Anda di halaman 1dari 11

Integrasi Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Pascasarjana IAIN Ponorogo


Nur Hidayat (505220022)
Email: nur.hidayat@iainponorogo.ac.id

PENDAHULUAN
Di era zaman sekarang ini, diskursus mengenai integrasi ilmu dan agama
semakin penting dan menarik. Integrasi atau integralism diakui sebagai salah satu ciri
abad baru. Jika era modern menekankan spesialisasi, maka era pasca modern justru
menekankan integralisme yang dapat menghilangkan sekat-sekat pembatas bukan hanya
dalam arti fisik teritorial, melainkan dalam arti yang lebih luas seperti hilangnya batas-
batas disiplin keilmuan yang selama ini dijaga dan dipertahankan secara ketat.
Dalam konteks ini, pembahasan dan pengembangan ilmu tidak mungkin berdiri
sendiri, tetapi selalu terikat dengan persoalan-persoalan lainnya termasuk agama.
Sebaliknya, pembahasan mengenai agama tidak akan pernah lepas dengan pengaruh
yang ditimbulkan oleh kemajuan.1 Agama dan ilmu pengetahuan tidak ada
pertentangan, bersifat integral, dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
Hubungan tersebut menunjukkan betapa positifnya Islam memandang ilmu pengetahuan
dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah.
Dengan adanya penyatuan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai agama, maka
wawasan ilmu tidak lagi dipisahkan secara dikotomi dalam pembagian ilmu-ilmu agama
dan non agama, tetapi akan dibedakan (bukan dipisahkan) menjadi ilmu yang
menyangkut ayat-ayat qauliyah (ayat-ayat yang tersurat dalam Al-Qur’an dan Hadis)
dan ilmu-ilmu tentang ayat kawniyyah (ilmu-ilmu tentang kealaman).2

1
Ainor Syuhadah Binti Khalid and Intan Delsa Putri, ‘Analisis Konsep Integrasi Ilmu Dalam Islam’,
Journal Dakwah Dan Kemasyarakatan, 21.1 (2020), p. 36
<https://doi.org/10.19109/wardah.v21i1.5822>.
2
Aji Damanuri, Metode Penelitian Mu’amalah (Ponorogo: STAIN PO Press, 2010), p. 82.

1
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Integrasi Ilmu Pengetahuan
Integrasi adalah suatu pendekatan/proses yang dapat digunakan pada sektor
pendidikan untuk membentuk generasi madani yang memiliki banyak disiplin
ilmu pengetahuan.3 Menurut KBBI, integrasi adalah pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh atau bulat.4 Dengan kata lain, integrasi ilmu adalah pemaduan
antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi satu kepaduan ilmu.
Achmad baiquni menegaskan bahwa “sebenarnya segala ilmu yang
diperlukan manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an”. Ayat rujukan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan tidak dimiliki oleh agama ataupun budaya lain. Hal ini
mengindikasikan betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia dan
membuktikan betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-
Qur’an. Allah Swt telah memerintahkan kepada manusia untuk selalu
mendayagunakan potensi akal, pengamatan, dan pendengaran semaksimal mungkin
sehingga melahirkan beragam ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan
manusia itu sendiri.5
Ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang, sejatinya telah dituliskan
dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1:

َ ۚ َ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َرب َِّك الَّ ِذيْ َخل‬


‫ق‬
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”6
Dalam ayat ini, kita dianjurkan untuk belajar melalui baca-tulis, mengkaji
ilmu yang ada dalam Al-Qur’an, dan meneliti lebih jauh tentang ilmu pengetahuan
yang sudah Allah ajarkan dalam Al-Qur’an.
Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, pemikiran, ide,
konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya.

3
Haidar Putra Daulay and others, ‘Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan
Islam’, Jurnal Kajian Islam Kontemporer ( JURKAM ), 1.2 (2020), p. 50.
4
KBBI, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005).
5
Binti Khalid and Putri, p. 36.
6
Depag RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (CV. Toha Putra: Semarang., 1989), p. 492.

2
Sedangkan ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang
telah dibakukan secara sistematis. Pengetahuan belum tentu merupakan sebuah
ilmu, karena pengetahuan dapat diperoleh dengan atau tanpa metode ilmiah.
Artinya, pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari atau berupa
informasi yang kita terima dari seseorang yang memiliki kewibawaan atau otoritas
tertentu. Sedangkan ilmu mesti diperoleh dengan metode ilmiah, yaitu dengan
menggunakan metode berpikir deduktif dan induktif.7
Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama
merupakan sesuatu yang saling berkaitan dan saling melengkapi. Agama
merupakan sumber ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan merupakan sarana
untuk mengaplikasikan segala sesuatu yang tertuang dalam ajaran agama. Jadi,
paradigma integrasi ilmu pengetahuan berarti cara pandang tertentu atau model
pendekatan tertentu terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat menyatukan. Seperti
dalam pandangan Azyumardi Azra, paradigma integrasi ilmu integralistik yaitu
pandangan yang melihat sesuatu ilmu sebagai bagian dari keselurahan dan satu
kesatuan.8
Membicarakan tentang integrasi berarti berupaya untuk memadukan antara
sains dan agama untuk menciptakan format baru hubungan sains (ilmu
pengetahuan) dan Islam, yaitu dalam upaya membangun kembali sains Islam yang
selama ini dipandang tidak ada. Agama dan sains berbeda dalam metodologi ketika
keduanya mencoba untuk menjelaskan kebenaran. Metode agama umumnya
bersifat subyektif, tergantung pada intuisi/pengalaman pribadi dan otoritas
Nabi/kitab suci. Sedangkan sains bersifat obyektif yang lebih mengandalkan
observasi dan interpretasi terhadap fenomena yang teramati dan dapat diverifikasi.
Usaha-usaha yang dilakukan para pakar ilmuwan muslim dengan berbagai
upaya untuk menghasilkan berbagai gagasan yang terkonsentrasikan pada usaha
integrasi agama dan sains. Berbagai macam faktor pendukung diupayakan
pengamatan dan penelitian tentang berbagai faktor yang ditimbulkan seiring dengan

7
Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Pespektif Barat Dan Islam, 2019, p. 26.
8
Daulay and others, p. 51.

3
semakin pesatnya kemajuan peradaban Barat. Semakin banyak saja orang yang
yakin bahwa apa yang disebut sebagai peradaban modern yang di dalamnya kita
hidup sekarang ini sedang berada dalam masa krisis.9
B. The Unity of Knowledge atau Integrasi Keilmuan
Filsafat Islam berupaya menjelaskan cara Allah menyampaikan kebenaran
yang hakiki dengan bahasa pemikiran yang intelektual dan rasional. Tujuan seorang
filsuf menurut Al-Kindi adalah mendapatkan kebenaran dan mengamalkannya,
sedangkan bagian paling luhur dari filsafat adalah mengetahui kebenaran Tuhan.
Dengan demikian, The Unity of Knowledge atau kesatuan ayat Qur’aniyah dengan
ayat kawniyyah, merupakan integrasi keilmuan yang dapat menjadi sarana penting
meningkatkan keimanan dan haqa tuqqatih (takwa yang sebenar-benarnya). Agama
Islam memperhatikan pentingnya iman sama dengan pentingnya ilmu pengetahuan.
Allah Swt berfirman:

\‫س\ فَ\ ا\ ْف\ َس\ ُح\ و\ا‬ ِ \ِ‫يَ\ ا\ َأ ُّي\ هَ\ ا\ ا\لَّ\ ِذ\ ي\ َ\ن\ آ\ َم\ نُ\و\ا\ ِإ َذ\ ا\ قِ\ ي\ َ\ل\ لَ\ ُك\ ْم\ تَ\ فَ\ َّس\ ُح\ و\ا\ فِ\ ي\ ا\ ْل\ َم\ َج\ ا\ل‬
\‫ح\ هَّللا ُ\ لَ\ ُك\ ْم\ ۖ\ َ\و\ ِإ َذ\ ا\ قِ\ ي\ َل\ ا\ ْن\ ُش\ ُز\ و\ا\ فَ\ ا\ ْن\ ُش\ ُز\ و\ا\ يَ\ ْ\ر\ فَ\ ِع\ هَّللا ُ\ ا\لَّ\ ِذ\ ي\ َ\ن\ آ\ َم\ نُ\و\ا‬ ِ \‫يَ\ ْف\ َس‬
\‫ت\ ۚ\ َو\ هَّللا ُ\ بِ\ َم\ ا\ تَ\ ْع\ َم\ لُ\و\ َ\ن\ َ\خ\ بِ\ ي\ ٌر‬ٍ \‫ِم\ ْن\ ُك\ ْم\ َ\و\ ا\لَّ\ ِذ\ ي\ َ\ن\ ُأ و\تُ\و\ا\ ا\ ْل\ ِ\ع\ ْل\ َم\ َد\ َ\ر\ َ\ج\ ا‬
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S Al-Mujadilah ayat 11).10
Kebudayaan Islam pada masa jaya dan masa perkembangannya memberikan
warisan yang membanggakan pada umat manusia. Orang-orang Eropa menerima
warisan tersebut dan melengkapi kegiatan penelitian dengan alat-alat canggih. Teori
pengetahuan menurut Islam tidak hanya menonjolkan sudut yang khusus dari mana
kaum muslim memandang ilmu, akan tetapi juga menekankan keharusan yang

9
Binti Khalid and Putri, p. 41.
10
Depag RI, p. 462.

4
mendesak untuk mencari ilmu. Hal ini berkaitan dengan perintah Allah kepada
Nabi melalui wahyu pertama yang diterimanya yaitu “Bacalah dengan (menyebut)
nama Allah”.
Dalam sudut pandang Islam, membaca bukan hanya pintu menuju ilmu,
akan tetapi juga cara untuk mengetahui dan menyadari Allah Swt. Oleh sebab itu,
ilmu mempunyai dua tujuan, yakni tujuan ilahi dan tujuan duniawi. Ilmu berfungsi
sebagai tanda kekuasaan Allah. Sebab, orang yang mempelajari alam dan proses-
prosesnya dengan seksama dan mendalam akan menemukan kekuasaan Allah
dalam membina dan mengawasi semua kejadian di dunia ini.11
Pengantar untuk memahami integrasi ilmu dan agama ada tiga hal yang
paling mendasar, yaitu:
1. Integrasi Ontologi
Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang apa yang ingin
diketahui, seberapa jauh kita ini tahu. Dengan perkataan lain, ontologi adalah
suatu pengkajian mengenai teori tentang ‘ada’. Sebelum pilihan ilmu
dijatuhkan, harus dipastikan status ontologis atau keberadaan dan realitas dari
objek-objek ilmu terlebih dahulu.
Terkait dengan ontologis dalam integrasi ilmu agama dan ilmu umum,
Mulyadi Kartanegara menjelaskan bahwa objek kajian ilmu agama dan ilmu
umum adalah ayat-ayat (tanda kekuasaan) Allah. Ilmu agama merupakan
pengetahuan tentang ayat Allah yang tersirat dalam Al-Qur’an dan hadis,
sedangkan ilmu umum merupakan kajian dari ayat Allah yang tersirat di alam
semesta. Integrasi agama dan ilmu umum hanya akan terjadi apabila Al-Qur’an
maupun alam semesta dibaca sebagai ayat Allah. Kenyataan yang banyak
terjadi sekarang adalah kebanyakan manusia berhenti membaca alam sebagai
ayat Allah karena mengikuti pola Barat, sehingga fenomena alam tidak
dikaitkan dengan Tuhan. Padahal fenomena-fenomena alam merupakan tanda
kebesaran Allah yang tersirat dalam alam semesta. 12

11
Daulay and others, p. 52.
12
Nurun Nisa, ‘Konsep Integrasi Ilmu Dalam Pendidikan Islam’, 1.1 (2022), p. 61.

5
2. Integrasi Epistemologi
Epistemologi biasa dipahami sebagai “teori ilmu pengetahuan” (theory
of knowledge). Secara garis besar, epistemologi berkaitan dengan dua
pertanyaan pokok: (1) Apa yang dapat diketahui? (What can be known?) dan
(2) Bagaimana hal itu dapat diketahui? (How can it be known?). Pertanyaan
pertama berkaitan dengan sumber pengetahuan, sedang pertanyaan kedua
berhubungan dengan masalah metodologi, cara memperoleh pengetahuan.
Dalam perspektif Barat dikenal ada tiga sumber pengetahuan: (1)
persepsi indra, yaitu bahwa pengetahuan kita berasal dari apa yang kita lihat,
dengar, cium, dan cicipi yang kemudian melahirkan empirisme, yaitu suatu
aliran pemikiran yang meyakini bahwa pengetahuan kita bersumber pada
pengamatan indra yang diperoleh dari data-data empiris; (2) Rasio, keyakinan
rasio sebagai sumber pengetahuan yang kemudian melahirkan aliran
rasionalisme; (3) intuisi, yaitu pengetahuan langsung yang tidak merupakan
hasil dari pemikiran secara sadar atau persepsi indra. 13
Adapun dalam prespektif Islam, sumber pengetahuan yaitu akal dan
wahyu. Atas dasar tersebut, ilmu pengetahuan dalam pemikiran Islam terbagi
menjadi dua, yaitu:
1) Bersifat abadi (perennial knoledge) yang tingkat kebenarannya mutlak
karena bersumber dari wahyu Allah.
2) Bersifat perolehan (interpretasi) yang tingkat kebenarannya bersifat relatif,
karena bersumber dari akal pikiran manusia.14

13
Syamsul Rijal, ‘Integrasi Keilmuan Umum Dan Agama’, Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Keislaman,
4.1 (2017), p. 8.
14
Indah Lestari, ‘Wahyu Dan Ilmu Pengetahuan (Fungsi, Esensi Dan Perbedaannya)’, 3.April (2015), p.
70.

6
Produk pemikiran manusia hanya akan menghantarkan pada
ketidakpastian dan menjerumuskan pada kesesatan, maka sebagai jalan
keluarnya adalah kembali kepada pemahaman
3. Integrasi Aksiologi
Aksiologi berkaitan dengan tujuan dari pengembangan keilmuan dan
aplikasinya dalam diri dan masyarakat. Di Barat persoalan ini menimbulkan
dua kelompok pemikiran yaitu: pertama, kelompok yang menyatakan bebas
nilai lepas apa yang disebut baik dan buruk. Tugas ilmuwan hanya meneliti,
mengkaji, dan menemukan teori tanpa harus berpikir dan terpengaruh dengan
adanya kenyataan bahwa ilmu yang ditemukan akan digunakan untuk kebaikan
atau kejahatan. Kelompok kedua, menyatakan bahwa ilmu tidak bebas nilai.
Prinsip pengetahuan dalam Islam sepertinya lebih dekat dengan
kelompok kedua, yaitu dalam pengembangan keilmuan tidaklah dimanfaatkan
hanya pada praktis, akan tetapi juga dimanfaatkan untuk memahami eksistensi
yang hakiki pada alam dan manusia. Sebagaimana diketahui bahwa Allah
adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan
akan mengantarkan manusia kepada peningkatan iman.15
C. Integrasi Ilmu dan Agama di Perguruan Tinggi Negeri
Kelahiran PTAIN tidak dapat dipisahkan dari UII, kehadiran PTAIN dalam
konstelasi pendidikan tinggi Islam di Indonesia merupakan bagian terpenting dalam
mengembangkan pendidikan tinggi Islam. Karenanya, pada tanggal 12 Agustus
1950 menjadi sejarah awal kemunculan PTAIN, fakultas agama yang berada di
bawah pengelolaan UII dipisahkan dan diambil alih oleh pemerintah dalam rangka
memperkuat kelembagaan pendidikan tinggi. Akhirnya, pada tanggal 26 September
1951 secara resmi dibuka perguruan tinggi baru dengan nama PTAIN (Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri) yang langsung dari pengawasan Kementerian Agama
Republik Indonesia. Historis PTAIN adalah kelanjutan dari fakultas agama UII.
Artinya PTAIN tidak berdiri sendiri tanpa ada latar belakang yang kuat. Ini

15
Rijal, p. 13.

7
menandakan bahwa perguruan tinggi Islam di Indonesia mengalami dinamika
seiring dalam perkembangan masyarakat dan kebutuhan umat Islam.
PTAIN didirikan di Yogyakarta pada tahun 1951 dengan peraturan
pemerintah No. 34 tahun 1950 dan ditandatangani oleh Presiden Republik
Indonesia tanggal 14 Agustus 1950. PTAIN berasal dari fakultas agama UII.
Dengan demikian UII tidak mempunyai fakultas agama lagi. Hanya tinggal fakultas
hukum, fakultas ekonomi dan fakultas pedagogik (pendidikan). Ramayulis
menguatkan bahwa pada tanggal 26 September 1951 secara resmi dibuka perguruan
tinggi baru dengan nama PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) di bawah
pengawasan Kementerian Agama.16
Mahasiswa yang belajar di Universitas Islam Negeri mempunyai latar
belakang yang berbeda. Sebagian dari Madrasah Aliyah dan sebagian dari SMA.
Tamatan madrasah mempunyai bekal pengetahuan agama Islam yang lebih luas
dibandingkan tamatan SMA, namun mereka bertemu di kelas yang sama baik pada
program studi agama maupun umum. Bisa jadi ada di antara mahasiswa baru pada
jurusan umum belum lancar membaca Al-Qur’an. Kemampuan membaca Al-
Qur’an yang rendah dengan sendirinya harus diatasi.
Penguatan pengetahuan agama menjadi salah satu ciri yang membedakan
UIN dari universitas lainnya. Integrasi keilmuan pada tataran ini (strata satu) dapat
diartikan sebagai pengenalan terhadap dasar-dasar ilmu agama Islam bagi
mahasiswa program studi umum dan pengenalan terhadap dasar-dasar ilmu
pengetahuan umum yang relevan bagi mahasiswa program studi agama.
Pengenalan mahasiswa program studi umum terhadap ilmu-ilmu agama
Islam memang masih bersifat dasar. Dasar-dasar itu perlu dikembangkan dalam
bentuk kegiatan belajar mandiri, mentoring, dan ekstrakurikuler. Selain mengenal
dasar-dasar yang bersifat umum mahasiswa tersebut juga berkenalan dengan ayat-
ayat Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiy>ah yang terkait dengan program studi yang
digeluti oleh mahasiswa. Pengenalan ini dapat menjadi pendorong bagi mahasiswa

16
Amiruddin Yahya, ‘Dinamika Lembaga Pendidikan Tinggi Islam Di Indonesia’, MIQOT: Jurnal Ilmu-
Ilmu Keislaman, 41.1 (2017), p. 105 <https://doi.org/10.30821/miqot.v41i1.314>.

8
untuk mencari penjelasan yang lebih luas dan mendalam melalui kajian keilmuan
tertentu. Sebagai misal, ayat-ayat tentang penciptaan manusia, anjuran menyusukan
bayi bagi ibu, makanan halal dan baik (halal dan tayib) yang diajarkan pada
mahasiswa program studi kedokteran umum akan memperluas cakrawala mereka
tentang cakupan ajaran agama.
Pengenalan ini bisa memberi motivasi kepada mereka untuk
mengembangkan isyarat–isyarat dan pernyataan Al-Qur’an tentang objek dan hal
tertentu yang menjadi garapan ilmu pengetahuan alam, sosial dan budaya.
Ketersediaan program studi agama dan umum di UIN memberi peluang bagi
mahasiswa untuk ahli pada dua program studi, baik melalui jalur formal maupun
informal. Belajar secara informal dapat dilakukan dengan menjadi mahasiswa
pendengar. Mahasiswa program studi umum dapat mengambil inisiatif sendiri
untuk menjadi mahasiswa pendengar pada mata kuliah tertentu di bidang agama.
Tentu saja harapan ini harus di bawah persetujuan dosen dan pimpinan perguruan
tinggi yang bersangkutan.17

KESIMPULAN
Integrasi ilmu adalah pemaduan antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi
satu kepaduan ilmu, sedangkan pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui.
Pengetahuan belum tentu merupakan sebuah ilmu, karena pengetahuan dapat diperoleh
dengan atau tanpa metode ilmiah. Artinya, pengetahuan dapat diperoleh melalui
pengalaman sehari-hari atau berupa informasi yang kita terima dari seseorang yang
memiliki kewibawaan atau otoritas tertentu. Sedangkan ilmu mesti diperoleh dengan
metode ilmiah, yaitu dengan menggunakan metode berpikir deduktif dan induktif. Hal
ini dapat diartikan bahwa integrasi ilmu pengetahuan yaitu upaya penyatuan yang
menghasilkan kontribusi baru dalam sains dan agama untuk menghindari dampak
negatif yang mungkin muncul jika keduanya berjalan sendiri-sendiri. Bahkan di dalam
Al-Qur’an kata iman dan ilmu pengetahuan kerap kali berdampingan dan selalu
beriringan serta memiliki keterkaitan satu sama lain. Hal ini yang menjadi bukti kalau
17
Sagaf S Pettalongi, ‘Integrasi Ilmu Di Lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam’, 2022, p. 4.

9
dalam pelaksanaan pendidikan pun antara iman dan ilmu pengetahuan juga harus
sejalan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Binti Khalid, Ainor Syuhadah, and Intan Delsa Putri, ‘Analisis Konsep Integrasi Ilmu
Dalam Islam’, Journal Dakwah Dan Kemasyarakatan, 21.1 (2020)
<https://doi.org/10.19109/wardah.v21i1.5822>

Damanuri, Aji, Metode Penelitian Mu’amalah (Ponorogo: STAIN PO Press, 2010)

Daulay, Haidar Putra, Zaini Dahlan, Eva Diana, Br Sinulingga, and Fadhilah Khairiyah,
‘Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam’, Jurnal
Kajian Islam Kontemporer ( JURKAM ), 1.2 (2020)

Depag RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (CV. Toha Putra: Semarang., 1989)

KBBI, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan


Nasional, 2005)

Lestari, Indah, ‘Wahyu Dan Ilmu Pengetahuan (Fungsi, Esensi Dan Perbedaannya)’,
3.April (2015)

Nisa, Nurun, ‘Konsep Integrasi Ilmu Dalam Pendidikan Islam’, 1.1 (2022)

Pettalongi, Sagaf S, ‘Integrasi Ilmu Di Lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan


Islam’, 2022

Rijal, Syamsul, ‘Integrasi Keilmuan Umum Dan Agama’, Jurnal Penelitian Dan
Pemikiran Keislaman, 4.1 (2017)

Soelaiman, Darwis A., Filsafat Ilmu Pengetahuan Pespektif Barat Dan Islam, 2019

Yahya, Amiruddin, ‘Dinamika Lembaga Pendidikan Tinggi Islam Di Indonesia’,


MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 41.1 (2017)
<https://doi.org/10.30821/miqot.v41i1.314>

11

Anda mungkin juga menyukai