Anda di halaman 1dari 5

PANDANGAN ABADA 20AN PADA PEMBATASAN ILMU

- Kriteria operasional
o Posisi terdahulu Bridgman
o Posisi revisi Bridgman
- Kriteria yang dapat diverifikasikan
o Carnap dalam kemampuan menerjemahkan ke dalam Bahasa empiris
o Ayer dalam kededuktifan dalam pernyataan observasi
o Popper dalam falsafahsebagfai kriteria dari metode empiris
Percy Williams Bridgman (1882-1961) adalah seorang fisikawan,
yang pernah mendapatkan penghargaan Nobel, yang merintis
investigasi tentang sifat-sifat materi yang berada di bawah tekanan
tinggi. Hasil eksperimennya meliputi hal-hal elektrikal dan termal
dalam substansi yang beragam pada tekanan setinggi 100.000
atmosfer. Pada tahun 1939 ia menutup laboratorium tekanan
tingginya di Harvard bagi para pengunjung dari beberapa negara,
yang menjadi kontroversi di kalangan akademisi. Bridgman
menjuarai orientasi metodologis yang dikenal sebagai
operasionalisme, yang tekanannya ditempatkan pada operasi yang
ditampilkan untuk menetapkan nilai pada konsep saintifik
Rudolf Carnap (1891 – 1970) adalah anggota Vienna Circle (1926 –
1935), yang kemudian mengajar di University of Chicago dan UCLA.
Kontribusinya pada filsafat ilmu adalah ilmu hal-hal formal pada
sistem Bahasa, definisi dari konsepsaintifik, dan struktur dari teori
saintifik. Sebagai tambahan, dia membangun logis induktif untuk
memperkirakan “derajat konfirmasi: sebagai hubungan antara
hipotesis dan kalimat bukti pernyataan.

Alfred J. Ayer (1910 - ) adalah seorang Wykeham Professor of Logic


di Oxford. Ayer memiliki tanggung jawab besar dalam
memperkenalkan pada negara (Inggris) tentang sudut pandang dari
Vienna Circle. Dalam Bahasa, Kebenaran, dan Logika (1936), dia
dengan paksa menerapkan kriteria verifikasi pada evaluasi moral dan
metafisika dan klaim teologis tentang apa yang melampaui
pengalaman. Kemudian, Ayer telah berkontribusi dalam studi
epistemology pada The Problem of Knowledge (1956) dan The
Concept of a Person (1963).

Karl Popper (1902 - ) adalah seorang professor di bidang logika dan


metode saintifikdi University of London. Dalam pengaruh Logic of
Scientific Discovery (Jerman 1934, Inggris 1959), Popper mengkriti
pencarian Vienna Circle tentang kriteria dalam pernyataan empiris
yang bermakna, dan lebih menyarankan bahwa ilmu empiris dibatasi
dari pseudo-science sehubungan dengan metodologi yang
dipraktikkan. Dia telah menegaskan lagi dan menambah posisi ini
dalam Conjectures and Refutations (1963). Selama perang dunia II,
Popper mempublikasikan The Open Society and its Enemies, sebagai
serangan pada Plato, Hegel, Marx,dan semua filsuf yang dalam
memaksakan memberlakukan hokum yang tak terhindarkan tentang
sejarah.
Aristoteles adalah filsuf pertama dalam ilmu yang menekankan
pembarasan pada interpretasi saintifik dari interpretasi non-saintifik.
Ia menekankan bahwa pembatasan ini harus tercapai sebelumnya di
subdivisi dari interpretasi saintifik pada hal-hal yang diterima dan
yang tidak.

Galileo selanjutnya mengaplikasikan pandangan Aristotele untuk


mengecualikan wilayah sains, sangat yakn dengan interpretasi
Aristotele sendiri. Dengan membatasi interpretasi saintifik untuk
pernyataan tentang kualiras utama, Galileo meniadakan dari
impreteasi sains yang menarik dari “gerakan alamiah” menjadi
“tempat-tempat alamiah”
Pada bagian awal dari abad 20an, jumlah dari ilmuan dan filsuf
mengarah padamasalah pembatasan. Satu hasil yang penting adalah
pernyataan orientasi metodologis yang dikenal sebagai
“operasionalisme”.

Kriteria Operasional
Operasionalisme adalah tesis tentang pembatasan dari konsep saintifik, tesis
yang diturunkan, yang dalam bagiannya, terdapat desakan Newton yang ilmu
eksperimentalnya hanya beruruaan dengan hal-hal yang nilainya dapat diukur.
Operasionalisme sering diasosiasikan dengan tulisan-tulisan P. W. Bridgman.
Bridgman hanya mengklaim bahwa yang telah membuat secara eksplisit sebuah
metode yang sudah dipraktekkan oleh ilmuan terpercaya—terutama Mach,
Poincaré, Duhem, dan Einstein.
Mach, sebagai contoh, dalam pengulanagan
reformasinya dalam mekanisme Newtonian,
menyarankan sebuah definisi dari “massa”
dalam ketentuan dari sebuah hasil operasi
yang ditempilkan. Definisi menetapkan,
pada bagian, yang perbandingan dari dua
massa adalah sama dalam rasio
kebalikannya dalam percepatan dari dua
tubuh, diamati dalam kondisi spesifik. Mach
menekankan bahwa definisi dari “masa”
dalam ketentuan observasi gerak, adalah
jelas superior, pada beberapa definisi verbal
dalam ketentuan “jumlah materi”. Mach
juga memeriksa konsep Newton tentang
Ruang Absolut dan Waktu Absolut, dan
merumuskan bahwa, semejak tidak ada
operasi yang dapat ditampilkan untuk
menetapkan nilai dari konsep-konsep ini,
mereka harusnya sudah dihapus dari fisika.

Poincaré, mengadopsi sudut pandang yang


serupa, dijealskan prinsip umum bahwa
konsep sangat berguna hanya untuk ilmu
apabilakita tau cara mengukur nilai. Untuk
alasan ini, dia mengkritik bahwa klaim yang
konsep ini adalah sebuah ekstrapolasi dari
penangkapan intuisi langsung kita. Yang
dihitung, berdasarkan Poincaré, adalah
bukan apa yang dipaksakan, tapi lebih pada
bagaimana pengetahuan mengukur itu.

Duhem juga bersikeras bahwa konsep


saintifik dijelaskan dengan referensi dari
operasi fisikal. Ia menyajikan kembali tesis
Galileo yang pada tahap pertama dalam
penyelidikan ilmiah adalah seleksi dari
kualitas dasar yang merupakan subjek dari
operasi pengukuran. Tidak seperti Galileo,
bagaimanpun, Duhem mengenal karakter
provisional kualitas dari hal-hal tersebut. Ia
mengobservasi bahwa kualitas telah dilabeli
“dasar” hanya pada beberapa teori, dan ia
memasukkan itu kedalam penelitian
selanjutnya yang mungkin akan
menurunkan kulaitas lain, atau bahkan
mengganti semuanya.
Sebagai tambahan, Duhem memperpanjang
ketentuan operasional untuk teori saintifik. Ia
mengelola teori yang secara empirisa signifikan
hanya jika hasilnya membuat pernyataan
tentang konsep yang nilainya dapat diukur. Tapi
ia juga mengenalkan bahwa tidak semua
ketentuan teori perlu disambungkan dengan
operasi pengukuran. Duhem menetapkan
bahwa penggunaan variable intervensi adalah
legitimasi yang tersedia dalam konsekuensi dari
teori deduktif, yang variabelnya tertanam, dan
telah dikonfirm oleh pengalaman.
Itu adalah diskusi Einstein tentang konsep
dari keserentakan, bagaimanapun, yang
paling mengesankan Bridgman. Bridgman
menunjukkan bahwa sebelum hasil
penelitian Einstein, keserentakan
diasumsikan menjadi hal objektif dari dua
atau lebih kejadian. Kejadian A dan B telah
dipercaya untuk memiliki satu dan ganya
satu dar tiga kemungkinan hubungan
temporal: A muncul sebeum B, A muncul
setelah B, arau A dan B muncul secara
bersamaan.

Dalam pembatasan ilmu


Einstein bertanya bagaiman fisikawan dapat mendirikan 2 kejadian secara
bersamaan. Ia menggarisbawahi bahwa ada banyak dugaan dari keserentakan
melibatkan pengukuran dari kejadian oleh peneliti. Seperti pengukuran,
sebaliknya, mengandaikan pertukaran informasi dari kejadian kepada peneliti
dengan sarana sinyal. Tapi semenjak ertukran infoemasi tidak bisa dilakukan
dengan instan, dugaan tentang kemunculan keserentakan dari dua kejadian
harus tergantung pada gerakan relative dalam sistem yang mengandung
kejadian dan peneliti. Memberikan set tertentu dari gerakan, penelti Smith
dalam sistem I mungkin menilai bahwa kejadian A pada sistem I dan kejadian
B pada sistem 2 adalah bersamaan. Peneliti Jones pada sistem 2 mungkin
menilai sebaliknya. Dan ada alasan teoritis untuk mengarah pada determinasi
Simth pada Jones. Einstein menympulkan bahwa “kebersamaan” adalah secara
predikat benar hanya saat melibatkan hubungan dua atau lebih dari kejadian dan
peneliti.

Posisi Awal Birdgman


Bridgman sangat terkesan oleh kesuksesan dari teori relativitas khusus, dan ia
menyelesaikan untuk menggambarkan keberhasilan Einstein dalam pelajaran
epistemology. Satu hasil yang penting dari Einstein adlaah konsep
“kebersamaan absolut” tidak memiliki empirical yang signifikan. Bridgman
menyarankan prinsip umum bahwa semua konsep yang tidak berhuungan
dengan prosedur pengukuran harus dihilangkan dari fisika. Ia mengobservasi
bahwa:

Jika secara konvensional kita setuju untuk hanya menggunakan konsep dalam
menjelaskan situasi fisikal untuk hal yang kita bisa berikan arti pada operasi
fisika, maka kita yakin bahwa kita tidak perlu untuk menarik.

Bridgman mengakui bahwa hubungan antara menentukan nilai dalam konsep


dan prosedur pengukuran bisa menjadi kompleks. Ia menjelaskan, sebagai
contoh, bahwa tekanan dalam tubuh yang cacat telah dihitung dengan teori
matematika dari mengukuran yang dibuat oleh permukaan tubuh. Namun,
tekanan adalah bonafide konsep ilmiah yang memuaskan kriteria operasional
dalam pembatasan. Bridgman menganggap bahwa kasus ini bukan lain untuk
ruang absolut, waku absolut, dan dalam ide tersebut, sebagai pergerakan tata
surya melalui ruang, kedua instrument pengukuran dan dimensi dari objek
diukur kontra pada nilai yang sama.
Dalam The Logic of Modern Physics (1927), Bridgman membuat klaim lebih
jauh untuk analisis operasional. Sebagai tambahan, untuk memformulasikan
kriteria operasional dari pembatasan untuk konsepsaintifik, ia menegaskan arti
dari teori operasional. Bridgman menkalim bahwa arti dari konsep adalah tidak
ada apa-apanya dibandingkan dengan penampilan operasional yang lebih
banyak untuk menentukan nilai dari hal itu. Ia mendeklarasikan bahwa:

Konsep dari panjang adalah… pasti saat operasi yang panjangnya adalah diukur
secara pasti: itu adlah, konsep dari panjang melibatkan banyak dan tidak lebih
banyak dari set operasi yang secara panjang telah ditentukan. Seara umum, kami
mengartikan bahwa setiap konsep tidak leih dari set operasional; konsep ini
adalah kesamaan dengan korespondensi set dari operasio.

Konsep temperature, sebagai contoh, tidak berarti lebih dari operasi yang secara
nilai, temperature ditentukan. Karenanya, “temperature diukur dengan
thermometer” dan “temperature dukur dengan thermocouple” adalah dua
konsep yang berbeda.

Posisi Revisi Bridgman


Pada penulisan selanjutnya, Bridgman menegaskan kembali kriteria operasional
dari pembatasan konsep saintifik. Konsep saintifik bonafide harus
menyambung, bagaimanapun secara tidak langsung, untuk prosedur
pengukuran. Bagaimanapun, ia merevisi klaim sebelumnya tentang arti dari
konsep keamsamaan dengan penampilan operasi untuk mengaplikasikan itu
pada situasi saintifik. Posisi selanjutnya adalah konsep dapat dikatakan sebagai
sinonim dengan operasi hanya jika dihitung sebagai “operasi” beberapa
aktivitas. Pada nalar tentang “operasi”, ini akan sia-sia untuk digunakan sebagai
“definisi operasional”.
Bagaimanapun, konteks yang Bridgman jelaskan dari teori operasional dalam
arti telah memberikan banyak diskusi pada prosedur instrumental untuk
meyakinkan nilai pada konsep seperti panjang dan waktu. Beberapa kritik
mengasumsikan bahwa teori Bridgman yang sebelumnya adalah arti dari
konsep empiris signifikan adalah operasi fisikal ditampilkan dalam menetapkan
nilai tersebut. R. B. Lindsay adalah salah satu krtitikus dari diskusi Bridgman
dalam The Logic of Modern Phsics and The Nature of Physical Theory (1936)
mendukung klaim Bridgman sendiri bahwa ia tidak pernah mempertahankan
posisi ini. Sebenarnya, posisi Bridgman dalan konsep dan operasi fisika hamper
sama dengan Duhem. Bridgman bersikeras bahwa beberapa dari konsep teori
harus berhubungan dengan operasi pengukuran. Tapi dengan adanya teori yang
menjelaskan kriteria pembatasan, ia mengijinkan konsep didefinisikan hannya
dengan “operasi pinsil dan kertas” yang menghubungkan mereka dengan
konsep lain.

Anda mungkin juga menyukai