Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.
Berkat limpahan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi, Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan
mengenai tokoh – tokoh pemikir filsafat islam yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, referensi dan berita. Makalah ini penulis susun dengan berbagai
rintangan baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasisiswa Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu, penulis meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.

Kuala kapuas, 22 mei 2022


BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Berfilsafat adalah bagian dari kehidupan peradaban manusia. Filsafat

adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia

secara kritis dan dijabarkan dengan konsep mendasar. Filsafat Islam adalah

filsafat yang seluruh cendekianya adalah seorang muslim. Dalam

perkembangan filsafat, peradaban islam banyak melahirkan ahli filsafat

yang ternama dan penemuannya akan ilmu - ilmu memiliki pengaruh yang

kuat pada hampir semua bidang ilmu pengetahuan yang ada saat ini.

Namun, keberadaan para filosof islam tidak banyak diketahui atau

cenderung terkalahkan oleh keberadaan filosof yunani kuno seperti Plato

dan Aristoteles.

Meskipun pemikiran para filosof islam ini merupakan pengembangan

dari pemikiran para filosof yunani kuno, namun sebagai seorang yang

berilmu, setidaknya harus mengetahui dan mempelajari hal – hal yang telah

ditemukan oleh para filosof islam. Oleh karena itu, penulis akan

memaparkan tokoh – tokoh filsafat islam beserta pemikirannya dan karya –

karya yang dihasilkan pada masa peradaban islam.

Rumusan Masalah

1. Apakah filsafat islam?


2. Siapa saja tokoh – tokoh yang lahir dalam perkembangan filsafat islam?
3. Bagaimana dasar pemikiran para tokoh filsafat islam?
4. Apa saja karya yang dihasilkan?

Tujuan Penulisan

1. Mengetahui filsafat islam


2. Mengetahui tokoh – tokoh filosof islam
3. Mengetahui dasar pemikiran filosof islam
4. Mengetahui karya – karya filosof islam
BAB 2

PEMBAHASAN

A.Filsafat Islam

Filsafat memiliki banyak pengertian. Sejak zaman Yunani Kuno sampai sekarang, banyak para ahli
filsafat yang menyumbangkan pemikirannya tentang definisi filsafat. Secara etimologis filsafat
berasal dari bahasa Arab yaitu falsafah. Kata falsafah inipun berasal dari bahasa Yunani yaitu dari
kata philosophia. Philosophia tediri dari dua akar kata yaitu Philos berarti cinta, suka dan Sophia
berarti pengetahuan, ilmu, kebijaksanaan. Jadi, Philosophia berarti cinta pengetahuan atau cinta
pada kebijaksanaan. Dilihat dari segi praktis filsafat berarti alam berpikir atau alam pikiran. Filsafat
adalah suatu ilmu yang merupakan hasil akal manusia yang memikirkan dan mencari hakikat
kebenaran segala sesuatu. Filsafat Islam menurut Mustofa Abdul Razik, adalah filsafat yang

tumbuh di negeri Islam dan di bawah kekuasaan negara Islam. Sedangkan menurut Ibrahim Madkur,
Filsafat Islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia Islam untuk menjawab tantangan zaman yang
meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat. Sedangkan menurut beberapa
filosof, Filsafat Islam adalah didefinisikan sebagai berikut :

a. Filsafat Islam adalah filsafat yang diajarkan oleh orang Islam.

b. Filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam membahas hakikat kebenaran
sesuatu.

c. Filsafat Islam adalah suatu hasil pemikiran para filsuf tentang ketuhanan, kenabian,manusia, dan
alam yang disinari ajaran ajaran islam dalam suatu aturan pemikiranyang logis dan sistematis.

d. Filsafat islam adalah filsafat orang Arab.

B. Tokoh – Tokoh Filsafat Islam dan Pemikirannya

1. Al KINDI

a. Sejarah Hidup Nama lengkap Al Kindi adalah Abu Yusuf Ya’kub ibnu Ishaq ibnu al-Shabbah ibnu
‘Imron ibnu Muhammad ibnu al-Asy’as ibnu Qais al-Kindi. Seorang filosof islam yang lahir pada tahun
801 M dan wafat pada tahun 873 M. Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801 M) dari
keluarga kaya dan terhormat. Ayahnya, Ishaq ibnu AlShabbah adalah gubernur Kufah pada masa
pemerintahan Al-Mahdi dan Ar-Rasyid. Al Kindi sendiri hidup pada masa pemerintahan lima khalifah
Bani Abbas, yakni Al-Amin, Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, AlWasiq, dan Al-Mutawakkil. Dalam hal
pendidikan Al-Kindi pindah dari Kufah ke Basrah,

sebuah pusat studi bahasa dan teologi Islam. Dan ia pernah menetap di Baghdad, ibukota kerajaan
Bani Abbas, yang juga sebagai jantung kehidupan intelektual pada masa itu. Ia sangat tekun
mempelajari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu tidak heran jika ia dapat menguasai ilmu
astronomi,ilmu ukur, ilmu alam, astrologi, ilmu pasti, ilmu seni musik meteorologi,, optika,
kedokteran, matematika, filsafat, dan politik.

Penguasaannya terhadap filsafat dan ilmu lainnya telah

menempatkan ia menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan Arab dalam jajaran filosof
terkemuka. Oleh karena itu, ia dinilai pantasmenyandang gelar Faiasuf al-‘Arab ( filosof
berkebangsaan Arab).
b. Filsafat atau pemikirannya

1. Talfiq (Pemaduan Filsafat dan Agama)

Al-Kindi berusaha memadukan (talfiq) antara agama dan

filsafat. Menurutnya filsafat adalah pengetahuan yang benar (

knowledge of truth). Al-Quran membawa argumen-argumen yang

lebih meyakinkan dan benar, tidak mungkin bertentangan dengan

kebenaran yang dihasilkan oleh filsafat. Oleh karena itu,

mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang bahkan teologi

bagian dari filsafat, sedangkan umat Islam diwajibkan mempelajari

teologi.

Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan

sekaligus menjadi tujuan dari keduanya. Agama disamping wahyu,

juga mempergunakan akal serta filsafat pun juga mempergunakan

akal. Yang benar pertama bagi Al-Kindi ialah Tuhan. Filsafat

dengan demikian membahas tentang Tuhan dan agama lah yang

menjadi dasarnya. Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang

Tuhan.

Dengan demikian, orang yang menolak filsafat maka orang itu

menurut Al-Kindi telah mengingkari kebenaran, kendatipun ia

menganggap dirinya paling benar. Disamping itu, pengetahuan

tentang kebenaran termasuk pengetahuan tentang Tuhan, tentang ke

-Esaan-Nya, tentang apa yang baik dan berguna, dan juga sebagai

alat untuk berpegang teguh kepadanya dan untuk menghindari hal-

hal sebaliknya.

Kita harus menyambut dengan gembira kebenaran dari manapun

datangnya. Sebab, “tidak ada yang lebih berharga bagi para pencari

kebenaran daripada kebenaran itu sendiri”. Karena itu tidak wajar

merendahkan dan meremehkan orang yang mengatakan danmengajarkannya. Tidak ada seorang
pun akan rendah dengan sebab

kebenaran, sebaliknya semua orang akan menjadi mulia karena

kebenaran.
Jika diibaratkan maka orang yang mengingkari kebenaran

tersebut tidak beda dengan orang yang memperdagangkan agama,

dan pada hakikatnya orang itu tidak lagi beragama. Pengingkaran

terhadap hasil-hasil filsafat karena adanya hal-hal yang

bertentangan dengan apa yang menurut mereka telah mutlak

digariskan Al-Qur’an.

Hal semacam ini menurut Al-Kindi, tidak dapat dijadikan alasan

untuk menolak filsafat.

2. Filsafat Jiwa

Al-Kindi mengatakan bahwa jiwa adalah tunggal, tidak tersusun,

tidak panjang, dalam dan lebar. Jiwa mempunyai arti penting ,

sempurna, dan mulia. Subtansinya berasal dari subtansi Allah.

Hubungannya dengan Allah sama dengan hubungannya dengan

cahaya dan matahari. Jiwa mempunyai wujud tersendiri, terpisah,

dan berbeda dengan jasad atau badan.

Jiwa bersifat rohani dan illahi sementara badan mempunyai

hawa nafsu dan marah. Dan perbedaannya, jiwa menentang

keinginan hawa nafsu dan kemarahan.Pada jiwa manusia terdapat

tiga daya: daya bernafsu (yang terdapat di perut), daya marah

(terdapat di dada), dan daya pikir (berputar pada kepala).

3. Filsafat Moral dan Akal

Menurut Al-Kindi, filsafat harus memperdalam pengetahuan

manusia tentang diri dan bahwa seorang filosof wajib menempuh

hidup susila. Kebijaksanaan tidak dicari untuk diri sendiri

(Aristoteles), melainkan untuk hidup bahagia. Al-Kindi mengecam

para ulama yang memperdagangkan agama untuk memperkaya diridan para filosof yang
memperlihatkan jiwa kebinatangan untuk

mempertahankan kedudukannya dalam Negara.

Dalam jiwa manusia terdapat tiga daya yang telah disebutkan

diatas salah satunya ialah daya berpikir. Daya berpikir itu adalah

akal. Menurut al-Kindi akal dibagi menjadi tiga macam: akal yang
bersifat potensil; akal yang keluar dari sifat potensil dan aktuil; dan

akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.

4.Hasil Karya

a. Kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula

(tentang filsafat pertama).

b. Kitab al-Falsafah al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyah

wa al Muqtashah wa ma fawqa al-Thabi’iyyah (tentang filsafat

yang diperkenalkan dan masalah-masalah logika dan muskil,

serta metafisika).

c. Kitab fi Annahu la Tanalu al-Falsafah illa bi ‘ilm al-

Riyadhiyyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan

ilmu pengetahuan dan matematika).

d. Kitab fi Qashd Aristhathalis fi al-Maqulat (tentang maksud-

maksud Aristoteles dalam kategori-kategorinya).

e. Kitab fi Ma’iyyah al-‘ilm wa Aqsamihi (tentang sifat ilmu

pengetahuan dan klasifikasinya).

f. Risalah fi Hudud al-Asyya’ wa Rusumiha (tentang definisi

benda-benda dan uraiannya).

g. Risalah fi Annahu Jawahir la Ajsam (tentang substansi-

substansi tanpa badan).

h. Kitab fi Ibarah al-Jawami’ al Fikriyah (tentang ungkapan-

ungkapan mengenai ide-ide komprehensif).

i. Risalah al-Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah (sebuah tilisan

filosofis tentang rahasia-rahasia spiritual).j. Risalah fi al-Ibanah an al-‘illat al-Fa’ilat al-Qaribah li al-
kawn wa al-Fasad (tentang penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif terhadap alam dan
kerusakan).

2.AL FARABI

a.Sejarah Hidup Nama lengkap Al Farbi adalah Abu Nashr Muhammad ibn

Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalagh. Dikalangan orang-orang latin abad tengah, Al Farabi lebih
dikenal dengan Abu Nashr. Ia lahir di Wasij, Distrik Farab (sekarang kota Atrar), Turkistan pada tahun
257 H. Pada tahun 330 H, ia pindah ke Damaskus dan berkenalan dengan Saif al-Daulah al-Hamdan,
sultan dinasti Hamdan di Allepo. Sultan memberinya kedudukan sebagai seorang ulama istana
dengan tunjangan yang sangat besar, tetapi Al-Farabi memilih hidup sederhana dan tidak tertarik
dengan kemewahan dan kekayaan. AlFarabi dikenal sebagai filosof Islam terbesar, memiliki keahlian
dalam banyak bidang keilmuan dan memandang filsafat secara utuh dan menyeluruh serta
mengupasnya secara sempurna, sehingga filosof yang datang sesudahnya, seperti Ibnu Sina dan Ibn
Rusyd banyak mengambil dan mengupas sistem filsafatnya.

b. Filsafat atau Pemikirannya a. Pemaduan filsafat

Al Farabi telah memadukan beberapa aliran filsafat yang telah berkembang pada masa sebelumnya
yaitu pemikiran Plato,Aristoteles dan Plotinus. Pemikiran Plato, Aristoteles dan Plotinus

digunakan Al Farabi untuk mendasari pemikirannya, diantaranya

ilmu logika dan fisika, ia dipengaruhi oleh Aristoteles, dalam

masalah akhlak dan politik, ia dipengaruhi oleh Plato, sedangkan

dalam hal matematika, ia dipengaruhi oleh Plotinus. Aristoteles

berfikiran bahwa idea bukanlah hakikat, namun Plato

mengemukakan bahwa idea adalah hakikat dari segala-galanya.

Untuk mempertemukan dua filsafat yang berbeda seperti dua

halnya Plato dan Aristoteles mengenai idea, Al Farabi

menggunakan interpretasi batini, yakni dengan menggunakan

ta’wil bila menjumpai pertentangan pikiran antara kedanya.

Menurut Al-Farabi, sebenarnya Aristoteles mengakui alam rohani

yang terdapat diluar alam ini. Jadi kedua filosof tersebut sama-

sama mengakui adanya idea-idea pada zat Tuhan.

c. Filsafat Jiwa

Dalam pemikirannya ini, Al Farabi juga dipengaruhi oleh Plato,

Aristoteles dan Plotinus. Jiwa bersifat rohani, bukan materi,

terwujud setelah adanya badan dan tidak berpindah-pindah dari

suatu badan ke badan lain. Kesatuan antara jiwa dan jasad

merupakan kesatuan secara accident, artinya antara keduanya

mempunyai substansi yang berbeda dan binasanya jasad tidak

membawa binasanya jiwa. Jiwa manusia disebut al-nafs al-

nathiqah, yang berasal dari alam ilahi, sedangkan jasad berasal dari

alam khalq, berbentuk, berupa, berkadar, dan bergerak. Jiwa

diciptakan tatkala jasad siap menerimanya. Mengenai keabadian

jiwa, Al-Farabi membedakan antara jiwa kholidah dan jiwa fana.


Jiwa khalidah yaitu jiwa yang mengetahui kebaikan dan berbuat

baik, serta dapat melepaskan diri dari ikatan jasmani. Jiwa ini tidak

hancur dengan hancurnya badan.

d.Filsafat PolitikPemikiran

filsafat politik oleh Al Farbi banyak dipengaruhi oleh

pemikiran Plato yang menyamakan poltik dengan bagian tubuh

manusia yang memiliki fungsi masing – masing. Yang paling

penting dalam tubuh manusia adalah kepala, karena kepalalah

(otak) segala perbuatan manusia dikendalikan, sedangkan untuk

mengendalikan kerja otak dilakukan oleh hati.

Demikian juga dalam negara. Menurut Al-Farabi yang amat

penting dalam negara adalah pimpinannya atau penguasanya,

bersama-sama dengan bawahannya sebagaimana halnya jantung

dan organ-organ tubuh yang lebih lain saling bekerja sama.

Pengusa ini harus orang yang lebih unggul baik dalam bidang

intelektual maupun moralnya.

Disamping daya profetik yang dikaruniakan Tuhan kepadanya,

pemimpin harus memilki kualitas berupa: kecerdasan, ingatan yang

baik, pikiran yang tajam, cinta pada pengetahuan, sikap moderat

dalam hal makanan, minuman, dan seks, cinta pada kejujuran,

kemurahan hati, kesederhanaan, cinta pada keadilan, ketegaran dan

keberanian, serta kesehatan jasmani dan kefasihan berbicara.

e. Hasil Karya

1.Al- Jami’u Baina Ra’yani Al Hikman Afalatoni Al Hahiy wa

Aristho-thails (pertemuan/penggabungan pendapat antara Plato

dan Aristoteles)

2. Tahsilu as Sa’adah (mencari kebahagiaan)

3. As Suyasatu Al Madinah (politik pemerintahan)

4. Fususu Al Taram (hakikat kebenaran)

5. Arro’u Ahli Al Madinati Al Fadilah (pemikiran – pemikiran

utama pemerintahan)
6. As Syiasyah (ilmu politik)

7. Fi Ma’ani Al Aqli (makan berfikir)

8.Ihsha’u Al Ulum (kumpulan berbagai ilmu)i. Isbatu Al Mufaraqat (ketetapan berpisah) j. Al Ta’liqat
(ketergantungan)

3.IBNU SINA

a.Sejarah Hidup Ibnu Sina dikenal sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah

seorang filosof, ilmuwan dan juga dokter. Nama lengkapnya Abu Ali al - Husien ibn Abdullah ibn
Hasan ibn Ali ibn Sina. Ia dilahirkan di desa

Afsyanah, dekat Buhkara, Persia Utara pada 370 H. Ia mempunyai kecerdasan dan ingatan yang luar
biasa sehingga dalam usia 10 tahun telah mampu menghafal Al-Qur’an, sebagian besar sastra Arab
dan juga hafal kitab metafisika karangan Aristoteles setelah dibacanya empat puluh kali. Pada usia
16 tahun ia telah banyak menguasai ilmu pengetahuan,

sastra arab, fikih, ilmu hitung, ilmu ukur, filsafat dan bahkan ilmu kedokteran dipelajarinnya sendiri.
Ibnu Sina merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dokter dan penulis aktif yang lahir di zaman keemasan
Peradaban Islam.

b. Filsafat atau Pemikirannya

1. Kenabian

Sejalan dengan teori kenabian, Ibnu Sina membagi manusia

kedalam empat kelompok mereka yang kecakapan teoretisnya telah mencapai tingkat
penyempurnaan yang sedemikian rupa sehingga mereka tidak lagi membutuhkan guru sebangsa
manusia, sedangkan kecakapan praktisnya telah mencapai suatu puncak yangdemikian rupa
sehingga berkat kecakapan imajinatif mereka yang

tajam mereka mengambil bagian secara langsung pengetahuan

tentang peristiwa-peristiwa masa kini dan akan datang.

Kemudian mereka memiliki kesempurnaan daya intuitif, tetapi

tidak mempunyai daya imajinatif. Lalu orang yang daya teoretisnya

sempurna tetapi tidak praktis. Terakhir adalah orang yang

mengungguli sesamanya hanya dalam ketajaman daya praktis

mereka.

Nabi Muhammad memiliki syarat-syarat yang dibutuhkan

seorang Nabi, yaitu memiliki imajinasi yang sangat kuat dan hidup,

bahkan fisiknya sedemikian kuat sehingga ia mampu

mempengaruhi bukan hanya pikiran orang lain, melainkan juga

seluruh materi pada umumnya.


Dengan imajinatif yang luar biasa kuatnya, pikiran Nabi, melalui

keniscayaan psikologis yang mendorong, mengubah kebenaran-

kebenaran akal murni dan konsep-konsep menjadi imaji-imaji dan

simbol-simbol kehidupan yang demikian kuat sehingga orang yang

mendengar atau membacanya tidak hanya menjadi percaya tetapi

juga terdorong untuk berbuat sesuatu.

Apabila kita lapar atau haus, imajinasi kita menyuguhkan imaji-

imaji yang hidup tentang makanan dan minuman. Pelambangan dan

pemberi sugesti ini, apabila ini berlaku pada akal dan jiwa Nabi,

menimbulkan imaji-imaji yang kuat dan hidup sehingga apapun

yang dipikirkan dan dirasakan oleh jiwa Nabi, ia benar-benar

mendengar dan melihatnya.

2. Tasawuf

Tasawuf, menurut ibnu Sina tidak dimulai dengan zuhud,

beribadah dan meninggalkan keduniaan sebagaimana yang

dilakukan orang-orang sufi sebelumnya. Ia memulai tasawuf

dengan akal yang dibantu oleh hati. Dengan kebersihan hati danpancaran akal, lalu akal akan
menerima ma’rifah dari al-fa’al.

Dalam pemahaman bahwa jiwa-jiwa manusia tidak berbeda

lapangan ma’rifahnya dan ukuran yang dicapai mengenai ma’rifah,

tetapi perbedaannya terletak pada ukuran persiapannya untuk

berhubungan dengan akal fa’al.

Mengenai bersatunya Tuhan dan manusia atau bertempatnya

Tuhan dihati diri manusia tidak diterima oleh ibnu Sina, karena

manusia tidak bisa langsung kepada Tuhannya, tetapi melalui

prantara untuk menjaga kesucian Tuhan.

Ia berpendapat bahwa puncak kebahagiaan itu tidak tercapai,

kecuali hubungan manusia dengan Tuhan. Karena manusia

mendapat sebagian pancaran dari perhubungan tersebut. Pancaran

dan sinar tidak langsung keluar dari Allah, tetapi melalui akal fa’al.
3. Hasil Karya

a. As Syifa (buku tentang penyembuhan)

b. Nafat (ringkasan dari buku As Syifa)

c. Qanun (buku ilmu kedokteran)

d. Sadidiyya (buku ilmu kedokteran)

e. Al Musiqa (buku tentang music)

f. Al Mantiq (untuk Abul Hasan Sahli)

g. Qamus el Arabi (buku filsafat)

h. Uyun ul Hikmah (buku filsafat)

i. Danesh Nameh (buku filsafat)

j. Mujiz kabir wa Shaghir (dasar ilmu logika)

k. Hikmah el Masyriqiyyin (falsafah timur)

l. Al Inshaf (buku keadilan sejati)

m. Al Hudud (memuat istilah dalam ilmu filsafat)

n. Al Isyarat wat Tanbiehat (peringatan mengenai prinsip

ketuhanan dan keagamaan)

o. An Najah (buku tentang kebahagiaan jiwa)2.2.4 AL RAZI

4. Sejarah Hidup

Nama lengkap Al Razi adalah Abu Bakar Muhammad ibnu

Zakaria ibnu Yahya Al-Razi, dikenali sebagai Rhazes di dunia barat

merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 -

930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada

tahun 313 H/925.

Ar Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika

dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepadaHunayn

bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk

memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin

Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.

Ia pernah menjadi tukang intan pada mudanya, penukar uang, dan

pemain kecapi. Lalu beliau memusatkan perhatiannya pada ilmu kimia

dan meninggalkannya akibat eksperimen-eksperimen yang


dilakukannya yang menyebabkan mata terserang penyakit. Setelah itu,

beliau mendalami ilmu kedokterang dan filsafat yang ada pada masa

itu.

Ayahnya berharap Al Razi menjadi seorang pedagang besar,

maka dari itu ayahnya membekali Al Razi ilmu-ilmu perdagangan.

Akan tetapi, Al-Razi lebih memilih kepada bidang intelektualketimbang dengan perdagangan karena
menurutnya bidang intelektual

merupakan perkara yang lebih besar ketimbang urusan dengan materi

belaka.

5. Filsafat atau Pemikirannya

a. Lima Kekal (Al Qadim)

Al Razi memiliki banyak pemikiran filsafat, namun yang paling

terkenal adalah filsafat lima kekal. Lima kekal tersebut yaitu Al-

Baary Ta’ala (Allah Ta’ala), Al-Nafs Al-Kulliyyat (jiwa universal),

Al-Hayuula al-Uula (materi pertama), al-Makaan al-Muthlaq

(tampat/ruang absolut), dan al-Zamaan al-Muthlaq (masa absolut).

Al-Baary Ta’ala (Allah Ta’ala), menurutnya Allah itu kekal

karena Dia-lah yang menciptakan alam ini dari bahan yang telah

ada dan tidak mungkin dia menciptakan ala mini dari ketiadaan (

creatio ex nihilo).

Al-Nafs Al-Kulliyyat (jiwa universal), menurutnya jiwa

merupakan sesuatu yang kekal selain Allah, akan tetapi

kekekalannya tidak sama dengan kekekalan Allah.

Al-Hayuula al-Uula (materi pertama), disebut juga materi

mutlak yang tidak lain adalah atom-atom yang tidak bisa dibagi

lagi, dan menurutnya mengenai materi pertama, bahwasanya ia

juga kekal karena diciptakan oleh Pencipta yang kekal.

Sebelumnya dia berpendapat bahwa materi bersifat kekal dan

karena materi ini menempati ruang, maka Al-Makaan al-Muthlaq

(tampat/ruang absolute) juga kekal. Ruang dalam pandangannya

dibedakan menjadi dua kategori, yakni ruang pertikular yang


terbatas dan terikat dengan sesuatu wujud yang menempatinya,

dan ruang universal yang tidak terikat dengan maujud dan tidak

terbatas.Seperti ruang, dia membedakan pula Al-Zamaan al-

Muthlaq (masa absolut) pada dua kategori yakni; waktu yangabsolut/mutlak yang bersifat qadiim
dan substansi yang bergerak

atau yang mengalir (jauhar yajri), pembagian yang kedua yaitu

waktu mahsur. Waktu mahsur adalah waktu yang berlandaskan

pada pergerakan planet-planet, perjalanan bintang-bintang, dan

mentari. Waktu yang kedua ini tidak kekal. Menurutnya,

bahwasanya waktu yang kekal sudah ada terlebih dahulu sebelum

adanya waktu yang terbatas.

6. Hasil Karya

Al Razi memiliki banyak karya yang berupa buku – buku dalam

bidang kedokteran, fisika, logika, matematika dan astronomi.

Adapun buku – buku itu diantaranya sebagai berikut:

a. At Thibb Al Ruhani

b. Al Shirath Al Dawlah

c. Amarah Al Iqbal Al Dawlah

d. Kitab Al Ladzdzah

e. Maqalah Fi Ma Ba’d Al Thabi’iyyah

f. Al Shukuk ‘ala Proclus

4.IBNU MISKAWAIH

a.Sejarah Hidup

Ibnu Miskawaih adalah salah seorang cendekiawan Muslim yang

berkonsentrasi pada bidang filsafat akhlak. Nama lengkapnya adalah

Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih. Dia lahir di Iran

pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M. IbnuMiskawaih melewatkan seluruh
masa hidupnya pada masa kekhalifahan

Abassiyyah yang berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132

sampai 654 H /750-1258 M.

Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filosof akhlak daripada


sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang kedokteran,

ketuhanan, maupun agama. Dia adalah orang yang paling berjasa dalam

mengkaji akhlak secara ilmiah. Bahkan pada masa dinasti Buwaihi, dia

diangkat menjadi sekretaris dan pustakawan. Dulu sebelum masuk

Islam, Ibnu Miskawaih adalah seorang pemeluk agama Magi, yakni

percaya kepada bintang-bintang.

b. Filsafat atau Pemikirannya

1. Konsep Tentang Tuhan

Tuhan menurut Ibnu Maskawaih adalah zat yang tidak berjisim,

Azali, dan Pencipta, tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung

kejamakan dan tidak satu pun yang setara dengan-Nya. Menurut

Ibnu Miskawaih, Tuhan adalah zat yang jelas atau tidak jelas. Jelas

karena Tuhan memiliki sifat yang haq (benar), sedangkan tidak

jelas berarti karena kelemahan akal manusia untuk menangkap

keberadaan Tuhan serta banyaknya kendala kebendaan yang

menutupinya.

2. Konsep Tentang Akhlak

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang

yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan – perbuatan

tanpa memikirkan pertimbangan terlabih dahulu. Sikap mental

terbagi menjadi dua yaitu mental/akhlak yang berasal dari watak

dan yang berasal dari latihan dan kebiasaan. Akhlak yang berasal

dari watak biasanya akan menghasilkan akhlak yang jelek

sedangkan akhlak yang berasal dari latihan atau kebiasaan akanmenghasilkan akhlak yang baik. Oleh
karena itu, Ibnu Maskawaih

menekankan pentingnya pendidikan akhlak pada masa kanak –

kanak.

3. Konsep Tentang Manusia

Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang konsep manusia tidak jauh

berbeda dengan pemikiran para filosof yang lain. Menurutnya,

manusia memiliki tiga daya yang saling saling berhubungan satu


sama lain, diantaranya yaitu daya nafsu (al-nafs al-bahimiyyat)

sebagai daya yang paling rendah; daya berani (al-nafs al-sabu’iyyat

) sebagai daya pertengahan dan daya berpikir (al nafs al nathiqah)

sebagai daya yang paling tinggi. Sama halnya dengan Al Razi, Ibnu

Maskawaih juga memadukan pemikiran dari Plato, Aristoteles,

Phytagoras, Galen dan para filosof lain. Manusia memiliki jiwa

yang bersifat kekal dan tidak hancur dengan kematian jasad. Jiwa

berbeda dengan jasad. Ibnu Miskawaih mengemukakan

argumennya mengenai perbedaan jiwa dengan jasad, yaitu sebagai

berikut:

a) Indera sebagai penerima suatu rangsangan

b) Kelemahan Fisik yang disebabkan usia tua tidak

mempengaruhi kekuatan mental

c) Jiwa memahami proposisi – proposisi tertentu yang tidak

berhubungan dengan data – data inderawi.

4. Hasil Karya

Dalam buku The History of the Muslim Philoshopy disebutkan

bahwa karya tulisannya yaitu sebagai berikut :

a. Al-Fauz al-Akbar, al-Fauz al-Asghar, Tajaarib al-Umaan (

sebuah sejarah tentang banjir besar yana ditulis pada tahun

369 H/ 979 M)b. Uns al-Fariid ( yakni koleksi anekdot, syair, peribahasa, dan

kata-kata hikmah )

b. Tartiib al-Sa’adat ( isinya ahlak dan politik )

c. al-Mustaufa ( isinya syair-syair pilihan )

d. al-Jaami’, al-Siyaab, On the Simple Drugs ( tentang

kedokteran )

e.. On the composition of the Bajats ( tentang kedokteran )

g. Kitaab al-Ashribah ( tentang minuman )

h. Tahziib al-Akhlak ( tentang akhlak )

i. Risaalat fi al-Lazza wa al-Aalam fil jauhar al-Nafs

j. ajwibaat wa As’ilat fi al-Nafs wa al-‘Aql


k. Al-Jawaab fi Al-Masaa’il al-Salas

l. Risaalat fi Jawaab fi Su’al Ali ibnu Muhammad Abuu Hayyan

al-Shufii fi HAqiiqat al-‘Aql

m. Tharathat al-Nafs

5. IBNU RUSYD

a.Sejarah Hidup

Ibnu Rusyd atau dikenal dengan Averroes adalah seorang filosof

dari Spanyol (dulunya bernama Andalusia). Nama asli dari Ibnu Rusyd

adalah Abu Al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad ibnu

Rusyd, dilahirkan di Cordova, Andalus pada tahun 510 H/ 1126 M, 15

tahun setelah kematiannya Imam Ghazali. Ibnu Rusyd adalah seorangdari keturunan keluarga
terhormat yang terkenal juga sebagai seorang

tokoh keilmuwan. Ayah dan Kakek Ibnu Rusyd adalah seorang mantan

hakim di Andalus.

Pada Tahun 565 H/1169 M, Ibnu Rusyd diangkat menjadi

seorang hakim di Seville dan Cordova dan diangkat menjadi ketua

mahkamah agung di Qadhi al-Qudhat di Cordova pada tahun 1173 M.

Faktor yang menjadikan Ibnu Rusyd menjadi seorang ilmuwan adalah

karena Ibnu Rusyd dilahirkan di dalam kalangan keluarga ilmuwan.

Disamping itu, yang menjadi faktor utama adalah karena kecerdasan

dalam berpikir dan kejeniusan otaknya. Semenjak kecil Ibnu Rusyd

menghabiskan waktunya untuk belajar, membaca dan berpikir.

Dalam karir kehakimannya, Ibnu Rusyd mengalami masa kelam

yaitu dituduh kafir. Sebagai hukumannya, Ibnu Rusyd dibuang ke

Lucena dan jabantannya sebagai hakim mahkamah agung dicopot serta

semua buku karyanya dibakar. Pada tahun 1197 M, Khalifah mencabut

semua hukumannya dan mengembalikan posisi jabatan Ibnu Rusyd.

Ibnu Rusyd wafat pada tanggal 10 Desember 1198 M/ 9 Shafar H di

Marakesh.

b. Filsafat atau Pemikirannya


1. Pemikiran Epistemologi Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd bependapat bahwa berfilsafat bisa dihukumi wajib

karena filsafat mempelajari hal – hal yang wujud, lalu orang akan

berusaha menarik pelajaran/hikmah/’ibrah darinya, sebagai sarana

pembuktian adanya Tuhan Sang Maha Pencipta. Semakin

sempurna pengetahuan seseorang tentang ciptaan Tuhan, maka

semakin ia mendekati pengetahuan tentang adanya Tuhan. Setiap

manusia memiliki kemampuan dalam menerima kebenaran dan

bertindak dalam mencari pengetahuan yang berbeda – beda, IbnuRusyd memaparkan tiga cara
manusia dalam memperoleh

pengetahuan, diantaranya sebagai berikut:

a. Metode Al – Khatabiyyah (retorika)

b. Metode Al- Jadaliyah (dialektika)

c. Metode Al – Burhaniyyah (demonstrative)

Menurut Ibnu Rusyd, ketiga metode tersebut telah dipergunakan

oleh Allah sebagaimana yang terdapat dalam Al – Qur’an. Allah

memperkenalkan ketiga metode tersebut karena tingkat

pengetahuan dan kemampuan intelektual manusia yang berbeda –

beda. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa adanya lafaz dhahir

(eksoteris) dalam nash perlu dita’wil agar diketahui makna

bathiniyyah (esoteris) yang bertujuan untuk menyelaraskan

keberagaman kemampuan penalaran manusia dan perbedaan

karakter dalam menerima kebenaran.

2. Metafisika

Ibnu Rusyd berependapat bahwa Allah adalah penggerak

pertama (muharrik al-awwal). Wujud Allah ialah esa (satu).

Konsep Ibnu Rusyd tentang ketuhanan diambil dari pemikiran

Aristoteles, Plotinus, Al Farabi dan Ibnu Sina. Bukan berarti

plagiat, tetapi sebagai referensi pemikirannya tentang konsep

ketuhanan. Dalam pembuktian adanya Tuhan, Ibnu Rusyd

memaparkan beberapa dalil sebagai berikut:


a. Dalil Wujud Allah (Ibnu Rusyd mengemukakan tiga dalil

yang menurutnya sesuai dengan Al – Qu’an)

b. Dalil ‘Inayah Al – Ilahiyah (pemeliharaan Tuhan). Dalil ini

mengkaitkan bahwa segala sesuatu dijadikan untuk

kelangsungan hidup manusia.

c. Dalil Ikhtira’ (dalil ciptaan). Dalil ini berpijak pada segala

makhluk ciptaan Allah. Siapapun yang ingin mengetahui

ciptaan Allah, maka ia wajib mengetahui hakikat semuaciptaan Allah.

d. Dalil Harkah (gerak). Dalil ini menjelaskan bahwa gerak

adalah keadaan tidak tetap terhadap suatu keadaan. Ibnu

Rusyd berkesimpulan sama dengan Aristoteles bahwa gerak

itu qadim.

Sifat – sifat Allah. Untuk mengenal sifat - sifat Allah, Ibnu

Rusyd mengatakan bahwa orang harus menggunakan tasybih dan

tanzih.

3. Tanggapan Terhadap Al – Ghazali

Ibnu Rusyd terkenal sebagai seorang filosof yang menentang Al

– Ghazali. Ibnu Rusyd menuliskan beberapa pendapatnya yang

menentang pemikiran Al – Ghazali dalam buku – buku karyanya

diantaranya yang berjudul Tahafut Al-tahafut. Karena hal inilah,

maka menimbulkan perdebatan diantara Al – Ghazali dan Ibnu

Rusyd. Ada 20 persoalan yang menjadi yang menjadi perdebatan

yaitu sebagai berikut:

a) Alam qadim

b) Keabadian alam , masa dan gerak

c) Konsep Tuhan sebagai sang pencipta dan alam sebagai

produk

d) Pembuktian eksistensi penciptaan alam

e) Argumen rasional bahwa Tuhan itu satu

f) Penolakan akan sifat – sifat Tuhan

g) Kemustahilan konsep genus kepada Tuhan


h) Wujud Tuhan adalah sederhana, murni, tanpa kuiditas

atau esensi

i) Argumen nasional bahwa Tuhan bukan tubuh

j) Argumen nasional tentang hokum alam tak dapat

berubah

k) Pengetahuan Tuhan selain diri-Nyal) Pembuktian bahwa Tuhan mengetahui diri-Nya sendiri m)
Tuhan tidak mengetahui perincian segala sesuatu melainkan secara umum

n) Langit adalah makhluk hidup o) Tujuan yang menggerakkan p) Jiwa – jiwa langit mengetahu
particular – particular yang bermula

q) Kemustahilan perpisahan dari sebab alami peristiwa – peristiwa

r) Jiwa manusia adalah subtansi spiritual yang ada dengan sendirinya, tidak menempati ruang, tidak
terpateri pada tubuh dan bukan tubuh

s) Jiwa manusia setelah terwujud tidak dapat hancur t) Penolakan terhadap kebangkitan jasmani

4.Hasil Karya

a. Al – Kasyf’an Manahij al-Adillat fi’Aqaid al-Millat (kiitikan terhadap metode para ahli ilmu kalam
dan sufi)

b. Fashl al-maqal fi mabain al-Hikmah wa al-Syariah min alIttishal (metodelogi terhadap pemikiran
agama dan filsafat)

c. Tahafut al-tahfut (Kritikan terhadap Al-Ghazali) d. Bidayat al-Mujahid wa Nihayat al-Muqtashid


(fiqih) e. De Animae Beatitudine (komentar – komentar terhadap teks Aristoteles)
BAB 3

PENUTUP

A.Kesimpulan

Melalui penjelasan diatas, maka penulis berkesimpulan bahwa setelah berakhirnya atau tidak
adanya peletak filsafat ilmiah, muncullah beberapa para filosof islam yang menemukan banyak
pengetahuan dengan karyanya yang memuat berbagai ilmu – ilmu pengetahuan terutama dalam
bidang pendidikan. Bidang tersebut adalah bidang ilmiah, bidang astronomi, bidang fisika, bidang
ilmu pengetahuan alam, bidang matematika, bidang kedokteran, bidang farmasi, dan lain
sebagainya.

B. Saran Dari penjelasan yang penulis paparkan diatas mengenai tokoh-tokoh

filsafat islam serta pemikiran dan karyanya, penulis telah menarik kesimpulan mengenai isi dari
makalah ini. Isi dan kesimpulan yang penulis paparkan bisa saja berubah apabila ditemukan data
yang lebih akurat dan valid dari yang telah ada dalam makalah kami ini. Karena itu janganlah terlalu
berpegang pada makalah ini yang tentunya memiliki banyak kekurangan, baik yang diketahui
ataupun tidak diketahui, maka bacalah juga makalah, buku, artikel ataupun bacaan lain yang
berhubungan dengan materi yang penulis bahas ini yang tentunya akan menambah pengetahuan
kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Zar, Sirajuddin.2001.Filsafat Islam, Filosof dan Filsafatnya.Jakarta: Rajawali.


http://mahasiswa.ung.ac.id/291413017/home/2014/4/1/makalah-dasarpemikiran-dan-karya-tokoh-
filsafat-islam.html diakses pada tanggal 19 November 2015 pukul 21.09 WIB

http://digilib.unm.ac.id/files/disk1/5/universitas%20negeri%20makassar-digilib -unm-abdulhakim-
206-1-al-kindi.pdf diakses pada tanggal 19 November 2015 pukul 22.01 WIB

https://makinbill.files.wordpress.com/2012/10/filsafat-dunia-timur-islam-2-alfarabi.pdf diakses pada


tanggal 20 November 2015 pukul 09.20 WIB
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Prof.%20Dr.%20Ajat%20Su drajat,%20M.Ag./3-
SEJARAH%20PEMIKIRAN%20%20FILSAFAT%20DALAM%20ISLAM.pdf diakses pada tanggal 20
November 2015 pukul 11.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai