Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH AGAMA BUDDHA DAN PERKEMBANGANNYA

(Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Sejarah Agama)

DOSEN PEMBIMBING:

FITRIANI M.Ag

DISUSUN OLEH:

M. FATAHILLAH AL HUZAIFI (0402191005)


NUR SAKINAH HASIBUAN (0402192015)

JURUSAN STUDI AGAMA - AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah Swt yang memberikan rahmatnya


sehingga terselesaikannya makalah kami. Makalah ini mengangkat topik “Sejarah
Agama Buddha dan Perkembangannya.” Kami ucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang turut membantu dalam proses pembuatan makalah ini

Makalah ini disusun untuk memenuhi pembelajaran di mata kuliah Sejarah


Agama dan juga untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada kami. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan nilai positif bagi
kehidupan kita

Kami percaya bahwa tidak ada kesempurnaan, begitu pula pada makalah
ini. Karena itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya atas makalah ini agar
kedepan menjadi sesuatu yang lebih baik lagi

Medan, 26 November
2020

Penyusun

M. Fatahillah Al Huzaify

Nur Sakinah Hasibuan

M. Zulfri Hakim

2
Daftar Isi

Halaman Judul................................................................................................1

Kata Pengantar................................................................................................2

Daftar Isi.........................................................................................................3

BAB 1 : PENDAHULUAN............................................................................4

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................4


B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan Penulisan................................................................................4

BAB 2 : PEMBAHASAN..............................................................................2

A. Sejarah Agama Buddha......................................................................5


1. Sejarah Lahirnya Agama Buddha.................................................5
2. Pembawa Ajaran Agama Buddha.................................................6
3. Periodisasi Agama Buddha...........................................................9
B. Ajaran-Ajaran Agama Buddha...........................................................9
1. Ajaran tentang Buddha.................................................................9
2. Ajaran tentang Dharma...............................................................10
3. Ajaran tentang Sangha................................................................11
C. Kitab-Kitab Suci Agama Buddha.....................................................12
D. Sekte dalam Agama Buddha.............................................................14

BAB 3 : PENUTUP......................................................................................18

BAB 4 : DAFTAR PUSTAKA.....................................................................19

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Agama Buddha merupakan suatu agama yang lahir dan berkembang


sekitar 6 abad sebelum Masehi. Agama ini muncul berkaitan dengan situasi
sebagai reaksi terhadap sistem upacara agama Hindu yang terlampau kaku. Dari
latar belakang munculnya, agama Buddha mempunyai kaitan erat dengan agama
Hindu. Sebagai agama, ajaran Buddha tidak bertolak dari Tuhan dan hubungan-
Nya dengan alam dan seluruh isinya.

Agama ini mempunyai pemahaman mengenai kehidupan, yakni keyakinan


bertolak dari keadaan yang nyata yang dibatasi oleh lingkaran dukkha yang selalu
mengikuti kehidupan orang tersebut. Pada mulanya ajaran ini bukan merupakan
agama tetapi hanya suatu ajaran untuk melepaskan diri dari sangsara (samsara)
dengan tenaga sendiri, sebagaimana dilakukan sang Budha. Tetapi ajaran ini
kemudian berubah manjadi agama yang banyak penganutnya dan mempengaruhi
daya pikir banyak orang.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa sejarah agama buddha?


2. Bagaimana ajaran-ajaran agama buddha?
3. Apa kitab agama Buddha?
4. Apa saja sekte dalam agama buddha?

C.TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian buddha


2. Untuk mengetahui sejarah agama buddha
3. Untuk mengetahui doktrin yang terdapat dalam agama buddha
4. Untuk mengetahui tokoh-tokoh penting dalam agama buddha

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Sejarah Agama Buddha


1. Sejarah lahirnya Agama Budha
Dalam kepercayaan para pemeluk agama Bhuda, diketahui beribu-ribu
orang yang mendapatkan gelar kehormatan Budha. Untuk masa sekarang,
orang yang dapat pencerahan dan gelar tersebut adalah siddhartha Gautama,
Budha yang ke 28 sekaligus sebagai pendiri agama Budha sebagaimana yang
kita kenal.
Selain mendapat gelar Budha, Siddartha juga telah mendapat gelar
Bhagoua (orang yang menjadi sendiri tanpa guru yang mengajar
sebelumnya), sakya mimi (petapa dari suku Sakya), Sakya sumba (singa dari
suku Sakya), Sugata (orang yang datang dengan selamat), Suaria Siddha
(orang yang terkabul semua permintaanya).
Jika kita telusuri lebih jauh, secra etimologi , kata Budha ini berasal dari
“Buddh” yang berarti bangun atau bangkit, dan dapat pula berarti pergi dari
kalangan orang bawah atau awam. Kata kerjanya “bujjhati”, antara lain
berarti bangun, mendapatkan pencerahan, mengetahui, mengenal, atau
mengerti. Dengan kata lain, Budha mengandung beberapa pengertian, di
antaranya ialah orang yang telah memperoleh kebijaksanaan sempurna, orang
sadar secara spiritual, orang yang siap sedia menyadarkan orang lain secara
spiritual, serta orang yang bersih dari kotoran batin yang berupa dosa
(kebencian), labha (serakah), dan moha(kegelapan).
Dengan demikian Budha adalah orang yang telah mencapai penerangan
sempurna. Semua yang serupa dengan Siddartha Gautama yang menjadi
pendiri agama Budha, telah mendapatkan julukan dengan nama Budha,
karena ia adalah seorang yang telah mencapai penerangan sempurna, pada
waktu usia 35 tahun atau lebih dari 2.500 tahun silam di India.1

1
M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia,( Yogyakarta, IRCiSoD, 2015), hlm.
117-118.

5
2. Pembawa Ajaran Agama Budha
Siddartha adalah putra dari raja Sudhodana Gautama dan Dewi
Mahamaya dari kerajaan kecil di Kapilawastu yang memerintah atas suku
Sakya di India utara yang berbatasan dengan nepal. Menurut beberapa
literatur, ia dilahirkan pada tahun 563 SM di India utara, sekitar 100 mil dari
Benares, dan Wafat pada tahun 483 SM.
Banyak orang meyakini bahwa Siddartha memiliki keistimewaan yang
tidak dimiliki orang pada umumnya. Konon keistimewaan itu sudah terlihat
dan mengiringi Siddartha sejak ia masih didalam kandungan. Setelah
mengalami proses kelahiran yang penuh keajaiban itu, Siddartha  Gautama
menjalani hidup sebagai putra raja Sudhodhana. Sejak itu, kehidupan secra
garis besar dibagi atas empat periode.

a. Budha sebagai pangeran Siddhartha.


Periode ini dimulai sejak dari kelahiran Siddartha hingga ia berusia 29
tahun. Ia hanya ingin menjadi budha jika ia melepaskan kedudukan atas tahta
yang ditawarkan oleh orang tuanya. Sebenarnya, raja Sudhodhana lebih
menginginkan agar siddhartha menjadi raja yang besar dan berkuasa
ketimbang menjadi seorang Budha. Pertama , tanpa diduga ia bertemu dengan
orang yang sudah sangat tua dilur istana, kedua, ia bertemu dengan orang yang
sakit sangat mengerikan, ketiga, dengan orang yang meninggal dunia, ke
empat, ia berjumpa dengan petapa yang sederhana yang memperlihatkan
wajah penuh kedamaian dan pandangannya sangat tenang. Karena beberapa
perjumpaan tersebut, siddartha kemudian memutuskan meninggalkan istana
pada usia 29 tahun, setelah itu siddartha menyepi tujuh hari tuju malam ditepi
sungai Anoma untuk merenungi kehidupan yang dijalaninya.
b. Siddartha Gautama sebagai seorang petapa
Setelah tujuh hari tujuh malam merenungi kehidupan, Sidartha Gautama
kemudian berguru pada dua Brahmana yang termasyur dimasa itu, yaitu
Alaraklama dan Udnaka Ramaputra. Akan tetapi pelajaran yang diperoleh dari
kedua Brahmana tersebut tidak mampu memuaskan hati dan dahaga Siddartha

6
karena itulah, ia memutuskan untuk meninggalkan kedua pendeta itu.
Selanjutnya ia menujun dan tinggal di Uruwela.
Semenjak tinggal di Uruwela, Siddartha memulai kehidupan yang baru. Ia
menjalani hidup dengan menyiksa diri, berpuasa, serta menjalani segala
cobaan untuk menguasai dirinya. Sejak itu, ia mulai dikenal sebagai pertapa
yang suci. Kemudian, ada lima orang pertapa yang berguru kepadanya untuk
mencari kebahagian hidup, yaitu Kondana, Badiya, Wappa, Mahanama, Asaji.
Karena dia sadar cara bertapanya yang salah, akhirnya Siddartha
menghentikan ritual tapanya. Maka sejak itu, ia bertekat menempuh jalan yang
dianggapnya benar, dengan usahanya sendiri menyelidiki, merenungkan, dan
menembus kedalam batinnya sendiri. Selain berusaha menguatkan kekuatan
batinnya Siddartha juga melatih dirinya untuk menguasai keinginan-keinginan
terhadap kenikmatan dan rangsangan indrawi.
c. Mendapatkan penerangan dan menjadi Budha
Setelah melalui perjuangan yang panjang melalui beberapa ritual yang ia
lakukan, akhirnya Siddartha berhasi mendapatkan penerangan dan menjadi
Budha. Dalam meditasi itu, Siddartha berhasil mendapat petunjuk berupa ilmu
pengetahuan tinggi yang meliputi hal-hal berikut:
1) Pubbenivasanussati, yaitu pengetahuan tentang kehidupan dan proses
kelahiran kembali.
2) Dibacakku, yaitu pengetahuan dari mata dewa dan mata batin.
3) Cuti upapatana, yaitu pengetahuan bahwa timbul dan hilangnya bentuk-
bentuk kehidupan, baik atau buruknya bergantung pada perilaku masing-
masing.
4) Asyakkhyanana, pengetahuan tentang padamnya semua kecenderungan dan
avidya, tentang menghilangkan ketidak tahuan.
Akhirnya, pada usia 35 tahun, siddartha berhasil menjadi budha setelah
tercapainya penerangan tersebut. Ia pun menjadi Accharya Manusa atau guru
bagi manusia untuk mendapatkan penerangan hidup dan melepaskan diri dari
kesengsaran.

7
d. Mengajarkan Darma
Setelah mendapatkan penerangan dan pengetahuan yang sempurna,
Siddartha bangkit dari pertapaannya dan berangkat menuju khota Benares,
tempat suci dan tempat ziarah bagi penganut agama Hindu. Sebelum sampai
dikota Benares, disuatu tempat yang bernama Sarnath, ia berjumpa dengan
lima rahib bekas muridnya.
Kelima murid sidarta tersebut yang kemudian menyampaikan dan
mengajarkan himpunan ucapannya, yang disebut sebagai kotbah pertama (first
sermon) dalam sejarah agama Bhuda. Kotbah pertama itulah yang menjadi
asas dasar ajaran dari seluruh ajaran agama Budha yang kemudian terkenal
dengan sebutan”empat kebenaran utama” (catu arya sacca) dan “ delapan jalan
kebajikan”(arya attha ngika magga).
Selama kurang lebih 45 tahun, Siddartha Gautama berkelana menyebarkan
Darma Kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih, dan kasih sayang.
Saat usianya mencapai 80 tahun ia mulai berfirasat dan menyadari bahwa 3
bulan lagi, ia akan mencapai parinibbana.
Suatu waktu menjelang akhir hidupnya Siddartha Gautama meberiakan
kotbah darma terakhir kepada siswa-siswinya. ketika itu, kondisinya sedang
sakit dan terbaring diantara dua pohon sala di kusinagara saat memberikan
wejangan kepada murid-muridnya. Setelah itu, ia parinibbana (versi Buddisme
mahayana, ia wafat pada 486 SM hari ke15, bulan ke2 kalender Lunar.
Sedangkan menurut versi WFB ialah pada bulan Mei 543 SM).2

3. Periodesasi Agama Budha


Secara garis besar periodesasi Budha terbagi menjadi empat periode.
Periode pertama berlangsung dari 500-0SM atau lima ratus tahun pertama.
Periode kedua berlangsung dari 0-500M. Periode ketiga berlangsung dari 500-
1000M. Dan periode keempat 1000 tahun terakhir.

2
Ibid,hlm.118-124

8
Agama Budha telah hidup selama lebih dari 2500 tahun, dan selama itu
pula ia telah mengalami perubahan yang besar dan radikal. Sejarahnya dapat
dibagi menjadi empat periode. Periode pertama adalah periode agama Budha
kuno, yang kemudian bertepatan juga dengan apa yang belakangan dikenal
sebagai “Hinayana”. Periode kedua ditandai dengan munculnya Mahayana.
Periode ketiga ditandai dengan munculnya Tantra dan ch’an. Ini membawa kita
ketahun 1000 Masehi. Setelah itu agama Budha tidak memperbaharui diri lagi,
hanya bertahan, dan 1000 tahun terakhir ini sekaligus dapat dianggap sebagai
periode ke empat.3

B. Ajaran-Ajaran Agama Buddha


Ajaran agama Buddha dapat dirangkumkan di dalam apa yang disebut tiga
batu permata (triratna), yaitu Buddha, Dharma dan Sangha.
1. Ajaran tentang Buddha
Selain apa yang telah diungkapan tentang Buddha Gautama di atas, berikut
ini sedikit tambahan uraian yang berkaitan dengan Buddha. Menurut keyakinan
Buddhis sebelum tahap zaman-zaman yang terbilang banyaknya. Tiap zaman
memiliki Buddhis-nya sendiri. Olehh karena itu, Menurut keyakinan mereka ada
banyak Budha yaitu orang yang sudah mendapat pencerahan Buddhi. Menurut
sebagian pendapat dari umat Buddha (Jemaat Selatan), sebelum Buddha Gautama
sudah ada 23 Buddha yang mendahuluinya, tetapi menurut Jemaat Utara ada lebih
banyak lagi.
Sekalipun Siddharta dilahirkan pada tahun 563 sebelum Masehi, tetapi
menurut keyakinan Buddhis, pada tahun itu Gautama bukan baru untuk pertama
kali datang ke alam dunia. Sebelum dilahirkan sebagai Siddharta ia telah hidup
berjjuta-juta abad sebelumnya.
2. Ajaran tentang Dharma
Yang disebut dharma adalah ajaran pokok. Ajaran pokok agama Buddha
dirumuskan di dalam apa yang disebut empat kebenaran mulia (4 aryasatyani).

3
Edward Conze, Sejarah-Sejarah Singkat Agama Buddha,(Karaniya,2007),hlm.1-2.

9
Yaitu ajaran ang diajarkan oleh Buddha Gautama di Benares, sesudah ia
mendapat pencerahan.
a. Aryasatyani
Aryasatyani itu terdiri dari empat kata, dukha,samudaya, mirodha, dan marga
1) Dukha ialah penderitaan. Hidup ini adalah penderitaan. Misalnya :
Kelahiran adalah penderitaan, sakit adalah penderitaan, dan sebagainya.
2) Samudaya ialah sebab. Maksudnya penderitaan itu ada sebabnya.
Keinginan kepada hidup itu menyebabkan orang dilahirkan kembali,
dengan disertai nafsu dan keinginan, yaitu nafsu kepada ksenangan,
kepada milik, kepada kekuasaan.
3) Nirodha, yaitu pemadaman. Yaitu pemadaman penderitaan itu teradi, bila
kita mampu menghapuskan seluruh nafsu/keinginan kita secara sempurna.
4) Marga, yaitu jalan yang menuju kepada pemadaman penderitaan tersebut.
b. Patricia Samutpada
Sebagaimana diajarkan bahwa penderitaan itu disebabkan oleh
nafsu/keinginan. Untuk menerangkan hal ini maka diajarkan apa yang disebut
Pratica Samutpada. Artinya pokok permulaan yang bergantungan. Pokok
permulaan sesuatu bergantung kepada pokok ermulaan yang menahuluinya,
dan ini bergantung lagi kepada pokok permulaan yang mendahuluinya, dan
seterusnya.
c. Ajaran tentang Anica atau Anicca
Kata anica berarti: tidak kekal. Doktrin ini mengajarkan bahwa di dalam
dunia ini taka da sesuatu yang kekal. Semuanya adalah fana. Tak ada sesuatu
yang tetap ada, segala sesuatu itu “sedang menjadi”. Hidup ini adalah suatu
rentetan dari hal-hal yang terjadi untuk sesaat dan yang segera tidak ada lagi.
d. Ajaran tentang Anatman atau Anatta
Kata anatman atau anatta berarti tak ada jiwa. Ajaran ini tidak bisa
dipisahkan dari ajaran tentang anica, yang mengajarkan tidak ada sesuatu
yang kekal yang tidak berubah, karenanya tidak ada jiwa yang kekal..
e. Ajaran tentang Karma

10
Agama Buddha juga mengajarkan bahwa karma menyebabkan kelahiran
kembali, yang dilahirkan kembali adalah watak atau sifat-sifat manusia, atau
kepribadiannya, tetapi tanpa pribadi atau aku.
f. Jalan kelepasan
Di dalam bagian keempat dari arjastyani itu diajarkan tentang jalan
kelepasan. Agar orang dapat lepas dari penderitaan itu orang harus melalui
suatu jalan yang terdiri dari delapan tingkatan.
g. Ajaran tentang Nirwana
Kelepasan dalam agama Buddha diungkapkan dengan bermacam-macam
ungkapan. Yang paling terkenal adalah nirwana, yang secara harfiah berarti
pemadaman atau pendinginan. Yang dipadamkan ialah keinginan, api dari
nafsu, kebencian dan sebagainya.

3. Ajaran tentang sangha


Pengikut agama Buddha dibagi menjadi dua bagian, yaitu para Bhiksu
atau para rahib dan Upasaka atau para kaum awam.
Inti para masyarakat Buddhis sebenarnya hanya terdiri dari para rahib.
Sebab hanya hidup kerahiban itulah yang dapat menciptakan suasana yang
diperlukan orang untuk mencapai kehidupan yang tertinggi. Seluruh
persekutuan para rahib disebut Sangha atau jema’at.
Kehidupan kerahiban diatur di dalam kitab Winaya Pitaka. Dari kitab ini
kita dapat mengetahui bahwa para rahib itu ditandai oleh tiga hal, yaitu
kemiskinan, hidup membujang dan ahimsa ( tanpa kekerasan )4

C. Kitab-Kitab Suci Agama Buddha


Sampai wafat, sang Buddha Gautama tidak meninggalkan kitab yang
tertulis. Hanya sejak beliau masih hidup banyak ajaran beliau yang dihafalkan
oleh pengikut-prngikutnya dengan cermat. Ketika Sang Buddha Gautama wafat
maka para rahib memandang bahwa ajaran Sang Buddha itu harus ditulis dengan
kitab. Oleh karena itu kemudian diadakan konsili (rapat agama) yaitu :

4
Sufa’at Mansur, Agama-Agama Besar Masa Kini (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 87

11
a. Konsili pertama diadakan tahun 483 SM. Yaitu segera setelah Buddha wafat.
b. Konsili kedua diadakan seratus tahun kemudian, berhubungan dengan adanya
perpecahan dalam madzhab atau orde (sekte).
c. Konsili ketiga diadakan tahun 238 SM. Yaitu setelah Buddha naik ke
Nirwana. Rapat ini diadakan di bawah lindungan kaisar Ashoka, di kota
Patalipura. Dalam rapat ini ditetapkan isi dari buku-buku suci,
yakni Tripitaka (tiga keranjang, dalam bahasa Pali). Bacaan ini tidak ditulis
dalam bahasa Sansekerta, tetapi dalam bahasa Pali. Latar belakang filsafat
atau ajaran Buddha bukan monismemistik brahmana, tetapi suatu aneka warna
sifat yang ganjil, suatu stelsel yang mengajarkan bahwa dunia dan manusia
digerakkan dari sejumlah besar unsur-unsur purba.5

Kitab-kitab Tripitaka tersebut adalah Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka,


dan Abidhamma Pitaka.
1. Vinaya Pitaka bersangkut paut dengan disiplin, kerahiban, dan menulis
tentang aturan, serta tata cara untuk menguasai kehidupan sebagai biarawan.
Kitab ini mempunyai tiga bagian utama: (a) Pattimokha, (b) Khandhakas, dan
(c)Parivara.
2. Sutta Pitaka adalah “Keranjang” yang berisi ceramah dan ajaran. Kitab ini
dibagi atas lima bagian yang disebut Nikaya:
a) Digha –nikaya yang terbagi atas ceramah – ceramah panjang berisi 34
Suttas. Beberapa dari suttas ini adalah Samannaphala Sutta (berhubungan
dengan pahala.6 hidup kerahiban), Ambattha Sutta (berhubungan dengan
sikap Buddha terhadap kasta, Kutadanta Sutta (berkaitan dengan
hubungan agama Brahmana dan agama Buddha), Tevijja
Sutta (pertentangan antara kebudayaan Brahmana dengan cita-cita
Buddhisme), Mahaparinibbhana Sutta (yang menceritakan peristiwa hari-
hari akhir Sang Buddha);

5
Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), hlm. 147
6
Ulfat Aziz As-Samad, Agama-Agama Besar Dunia, terj. Imam Musa Prodjosiswojo ( Jakarta :
Darul Kutubil Islamiyah, 2002 ), hlm. 55

12
b) Majjhima – nikaya, terbagi atas ceramah yang sedang sedang panjang-nya,
berisi 152 Suttas tentang semua segi agama Buddha,
c) Samutta–nikaya, bagian yang terkait dengan ceramahnya. Kitab ini berisi
satu versi khotbah yang terkenal “Meletakkan dalam Gerak Roda Kebe-
naran”
d) Anguttra-nikaya yang mempunyai lebih dari 2000 suttas dalam sebelas
kelompok,
e) Khuddaka-nikaya, bagian yang terdiri dari ceramah-ceramah pendek.
Kitab ini berisi sebagian besar bahan-bahan terbaik dalam kitab suci. Kitab
ini dimulai dengan Khuddaka patha yang dapat digambarkan sebagai
catatan harian dari kehidupan Sang Buddha. Selanjutnya adalah
kitab Dharmmada yang paling terkenal dari semua kitab suci Theravada,
yang berisi tuntunan etika yang paling sempurna di dunia. Karya lain yang
terkenal termasuk dalam hal ini adalah Udana, Itivuttak, dan yang baru
saja termasyur adalah Sutta Nipata, Kemudian ada cerita-cerita Jataka
yang merupakan kumpulan kisah-kisah awal yang berkaitan dengan
kehidupan Buddha

3. Abidhamma Pitaka, yang merupakan “keranjang” selanjutnya berhubungan


dengan psikologi, etika, dan hanya kadang-kadang saja menyangkut metafisik
sebagaimana dinyatakan sebelumnya, golongan Mahayana, tidak melakukan
penolakan ajaran, tetapi memperluas lebih lanjut ajaran Hinayana atau
Theravada. Karena itu, kaum Mahayana menerima Tripitaka tetapi mereka
menambahkan beberapa kitab suci dari bahan-bahan mereka sendiri.7

Tripitaka kaum Mahayana bukan dalam bahasa Pali, melainkan sebagian


besar dalam bahasa China. Kitab-kitab itu diterjemahkan dari versi Sansekerta
dari sekte Sarvastivada. Mahayana Sutta yang khusus tentulah tidak dapat
dibandingkan dengan Tripitaka yang berbahasa Pali. Kitab ini disusun dalam
kelompok-kelompok, misalnya seperti golongan Prajnaparamita (yang berisi Sutta

7
Ulfat Aziz As-Samad, Agama-Agama Besar Dunia, terj. Imam Musa Prodjosiswojo, hlm. 56

13
yang terkenal seperti Vajracchedika atau Sutta Intan), dan kelompok Avatamsaka.
Bahan-bahan yang terdapat dalam kitab suci agama Buddha berbeda jauh
waktunya.
Kitab Suci bahasa Pali ditetapkan pada konsili ketiga (abad ketiga sebelum
masehi), dan untuk pertama kali ditulis di Ceylon (Sri Lanka) pada abad pertama
sebelum masehi, itu berarti lebih dari empat ratus tahun setelah wafatnya Sang
Buddha. Para cendikiawan sepakat, bahwa semua kata yang diatasnamakan keluar
dari lisan Buddha dalam kitab suci itu, sesungguhnya tidak sepenuhnya dari
beliau. Ini adalah apa yang ditulis oleh cendikiawan besar, Dr. E. J. Thomas
tentang Kitab Tripitaka : Kitab ini kebanyakan tidak berisi apa yang dirasakan
sebagai betul-betul diucapkan Sang Buddha. Hal ini diakui sendiri oleh para
mufasir Buddhis, seperti ketika mereka menerangkan bahwa kalimat-kalimat
tertentu atau seluruh ayat telah ditambahkan oleh para perombak di salah satu
konsili-konsili.”8

D. Sekte dalam Agama Buddha


Sebagaimana halnya dalam agama-agama lain telah timbul mazhab atau
sekte, demikian pula dalam agama Buddha. Setelah Siddharta wafat terjadi
perpecahan. Hal ini disebabkan karena perbedaan penafsiran terhadap ajaran
Buddha. Ada kelompok yang ingin mempertahankan ajaran Buddha apa adanya,
mereka sebut dengan Sthaawirawada atau travadin yang nantinya menjadi
golongan Hinayana, dan ada pula kelompok yang mendasarkan ajarannya kepada
keterangan guru mereka (Acarya). Mereka ini disebut dengan Acaryadin ,
atau Mahasanghita, yang nantinya dikenal dengan golongan Mahayana.9

1. Golongan Hinayana
Pada pokoknya ajaran Hinayana mewujudkan suatu perkembangan yang
logis dari dasar-dasar yang terdapat di dalam kitab-kitab yang kanonik. Ajaran
itu dapat dirumuskan sebagai berikut :

8
Ibid, hlm. 57
9
Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 99

14
a. Segala sesuatu bersifat fana, dan hanya berada untuk sesaat saja, serta
disebut dharma. Oleh karena itu taka da sesuatu yang teta berada.
b. Tujuan hidup adalah mencapai Nirwana, di mana kesadaran akan
ditiadakan, sebab segala kesadaran adalah belenggu. Hal ini disebabkan
karena kesadaran tidak lain adalah kesadaran terhadap sesuatu.
c. Cita-cita yang tertinggi adalah menjadi arhat, yaitu orang yang
keinginanna, ketidaktahuannya dan sebagainya sudah berhenti, sehingga ia
tidak ditaklukkan lagi kepada kelahiran kembali.

Dalam literatur lain disebutkan bahwa Pokok-pokok ajaran


golongan Hinayana adalah sebagai berikut:
a. Manusia dipandang sebagai seorang individual dalam usahanya.
b. Tergantung kepada dirinya sendiri usaha kebebasan dengan alam ini
c. Sebagai kunci keutamaan manusia adalah kebijaksanaan.
d. Agama sepnuhnya adalah tugas kewaiban yang harus dijalankan terutama
oleh kaum pendeta.
e. Tipe ideal dalam Hinayana adalah Arhat.
f. Buddha dianggap sebagai seorang suci.
g. Membatasi pengucapan doa dan meditasi.
h. Meninggalkan atau menolak melkukan upacara-upacara keagamaan.
i. Bersikap konservatif, karena ingin mempertahankan yang lama.
j. Tidak mengenal dewa-dewa lokapala (dewi angin) ataupun Trimurti.
k. Tidak mengenal beryoga atau Tantra (mantra-mantra)

Jadi tampak esensi ajaran Hinayana tersebut sesuai dengan keaslian ajaran
Buddha. Tidak mengenal adanya dewa-dewa penyelamat manusia, karenana di
dalam Hinayana tidak terdapat upacara-upacara keagamaan dan pemujaan
terhadap maha suci.10

10
Ibid, hlm. 100

15
Aliran Hinayana banyak ditemukan di Laos, Kamboja, Thailand,
Myanmar dan juga kerajaan Sriwijjaya di Sumatera, sejak abad ke-6 Masehi
merupakan pusat pelajaran agama Hindu aliran Hinayana.11

2. Golongan Mahayana
Dua kata yang seolah-olah menjadi kunci bagi ajaran Mahayana, karena
dua kata itu hampir terdapat pada tiap halaman dari tulisan-tulisan Mahayana,
ialah: Bodhisattwa dan Sunyata.12 Mahayana artinya kendaraan besar yang
dimaksud suatu kepercayaan yang menuju ke arah bahagia yang kekal.
Madzhab ini sangat berbeda dengan madzhab yang pertama. Ajarannya ialah
bahwa asal segala yang ada sumber segala makhluk ialah Buddha.
Atas kehendak sendiri ia melahirkan dirinya (menjelma) dalam lima
dhyani Buddha yang tetap tinggal di surge (disebut Buddha surga). Lima
Buddha surga ini duduk di atas bunga tanjung di surga, tidak menghiraukan
keadaan di dunia, dan sebagai fungsinya harus bertanggung jawab atas
kebahagiaan manusia, maka mereka mengirimkan (mengadakan) “anak
rohani” mereka lima orang juga ke dunia, yang disebut dhyani bodhisatwa.13

Adapun ajaran-ajaran pokok aliran Budda Mahayana secara ringkas adalah :


a. Dalam mencapai nirwana dapat saling tolong menolong, tidak egoism.
b. Orang tidak sendirian dalam mencapai kelepasan, namun dapat ditolong
orang lain yang telah mencapai Bodhi (ilham).
c. Kunci keutamaan ialah kasih sayang yang disebut Karuna.
d. Agama punya hubungan dengan kehidupan di dunia bagi orang awam di
luar golongan pendeta.
e. Tipe ideal manusia ialah Bodhisatwa (orang yang telah mencapai ilham
sehingga terjamin masuk nirwana)
f. Buddha dipandang sebagai juru selamat.
g. Melaksanakan dengan teliti hal-hal yang berhubungan dengan metafisika.
11
Josoef Sou’yb, Agama-agama Besar Dunia,  hlm. 108-109
12
Sufa’at Mansur, Agama besar masa kini, hlm. 93-94
13
Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, hlm. 139

16
h. Mengadakan upacara keagamaan.
i. Melakukan doa dan permohonan kepada dewa-dewa Buddhisme
j. Ajarannya bersifat liberal
k. Mengenal dewa-dewa Lokpala (dewa angin)

Oleh karena itu esensi ajarannya terletak dalam pengakuan kepada adanya
dewa-dewa yang bersumber dari kebebasan dalam berpikir dan keterbukaan
sikap yang diberikan kepada pemeluk-pemeluknya. Hal ini sesuai dengan
ajarannya yang bersifat liberal.14

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

Agama Buddha memperoleh namanya dari panggilan yang diberikan kepada


pendirinya yaitu Siddharta Gautama. Yang memiliki sebutan Buddha. Siddharta
14
Jirhanuddin, Perbandingan Agama, hlm. 102

17
Gautama mendapat sebutan Buddha. Kitab sucinya disebut dengan Tripitaka. Tri
berarti tiga dan pitaka bermakna keranjang, adapun yg termuat dalam Tripitaka
itu adalah Sutta Pitaka.Vinaya Pitaka,dan Abidhamma Pitaka.

Sedangkan pokok-pokok ajarannya antara lain; ajaran tentang Buddha, ajaran


tentang Dharma, dan ajaran tentang Sangha. Sekte dalam agama Buddha antara
lain golongan Hinayana dan Golongan Mahayana.

Saran:

Mempelajari agama Buddha tentu bermanfaat bagi pelajar studi agama-agama.


Melaui makalah ini, kami merasa sudah sedikit membantu para pelajar dengan
menambah pengetahuan dan sedikit bahan bacaan. Namun, tetap saja kita masih
harus menambah bacaan dari sumber yang lainnya. Untuk itu pemakalah
menyarankan agar kita semua senantiasa menambah ilmu kita kapanpun itu.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Conze Edward. 2007. Sejarah-Sejarah Singkat Agama. Buddha. Karaniya.


 Imron M. Ali. 2015. Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia.
Yogyakarta: IRCiSoD.
 Mansur, Sufa’at. 2011. Agama-Agama Besar Masa Kini. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
 Ahmadi, Abu. 1991. Perbandingan Agama. Jakarta : Rineka Cipta,
Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah.
 As-Samad, Ulfat Aziz. 2002. Agama-Agama Besar Dunia, terj. Imam
Musa Prodjosiswojo. Jirhanuddin. 2010. Perbandingan Agama
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
 Sou’yb, Joesoef. 1983. Agama-agama Besar di dunia. Jakarta: Pustaka Al
Husna.

19

Anda mungkin juga menyukai