Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi atas segala

sesuatu, sehingga secara alamiah manusia berpikir untuk

mencari kebenaran. Dimana dengan pemikiran itu maka

terciptalah pengetahuan. Pengetahuan tidak hanya tercipta dari

suatu pemikiran manusia saja, pengetahuan juga ada yang

berasal dari pengalaman hidup manusia.

Manusia adalah ciptaan tuhan; makluk yang selalu berfikir,

merasa, mencipta, dan berkarya. Dalam kesehariannya manusia

tumbuh dan berkembang serta mengembangkan diri sesuai

dengan harkat dan martabat serta keberadaannya keadaan

lingkungan yang bervariasi menuntut manusia lebih bijaksana,

arif, selektif, dan kreatif dalam menyikapinya.

Mencintai pengetahuan adalah awal proses manusia mau

menggunakan daya pikirnya, sehingga mampu membedakan

mana yang riil dan mana yang ilusi. Orang Yunani awalnya

sangat percaya pada dongeng dan mitos. Seiring dengan

perkembangan zaman, kemudian berubahlah pola pikir orang-

orang terdahulu menjadi pola pikir yang berdasar pada

pengalaman, rasio dan dibuktikan kebenarannya dengan

penelitian.

Kemampuan manusia dalam menghadapi masalah yang

muncul dan terdapat pada dirinya sangat dipengaruhi pula oleh


2

tingkatan kemampuan, ilmu pengetahuan keterampilan dan

kecakapan yang dimiliki untuk mempersepsikan dan memaknai

masalah, memformulasikan masalah, merumuskan alternatif

tindakan yang tepat . penalaran manusia yang tinggi dan

pemanfaatan pendekatan ilmiah dalam mencari kebenaran akan

mendorong manusia mengatasi masalah yang dihadapi.

Kemampuan dan ilmu manusia baru dapat arti kalau mereka

mampu meneliti sesuatu, sehingga mengerti dan mampu

mendsekripsikan sesuatu dalam kontesks yang sebenarnya dan

bertindak atas penalaran yang kuat untuk mencari dan

menemukan kebenaran. Serta memperkaya khazanah ilmu

pengetahuan dan teknologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian filsafat ilmu?

2. Apa saja kasifikasi ilmu?

3. Apa ciri-ciri ilmu?

4. Bagaimana sistem kerja keilmuan?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, maka yang tujuan masalah

dalam ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat ilmu

2. Untuk mengetahui klasifikasi ilmu


3

3. Untuk mengetahui ciri-ciri ilmu

4. Untuk mengetahui sistem kerja keilmuan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Ilmu

1. Pengertian Filsafat

Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani

Philosophia, Philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada

sesuatu, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan

demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau

kecenderungan pada kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali

digunakan oleh Pyhthagoras.1 Dahulu sophia tidak hanya berarti

kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama,

pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat

sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam

memutuskan soal-soal praktis jadi secara etimologi filsafat

berarti cinta terhadap kebijaksanaan atau kebenaran.2

1
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu. (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar Offset, 2010), h. 2.
2
Amsal Baktiar, Filsafat Ilmu (Cet XI, Jakarta; Rajawali Pers, 2012) h. 4.
4

Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani

Philosophia, Philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada

sesuatu, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan

demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau

kecenderungan pada kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali

digunakan oleh Pyhthagoras.3

Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki pada kata

falsafah dari bahasa Arab, philosopy dari bahasa Inggris,

philosophia dari bahasa Latin dan philosophie dari bahasa

Jerman, Belanda dan Perancis. Semua istilah itu bersumber pada

istilah Yunani philosophia, yaitu philein berarti mencintai,

sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya, istilah sophos

berarti bijaksana, sedangkan sophia berarti kebijaksanaan.4

Dalam buku falsafat ilmu yang ditulis Amsal Bakhtiar yang

mengutip dari kamus besar bahasa indonesia, filsafat berkaitan

dengan pengetahuan, penyelidikan dengan menggunakan akal

budi mengenai hakikat segala sesuatu yang ada, sebab, asal,

dan hukumnya.5

Beberapa tokoh dalam sejarah filsafat juga memberikan

definisi tersendiri yang perlu kita ketahui agar dapat memahami

akata filsafat ini dari berbagai sudut pandang, diantaranya: Plato,

mengatakan filsafat adalah penemuan kenyataan atau

kebenaran yang bersifat absolut, lewat dialektika. Kemudian al

3
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, h. 2.
4
Muzairi, Filsafat Umum. (Yogyakarta, 2009), h. 6.
5
Amsal Baktiar, Filsafat Ilmu h. 5.
5

Farabi menjelaskan bahwa filsafat ialah ilmu tentang alam yang

maujud dan bertujuan untuk mengetahui hakikat sebenarnya.

Sedangkan Ibnu Rusd, yang menerangkan bahwa filsafat

merupakan pengetahun otonom yang yang perlu dikaji oleh

manusia karena diberikan anugerah akal. Alquran memerintakan

kepada manusia untu berfilsafat agar dapat mendekatkan diri

kepada Tuhan. Kemudian secara rinci Immanuel Kant

menerangkan bahwa filsafat adalah ilmu dari segala

pengetahuan, yang mencakup didalamnya berbagai persoalan

yang meliputi: Apa yang dapat kita ketahui?, apa yang boleh kita

kerjakan?, sampai dimana pengahrapan kita? Apa yang

dinamankan manusia?6

Kemudian Susanto menyatakan bahwa menurut Istilah,

filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji

tentang masalah-masalah yang muncul dan berkenaan dengan

segala sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun immateri

secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu

yang sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta

berpikir secara rasional-logis, mendalam dan bebas, sehingga

dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan masalah-

masalah dalam kehidupan manusia. 7

Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf

sangat beragam, Al-Farabi mengartikan filsafat adalah ilmu yang

menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (ilmu


6
Amsal Baktiar, Filsafat Ilmu h. 7.
Susanto Filsafat Ilmu Suatu Kajian Dalam Dimensi
7
Ontologis
Epistimologis Aksiologis (Cet. I, Jakarta; Bumi Aksara, 2011) h. 48.
6

itu ada, dengan kehidupan yang ada). Ibnu Rusyd mengartikan

filsafat sebagai ilmu yang perlu dikaji oleh manusia karena dia

dikaruniai akal. Francis Bacon filsafat merupakan induk agung

dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan

sebagai bidangnya. Immanuel Kant filsafat sebagai ilmu yang

menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di

dalamnya mencakup masalah epistimologi yang menjawab

persoalan apa yang dapat kita ketahui. Aristoteles mengartikan

filsafat sebagai ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung

di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,

ekonomi, politik, dan estetika. Adapun Rene Descartes

mengartikan filsafat sebagai kumpulan segala pengetahuan, di

mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.8

Dalam hal ini penyusun menyimpulkan bahwa filsafat

adalah merupakan sistem dalam berfikir secara logika dengan

melibatkan segala aspek yang ada, mulai dari hakikat sesuatu,

cara mengetahui, dan nilai guna sesuatu tersebut. Filsafat

merupakan segala proses yang dikerahkan dengan

menggunakan segala hal yang bisa digunakan untuk

memperoleh sesuatu.

2. Pengertian Ilmu

8
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Cet. I, Jakarta, Rajawali Pers, 2010),
h. 2-3.
7

Ilmu berasal dari rasa kagum manusia akan alam yang

dihadapinya. Manusia dibekali hasrat ingin tahu, dan sifat ingin

tahu tersebut telah dapat ditemukan manusia sejak masih kanak

kanak. Pertanyaan pertanyaan apa ini, mengapa begini, kenapa

bisa terjadi akan diemukan sepanjang sejarah manusia dan

dengan dorongan rasa inin tahu berupaya ingn menjawab setiap

pertanyaan pertanyaan tersebut.9

Istilah ilmu berasal dari bahasa arab dan dipakai didalam

alquran dengan akar kata ain, lam, dan mim. Kata ini kemudian

diterjemahkan kedalam bahasa indonesia dengan arti

pengetahuan. Dan kata ilmu itu sendiri diserap dan

dipergunakan pula dengan makna yang berbeda. Karena

hubungan keduanya yang sangat erat, maka kadang pelajar

tidak membedakan maknanya. Suatu keadaan yang tidak

seharusnya tidak dialami oleh seorang mahasiswa atau peneliti.

Pengetahuan juga dirumuskan bahwa kekayaan batin yang

dimikili seseorang dalam kalbunya, atau dalam ungkan

sederhana bahwa pengetahuan adalah segala yang diketahui.10

Secara lesikal, tahu bermakna: mengerti sesudah melihat,

menyaksikan, atau mengalami dsbg, kenal; mengindahkan atau

peduli, mengerti; pandai, cakap; insaf, atau sadar. Sedangkan

ilmu diartikan: pengetahuan tentang sesuatu bidang yang

disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat

9
Sitti Mania, Metodologi Peneltian Pedidikan dan Sosial (Cet. I,
Makassar:Alauddin Unversity Press. 2013) h. 1-2.
Abd. Mui Salim dkk.
10
Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’iy
( Makassar: Alauddin Pers, 2009) h. 45.
8

digunakan menerangkan gejala tertentu dibidang (pengetahuan)

itu.11

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi

merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori

yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan

seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.

Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia

berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang

dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.12

Ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia

dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Ilmu merupakan

salah satu dari pengetahuan manusia. Untuk bisa menghargai

ilmu sebagaimana mestinya sesungguhnya kita harus mengerti

apakah hakekat ilmu itu sebenarnya. Seperti kata pribahasa

Prancis “mengerti berarti memaafkan segalanya”. Tujuan utama

kegiatan keilmuan adalam mencari pengetahuan yang bersifat

umum dalam bentuk teori, hukum, kaidah, asas dan

sebagainya.13

Dalam kajian kefilsafatan ilmu mengandung tiga makna

yaitu ilmu sebagai produk, ilmu sebagai metode, dan ilmu

sebagai proses. Sebagai produk merupakan kumpulan

11
Abd. Mui Salim dkk. Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’iy h. 45
C.A. Van Peursen: Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Terj. Arief
12

Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, (Cet. I, Bandung: Pustaka
Sutra, 2008). h. 7-11.
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan dan
13

karangan Tentang Hakekat Ilmu. (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.


19.
9

pengetahuan atau informasi yang handal dan teruji

kebenarannya dan diperoleh melalui pemikiran yang logis dalam

bentuk metode ilmiah. Sebagai metode adalah serangkaian

proses cara kerja dan langkah sistematis untuk memperoleh

pengetahuan yang teruji kebenarannya, metode ini disebut ilmu.

Sedangkan sebagai proses berkenaan dengan pelaksanaan

kegiatan penelitian yang menghasilkan ilmu.14

Dari beberapa sumber tersebut penyusun menemukan titik

terang bahwa ilmu merupakan bagian dari pengetahuan, dimana

ilmu tersebut merupakan bagian dari pengetahuan dengan

disiplin khusus dan mampu berdiri sendiri dengan metodologinya

sendiri yang telah tersusun secara sistematis.

3. Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat penegtahuan

secara spesifik yang mengkaji hakikat ilmu pengetahuan ilmiah.

Ilmu merupakan cabang dari pengetahuan, dimana filsafat ilmu

ialah suatu usaha akal manusia yang teratur dan taat mengenai

asasnya untuk menuju penemuan keterangan pengetahuan yang

benar.15

Filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas

cakupannya, karena itu titik tolak untuk memahami dan

mengerti filsafat adalah meninjau dari segi etimologis dan

terminologis. Tinjauan secara etimologi dan terminologi adalah

membahas pengertian secara bahasa dan istilah atau kata dari


14
Abd. Mui Salim Dkk. Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’iy h. 45-46.
15
Amsal Baktiar, Filsafat Ilmu h. 12.
10

segi asal usul dan pendapat dari kata itu. Oleh karena itu

pengertian filsafat ilmu dapat ditinjau dari dua segi yakni secara

etimologi dan terminologi. Akan tetapi sebelum membahas

masalah pengertian filsafat ilmu akan lebih baiknya kita

mengetahui apa itu pengertian dari filsafat dan ilmu.16

Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan, atau

epstimolgi yang mencoba menjelaskan rahasia alam semesta,

agar gejala alamiah tersebut tidak lagi menjadi misteri. nSecara

umum pengelompokan pengetahuan menjadi tiga yaitu; 1.

Penegtahuan yang baik dan yang buruk, ataun disebut etika. 2.

Pengetahuan yang indah dan tidak indah atau estetika. 3.

Penegtahuan yang benar atau tidak benar atau logika.17

Filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas

cakupannya, karena itu titik tolak untuk memahami dan

mengerti filsafat adalah meninjau dari segi etimologis dan

terminologis. Tinjauan secara etimologi dan terminologi adalah

membahas pengertian secara bahasa dan istilah atau kata dari

segi asal usul dan pendapat dari kata itu. Oleh karena itu

pengertian filsafat ilmu dapat ditinjau dari dua segi yakni secara

etimologi dan terminologi. Akan tetapi sebelum membahas

masalah pengertian filsafat ilmu akan lebih baiknya kita

mengetahui apa itu pengertian dari filsafat dan ilmu.18

16
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer
(Jakarta. Sinar Harapan. 2005) h. 33
Susanto Filsafat Ilmu Suatu Kajian Dalam
17
Dimensi Ontologis,
Aksiologis dan Epistimologis, (Cet. I, Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h.35.
18
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer
(Jakarta. Sinar Harapan. 2005) h. 33
11

Pada hakikatnya filsafat ilmu dapat ditelusuri dari empat

hal sebagai berikut:

1. Sumber ilmu pengetahuan dari mana?

Sumber ilmu pengetahuan mempertanyakan darimana

ilmu pengetahuan diperoleh. Ilmu pengetahuan diperoleh dari

pengalaman (emperi) dan akal (ratio). Akhirnya timbul paham

atau aliran yang disebut empirisme dan rasonalisme. Aliran

empirisme yaitu paham yang menyusun teorinya berdasarkan

pengalaman yang tokoh tokoh diataranya David Hume dan Jhon

Locke. Sedangkan aliran rasionalisme menyusun teorinya

berdasarkan rasio. Tokoh tokoh liran ini seperti, Spinoza, Rene

Descartes. Aliran empirisme menggunakan metode induksi

sedangkan rasionalisme menggunakan metode dedukdsi.

Sedangkan ada juga yng mensitesakan deduksi dan induksi yaitu

Immanuel Kant.19

2. Batas-batas Ilmu Pengetahuan

Menurut Kant apa yang kita tangkap dengan panca indera

itu hanya sebatas gejala fenomena, sedangkan substansi

yangdidalamnya tidak sapat kta tangkp dengan panca idra

disebut neomenon. Apa yang dapat ditangkap dengan panca idra

memang penting namun tidak hanya sebatas sampai disitu saja.

Sesuatu yang dapat kita tangkap dengan panca indra adalah hal-

hal yang berada didalam ruang dan waktu dan sesuatu yang

berada diluar ruang waktu diluar panca indra kita. Itu terdiri dari

Imam Gunawan Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Cet. IV,
19

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016.) h.4.


12

tiga ide regulatif yakni: a. Ide kosmologis, yaitu tentang alam

semesta yang tidak dapat dijangkau dengan panca indra, b. Ide

tentang jiwa manusia, c. Ide Teologis yaitu tentang Tuhan sang

pencipta alam semesta.20

3. Strukturnya

Sesuatu yang ingin mengetahui adalah subjek yang

memiliki kesadaran. Sesuatu yang ingin kita ketahui adalah

objek. Diantara dua hal tersebut seolah olah terdapat garis

demarkasi. Sebenarnya garis tersebut dijembatani oleh dengan

mengadakan dialektika.21

4. Keabsahan

Berfikir adalah kreativitas manusia untuk menemukan

kebenaran. Apa yang disebut seseorang benar belum tentu

benar bagi orang lain. Olehnya itu ada beberapa teori untuk

menentukan kriteria ukuran sebuah kebenaran. Dalam hal ini,

tiga teori untuk mengungkapkan kebenaran yaitu; teori

korespondensi, teori koherensi dan teori pragmatisme.22

Dari bebagai penjelasan tersebut maka penyusun

menyimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan bahagian dari

filsafat yang mengkaji secara mendalam sitematika, prosedur,

metodelogi untuk memformulasikan sistem yang benar dalam

meperoleh kebenaran ilmiah.

20
Imam Gunawan Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik h. 4-
5.
21
Imam Gunawan Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik h. 5.
22
Imam Gunawan Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik h. 5.
13

B. Klasifikasi Ilmu

Menurut objek ilmu terbagi menjadi tiga bagian yaitu ilmu

alam. Ilmu sosial, dan humaniora. Berikut penjabarannya:

1. Ilmu-ilmu Alam

Ilmu alam disebut juga dengan natural sciences adalah

ilmu yang mempelajari susunan benda dan perkembangannya,

sumber ilmu ini adalah alam, dimana manusia mendorong rasa

ingin tahunya untuk menyingkap rahasia alam. Agar dapat

mempertanggung jawabkan kebenarannya maka ditetapkanlah

metodologi ilmiah yang menggabungkan cara berfikir deduktif

dan induktif. Dengan cara ini maka manusia dapat menyingkap

rahasia alam semesta dan melahirkan disiplin ilmu seperti; kimia,

fisika, matematika, biologi, geologi astronomi dll.23

2. Ilmu-ilmu Sosial

Ilmu sosial adalah ilmu penegetahuan yang mempelajari

hubungan antar manusia, antara manusia dengan kelompok

manusia serta sifat dan perubahan buah pemikiran sosial

sehingga dapat memhami masyarakat umumnya.24

23
Koko Abdul Kadir, Metodologi Studi Islam, (Cet. I, Jakarta: Pustaka
Setia 2014) h. 99-100.
24
Koko Abdul Kadir, Metodologi Studi Islam, h. 104-105.
untuk

metode

berikut:

T
t
k
u
v
b
O
H
Ilm
3. Humaniora

n
o
(K
p
s
e
iP
r
a
-h
)
Humaniora adalah ilmu kejiwaan yang dikurangi dengan

ilmu-ilmu sosial, ia mencakup bahasa, sastra, kebudayaan,

filsafat, etika, hukum serta agama (teologi).25

bagian
Bagi penyusun

dari

memudahkan

1. Sistematis
untuk
pembagian

mensistematiskan

pengetahuan dimana disetiap

tersebut sangatlah mebantu.

C. Ciri-ciri Ilmu
pengembangan

mendapatkan
ilmu tersebut

penyusunan

hasil
maka

Karena ilmu pengetahuan merupakan dibagun dengan

yang

keabsahannya maka terdapat ciri-ciri ilmu pengetahuan sebagai

Ilmu pegetahuan bersifat sistematis, artinya ilmu

pengetahuan ilmiah dalam upaya menjelaskan sesuatu teori .

dengan kata lain teori dipergunakan sebagai alat utuk

menjelasakan gejala dari kehidupan sehari-hari, ciri sistematis

ilmu pengetahuan dapat digambarkan sebagai berikut:

25
bidang

klasifiksi tersebut bidang ilmu

didalamnya meiliki kemiripan dalam metodologinya sehingga

dapat

Koko Abdul Kadir, Metodologi Studi Islam, h. 105-106.


14

merupakan

ilmu

pengelompokan

dakui
15

a. Presepsi sehari-hari

Berdasarkan prespsi sehari-hari terhadap fenomena yang

disampaikan dalam bahasa sehari-hari, kemudian diobservasi

agar menghasilkan makna.

b. Observasi

Untuk menyusun konsep ilmiah maka dibutuhkan definisi.

Dimana definisi ini akan mempertegas objek yang yang akan

diteliti

c. Hipotesis

Berawal dari konseo ilmiah yang merupakan pernyataan-

pernyataan yang mengandung informasi dan kedua penrnytaan

tersebut digabung menjadi preposisi dan preposisi tersebut diuji

kebenarannya.

d. Hukum

Adalah hipotesis yang sudah diuji kebenarannya disebut

dalil hukum
16

e. Teori

Keseluruhn dalil atau hukum yang tidak bertentangan

satusama lain dan dapat menjelaskan fenomena tersebut.26

Tahapan tersebut merupakan gamabran bahwa untuk

menyusun prespesi sampai kepada teori yang pada muaranya

jika dikelompokan menjadi cabang ilmu maka penyusun

memaknai bahwa sistematika dalam penyusunan untuk menjadi

ilmu adalah hal yang sangat penting sehinga ilmu dapat

dijelaskan karena memiliki metode tertentu dan jelas tahapan

penyusunannya.

2. Bisa Dipertanggungjawabkan

Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggung jawabkan

memlalui tiga macam sistem sebagai berikut:

a. Sistem Aksiomatis

Sistem ini berupaya untuk membuktikan kebenaran suatu

fenomena atau gejala sehari-hari mulai dari kaidah umum atau

rumus umum menuju rumus konkret.

b. Sistem Empirik

Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu gejala

khusus menuju ke umum.

c. Sistem Semantik/Linguistik

26
Imam Gunawan Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik h. 7-8
17

Sistem ini kebenarannya didapatkan dengan menyusun

preposisi-preposisi secara ketat, umumnya menggunakan

metode ini adalah ilmu bahasa.27

Penurut penyusun bahwa sifat dapat dipertangung

jawabkan merupakan sifat wajib ilmu, karena setiap tahapannya

tersusun secara jelas dengan objek yang jelas. Hal ini pada

hakekatnya jelas dapat dilakukan sebagaiman telah dijelaskan

ditambah dengan tolak ukur ilmu pengetahuan telah disusun

sesuai denga jenis dan bidangnya maka hal ini membuat ilmu

harus dapat dipertanggung jawabkan.

3. Objektif atau Intersubjektif

Ilmu pengetahuan bersifat mandiri atau milik orang

banyak. Ilmu pengetahuan bersifat otonom dan mandiri, bukan

milik perorangan (subjektif) tetapi antar subjek kegiatan ilmiah.

Dengan kata lain ilmu pengetahuan harus ditopang oleh

komunitas ilmiah.28

Jujun S. Suriasumantri juga menjeaskan secara spesifik

bahwa ilmu adalah suatu pengetahuan yang mencoba

menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi

merupakan misteri. Untuk itu ilmu membatasi ruang jelajah

kegiatannya pada daerah pengalaman manusia. Artinya, obyek

penelaahan keilmuan meliputi segenap gejala yang dapat

27
Imam Gunawan Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik h. 9.
28
Imam Gunawan Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik h. 9-
10.
18

ditangkap oleh pengalaman manusia melalui panca inderanya.

Adapun ciri-ciri ilmu yaitu:


29

1. Komprehensif; ruang lingkupnya luas dan lengkap.

2. Sinoptik; unsur-unsurnya memiliki kebersamaan yang

integral.

3. Sistematik; teratur menurut sistem, ada korelasi.

4. Memiliki obyek kajian yang jelas.

5. Relatif; bersifat sementara dan terbuka terhadap

penemuan baru, kreatif dan pragmatis.

6. Kebenaran ilmiah tidaklah bersifat difinitif, suatu teori

keilmuan yang dipandang benar pada kurun waktu

tertentu, mungkin saja salah dalam kurun waktu yang lain.

7. Koheren; runtut, unsur-unsurnya tidak boleh mengandung

uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain.

8. Sistematis; masing-masing unsur saling berkaitan satu

sama lain, ada sistem dalam susunan pengetahuan dan

dalam cara memperolehnya.

9. Konsepsional; jelas prosesnya.

10. Rasional; unsur-unsurnya berhubungan secara logis.

11. Intersubjektif, kepastian pengetahuan ilmiah tidaklah

didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman-

pemahaman secara subjektif, melainkan dijamin oleh

sistemnya itu sendiri.

12. Bersifat empiris, berdasarkan pengalaman,

penemuan, pengamatan, percobaan yang telah dilakukan.

Jujun S Sumantri Ilmu dalam Perspektif (Xet. XV, Jakarta: Yayasan


29

Obor Indonesia, 2001) h.65-68.


19

13. Kognitif; pernyataan yang terkait dengan keilmuan

itu memang bersifat mengandung hakikat kebenaran itu

sendiri.

14. Mempunyai dasar pembenaran/postulat; cara kerja

ilmiah diarahkan untuk smemperoleh derajat kepastian

yang sebesar mungkin.

15. Otonom; mempunyai kedudukan mandiri.

Maksudnya, meskipun faktor-faktor di luar ilmu juga ikut

berpengaruh, tetapi harus diupayakan agar tidak

menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri.

16. Memiliki hubungan fungsional dan hubungan kausal.

Ilmu harus dapat digunakan sebagai perwujudan

kebertautan antara teori dan praktis.

17. Ilmu harus bersifat tampa pamrih, karena hal itu erat

kaitannya dengan tanggung jawab ilmuan.30

18. Objektif; setiap ilmu terpimpin oleh obyek dan tidak

didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.

19. Progresif; suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah

sungguh-sungguh bila mengandung pertanyaan-

pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru

lagi.

20. Universal; berlaku umum (untuk semua orang atau

untuk seluruh dunia). Jawaban atas pertanyaan apakah

sesutu hal itu layak atau tidak layak tergantung pada

faktor-faktor subjektif.31

30
Jujun S Sumantri Ilmu dalam Perspektif h.68-70.
31
Jujun S Sumantri Ilmu dalam Perspektif h.68-70.
20

Dari ciri ciri sebagaimana yang dijabarkan oleh Jujun S

Sumantri, kaidah keilmuaan sangat syarat dengan metode ilmiah

yang digunakan. Dimana metode ilmiah, inilah yang menjadi

kata kunci dalam ilmu. Metode yang ilmiah akan menghasilakan

pengetaahuan yang bersifat ilmiah yang kita fahami sebagai

ilmu.

D. Sistem Kerja Keilmuan

Pengetahuan yang diperoleh dari pendekatan ilmiah

melalui suatu penelitian yang berdasarkan pada teori tertentu,

terori tersebut berkembang menjadi penelitian ilmiah yaitu

penelitian sistematis yang terkontrol berdasarkan data empiris.

Dan jika dilakukan penelitian yang sama dengan kondisi yang

sama maka hasilnya sama dengan sebelumnya. Dan terbuka

diuji oleh siapa saja yang hendak mengujinya.32

Dalam rangka mencapai kebenaran ilmiah dari suatu obyek

materi diperlukan pula sistem, yaitu hubungan secara

fungsional dan konsisten antara bagian-bagian yang terkandung

dalam sesuatu sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Hubungan yang demikian itu tidak lain adalah dalam rangka

mencapai satu tujuan, yaitu kebenaran ilmiah.

Dalam dunia ilmu pengetahuan, antara cara pandang,

metode, dan sistem adalah hal-hal yang sangat menentukan bagi

tercapainya kebenaran ilmiah. Sistem ini mempunyai daya kerja

aktif yang menggerakkan dan mengarahkan langkah-langkah

yang telah ditentukan di dalam metode sedemikian rupa


32
Idzam Fautanu Filsafat Ilmu Teori dan Aplikasi h. 106.
21

sehingga kontinuitas dan konsistensi daya kerja metode itu

mampu mencapai tujuan akhir.33

Adapun pendekatan dalam metode ilmiah yang dapat

mengantar pada sistem kerja keilmuan yaitu terdiri atas dua

yaitu pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Deduktif

yaitu dari peristiwa-peristiwa umum yang diselidiki, didapatkan

kesimpulan khusus. Sedangkan induktif yaitu dari peristiwa-

peristiwa khusus yang diselidiki, didapatkan kesimpulan umum.

Metode pendekatan deduktif-induktif ini juga lazim digunakan

pada sistematika penulisan karya ilmiah dalam menyusun

kerangka berpikir yang lebih sistematis.34

Berdasarkan metode pendekatan itu pula maka tahapan

dari sistem kerja keilmuan itu antara lain:

1. Observasi, yaitu menghimpun fakta-fakta atau data dari

obyek studi.

2. Klasifikasi data dan informasi.

3. Melakukan generalisasi empiris, yaitu membentuk defenisi

dan pelukisan umum serta melakukan analisa tentang

fakta-fakta yang ditemukan.

4. Melakukan eksperimentasi (percobaan)

5. Hipotesis, yaitu pengembangan teori ilmu yang sifatnya

sementara. Hipotesa ini dilakukan dengan jalan

menentukan sebab-sebab (dengan menentukan hal-hal

33
Idzam Fautanu Filsafat Ilmu Teori dan Aplikasi ( Cet. I, Jakarta:
Rerferensi 2012) h. 48.
34
Jujun S Sumantri Ilmu dalam Perspektif h.60-61.
22

yang mendahului peristiwa), selanjutnya yaitu dengan

merumuskan hukum / teori sementara.

6. Verfikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang

diajukan.

7. Menyimpulkan teori logis berdasar pada fakta dan data

yang telah diuji. Dengan bantuan metode penelitian

keilmuan, ramalan tersebut diuji dengan fakta empiris dan

diolah dengan bantuan analisis statistik untuk

menghasilkan kesimpulan umum.35

Pada hakikatnya sistem kelimuan adalah bagaimana

formulasi dalam menemukan mengorganisasi menyusun dan

menghasilkan sesuatu yang bersifat ilmiah atau ilmu. Teori teori

yang disusun kemudian dikelompokkan sesuai klasifikasinya

akan menjadi cabang ilmu yang sifatnya selalu akan

dikembangkan.

Idzam Fautanu Filsafat Ilmu Teori dan Aplikasi ( Cet. I, Jakarta:


35

Rerferensi 2012) h. 74.


23

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan permbahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan, atau

epstimolgi yang mencoba menjelaskan rahasia alam

semesta, agar gejala alamiah tersebut tidak lagi menjadi

misteri.

2. Menurut objek ilmu terbagi menjadi tiga bagian yaitu ilmu

alam. Ilmu sosial, dan humaniora

3. kaidah keilmuaan sangat syarat dengan metode ilmiah

yang digunakan. Dimana metode ilmiah, inilah yang

menjadi kata kunci dalam ilmu.

4. Pada hakikatnya sistem kelimuan adalah bagaimana

formulasi dalam menemukan mengorganisasi menyusun

dan menghasilkan sesuatu yang bersifat ilmiah atau ilmu.

Teori teori yang disusun kemudian dikelompokkan sesuai

klasifikasinya akan menjadi cabang ilmu yang sifatnya

selalu akan dikembangkan

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini apabila ada keterangan

yang kurang bisa dipahami, penulis mohon maaf yang sebesar-

besarnya dan penulis sangat berterimakasih apabila ada


24

saran/kritik yang bersifat membangun sebagai penyempurna

makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro Filsafat Umum, Cet. I, Jakarta, Rajawali Pers,

2010.

Baktiar, Amsal Filsafat Ilmu Cet XI, Jakarta; Rajawali Pers, 2012.

Fautanu, Idzam Filsafat Ilmu Teori dan Aplikasi Cet. I, Jakarta:

Rerferensi 2012.

Furqan, Arif Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Cet. III,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offeset, 2007.

Gunawan Imam Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik

Cet. IV, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016.

Mania, Sitti Metodologi Peneltian Pedidikan dan Sosial Cet. I,

Makassar:Alauddin Unversity Press. 2013.

Muzairi, Filsafat Umum. Yogyakarta, 2009.

Mui Salim. Abd. dkk. Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’iy

Makassar: Alauddin Pers, 2009.

Peursen, C.A. Van Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Terj.

Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Cet.

I, Bandung: Pustaka Sutra, 2008.


25

Rachmat, Aceng Filsafat Ilmu Lanjutan Cet. I, Jakarta: Kencana

2011.

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu Yogyakarta,

Pustaka Pelajar Offset, 2010.

Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan

Aplikasi Pada Penelitian Bidang Managemen Ekonomi

Islam Cet. I Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015.

Sukardi Metodologi Penelitian Pendidikan Cet. XIV, Jakarta: PT

Bumi Aksara 2014.

Salam, Burhanuddin Logika Materil Filsafat Ilmu Pengetahuan

Cet. I, Jakarta: Rineka Cipta 2000.


Sumantri, Jujun S Ilmu dalam Perspektif (Xet. XV, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2001.

Susanto Filsafat Ilmu Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis

Epistimologis Aksiologis Cet. I, Jakarta; Bumi Aksara,

2011.

Anda mungkin juga menyukai