini.
Oliver leaman, seorang pakar filsafat Isalam dari Universitas Oxford dan
Cambridge, menempatkan Ibn Rusyd sebagai filosof Muslim terbesar dan menaruh
harapan kepadanya bagi pengembangan bagi pengembangan wacana filosofis
kontemporer.
Kesimpulan

Filsafat Islam bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada
beberapa nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat
Islam tentu seluruhnya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat
Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik
menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun
kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama
tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih ‘mencari Tuhan’, dalam filsafat Islam
justru Tuhan sudah ditemukan.

Diantara para filosof Islam yang lahir di wilayah timur adalah Al-Kindi, Al-
Ghazali, Al-Farabi, Ibnu Sina dan lain-lain. Dan diantara para filosof Islam yang
lahir di barat adalah Ibnu Rushd, Ibnu Bajjah dan Ibnu Thufail.

Anda mungkin juga menyukai