Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TEORI BILANGAN

“ANGKA & BILANGAN

SISTEM ANGKA ROMAWI”

Oleh :

Kelompok 3 :

1. Andi Nurul Fitriani 1511440007

2. Nurhalyza Ilham 1511440008

3. Selvi Rahmatia 1511440009

4. Gustika Sari Amin 1511440010

5. Andi Indri Ayu Lestari 1511440011

6. Reni Ramadhani 1511440012

JURUSANMATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016

1|Page
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat &
ridho Allah SWT, karena dengan Rahmat & RidhoNya-lah, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Sistem Angka “ guna memenuhi
tugas mata kuliah Number Theory. Dalam makalah ini kami menjelaskan
tentang angka dan bilanga serta sistem angka romawi.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap


makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
diri penulis sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada
gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang


konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Makassar , 16 September 2016

Penyusun

KELOMPOK 3

2|Page
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................. i


Kata Pengantar .................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................. iii
Bab I : Pendahuluan ............................................................................ 1
1. Latar Belakang .............................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
3. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
Bab II : Pembahasan .......................................................................... 3
1. Pengertian Sistem Angka .............................................................. 3
2. Sejarah Angka .............................................................................. 4
3. Perkembangan Sistem Angka ....................................................... 4
4. Angka dan Bilangan ..................................................................... 5
5. Sistem Angka Romawi ................................................................. 9
Bab Iii : Penutup ................................................................................. 21
Kesimpulan ............................................................................. 21
Daftar Pustaka ..................................................................................... 22

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan


matematika sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan
manusia dan merupakan kebutuhan dasar dari setiap lapisan masyarakat.
Dalam pergaulan hidup sehari-hari, mereka membutuhkan matematika
untuk perhitungan sederhana. Untuk keperluan tersebut diperlukan angka-
angka. Keperluan angka mula-mula sederhana tetapi makin lama makin
meningkat, sehingga manusia perlu mengembangkan sistem numerasi
(siistem angka). Sistem numerasi atau sistem angka pun berkembang
selama berabad-abad dari masa ke masa hingga saat ini.

Dalam kehidupan sehari-hari kita akan selalu bertemu yang namanya


angka karena angka selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains,
ekonomi, ataupun dalam dunia musik, filosofi, dan hiburan serta aspek
kehidupan lainnya. Adanya angka membantu manusia untuk melakukan
banyak perhitungan, mulai dari perhitungan sederhana tentang keperluan
belanja di dapur, untuk keperluan mengendalikan banjir, mengeringkan
rawa-rawa, membuat irigasi, penghitungan hasil pertanian dan peternakan
sampai perhitungan yang rumit tentang cara menilai kegiatan
perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak dan keperluan
peluncuran pesawat ruang angkasa dll yang mana masing-masing bangsa
memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk
simbol.

Dalam sistem komputer, teknologi yang sering digunakan manusia


pada saat ini terdapat beberapa sistem penulisan bilangan. Seperti sistem
Bilangan Biner, Sistem Bilangan desimal dan sistem bilangan
hexadesimal. Dalam sistem bilngan biner terdapat 2 macam simbol, dalam

4|Page
system bilangan desimal terdapat 10 macam simbol dan pada bilangan
hexadesimal terdapat 16 macam simbol.

Berbicara mengenai angka dan bilangan, kebanyakan orang


menganggap bahwa angka dan bilangan adalah dua hal yang sama,
padahal angka dan bilanagan adalah dua hal yang berbeda. Demikian
pula, kedua kata angka dan bilangan masih sering dipertukarkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari
makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan sistem angka ?
2. Bagaimana sejarah sistem angka romawi?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem angka romawi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem angka.
2. Untuk mengetahui sejarah sistem angka romawi.
3. Untuk menjelaskan mengenai sistem angka romawi.

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Sistem Angka

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa


Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri
dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan
angka adalah suatu tanda atau lambang yang digunakan untuk
melambangkan bilangan. Angka ialah suatu simbol atau kelompok
simbol. Contohnya, bilangan lima dapat dilambangkan
menggunakan angka Hindu-Arab "5". Jadi sistem angka (atau sistem
pengangkaan) ialah sejenis rangka kerja yang mana satu set nomor
dilambangkan melalui angka secara konsisten. Menurut Muhammad Arif
Tiro (2008:63) suatu sistem angka adalah himpunan lambang dasar dan
beberapa aturan untuk memebuat lambang lain dengan tujuan melakukan
identifikasi bilangan. Penemuan sistem angka sebagai karya yang sangat
berharga merupakan penemuan alphabet yang dapat digunakan untuk
mengantarkan ilmu pengetahuan dari generasi ke generasi selanjutnya.
Hal ini dapat dilihat dari lambang 17 yang dinyatakan untuk menyatakan
sejumlah objek seperti :

ΥΥΥΥΥ ΥΥΥΥΥ ΥΥΥΥΥ ΥΥ

Atau

♣♣♣♣♣ ♣♣♣♣♣ ♣♣♣♣♣ ♣♣

Namun , kita harus menyadari bahwa diperlukan berabad-abad


lamanya untuk sampai pada penyimpulan tersebut. Hal ini bukanlah yang
pertama dan terakhir dalam sistem angka.

6|Page
2. Sejarah Angka

Dalam berbagai literatur yang ada, tak disebutkan siapa orang yang
pertama kali menemukan angka-angka atau bilangan. Yang pasti,
menurut Abah Salma Alif Sampayya, dalam bukunya Keseimbangan
Matematika dalam Alquran , catatan angka pertama kali ditemukan pada
selembar tanah liat yang dibuat suku Sumeria yang tinggal di daerah
Mesopotamia sekitar tahun 3.000 SM.

Awal munculnya sejarah angka, dimulai sejak adanya manusia purba.


Manusia purba yang peradabannya masih sangat primitif ( juga beberapa
suku bangsa sampai saat ini ) tidak mengenal bilangan karena tidak
mempunyai kebutuhan untuk menghitung sesuatu. Tetapi setelah manusia
hidup menetap dalam kelompok dan masing-masing mempunyai harta
benda pribadi yang dihimpunnya, seperti: kambing piaraan, maka agar
mengetahui kambing-kambing yang menjadi haknya timbullah kebutuhan
untuk menghitung ternak itu.

Sejarah perkembangan sistem bilangan berawal dari zaman


Paleolitikum atau zaman batu tua sekitar 30.000 tahun yang lalu. Tanda
yang digunakan untuk mewakili suatu angka pada zaman tersebut yakni
irisan-irisan atau ukiran yang digoreskan pada dinding gua atau pada
tulang, kayu, atau batu. Satu irisan menandakan satu benda, oleh karena
itu sepuluh rusa kutub ditandai oleh sepuluh ukiran. Banyaknya tanda
berkorespondensi satu-satu dengan banyaknya benda yang dihitung.

Karena sistem yang digunakan sangat tidak praktis untuk mewakili


suatu angka, di Persia, pada abad kelima sebelum masehi, terjadi suatu
perkembangan sistem bilangan yakni dengan digunakannya simpul-simpul
yang disusun pada tali. Pada abad ketiga belas, suku Inca menggunakan
sistem yang sama dengan mengembangkan quipu, suatu tali yang
disusun secara horizontal dimana dari tali tersebut digantung berbagai
macam benang. Jenis simpul yang digunakan, panjang dari tali, dan

7|Page
warna serta posisi benang menandakan tingkatan kuantitas: satuan,
puluhan, dan ratusan.

Beberapa peradaban juga menggunakan sistem bilangan untuk


merepresentasikan banyaknya obyek yang berbeda-beda yakni dengan
menggunakan berbagai macam bebatuan, seperti bangsa Sumeria yang
menggunakan batu tanah liat yang disebut calculi . Tanah liat bangsa
Sumeria tersebut digunakan pada abad keempat sebelum masehi. Batu
tanah liat kecil yang berbentuk kerucut mewakili banyaknya satu obyek,
yang berbentuk bola mewakili banyaknya sepuluh, dan batu tanah liat
besar yang berbentuk kerucut mewakili enam puluh.

Kemungkinan terbesar manusia mulai menghitung adalah setelah


bahasa berkembang. Saat itu jari-jari tangan merupakan alat hitung yang
paling alami. Itulah sebabnya mengapa sistem perhitungan yang kita
gunakan saat ini menggunakan bilangan berbasis 10. Untuk mencari bukti
sejarah, ukiran pada batu atau kayu adalah solusi yang paling alami. Dari
bukti sejarah, sistem hitung yang paling awal terdiri dari simbol berulang
yang masing-masing terdiri dari sepuluh, yang diikuti oleh pengulangan
simbol untuk satu. Untuk contoh pada angka-angka yang digunakan saat
ini seperti 1 sampai 10, kemudian 11 (simbol bilangan satu diulang pada
simbol bilangan sebelas sebagai penanda 11 adalah 10 + 1). Atau pada
bilangan romawi, bilangan dua puluh satu dilambangkan menjadi XXI
(simbol angka sepuluh diulang kemudian dimulai lagi dari satu sebagai
penanda 20 adalah 10 + 10 +1).

3. Perkembangan Sistem Angka


1. Sistem Mesir Kuno ( 3000 SM)
2. Sistem Babilonia ( 3000-2000 SM)
3. Sistem Yunani kuno ( 600 SM)
4. Sistem Mayan ( 300 SM)
5. Sistem Jepang Cina ( 200 SM)

8|Page
6. Sistem Romawi ( 500 SM 1600)
7. Sistem Arab-Hindu (mulai dipakai tahun 1000)

4. Angka dan Bilangan


Ada orang yang menganggap bahwa angka dan bilangan adalah dua
hal yang sama, padahal angka dan bilanagan adalah dua hal yang
berbeda. Demikian pula, kedua kata angka dan bilangan masih sering
dipertukarkan. Dalam hal ini, sebuah atau beberapa angka lebih berperan
sebagai lambang tertulis atau terketik dari sebuah bilangan. Dengan
demikian, angka diberi batasan agar hanya ada sepuluh angka dasar
yang berbeda 0, 1, 2, ..., 9 dalam sistem bilangan basis sepuluh. Untuk
memperjelas pengertian angka, akan dibahas sebagai berikut :

4.1 Angka
Angka adalah suatu tanda atau lambang yang digunakan untuk
melambangkan bilangan. Arti kata „angka‟ lebih mendekati arti kata
„digit‟ dalam bahasa Inggris. Nampaknya belum ada kata dalam bahasa
Indonesia yang merupakan terjemahan secara tepat dari „digit‟. Dalam
hal ini, sebuah atau beberapa angka lebih berperan sebagai lambang
tertulis atau terketik dari sebuah bilangan. Sesuai dengan arti kata
„digit‟, lebih baik pengertian angka dibakukan dengan batasan agar
hanya ada sepuluh angka yang berbeda, yaitu 0, 1, 2 … , 9 dalam
sistem bilangan basis sepuluh. Untuk memperjelas pengertian angka,
contoh penggunaannya diberikan sebagai berikut. “Bilangan duabelas
ditukis dengan dua buah angka, yaitu angka 1 dan angka 2, yaitu 12”.

Setiap bilangan, misalnya bilangan yang dilambangkan degan


angka 1, sesungguhnya adalah konsep abstrak yang tidak bisa
tertangkap oleh indera manusia, tetapi bersifat universal. Misalnya,
tulisan atau ketikan “1” yang terlihat di layar monitor dan kita membaca
saat ini bukanlah bilangan satu, melainkan hanya lambang dari
bilangan satu. Angka 1 tertangkap oleh indera penglihatan kita berkat

9|Page
adanya unsur warna dan gambar di layar monitor. Demikian pula jika
kita melihat lambang yang sama di papan tulis, yang dilihat bukanlah
bilangan 1, melainkan serbuk dari kapur tulis yang melambangkan
bialngan satu.

Dalam sistem bilangan biner ( binary system of numbers ), yaitu


sistem bilangan basis 2, hanya dua angka dasar 0 dan 1 yang
digunakan, untuk menyatakan sembarang bilangan bulat. Misalnya,
deretan dua angka 11 dalam sistem biner melambangkan bilangan 3
dlaam sistem bilangan basis 10. Demikian juga deretan 3 angka 101
dalam sistem biner melambangkan bilangan 5 dalam sistem bilangan
basis 10.

Penggunaan angka dalam kehidupan sehari-hari yakni :

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di


dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D
(500), M (1.000)

2. Angka digunakan untuk menyatakan:


(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi
(ii) satuan waktu
(iii) nilai uang, dan
(iv) kuantitas
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 meter persegi
10 liter
1 jam 20 menit
pukul 15.00

10 | P a g e
tahun 1928
17 Agustus 1945
Rp5.000,00
US$3.50*
$5.10*
¥100
2.000 rupiah
50 dolar Amerika
10 paun Inggris
100 yen
10 persen
27 orang
* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,


apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
* Jalan Tanah Abang I No. 15
* Hotel Indonesia, Kamar 169

4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat


kitab suci.
Misalnya:
* Bab X, Pasal 5, halaman 252
* Surah Yasin: 9

4.2 Bilangan
Bilangan adalah suatu idea. Sifatnya abstrak. Bilangan bukan
simbol atau lambang dan bukan pula lambang bilangan. Bilangan
memberikan keterangan mengenai banyaknya anggota suatu
himpunan dan digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Konsep

11 | P a g e
atau ide “satuan (oneness)”, “duaan (twoness)”, mau pun “
tujuhbelasan (seventeenness)” disebut dengan bilangan. Bilangan
yang paling luas disebut bilangan kompleks, yang dapat dibagi
menjadi bilangan-bilangan yang ditunjukkan pada bagan berikut.

4.3 Perbedaan Angka dan Bilangan


Sebuah angka digunakan untuk melambangkan bilangan, suatu
entitas abstrak dalam ilmu matematika. Tetapi bagi orang-orang awam,
angka dan bilangan seringkali dianggap dua entitas yang sama. Mereka
pun umumnya menganggap angka dan bilangan sebagai bagian dari
matematika.

Konsep atau ide “satuan (oneness)”, “duaan (twoness)”, mau pun


“tujuhbelasan (seventeenness)” disebut dengan bilangan, sedangkan
lambang yang menyatakan bilangan disebut dengan angka ( numeral ) .
Jadi, perbedaan antara bilangan dan angka merupakan perbedaan
antara bilangan dan lambangnya, seperti halnya seseorang dengan
namanya.

Dalam penggunaan bilangan sehari-hari, kita memberi sedikit


pemikiran pada lambang yang sedang digunakan. Perbedaan antara

12 | P a g e
bilangan dan bilangan dapat diuraikan sebagai perbedaan suatu objek
dan nama yang dihubungkan dengan objek itu. Jadi, lambang bilangan
adalah angka untuk menyatakan bilangan. Sebagai contoh 4, 2+2, 1+3
adalaha lambang yang semuanya menunjukkan bilangan yang sama,
yaitu empat. Apabila kits menyebut nama atau menuliskan angkanya (
lambangnya ), maka yang dimaksud adalah bilangan. Misalnya, konsep
yang disebut “lima” ditulis dengan lambang 5. Perlu diketahui bahwa
ada beberapa nama yang sinonim untuk lambang bilangan, yaitu
angka, nama bilangan, dan gambar bilangan.

5. Sistem Angka Romawi

5.1 Perjalanan sejarah angka romawi


Selain bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, maupun
bilangan pecahan yang telah kita pelajari, satu lagi himpunan bilangan
yang akan kita pelajari adalah bilangan Romawi. Sebelum
mengadopsi sistem bilangan Hindu Arab orang menggunakan
penyimbolan dengan tangan yang ditemukan oleh bangsa Romawi.
Tepatnya digunakan pada periode warisan bangsa Etruscan.

Penomoran bangsa Romawi didasarkan pada sistem biquinary.


Asal Usul Bilangan Romawi I=1, V=5, dan X=10. Angka Romawi
adalah bilangan yang digunakan untuk penomoran yang digunakan
pada jaman Romawi kuno dan masih banyak digunakan sampai saat
ini untuk keperluan penomoran.
Sistem numerasi Romawi sudah dikenal sejak tahun 260 SM.
Sistem numerasiyang kita kenal saat ini adalah pengembangan dari
sistem yang lama. Menurut sejarah, angka romawi sudah ada sejak
zaman romawi kuno. Pada zaman dahulu kala orang romawi kuno
menggunakan penomoran tersendiri yang sangat berbeda dengan
sistem penomeranpada jaman seperti sekarang. Angka romawi hanya
terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf

13 | P a g e
melambangkan/memiliki arti angka tertentu. Awalnya system
perhitungannya diadaptasi dari system perhitungan milik bangsa
Etruscan. Begitu dengan angka-angkanya, sangat mirip dengan
angka-angka milik bangsa Etruscan (disimbolkan berdasarkan huruf
dan gambar). Berhubung angka-angka Etruscan susah buat ditulis
maupun di baca, akhirnya pada abad pertengahan angka romawi
disederhanakan. Contoh dalam bahasa Etruscan tertulis angka-angka:
I ^ X П 8 П . Nah, dalam deretan angka romawi yang baru angka-
angka itu berubah menjadi : I V X L C M.
Sistem angka Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100
masehi, yang memiliki beberapa lambang yaitu, I, V, X, L, C, D dan M
yang masing-masing menyatakan bilangan, 1, 5, 10, 50, 100, 500,
dan 1000, seperti yang didaftar pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Lambang Dasar Bilangan Romawi


Lambang Hindu-Arab Lambang Romawi
1 I
5 V
10 X
50 L
100 C
500 D
1000 M

5.2 Asal Usul Bilangan Romawi


Angka I dan V dalam angka romawi terinspirasi disarankan oleh
sepuluh jari tangan, atau mungkin bermula dari cara umum
menghitung dengan tongkat tegak yang berkelompok sepuluh. Ada
bukti bahwa lambang untuk 50, 100, dan 1000 mungkin aspirasinya
dari alfabetis Yunani X (chi), (theta),dan 𝜙 (phi). Bentuk lama dari chi

14 | P a g e
adalah,↓, , ⎿ yang semuanya digunakan sebagai lambang untuk 50
pada inspirasi semula. Lambang (theta) kemudian berkembang
menyerupai C, dalam pengaruh kenyataan bahwa C adalah huruf awal
kata Centum (seratus). Lambang yang mula-mula digunakan untuk
1000 adalah ⊂ | ⊃, yang dapat dipandang sebagai variasi 𝜙.
Lambang 1000 menjadi sebuah M, sebagai pengaruh fakta bahwa M
adalah huruf awal kata Latin milie (seribu). Lima ratus, sebagian dari
1000, dinyatakan oleh | ⊃, yang kemudian berubah menjadi lambang
D. Lambang ⊂ | ⊃ dan | ⊃ untuk 1000 dan 500 ditemukan pada akhir
tahun 1715.

Sedangkan angka X (lambang 10), adalah gabungan dua garis


miring yang melambangkan 5. Dan L, C, D, dan M yang secara urut
mewakili 50,100,500, dan 1000, yang merupakan modifikasi dari
simbol V dan X. Oleh karena itu, Angka romawi hanya terdiri dari 7
nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf
melangbangkan / memiliki arti angka tertentu.

Gambar 9. Penyimbolan angka yang terinspirasi dari bentuk tangan

Sekarang ini angka romawi dapat dengan mudah ditampilkan


pada jari-jari dari satu tangan, menghitung jempol = 5, yang lain = 1,
maka V adalah sosok sesuai dengan menyisihkan ibu jari dan tangan
mengepal dalam bentuk dan makna sesuai dengan nomor "nol"
(Roma dan Yunani ia tidak menulis, tapi itu benar-benar nol.) Seperti

15 | P a g e
dapat dilihat, penulisan angka Romawi adalah representasi yang
disederhanakan dari angka-angka yang dihasilkan oleh hitungan
dengan jari.

tangan kanan:

Di tangan kiri menunjukkan puluhan, sehingga ibu jari tangan kiri


diatur ke 50 (L simbol Romawi - kependekan dari bahasa Latin "laeva
homo" - tangan kiri), dan sisanya - 10 (Roman simbol X, yang terdiri dari
dua V, yaitu, X = V + V = 5 +5).

tangan kiri:

16 | P a g e
5.3 Pembentukan angka romawi
Sistem angka Romawi tidak mempunyai nilai tempat. Ketika
beberapa lambang dikombinasikan, lambang-lambang tersebut dapat
ditulis bagian demi bagian. Ketika suatu angka memuat dua lambang
besar, satu bilangan yang lebih kecil dari yang lain, maka berlaku
“penjumlahan” jika lambang pada bagian kanan menyatakan bilangan
yang lebih kecil. Jika lambang pada bagian kiri merupakan bilangan
yang lebih kecil, maka berlaku “pengurangan” bilangan yang lebih
kecil dari bilangan yang lebih besar. Ketika dua atau lebih lambang
bilangan yang sama yang ditulis bersama-sama maka semua
lambang menyatakan jumlah. Jadi, angka-angka III, XX dan CCC
menyatakan bilangan tiga, duapuluh, dan tigaratus.

Contoh 1.1
a. XXVIII = 10 + 10 + 5 + 1 + 1 + 1 = 28
b. XXXXVIII = 48, disingkat dengan XLVIII, karena XXXX=XL=40.
c. LDXLIX= 450 + 40 + 9 = 499, Karena LD= 500 – 50 = 450,
ditambah dengan XL= 50 – 10 = 40 dan IX = 10 – 1 = 9
d. Kita dapat mengkonversi setiap angka dari sebuah bilangan untuk
menulisnya dalam sistem angka Romawi. Misalnya, 982 = 900 +
80 + 2 = CM + LXXX + II = CMLXXXII.
e. Pada mulanya hanya penjumlahan yang digunakan, 1994 =
MDCCCCXXXXIII dan setelah digabungkan dengan sistem
pengurangan 1944 menjadi MCMXLIV.

5.4 Aturan dalam bilangan romawi


a. Aturan penjumlahan bilangan romawi
Untuk membaca bilangan romawi, dapat diuraikan dalam
bentuk penjumlahan.
Contoh :
II = I + I
=1+1

17 | P a g e
=2
Jadi, II dibaca 2

LXXVI = L + X + X + V + I
= 50 + 10 + 10 + 5 + 1
= 76
Jadi, LXXVI dibaca 76

CXXXVII = C + X + X + X + V + I + I
= 100 + 10 + 10 + 10 + 5 + 1 + 1
= 137
Jadi, CXXXVII dibaca 137

Dalam aturan ini semakin ke kanan, nilainya semakin kecil dan


tida ada lambang bilangan dasaryang berjajar lebih dari tiga.
Sehingga, dalam membaca bilangan romawi dalam aturan ini
adalah sebagai berikut :
 Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di
kanan, maka lambang-lambang romawi tersebut
dijumlahkan.
 Penambahannya paling banyak tiga angka

b. Aturan Pengurangan Bilangan Romawi


Dari aturan ini terdapat :
 Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di
kiri, maka lambang-lambang romawi tersebut dikurangkan
 Huruf pengurang hanyalah pangkat sepuluh, seperti I, X,
dan C. Jadi, 45 tidak dapat ditulis dengan VL (50-5), tetapi
ditulis dengan XLV, yaitu XL (40) + V (5).
 Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka tunggal.
Tulislah VIII untuk 8 dan bukan IIX, demikian pula 19 ditulis
XIX dan bukan IXX.

18 | P a g e
 Jangan mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya lebih
dari sepuluh kali. Ini berarti kita hanya bisa mengurangkan I
dari V atau X, dan X dari L atau C. Jadi, menuliskan 1999
dalam angka Romawi, dikonversikan angka demi angka,
1999 = 1000 + 900 + 90 + 9 = M + CM + XC + IX.
 Aturan yang berlaku di Mesir, empat ditulis IV dan bukan
IIII.

Contoh :

IV = V – I
= 5–1
=4
Jadi, IV dibaca 4

IX = X – I
= 10 – 1
=9
Jadi, IX dibaca 9

XL = L – X
= 50 – 10
= 40
Jadi, XL dibaca 40

c. Aturan Gabungan
Selain aturan penjumlahan dan pengurangan terdapat juga
aturan gabungan, dimana aturan penjumlahan dan pengurangan
dapat digabung sehingga bisa lebih jelas dalam membaca lambang
bilangan romawi.

Contoh :

XIV = X + ( V – I )

19 | P a g e
= 10 + ( 5 – 1 )
= 10 + 4 = 14
Jadi, XIV dibaca 14

MCMXCIX = M + ( M – C ) + ( C – X ) + ( X – I )
= 1000 + ( 1000 – 100 ) + ( 100 – 10 ) + ( 10 – 1 )
= 1000 + 900 + 90 + 9
= 1999
Jadi, MCMXCIX dibaca 1999

d. Cara Menuliskan Bilangan Romawi


Cara menuliskan lambang bilangan romawi yaitu dengan
aturang-aturan yang ada dalam bilangan romawi tersebut.
Bagaimana menulis lambang bilangan besar ? Angka Romawi
terbesar adalah M untuk menyatakan 1000. Sebagai satu cara
mudah menulis bilangan besar dengan menjejer angkanya,
misalnya MMMMMM ditulis untuk bilangan 6000. Sistem ini akan
segera membosankan apabila kita harus menulis banyak bilangan
besar, orang Romawi sering menggunakan garis diatas sebuah
angka. Garis atas berarti perkalian seribu. Misalnya, VI ditulis untuk
menyatakan bilangan 6000.

Contoh :
24 = 20 + 4
= ( 10 + 10 ) + ( 5 – 1 )
= XX + IV
= XXIV
Jadi, lambang bilangan romawi 24 adalah XXIV

139 = 100 + 30 + 9
= 100 + ( 10 + 10 + 10 ) + ( 10 – 1 )
= C + XXX + IX

20 | P a g e
= CXXXIX
Jadi, bilangan romawi 139 adalah CXXXIX

1496 = 1000 + 400 + 90 + 6


= 1000 + ( 500 – 100 ) + ( 100 – 10 ) + ( 5 + 1 )
= M + CD + XC + VI
= MCDXCVI
Jadi, bilangan romawi 1496 adalah MCDXCVI

5.5 Kelemahan dan kekurangan angka romawi kuno


Beberapa kekurangan atau kelemahan sistem angka romawi, yakni:
1. Tidak ada angka nol / 0
2. Terlalu panjang untuk menyebut bilangan tertentu
3. Terbatas untuk bilangan-bilangan kecil saja

5.6 Aplikasi penggunaan angka romawi

Gambar 10. Penggunaan angka romawi pada Jam

 Zaman dahulu digunakan untuk perhitungan kalender, angka


pada jam dan perdangan.
 Untuk penulisan bab pada buku, skripsi atau karangan tulisan
yang lain
 Notasi musik, organigram, Urutan keturunan keluarga

21 | P a g e
22 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem angka (atau sistem pengangkaan) ialah sejenis rangka kerja
yang mana satu set nomor dilambangkan melalui angka secara
konsisten. Menurut Muhammad Arif Tiro (2008:63) suatu sistem
angka adalah himpunan lambang dasar dan beberapa aturan untuk
membuat lambang lan dengan tujuan melakukan identifikasi
bilangan.
2. Sistem numerasi Romawi sudah dikenal sejak tahun 260 SM.
Menurut sejarah, angka romawi sudah ada sejak zaman romawi
kuno. Pada zaman dahulu kala orang romawi kuno menggunakan
penomoran tersendiri yang sangat berbeda dengan sistem
penomoran pada jaman seperti sekarang. Angka romawi hanya
terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap
huruf melambangkan/memiliki arti angka tertentu. Sistem
perhitungannya diadaptasi dari sistem perhitungan milik bangsa
Etruscan. Berhubung angka-angka Etruscan susah buat ditulis
maupun di baca, akhirnya pada abad pertengahan angka romawi
disederhanakan. Contoh dalam bahasa Etruscan tertulis angka-
angka: I ^ X П 8 П . Nah, dalam deretan angka romawi yang baru
angka-angka itu berubah menjadi : I V X L C M.
3. Perbedaan antara bilangan dan angka merupakan perbedaan
antara bilangan dan lambangnya, seperti halnya seseorang dengan
namanya.
4. Sistem angka Romawi tidak mempunyai nilai tempat. Ketika
beberapa lambang dikombinasikan, lambang-lambang tersebut
dapat ditulis bagian demi bagian. Ketika suatu angka memuat dua
lambang besar, satu bilangan yang lebih kecil dari yang lain, maka
berlaku “penjumlahan” jika lambang pada bagian kanan

23 | P a g e
menyatakan bilangan yang lebih kecil. Jika lambang pada bagian
kiri merupakan bilangan yang lebih kecil, maka berlaku
“pengurangan” bilangan yang lebih kecil dari bilangan yang lebih
besar. Ketika dua atau lebih lambang bilangan yang sama yang
ditulis bersama-sama maka semua lambang menyatakan jumlah.

24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Tiro Muhammad Arif.2014.Pengenalan Teori Bilangan.Makassar:Andira


Publisher.

http://clickmaths.wordpress.com/2011/10/03/beda-angka-dan-
bilangan/ (Diakses tanggal 09 november 2014 )

http://walgi.blogdetik.com/2013/05/02/sistem-numerasi-konsep-dasar-
matematika-1/ (Diakses tanggal 09 november 2014 )

http://ninamath.wordpress.com/2013/03/14/sejarah-sistem-
numerasi/ (Diakses tanggal 09 november 2014 )

https://petrusfendiyanto21.wordpress.com/2014/11/09/tahu-nggak-
perbedaan-bilangan-angka-dan-nomor/

http://dewimatkom5a.blogspot.co.id/2010/10/perbedaan-angka-dan-
bilangan.html

http://ukurandansatuan.com/tabel-angka-romawi-dan-cara-penulisan-
angka-romawi.html/

https://enypurwati.wordpress.com/2013/05/13/bilangan-romawi/

http://aboutmathika.blogspot.co.id/2014/06/sejarah-perkembangan-angka-
modern.html

25 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai