DOSEN PEMBIMBING:
Dr. SYUKRI, MA
DISUSUN OLEH:
SUMATERA UTARA
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas di mata kuliah Filsafat Umum.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan nilai positif bagi
kehidupan kita
Penulis percaya bahwa tidak ada kesempurnaan, begitu pula pada makalah
ini. Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya atas makalah ini agar
kedepan menjadi sesuatu yang lebih baik lagi
Medan, 8 Februaru
2021
Penyusun
2
Daftar Isi
Halaman Judul................................................................................................1
Kata Pengantar................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................3
BAB 1 : PENDAHULUAN............................................................................4
A. Ontologi..............................................................................................5
B. Epistemologi.......................................................................................7
C. Aksiologi.............................................................................................8
BAB 3 : PENUTUP......................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik
bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga
untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-
pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang
lingkup filsafat.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau
bagian yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang
hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai
yang membahas tentang guna pengetahuan. Sehingga, mempelajari ketiga cabang
tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang
lingkup dan pembahansannya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ontologi
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata,
yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran.
Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan.1
Ontologi menyelidiki dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan
cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-kategori yang logis yang
berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam
rangka tradisional. Ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip
umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaiannya akhir-akhir ini ontologi
dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.
1
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm.118-119
2
A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara: 2001), hlm. 91
3
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 28
5
Ontologi sering diidentikan dengan metafisika yang juga disebut proto-
filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah
hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab akibat, realita, atau Tuhan dengan
segala sifatnya4. Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang
filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu
yang ada.
Adapun mengenai objek material ontologi ialah yang ada, yaitu ada
individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak,
termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber
segala yang ada. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas, bagi
pendekatan kualitatif, realitas tranpil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya
menjadi telaah monism, paralerisme atau plurarisme5.
Fungsi dan manfaat mempelajari ontologi sebagai cabang filsafar ilmu antar lain:
Pertama : berfungsi sebagai refeleksi kritis atas objek atau bidang garapan,
konsep-konsep, asumsi-asumsu dan postulat-postulat ilmu. Diantara asumsu dasar
keilmuan antara lain:
1) Dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-benar ada.
2) Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan pancaindera.
4
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 28
5
A. Susanto, op.cit, hlm. 92
6
3) Fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu dengan lainnya
secara kausal
Kedua : Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia yang
integral, komprehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya mengkaji hal-hal
yang khusus untuk dikaji secara tuntas yang pada akhirnya diharapkan dapat
memperoleh gambaran tentang objek telaahnya, namun pada kenyataannya
kadang hasil temuan ilmiah berhenti pada simpulan-simpulan yang parsial dan
terpisah-pisah. Jika terjadi seperti itu, ilmuwan berarti tidak mampu
mengintegrasikan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lain.
B. Epistemologi
Dalam belajar filsafat, kita akan menemui banyak cabang kajian yang akan
membawa kita pada fakta dan betapa kaya dan beragam kajian filsafat itu.
Sebenarnya yang terpenting adalah bagaimana kita semua memahami apa saja
yang menjadi kajian filsafat, cabang-cabang filsafat. Albuerey Castel membagi
masalah filsafat menjadi enam bagian yaitu teologis, metafisika, epistemologi,
etika, politik dan sejarah6.
7
memberikan pemaknaan terhadap epistemologi, para ahli memiliki sudut pandang
yang berbeda, sehingga memberikan pemaknaan yang berbeda ketika
mengungkapkannya7.
C. Aksiologi
7
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam: dari Metode Rasional Hingga Metode
Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 2d
8
Ibid, hlm. 3.
8
pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudur
pandang kefilsafatan9. Nilai intrinsik, contohnya pisau dikatakan baik karena
mengandung kualitas-kualitas pengirisan didalam dirinya, sedangkan nilai
instrumentalnya ialah pisau yang baik adalah pisau yang digunakan untuk
mengiris. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai intrinsik ialah nilai yang dikandung
pisau itu sendiri atau sesuatu itu sendiri. Sedangkan nilai instrumental ialah nilai
sesuatu yang bemanfaat atau dapat dikatakan nilai guna
1. Etika : bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku
orang. Semua perilaku mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian. Jadi,
tidak benar suatu perilaku dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepat, perilaku
adalah beretika baik atau beretika tidak baik.
2. Estetika : bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya
manusia dari sudut indah dan jelek. Indah dan jelek adalah pasangan yang
dikhotomis, dalam arti bahwa yang dipermasalahkan secara esensial adalah
penginderaan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan nyaman pada
suatu pihak, rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak lainnya.
1. Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan dapat penuh kejujuran dan
tidak hakiki, maka perilaku keilmuan perlu dilakukan dengan penuh kejujuran
dan tidak berorientasi pada kepentingan langsung.
2. Dalam pemilihan objel penelahaan dapat dilakukan secara etis yang tidak
mengubah kodrat kehidupan manusia, tidak merendahkan martabat manusia,
tidak mencampuri masalah kehidupan dan netral dari nilai-nilai yang bersifat
dogmatik, arogansi kekuasaan dan kepentingan politik
9
Soejono Soe Margono. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1986), hlm. 327
9
3. Pengembangan pengetahuan diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup yang
memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta keseimbangan, kelestarian
alam lewat pemanfaatanilmu dan temuan-temuan universal.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata,
yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran.
Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan, term
ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf.
Saran:
11
DAFTAR PUSTAKA
12