Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Zaman telah berganti dan perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju


dalam bidangnya masing-masing tak terkecuali ilmu filsafat. Pada zaman dahulu,
konon ilmu ini milik orang Kaldan, Iraq. Kemudian berpindah kepada orang
Mesir selanjutnya berpindah lagi pada orang Yunani. Beberapa kurun waktu dan
setelah mengalami penerjemahan, ilmu ini berpindah lagi kepada orang Suryani
selanjutnya pada orang Arab.

Sehingga sekarang munculah apa yang disebut filsafat Islam. Ilmu ini tetap
diajarkan karena para filosof (orang yang menguasai ilmu filsafat) berpendapat
bahwa ilmu ini merupakan keutamaan, sumber segala ilmu, induk semua ilmu,
sumber segala hikmah dan sumber kecakapan manusia. Jadi, penyusunan makalah
ini kami kira menjadi penting untuk memberikan wawasan mengenai ilmu filsafat
islam.

1.2Rumusan Masalah

A. Pengertian Filsafat Islam

B. Perbedaan Filsafat Islam dan Filsafat barat

C. Berbagai Aliran Dalam Filsafat Islam

D. Latar belakang

E. Tokoh Filsafat Islam

F. Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam Filsafat Islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Perbandingan Pemikiran Filsafat Islam dan Barat

A. Pengertian Filsafat Islam

Akal merupakan salah satu anugerah Allah. yang paling istimewah bagi
manusia. Sebab sifat akal manusia itu selalu ingin tahu tentang segala sesuatu
termasuk dirinya sendiri. Filsafsat adalah kata majemuk yang berasal dari bahasa
Yunani, yakni philosophia dan philosophos. Philo berarti cinta, sadangkan shopia
atau sophos berarti pengetahuan atau kebijaksanaan. Jadi filsafat secara sederhana
berarti cinta pada pengetahuan atau kebijaksanaan. Pengertian cinta yang
dimaksud yaitu ingin dan dengan rasa keinginan itulah ia berusaha mencapai atau
mendalami hal yang diinginkan. Demikian yang dimaksud dengan pengetahuan
yaitu tahu dengan mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai ke dasar segala
dasar, berikut ini adalah beberapa definsis filsafat Islam. Filsafat Islam
benar-benar ada dan bukan jiplakan atau pengalihan bahasa dari filsafat Yunani.
Secara sederhana karakteristik filsafat Islam dapat dirangkum menjadi tiga :

1. Filsafat Islam membahas masalah yang sudah pernah dibahas filsafat


Yunani dan lainnya, seperti ketuhanan, alam dan roh. Tetapi cara
penyelesaian dalam filsafat islam berbeda dengan filsafat lain, para filosof
muslim juga mengembangkan dan menambahkan kedalamnya hasil
pemikiran mereka sendiri. Sebagaimana bidang lainnya (teknik), filsafat
sebagai induk ilmu pengetahuan diperdalam dan disempurnakan oleh generasi
yang datang sesudahnya.

2. Filsafat Islam membahas masalah yang belum pernah dibahas filsafat


sebelumnya seperti filsafat kenabian.

3. Dalam filsafat Islam terdapat pemandu antara Agama dan filsafat, antara
akidah dan hikmah antara wahyu dan akal. Bentuk seperti ini banyak terlihat
dalam pemikiran filosof muslim. Dalam keadaan seperti diatas timbul dan
berkembangnya filsafat Islam di bawah naungan keagaman yang tidak kurang

2
ketelitian dan kecermatannya dalam menyelesaikan masalah bila
dibandingkan dengan filsafat lain. Sebagaimana filosof Yunani, filosof
muslim juga memiliki ilmu all round, sperti Al-kindi ahli astronomi, ilmu
pasti, tabib, dan lainnya. Al-farabi ahli logika, politik, kimia, ilmu alam,
astronom, dan lainnya.

Jadi yang dimaksud filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat


islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang
disinari ajaran islam. Adapun definisi secara khusus seperti apa yang
dikemukakan penulis islam sebagai berikut:

1. Ibrahim Madkur, filsafat Islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia
Islam untuk menjawab tantangan zaman yang meliputi Allah dan alam
semesta, wahyu dan akal, Agama dan filsafat.

2. Ahmaf Fu’ad Al-Ahwaniy, filsafat Islam adalah pembahasan tentang alam


dan manusia yang disinari ajaran Islam.

3. Muhammad ‘athif al- iraqy, filsafat islam secara umum didalamnya


tercakup ilmu kalam, ilmu ushul fiqih, ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan
lainnya yang diciptakan oleh intelektual Islam. Secara khusus filsafat Islam
ialah pokok atau dasar pemikiran filosofis yang dikemukakan para filosof
1
muslim.

B. Perbedaan filsafat Islam dan filsafat barat

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa filsafat lahir dari Yunani, namun
ada juga yang mengatakan bahwa filsafat dimulai dari Islam. Ada lagi yang
berpendapat asal mula filsafat dari gabungan keduanya.

Filsafat Barat adalah hasil pemikiran radikal oleh para filosof Barat sejak
abad pertengahan sampai abad modern. Sedangkan filsafat Islam adalah berpikir
bebas, radikal dan berada pada taraf makna yang mempunyai sifat, corak dan
karakter yang menyelamatkan dan kedamaian hati.

1
Ahmadfuad al-ahwaniy, op.cit., hlm.10
Muhammadathif al-iraqy, op.cit., hlm.19-20

3
Perjalanan filsafat Barat dimulai dari masa Yunani Kuno, yang terfokus pada
pemikiran asal kejadian alam secara rasional. Segala sesuatu harus atas dasar
logika. Kemudian masa abad pertengahan filsafat berubah arah menjadi bersifat
teosentrik, segala kebenaran ukurannya adalah ketaatan pada Gereja. Maka
mereka banyak yang berasal dari kalangan pendeta (agamawan). Pada perjalanan
berikutnya para pendeta dogmatis itu ditinggal para ilmuwan yang kemudian
beralih pada pemikiran yang bercorak bebas, radikal, dan rasional yang realis.

Filsafat Islam segala bentuk pemikiran ilmuwan muslim yang mendalam


secara teoritis maupun empiris, bersifat universal yang berlandaskan Wahyu.
Filsafat Islam merupakan pengembangan filsafat Plato dan Aristoteles yang telah
dilandasi dengan ajaran Islam dan memadukan antara filsafat dan Agama, filsafat
yang berciri religius dan berusaha sekuat tenaga memasukkan teks Agama dengan
akal.

Tujuan Filsafat barat dan filsafat islam sebenarnya hampir sama. Namun
karena terjadinya perbedaan Agama maka pada filsafat Islam ada yang
membatasinya, yaitu menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam
dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya, jadi dalam filsafat
objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas tentang objeknya sampai
kedalamannya, sampai ke radikal dan totalitas.

C. Berbagai Aliran Dalam Filsafat Islam

Ada sedikitnya lima aliran dalam filsafat Islam:

1. Teologi Dialektik (‘Ilm Al-Kalam);

Metode Epistemologi yang digunakan oleh Teologi Dialektik hampir


sama dengan metode Peripatetisme, yaitu bersifat deduktif-silogistik. Yakni,
prosedur untuk mendapatkan kesimpulan (silogisme) dari mempersandingkan
dua premis (pernyataan yang sudah disepakati terlebih dulu nilai
kebenarannya).

2. Peripatetisme (Masysya’iyyah)

4
Dalam Peripatetisme proses silogistik tersebut didasarkan atau dimulai dari
premis-premis yang telah disepakati sebagai kebenaran yang tak perlu
dipersoalkan lagi (primary truth). Dari sini kemudian dapat diperoleh
kebenaran-kebenaran yang, pada gilirannya, akan menjadi premis-premis baru
bagi proses silogistik selanjutnya. Begitu seterusnya, Teologi Dialektik berangkat
dari pemahaman baik dan buruk ini yang menyebabkan teologi Islam disebut
sebagai bersifat dialektik yang dilandaskan pada kebenaran keagamaan. Misalnya,
sudah menjadi kemestian bahwa Tuhan harus Mahakuasa. Dari sini dilakukanlah
proses silogistik yang membawa kepada suatu kesimpulan mengenai kemestian
keesaan Tuhan.

3. Iluminisme (Isyraqiyyah)

Metode yang digunakan oleh Iluminisme dan Sufisme atau Teosofi (‘Irfan)
adalah metode intuitif atau eksperiensial (berasal dari kata experience
(pengalaman). Peran intuisi ini, pada kenyataannya, tidak hanya ditemukan oleh
para pemikir keagamaan, tetapi juga telah dilontarkan oleh Aristoteles jauh-jauh
hari sejak abad ke-4 sebelum Masehi. Dia menyatakan mengenai adanya
“orang-orang yang bisa mencapai kesimpulan silogistik tanpa harus merumuskan
silogisme”. Yakni, tanpa harus melalui prosedur analitis penetapan premis-premis
dan penarikan kesimpulan berdasarkan penyandingan premis-premis tersebut.

4. Sufisme/Teosofi (Tashawwuf atau ‘Irfan), khususnya yang dikembangkan

Prinsip dasar Sufisme, adalah bahwa mengetahui sesuatu adalah untuk


memperoleh suatu pengalaman tentangnya, yang berarti intuisi langsung atas
hakikat sesuatu. Bahwa pengetahuan eksperiensial tentang sesuatu dianalisis
yakni, secara diskursif (logis)-demonstrasional hanya setelah diraih secara total,
intuitif, dan langsung (immediate) oleh Ibn ‘Arabi.

5. Filsafat Hikmah (Al-Hikmah Al-Muta‘aliyah).

Sedang Filsafat Hikmah, selain mengembangkan lebih jauh epistemologi


Iluministik, menjadikan filsafat wujud (being) Ibn ‘Arabi sebagai poros
filsafatnya. Seraya mengembangkan prinsip wahdah al-wujud Ibn ‘Arabi, Filsafat

5
Hikmah menkankan prinsipialitas (fundamentalitas) eksistensi terhadap esensi.
Yakni, bahwa yang real yang memiliki korespondensi dengan realitas adalah
eksistensi. Sedangkan esensi-penampakan atau atribut-atribut lahiriah dan mental
sebenarnya tidak real dan hanya merupakan bentukan (keter batasan) persepsi
manusia (i‘tibari).2

D. Latar belakang

Latar belakang filsafat Islam tidak dapat dipisahkan dari pemikiran filosofnya
yang dipengaruhi oleh para filosof Yunani, karena para filosof Islam menuntut
ilmu kepada filosof Yunani. Berikut adalah sejarah bagaimana terjadinya kontak
antara Filosof Islam dengan Filosof Yunani.

Pada zaman awal perkembangan Islam, sebenarnya kaum muslimin tidak


bermaksud mengutip pemikiran filsafat dari pihak manapun juga. Mereka tidak
menaruh perhatian soal tersebut , bahkan sama sekali tidak berniat mengutip ilmu
apapun juga dan tidak pernah memikirkannya. Kalau di kemudian hari ada
sebagaian dai ilmu-ilmu tersebut yang merembes kedalam pemikiran orang-orang
Arab, itu semata-mata karena keharusan yang tak dapat dihindari, karena semakin
eratnya hubungan mereka dengan bangsa-bangsa lain di sekitar negerinya.
Hubungan seperti itu memang sudah terjadi sejak zaman jahiliyah, tetapi masih
terbatas dalam ruang lingkup yang amat sempit. Misalnya, Al-Harits Bin Kaldah
As-Saqofi, belajar ilmu kedokteran pada suatu perguruan di Jundi Sabur, Persia
dan di kenal sebagai dokter Arab.

Akan tetapi Ilmu pengetahuan yang diperoleh al-Harits dapat ditanggap,


cukup karena ia belum menguasai semua pokok dan cabang ilmu kedokteran
secara ilmiah. Untuk itu memang diperlukan penguasaan Bahasa Suryani sebagai
alat untuk dapat mempelajari berbagai buku kedokteran yang telah diterjemahkan
kedalam Bahasa tersebut dan tersebar di Jundi Sabur. Ilmu pengetahuan di bidang
itu pada umumnya di kuasai oleh orang-orang Suryani sendiri.

Mengenai bagaimana proses perpindahan ilmu kedokteran ke Jundi Sabur dan


kenapa buku-buku kedokteran di terjemahkan dari Bahasa Yunani kedalam bahasa

2
Muhammadathif al-iraqy, op.cit., hlm.19-20

6
Suryani, baiklah kami ketengahkan kisahnya. Kisah kuno yang menurut sejarah
merupakan keseinambungan dari zaman Plato dan Aristoteles, dua orang filosofi
Yunani yang satu menaruh perhatian besar pada problema matematika sedangkan
yang kedua menaruh perhatian besar kepada masalah alam dan kedokteran.
Kedua-duanya juga mempunyai perguruan filsafat masing-masing. Pada abad
ke-3 SM Hipocrate juga telah mendirikan sebuah perguruan ilmu kedokteran.
Kemudian setelah kota Iskandariyah dibangun kota itu menjadi tempat peradaban
Yunani yang lebih banyak bersifat Ilmiah daripada yang bersifat Filosofis. Dari
perguruan tersebut lahir sejumlah ahli pikir besar seperti Euclide, Galenus,
Archimedes, Ptolemaeus dan lain-lainnya lagi, yang telah berhasil meletakkan
dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti ilmu geometri, ilmu falak (astronomi) dan
ilmu kedokteran. Hingga abad ke-6 kota Iskandariyah tetap menjadi mercusuar
ilmu pengetahuan. Kemudian muncul pula di kota itu para ahli pikir generasi
kedua yang mengatur, menyusun dan mempelajari buku-buku peninggalan para
ahli pikir generasi pertama untuk bahan pengajaran. Dari para ahli pikir generasi
kedua itulah orang-orang Arab menterjemahkan berbagai cabang ilmu
pengetahuan.

Perguruan Iskandariyah tidak hanya memperhatikan soal-soal ilmu


pengetahuan saja, tetapi juga semua bentuk kebudayaan, baik yang bersifat
keagamaan, pemikiran, filsafat maupun kesusastraan. Mulai abad pertama hingga
abad ke-3 M pembaharuan terhadap pembaharuan terhadap ajaran phytagoras
cenderung ke arah masalah matematika dan moral. Demikian pula ajaran Pluto,
direvisi oleh plotinus yang menciptakan Neo Platonisme. Ia lahir dan dibesarkan
di Mesir, memperoleh pendidikan di Iskandariyah dan berbahasa Yunani.

Dialah yang menciptakan ajaran Enneads, yaitu ajaran filsafat yang


menjelaskan terjadinya pelimpahan dari Yang Satu (supreme in material force).
Sebagian dari bukunya diterjemahkan kedalam Bahasa Arab dengan nama
Theologia. Teori “Pelimpahan” ini banyak mempengaruhi para filosof Islam.
Muridnya yang bernama Porhyrius tidak kalah pengaruhnya dalam kehidupan
filsafat Islam hal itu tidak mengherankan karena dialah yang menulis buku
isagoge, kata dalam Bahasa Yunani yang terkenal di kalangan orang-orang Arab

7
sampai Zaman kita ini.I sagoge bermakna “Pintu masuk” (madkhal), yakni pintu
untuk memasuki pembicaraan tentang teori filsafat Aristoteles.

Demikianlah cuplikan sejarah awal mula para filosof islam mengadakan


kontak dengan para filosof Yunani, yang merupakan latar belakang lahirnya
Filsafat Islam.3

E. Tokoh Filsafat Islam

Dalam ilmu filsafat Islam ada beberapa tokoh yang di anggap membawa
pengaruh dan karya-karyanya di kenal sebagian umat muslim saat ini. Beberapa
tokoh tersebut antara lain

1. Al-kindi

Al-kindi atau Abu Yusuf Ya’kub bin Ishak bin Ashshabah bin Imran bin
Ismail bin Al-Asy’ats bin Qays, Al-Kindi di kenal sebagai sosok muslim
pertama yang memunculkan gagasan tentang filsafat dan ia jugalah yang
berpendapat bahwa ajaran agama islam sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
ilmu filsafat atau falsafah sehingga keduanya bukanlah hal yang
bertentangan.

2. Al-Farabi

Al-Farabi atau Abu Nasir Muhammad bin Al-Farakh, Al-Farabi adalah


seorang tokoh ilmuan sekaligus filosof muslim yang berusaha memadukan
beberapa aliran filsafat antara lain aliran falsafah taufikhiah yang berkembang
sebelumnya dari hasil pemikiran filosof yunani seperti Plato, Aristoteles,
Plotinus. Al-farabi juga berpendapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu
memiliki satu tujuan yakni untuk mencari kebenaran dari suatu hal.

3. Ibnu Rusyd

Abu Walid Muhammad bin Rusyd atau yang di kenal dengan nama Ibnu
Rusyd adalah salah satu tokoh ilmuan muslim yang cukup di kenal. Ia juga
merupakan salah seorang filosof yang di kenal dengan aliran rasionalnya.

3
Ahmad Fuad Al-Bawain, 2008. Filsafat Islam, 2008. Jakarta: PustakaFirdaus, hal 205

8
4. Ibnu Sina

Ibnu Sina yang trkenal sebagai ilmuan dalam bidang kedokteran juga di
kenal sebagai seorang sosok filosof muslim. Ia berpendapat bahwa semua
intelenji atau akal berasal dari tuhan dan segala hal yang menyangkut dasar
semua ilmu juga baerasl dari tuhan.

5. Al-Ghazali

Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul Jalil, Abu Hamid Aththusi


Al-Ghazali adalah salah seorang filosof ternama yang berasal dari daerah
Thusi yang merupaka bagian dari Negara Persia. Al-Ghazali banyak
menghasilkan karya di bidang filsafat. Dan Al-Ghazali lebih cenderung
percaya terhadap akal dari pada kelima panca indra. Di zamannya, beliau
pernah mnjadi guru besar di Nidzamiyah, Baghdad selama empat tahun.
Beberapa kitab karangan Al-Ghazali yang terkenal antara lain Ihya Ulum
Ad-Din Tahafut, Al-Falasifah dan Al-Muqidz Min Adh-Dhalal.

F. Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam Filsafat Islam

Di antara persoalan yang dibahas oleh para filsuf Islam adalah soal akal,
wahyu, politik, penciptaan alam, akhlak, teologi, hukum Islam, dan Tasawuf.
Berbagai masalah tersebut termasuk hal-hal yang penting dalam kajian akademik
dan kehidupan manusia. Dalam hal ini akan dibahas masalah tentang akal dan
wahyu, timbulnya yang banyak dari yang Mahasatu (Tuhan) atau kejadian alam,
dan kelanjutan hidup sesudah roh terlepas dari badan.

1. Hubungan Filsafat (akal) dan Agama

Hubungan filsafat dan agama merupakan hubungan yang sangat erat


kaitannya. Filsafat dan Agama safawi tidak bisa bertentangan. Dalam
kajiannya filsafat membahas tentang kebenaran dan wahyu membawa
informasi tentang kebenaran. Keduanya sama-sama membahas tentang
kebenaran. Selanjutnya Agama disamping wahyu juga menggunakan akal,
filsafat juga memakai akal. Filsafat yang paling tinggi adalah filsafat yang

9
membahas Al-Haqq Al-Awwal. Membahas soal Tuhan diwajibkan dalam
Islam. Oleh karena itu mempelajari filsafat dalam islam tidak dilarang.4

2. Tentang kejadian alam

Dalam membahas Tuhan, para filsuf itu ingin menjelaskan keesaan


mutlak Tuhan. Menurut Al-Kindi, Tuhan tidak mengandung arti juz’i
(particular) dan tidak pula mengandung arti kulli (universal).Ia adalah
semata-mata satu. Hanya ialah yang satu, selain-Nya mengandung arti banyak.
Untuk menjauhkan Tuhan dari arti banyak Al-Farabi sebagaimana Plotinus
berpendapat, bahwa alam ini memancar dari Tuhan dengan melalui akal-akal
yang jumlahnya sepuluh. Antara alam materi dan Tuhan terdapat pengantara.
Tuhan berpikir tentang diri-Nya. Akal pertaman berpikir tentang Tuhan, dan
dari prmikiran ini tibulah akal kedua. Akal kedua ini berpikir tentang Tuhan,
dan timbulah akal ketiga dengan demikian seterusnya sehingga terwujud akal
kesepuluh.

Akal pertama selanjutnya berpikir tentang dirinya dan dari pemikiran


kedua inilah timbul langit pertama. Akal-akal lainnya juga berpikir tentang
dirinya masing-masing, dan dari pemikiran ini timbullah bintang-bintang,
Saturnus, Jupiter, Mars, Matahari, Venus, Mercurius, Bulan, dan Bumi serta
semua yang ada di dalamnya. Dengan demiian Tuhan Yang Maha Esa tidak
mempunyai hubungan langsung malahan jauh dari alam materi yang
mengandung arti banyak ini, demikianlah pendapat Al-Farabi.

Ibn Sina mempunyai filsafat emanasi yang sama dengan Al-Farabi. Bagi
Ibn Sina akal-akal itu ialah malaikat, dan Akal Kesepuluh yang mengatur
Bumi adalah Jibril. Menurut mereka kejadian alam adalah kejadian dalam
bentuk pancaran yang tidak mempunyai permulaan waktu. Dapat dipahami
bahwa materi asal yang menjadi dasar alam bagi mereka bersifat qodim,
dalam arti tidak mempunyai permulaan dalam waktu. 5

4
AmsalBakhtiar, Tema-TemaFilsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet I, hlm. 120-121
5
Natta Abuddin, 2011. Studi Islam Komprehensif, Jakarta:KENCANA, hlm. 305

10
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Lahir dan berkembangnya pemikiran filosofis dalam Islam merupakan sebuah


realitas historis yang nisacaya karena adanya interaksi yang terbangun antar
bangsa Arab muslim dengan daerah-daerah yang di lakukan (bangsa non muslim),
yakni Bangsa Persia, India dan terutama sekali adalah Bangsa Yunani, sehingga
filsafat Islam di katakan banyak mengandung unsur hellenisme. Hasil dari proses
interaksi itulah kemudian melahirkan semangat intelektual untuk melakukan
penerjemahan terhadap karya berbagai karya-karya baik Yunani, Persia, maupun
India kedalam bahasa Arab. Gerakan penerjemahahan berkembang pesat karena
mendapat dukungan penguasa (khalifah). Dari hasil penerjemahan tersebut,
lahirlah pemikiran-pemikiran filosofis dalam Islam. Dalam pengembangan
selanjutnya pemikiran-pemikiran para filosof non-muslim itu di kembangkan
sesuai dengan Akidah dan ajaraj-ajaran Islam, agar tidak bertentangan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fuad Al-Bawain, 2008. Filsafat Islam, 2008. Jakarta: Pustaka Firdaus

Amsal Bakhtiar, Tema-Tema Filsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006,
cet.I

Haidar Bagir, 2005, Buku saku filsafat Islam PT Mizan pustaka

Natta Abuddin, 2011. Studi Islam Komprehensif, Jakarta:KENCANA

Zar Sirajudin, 2010. Filsafat islam, PT RAJAGRAFINDO PERSADA cet. 4

12

Anda mungkin juga menyukai