Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Filsafat Secara Umum

Sebuah ilmu filsafat adalah ilmu yang mengandalkan logika dalam berfikir. Hal ini
menyebabkan filsafat menjadi ilmu yang berciri eksak, tetapi tetap ada nuansa spekulasi, dan
rasa keraguan di dalamnya. Dengan keadaan ilmu filsafat yang terkesan unik tersebut, maka
banyak orang yang yang tertarik untuk mempelajari bidang studi yang satu ini.

Pengertian filsafat menurut etimologi berasal dari bahasa latin yaitu “philosophia”. Kata
tersebut berasal dari kata philos yang berarti teman / sahabat dan shopia yang artinya
kebijaksanaan. Berdasarkan etimologi tersebut, filsafat dapat diartikan dengan rasa cinta akan
kebijaksanaan atas kebenaran.

Adapun secara terminologis terdapat beberapa pengertian dari filsafat itu sendiri yang akan
dijabarkan sebagai berikut:

1. Upaya spekulatif (rasional) untuk menyajikan suatu pandangan sistematik dan lengkap
tentang realitas secara keseluruhan.

2. Upaya untuk melukiskan realitas akhir dan dasar secara nyata.

3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuannya seperti sumbernya,


hakikatnya, keabsahannya serta nilainya.

4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang


diajukan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan.

5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakan dan untuk
mengatakan apa yang kita lihat.

Dari sini muncul cabang- cabang istilah filsafat dalam bidang-bidang utama filsafat, yakni :
Metafika , Epistemologi dan Aksiologi.

1. Metafisika

Metafiska adalah filsafat pertama dan bidang filsafat yang paling utama. Metafisaka
adalah cabang filsafat yang membahasa persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi.
Istilah metafisika itu sendiri besaral dari kata yunani meta ta physika yang dapat diartikan
sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik. Kendatipun demikian
Aristoteles sendiri tidak memakai istilah metafisika, melainkan proto philosophia ( filsafat
pertama ). Metafisika dapat didefenisikan sebagai studi atau pemikiran tentang sifat yang
terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau kebaradaan.

Aristoteles menyebut beberapa istilah yang maknanya dapat dikatakan setara dengan
metafika, yaitu : filsafat pertama (first philosophy), pengetahuan tentang sebab (knowledge of
cause), studi tentang usia (being), studi tentang hal-hal abadi dan yang tidak dapat digerakakn
(the study of the eternal and immovadle), dan theology.
Charitian Wolf mengklasifikasikan metafika sebagi berikut :
Metafiisika umum (ontolagi ), membicarakan tentang hal “ada” (being). Metafisika khusus
Psikologi : membicarakan tentang hakikat manusia.
Kosmologi : membicarakan tentang hakikat atau asal-usul alam semesta.
Theology : membicarakan tentang hakikat keberadaan tuhan.
Metafisika berusaha memfokuskan diri pada prinsip dasar yang terletak pada berbagai
pertanyaan atau yang diasumsikan melalui berbagai pendekatan intelektual. Setiap prinsip
dinamakan “pertama”, sebab prinsip-prinsip itu tidak dapat dirumuskan kedalam istilah lain
atau melaui hal lain yang mendahuluinya.

Sikap ilmiah melibatkan rasa ingin tahu (curiosity), keinginan pada keyakinan yang
tertunda sampai seluruh bukti di peroleh dan terus-mernerus berhapan dengan rintangn yang
tak dapat begitu saja diatasi.

Metode dalam arti bahwa persoalan yang menarik perhatian itu akan diselesaikan
menurut cara-cara tertentu yang dapat dipertanggunjawabkan. Dalam pandang popper,
metode haruslah menyesuaikan diri dengan objek material, bukan sebaiknya.

Karena aktivitas ilmuwan merupakan dasar untuk membangun ilmu dan kemajuan
pengetahuan ilmiah sangat tergantung pada kemampuan (ability), keterampilan (skills) usaha
dan kesadaran moral sang ilmunya itu sendiri.

Ketika hipotesis tidak terbukti secara langsung, maka jalanya hipotesis atau
pemecahan tentang tentative merupakan sesuatu yang dipostulasi dan diujikan.

Beberapa Peran Metafisika Dalam Ilmu Pengetahuan Yaitu :

1. Metafisika mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Sebab seorang metafisikus selalu mengembangkan
pikirannya untuk menjawab persoalan-persoalan yang bersifat enigmatic (teka-taki)
persoalan-persoalan semacam itu menuntut alur berpikir yang serius dan sungguh-sungguh.

2. Metafisika menurut orisinalitas berpikir yang sangat diperlukan bagi ilmu pengetahuan.
Artinya, seorang metafisikus senantiasa berupaya menemukan hal-hal baru yang belum
pernah diungkap sebelumnya. Sikap semacam ini menurut kreativitas dan rasa ingin tahu
yang besar terhadap suatu permasalahan. Pematangan sikap semacam ini akan mendidik
seseorang untuk selalu berkiprah pada lingkup penemuan, bukan lingkup pembenaran semata.

3. Metafisika memberikan bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu


pengetahuan, terutama pada wilayah pranggapan-pranggapan, sehingga persoalan yang
diajukan memiliki landasan berpijak yang kuat.

4. Metafisika juga membuka peluang bagi terjadiany perbedaan visi didalam melihat realitas,
karena tidak ada kebenaran yang benar-benar absolute. Hal ini akan menjadikan visi ilmu
pengetahuan berkembang menurut ramikikasi (percabangan)yang sangat kaya dan beraneka
ragam, sebagimana yang terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini.
2. EPISTEMOLOGI

Bidang kedua adalah Epistemologi atau teori pengetahuan. Empistemologi berasal dari
yunani “episteme”dan “logos”. “episteme” artinya pengetahuan, “logos” artinya teori.
Dengan demikian epistemologi secara etimologis berarti teori pengetahuan. Istilah-istilah lain
yang setara dengan epistemologi adalah :

a. Kriteriologi, yakni cabang filsafat yang membicarakan ukuran benar atau tidaknya
pengetahuan.

b. Kritik pengetahuan, yaitu pembahasan mengenai pengetahuan secara kritis.

c. Gnosiology, yaitu perbincangan mengenai pengetahuan yang bersifat ilahiah (gnosis).

d. Logika material, yaitu pembahasan logis dari segi isinya, sedangkan logika formal lebih
menekankan pada segi bentuknya.

Setiap filsuf menwarkan aturn yang cermat dan terbatas untuk menguji berbagai tuntunan lain
yang menjadikan kita dapat memiliki pengetahuan. Tatapi setiap perangkat aturan harus
benar-benar mapan. Sebab definisi tentang “kepercayaan”, kebenaran” merupakan problem
yang tetap dan terusmenerus ada, sehingga teori pengetahuan tetap merupakan suatu bidang
utama dalam penyelidikan filsafat.

Persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistimologi bekisar pada masalah:


asal-usul pengetahuan, prean pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara
pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran,
kemungkinan skeptisisne universal dan bentuk perubahan pengetahuan yang berasal dari
konseptualisasi baru mengenai dunia. Semua persoalan tersebut di atas terkait dengan
persoalan-persoalan penting filsafat lainya seperti : kodrat kebenaran, kodrat pengalaman dan
makna.

1. Dalam melaksanakan pengetahuan terhadap objek itu maka pikiran haruslah mengadung
kesadaran. Oleh kerana itu disini pemikiran merupakan suatu bentuk kesadaran. Kendatipun
demikian pikiran tidak melalu kesadaran, sehingga kita perlu juga mempelajari berbagai
bentuk pikiran seperti : pikiran bawah sadar, pikiran tanpa sadar dan berbagia level, kejiwaan
lainnya. Kesadaran adalah suatu karakteristik atau fungsi pikiran kedasaran jiwa ini
melibatkan dua unsur penting yakni kesadaran untuk mengetahui sesuatu dan penampakkan
sesuatu objek. Kodrat kesadaran untuk mengetahui sesuatu dan penampakan suatu objek ini
merupakan unsure yang hakiki dalam pengetahuan intuisi. Intuisi senatiasa hadir dalm
kesadaran. Sebuah pikiran mengamati apa saja yang menampak. Hal-hal yang diamati tadi
dinamakan objek. Pengamatan acapkali timbul dari rasa ketertarikan pada objek. Dengan
demikian pengamatan ini melibatakan pula fungsi-fungsi pikiran yang lain.

2. Objek-objek secara kodrati merupakan suatu cara penampakan, cara mereka


diperediksikan, di ingat, diantisipasi , baik secara sederhana maupun secara kompleks,
dinamika atau statikanya, perubahan atau ketetapannya, keterhubungan pada antesedenya,
konsekuennya atau cara berkorelasi atau interelasi dengan objek-objek yang lain. Cara
tumbuh dan berkembangnya objek-objek tersebut, cara kemungkinannya dan berbagai
signifikan khusus, serta apakah objek-objek itu melibatkan ungkapan-ungkapan linguitik atau
tidak. Tenggang waktu atau durasi minat seseorang pada objek itu sangat tergantung pada
“daya tariknya” kehadiran dan durasi suatu minat biasanya bersaing dengan minat-minat
lainnya, sehingga paling tidak seseorang memiliki banyak minat pada perhatian yang terarah.
Minat-minat ini ada dalam banyak cara. Ada yang dikaitkan dengan kepentingan jasmaniah,
permiataan lingkungan, tuntunan masyarakat, tujuan-tujuan pribadi, konsepsi diri, rasa
tanggung jawab, rasa kebebasan bertindak dan lain-alin. Minat terhadap objek cenderung
melibatkan komitmen, kadangkala komitmen ini hanya merupakan kelanjutan atau menyertai
pengataman terhadap objek. Minatlah yang membimbing seseorang secara alamiah untuk
terlibat ke dalam pemahaman pada objek-objek.

3. Kata percaya biasanya dilawankan dengan keraguan. Sikap menerama sesuatu yang
menampak sebagi pengertian yang memadai setelah keraguan, namakan kepercayaan. Ornga
yang mengembangkan rasa keranguan dalm menerima kebenaran suatu objek dinamakan
“skeptikus”

4. beberapa hasrat bisa juga timbul dari pengertian yang lebih tinggi seperti: hasrat diri,
keinginan pada objek-objek, pada orang lain, kesenangan pada binatang, tumbuh-tmbuhan,
dan proses interaktif. Beberapa hasrat juga timbil dari ketertairkan pada tindakan, pengaruh,
pengendalian. Bebarapa hasrat ini juga mencul dari ketertarikan pada kesenangan (melaui
makan, bermain, belajr, dan lain-lain), dan dalam melupakan penderitaan (rasa perih,lapar,
ketertutupan, ketidaktahuandan lain-lain).

5. Perubahan kehendak dari intensitas minimal ke maksimal dari keinginan menerima hal-hal
yang menampakan pengaruh juga.

6. Pikiran mengatur melalui kesadaran yang sudah menjadi. Kesadaran adalah suatu kondisi
dan fungsi mengetahui secara bersama. Pikiran mengatur melalui intuisi yakni melalui
kesadaran penampakan dalam setiap kehadiran.

7. Kehidupan tersendiriatas kesiapan untuk menghadapi persoalan secara terus-menerus dan


mencoba untuk memecahkannya.

8. Orang yang asyik dalam menemukan suatu persoalan, maka ia akan menekuni suatu
persoalan, maka ia akan menikmati itu dalam pikirannya. Perbincangan penting dalam
epistemology juga terkait dengan jenis-jenis pengetahuan. Paling tidak ada dua jenis
pengetahuan, yaitu pengetahuan ilmiah dan nir-ilmiah.

Pengetahuan ilmiah memiliki beberapa ciri pengenal sebagai berikut:

Berlaku umum, artinnya jawaban atas pertanyaan apakah sesusatu hal itu layak atau tidak
layak, tergantung pada factor-faktor subjektif.
Mempunyai kedudukan mandiri (otonomi), artinya meskipun factor-faktor di luar ilmu juga
ikut berpengaruh, tetepi harus diupaykan agar tidak menghentikan pengembangan ilmu
secara mandiri.

Mempunyai dasar pembenaran, artinya cara kerja ilmiah diarahkan untuk memperoleh derajat
kepastian yang sebanar mengkin.

Sistematik, artinya ada system dalam susunan pengetahuan dan dalam cara memperolehnya.

Intersubjektif, artinya kepastian pengetahuan ilmiah tindaklah didasarkan atas intuisi-intuisi


serta pemahaman-pemahaman secara subjektif, melainkan dijamin oleh sistemnya itu sendiri.

Pengetahuan merupakan suatu aktivitas yany dilakukan untuk memperoleh kebenaran.


Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun dapat dibedakan sebagai
berikut : Pengetahuan biasa, Pengetahuan ilamiah, Pengetahuan filsafati dan Pengetahuan
agama.
Pengetahuan dipandang atas dasar criteria karakteristiknya dapat dibedakan sebagi berikut :

Pengetahuan indrawi; yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan atas sense (indera) atau
pengalaman manusia sehari-hari.

Pengetahuan akal budi; yaitu jenis pengetahuan yang didasrkan atas kekuatan rasio.

Pengetahaun intuaitif; jenis pengetahuan yang memuat pemahaman secara cepat

Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif; yaitu jenis pengetahuan yang dibangun
yang atas dasar kredibitas seorang tokoh atau sekelompok orang yang dianggap
profesionaldalam bidangnya.

3. AKSIOLOGI

Bidang utama ketiga adalah Aksiologi, yang membahas tentang masalah nilai. Istilah
axiology berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga,
logos artinya akal, teori, axiology artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria
dan status metafisik dari nilai. Dalam pemikiran filsafat yunani, studi mengenai nilai ini
mengedepan dalam pemikiran plato mengenai idea tentang kebaikan atau yang lebih dikenal
dengan summum bonum (kebaikan tertinggi).

Tokok zaman pertengahan, Thomas Aquinas, membangun pemikiran tentang nilai dengan
mengindentifikasikan filsafat aristoteles tentangnilai tertinggidenagn penyebab final (causa
prima) dalam diri tuhan sebagi keberadaan kehidupan, keabadian, dan kebaikan
tertinggi.pemikir zaman modern, Spinoza, memandang nilai sebagai didasarkan pada
metafisik, berbagai nilai diselidiki scara terpisah dari ilmu pengetahuan. Tokoh aufklarung,
kant, memperlihatkan hubungan antara pengetahuan dengan moral, estetik, seni dan religuis.
Dalam pandangan hegel, moralitas, seni, agama dan filsafat dibentuk atas dasar proses
dialektik.
Problem utama aksiologi ujar Runes berkaitan dengan empat faktor penting sebagi berikut :
1. Kodrat nilai berupa problem mengenai apakah nilai berasal dari keinginan (voluntarisme:
Spinoza, kesenangam (hedonisme : epicurus, bentham, meineong), kepentingan (perry),
preferensi (martineau), keinginan rasio murni (kant), dan lain-lain.

2. Jenis jenis nilai menyangkut perbadaan pandangan antara nilai iintrinsik, ukuran untuk
kebijaksanaan nilai itu sendiri.

3. Keriteria artinya ukuran untuk menguji nilai yang di pengaruhi sekaligus oleh teori
psikologi dan logika. Penganut hedonist menemukan bahwa ukran nilai terletak pada
sejumlah kenikmatan yang berlaku oleh seseorang (aristippus) atau masyarakat (bentham).
Penganut Intuisionist menonjolkan suatu wawasan yang paling akhir dalam keutamaan.
Bebrapa penganut idealist menakui sistem objektif norma-norma rasional atau norma ideal
sebagi kriteria (plato). Seorang penganut naturalist menemukan keunggulan biologis sebagi
ukuran yang standar.

4. Status metafisik nilai mempersoalkan tentang bagaimana hubungan antara nilai terhadap
fakta-fakta yang diselidiki melaui ilmu-ilmu kealaman (Koehler), kenyatan terhadap
keharusan (lotze) pengalaman manusia tentang nilai pada realitas kebebasan manusia (hegel).
Ada tiga jawaban penting yang diajukan dalam persoalan status metafika nilai ini yaitu:

a. Subjektivisme menganggap bahwa nilai merupakan sesuatu yang terikat pada pengalaman
manusia.

b. Objektivisme logis menganggap bahwa nilai merupakan hakikat atau subsistensi logis yang
bebas adri keberadaan yang diketahui, tanpa status eksistensial atau tindakan dalam realiats.

c. Objektivisme metafisik mengagap bahwa nilai atau norma adalah integral, objektif dan
unsure-unsur aktif kenyataan metafisk.

Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pesangan
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Secara etimilogi, etika berasal dari kata yunani ethos = watak. Sedangkan moral berasal dari
kata latin mos, bentuk tuenggal, sedangkan bentuk jamak mores = kebiasaan. [6]

Ia bisa memperbolehkan apakah norma itu benar atau tidak etika normative berarti system-
sistem yang dimaksudkan untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil
keputusan yang menyakut baik atau buruk etika normatif ini dibagi menjdi dua yaitu :

Etika umum, yang menekankan pada tema-tema umum seperti : apa yang dimaksud norma
etis? Mengapa norma-noram mengikat kita? Bagimana hubungan antara tanggung jawab
dengan kebiasaan?

Etika khusus, upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip etika umum ke dalam perilaku
manusia yang khusus. Etika khusus juga dinamakan etika terapan.
Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam kaitan dengan “baik” atau buruk .
perkembangan lebidh lanjut dari metaetika ini adalah analitik. Dengan demikian metafisika,
epistemologi dan aksiologi (khususnya etioka) merupakan cabang utama filsafat yang
berkaitan dengan realita kehidupan manusia, termasuk perkembangan ilmu pengetahuan
mankala ketiga bidang fundamental filsafat itu dikaitkan dengan proses akal budi dan
pengetahuan filsafati yang diperoleh.

Adapun tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat "filsafat tentang" sesuatu: tentang
manusia, tentang alam, tentang akhirat, tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum,
agama, sejarah, Semua selalu dikembalikan ke empat bidang induk:
1. Filsafat tentang pengetahuan: objek material : pengetahuan ("episteme") dan kebenaran
- Epistemologi

- Logika

- Kritik ilmu-ilmu

2. Filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan: objek material : eksistensi (keberadaan)


dan esensi (hakekat)

- Metafisika umum (ontologi).

- Metafisika khusus:

- Antropologi (tentang manusia).

- Kosmologi (tentang alam semesta).

- Teodise (tentang tuhan).

3. Filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan: objek material : kebaikan
dan keindahan.

- Etika.

- Estetika.

4. Sejarah filsafat.

Anda mungkin juga menyukai