(Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Sejarah Agama)
DOSEN PEMBIMBING:
FITRIANI M.Ag
DISUSUN OLEH:
SUMATERA UTARA
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Kami percaya bahwa tidak ada kesempurnaan, begitu pula pada makalah
ini. Karena itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya atas makalah ini agar
kedepan menjadi sesuatu yang lebih baik lagi
Medan, 26 November
2020
Penyusun
M. Fatahillah Al Huzaify
M. Zulfri Hakim
2
Daftar Isi
Halaman Judul................................................................................................1
Kata Pengantar................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................3
BAB 1 : PENDAHULUAN............................................................................4
BAB 2 : PEMBAHASAN..............................................................................2
BAB 3 : PENUTUP......................................................................................18
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN
BAB II
4
PEMBAHASAN
1
M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia,( Yogyakarta, IRCiSoD, 2015), hlm.
117-118.
5
2. Pembawa Ajaran Agama Budha
Siddartha adalah putra dari raja Sudhodana Gautama dan Dewi
Mahamaya dari kerajaan kecil di Kapilawastu yang memerintah atas suku
Sakya di India utara yang berbatasan dengan nepal. Menurut beberapa
literatur, ia dilahirkan pada tahun 563 SM di India utara, sekitar 100 mil dari
Benares, dan Wafat pada tahun 483 SM.
Banyak orang meyakini bahwa Siddartha memiliki keistimewaan yang
tidak dimiliki orang pada umumnya. Konon keistimewaan itu sudah terlihat
dan mengiringi Siddartha sejak ia masih didalam kandungan. Setelah
mengalami proses kelahiran yang penuh keajaiban itu, Siddartha Gautama
menjalani hidup sebagai putra raja Sudhodhana. Sejak itu, kehidupan secra
garis besar dibagi atas empat periode.
6
karena itulah, ia memutuskan untuk meninggalkan kedua pendeta itu.
Selanjutnya ia menujun dan tinggal di Uruwela.
Semenjak tinggal di Uruwela, Siddartha memulai kehidupan yang baru. Ia
menjalani hidup dengan menyiksa diri, berpuasa, serta menjalani segala
cobaan untuk menguasai dirinya. Sejak itu, ia mulai dikenal sebagai pertapa
yang suci. Kemudian, ada lima orang pertapa yang berguru kepadanya untuk
mencari kebahagian hidup, yaitu Kondana, Badiya, Wappa, Mahanama, Asaji.
Karena dia sadar cara bertapanya yang salah, akhirnya Siddartha
menghentikan ritual tapanya. Maka sejak itu, ia bertekat menempuh jalan yang
dianggapnya benar, dengan usahanya sendiri menyelidiki, merenungkan, dan
menembus kedalam batinnya sendiri. Selain berusaha menguatkan kekuatan
batinnya Siddartha juga melatih dirinya untuk menguasai keinginan-keinginan
terhadap kenikmatan dan rangsangan indrawi.
c. Mendapatkan penerangan dan menjadi Budha
Setelah melalui perjuangan yang panjang melalui beberapa ritual yang ia
lakukan, akhirnya Siddartha berhasi mendapatkan penerangan dan menjadi
Budha. Dalam meditasi itu, Siddartha berhasil mendapat petunjuk berupa ilmu
pengetahuan tinggi yang meliputi hal-hal berikut:
1) Pubbenivasanussati, yaitu pengetahuan tentang kehidupan dan proses
kelahiran kembali.
2) Dibacakku, yaitu pengetahuan dari mata dewa dan mata batin.
3) Cuti upapatana, yaitu pengetahuan bahwa timbul dan hilangnya bentuk-
bentuk kehidupan, baik atau buruknya bergantung pada perilaku masing-
masing.
4) Asyakkhyanana, pengetahuan tentang padamnya semua kecenderungan dan
avidya, tentang menghilangkan ketidak tahuan.
Akhirnya, pada usia 35 tahun, siddartha berhasil menjadi budha setelah
tercapainya penerangan tersebut. Ia pun menjadi Accharya Manusa atau guru
bagi manusia untuk mendapatkan penerangan hidup dan melepaskan diri dari
kesengsaran.
7
d. Mengajarkan Darma
Setelah mendapatkan penerangan dan pengetahuan yang sempurna,
Siddartha bangkit dari pertapaannya dan berangkat menuju khota Benares,
tempat suci dan tempat ziarah bagi penganut agama Hindu. Sebelum sampai
dikota Benares, disuatu tempat yang bernama Sarnath, ia berjumpa dengan
lima rahib bekas muridnya.
Kelima murid sidarta tersebut yang kemudian menyampaikan dan
mengajarkan himpunan ucapannya, yang disebut sebagai kotbah pertama (first
sermon) dalam sejarah agama Bhuda. Kotbah pertama itulah yang menjadi
asas dasar ajaran dari seluruh ajaran agama Budha yang kemudian terkenal
dengan sebutan”empat kebenaran utama” (catu arya sacca) dan “ delapan jalan
kebajikan”(arya attha ngika magga).
Selama kurang lebih 45 tahun, Siddartha Gautama berkelana menyebarkan
Darma Kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih, dan kasih sayang.
Saat usianya mencapai 80 tahun ia mulai berfirasat dan menyadari bahwa 3
bulan lagi, ia akan mencapai parinibbana.
Suatu waktu menjelang akhir hidupnya Siddartha Gautama meberiakan
kotbah darma terakhir kepada siswa-siswinya. ketika itu, kondisinya sedang
sakit dan terbaring diantara dua pohon sala di kusinagara saat memberikan
wejangan kepada murid-muridnya. Setelah itu, ia parinibbana (versi Buddisme
mahayana, ia wafat pada 486 SM hari ke15, bulan ke2 kalender Lunar.
Sedangkan menurut versi WFB ialah pada bulan Mei 543 SM).2
2
Ibid,hlm.118-124
8
Agama Budha telah hidup selama lebih dari 2500 tahun, dan selama itu
pula ia telah mengalami perubahan yang besar dan radikal. Sejarahnya dapat
dibagi menjadi empat periode. Periode pertama adalah periode agama Budha
kuno, yang kemudian bertepatan juga dengan apa yang belakangan dikenal
sebagai “Hinayana”. Periode kedua ditandai dengan munculnya Mahayana.
Periode ketiga ditandai dengan munculnya Tantra dan ch’an. Ini membawa kita
ketahun 1000 Masehi. Setelah itu agama Budha tidak memperbaharui diri lagi,
hanya bertahan, dan 1000 tahun terakhir ini sekaligus dapat dianggap sebagai
periode ke empat.3
3
Edward Conze, Sejarah-Sejarah Singkat Agama Buddha,(Karaniya,2007),hlm.1-2.
9
Yaitu ajaran ang diajarkan oleh Buddha Gautama di Benares, sesudah ia
mendapat pencerahan.
a. Aryasatyani
Aryasatyani itu terdiri dari empat kata, dukha,samudaya, mirodha, dan marga
1) Dukha ialah penderitaan. Hidup ini adalah penderitaan. Misalnya :
Kelahiran adalah penderitaan, sakit adalah penderitaan, dan sebagainya.
2) Samudaya ialah sebab. Maksudnya penderitaan itu ada sebabnya.
Keinginan kepada hidup itu menyebabkan orang dilahirkan kembali,
dengan disertai nafsu dan keinginan, yaitu nafsu kepada ksenangan,
kepada milik, kepada kekuasaan.
3) Nirodha, yaitu pemadaman. Yaitu pemadaman penderitaan itu teradi, bila
kita mampu menghapuskan seluruh nafsu/keinginan kita secara sempurna.
4) Marga, yaitu jalan yang menuju kepada pemadaman penderitaan tersebut.
b. Patricia Samutpada
Sebagaimana diajarkan bahwa penderitaan itu disebabkan oleh
nafsu/keinginan. Untuk menerangkan hal ini maka diajarkan apa yang disebut
Pratica Samutpada. Artinya pokok permulaan yang bergantungan. Pokok
permulaan sesuatu bergantung kepada pokok ermulaan yang menahuluinya,
dan ini bergantung lagi kepada pokok permulaan yang mendahuluinya, dan
seterusnya.
c. Ajaran tentang Anica atau Anicca
Kata anica berarti: tidak kekal. Doktrin ini mengajarkan bahwa di dalam
dunia ini taka da sesuatu yang kekal. Semuanya adalah fana. Tak ada sesuatu
yang tetap ada, segala sesuatu itu “sedang menjadi”. Hidup ini adalah suatu
rentetan dari hal-hal yang terjadi untuk sesaat dan yang segera tidak ada lagi.
d. Ajaran tentang Anatman atau Anatta
Kata anatman atau anatta berarti tak ada jiwa. Ajaran ini tidak bisa
dipisahkan dari ajaran tentang anica, yang mengajarkan tidak ada sesuatu
yang kekal yang tidak berubah, karenanya tidak ada jiwa yang kekal..
e. Ajaran tentang Karma
10
Agama Buddha juga mengajarkan bahwa karma menyebabkan kelahiran
kembali, yang dilahirkan kembali adalah watak atau sifat-sifat manusia, atau
kepribadiannya, tetapi tanpa pribadi atau aku.
f. Jalan kelepasan
Di dalam bagian keempat dari arjastyani itu diajarkan tentang jalan
kelepasan. Agar orang dapat lepas dari penderitaan itu orang harus melalui
suatu jalan yang terdiri dari delapan tingkatan.
g. Ajaran tentang Nirwana
Kelepasan dalam agama Buddha diungkapkan dengan bermacam-macam
ungkapan. Yang paling terkenal adalah nirwana, yang secara harfiah berarti
pemadaman atau pendinginan. Yang dipadamkan ialah keinginan, api dari
nafsu, kebencian dan sebagainya.
4
Sufa’at Mansur, Agama-Agama Besar Masa Kini (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 87
11
a. Konsili pertama diadakan tahun 483 SM. Yaitu segera setelah Buddha wafat.
b. Konsili kedua diadakan seratus tahun kemudian, berhubungan dengan adanya
perpecahan dalam madzhab atau orde (sekte).
c. Konsili ketiga diadakan tahun 238 SM. Yaitu setelah Buddha naik ke
Nirwana. Rapat ini diadakan di bawah lindungan kaisar Ashoka, di kota
Patalipura. Dalam rapat ini ditetapkan isi dari buku-buku suci,
yakni Tripitaka (tiga keranjang, dalam bahasa Pali). Bacaan ini tidak ditulis
dalam bahasa Sansekerta, tetapi dalam bahasa Pali. Latar belakang filsafat
atau ajaran Buddha bukan monismemistik brahmana, tetapi suatu aneka warna
sifat yang ganjil, suatu stelsel yang mengajarkan bahwa dunia dan manusia
digerakkan dari sejumlah besar unsur-unsur purba.5
5
Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), hlm. 147
6
Ulfat Aziz As-Samad, Agama-Agama Besar Dunia, terj. Imam Musa Prodjosiswojo ( Jakarta :
Darul Kutubil Islamiyah, 2002 ), hlm. 55
12
b) Majjhima – nikaya, terbagi atas ceramah yang sedang sedang panjang-nya,
berisi 152 Suttas tentang semua segi agama Buddha,
c) Samutta–nikaya, bagian yang terkait dengan ceramahnya. Kitab ini berisi
satu versi khotbah yang terkenal “Meletakkan dalam Gerak Roda Kebe-
naran”
d) Anguttra-nikaya yang mempunyai lebih dari 2000 suttas dalam sebelas
kelompok,
e) Khuddaka-nikaya, bagian yang terdiri dari ceramah-ceramah pendek.
Kitab ini berisi sebagian besar bahan-bahan terbaik dalam kitab suci. Kitab
ini dimulai dengan Khuddaka patha yang dapat digambarkan sebagai
catatan harian dari kehidupan Sang Buddha. Selanjutnya adalah
kitab Dharmmada yang paling terkenal dari semua kitab suci Theravada,
yang berisi tuntunan etika yang paling sempurna di dunia. Karya lain yang
terkenal termasuk dalam hal ini adalah Udana, Itivuttak, dan yang baru
saja termasyur adalah Sutta Nipata, Kemudian ada cerita-cerita Jataka
yang merupakan kumpulan kisah-kisah awal yang berkaitan dengan
kehidupan Buddha
7
Ulfat Aziz As-Samad, Agama-Agama Besar Dunia, terj. Imam Musa Prodjosiswojo, hlm. 56
13
yang terkenal seperti Vajracchedika atau Sutta Intan), dan kelompok Avatamsaka.
Bahan-bahan yang terdapat dalam kitab suci agama Buddha berbeda jauh
waktunya.
Kitab Suci bahasa Pali ditetapkan pada konsili ketiga (abad ketiga sebelum
masehi), dan untuk pertama kali ditulis di Ceylon (Sri Lanka) pada abad pertama
sebelum masehi, itu berarti lebih dari empat ratus tahun setelah wafatnya Sang
Buddha. Para cendikiawan sepakat, bahwa semua kata yang diatasnamakan keluar
dari lisan Buddha dalam kitab suci itu, sesungguhnya tidak sepenuhnya dari
beliau. Ini adalah apa yang ditulis oleh cendikiawan besar, Dr. E. J. Thomas
tentang Kitab Tripitaka : Kitab ini kebanyakan tidak berisi apa yang dirasakan
sebagai betul-betul diucapkan Sang Buddha. Hal ini diakui sendiri oleh para
mufasir Buddhis, seperti ketika mereka menerangkan bahwa kalimat-kalimat
tertentu atau seluruh ayat telah ditambahkan oleh para perombak di salah satu
konsili-konsili.”8
1. Golongan Hinayana
Pada pokoknya ajaran Hinayana mewujudkan suatu perkembangan yang
logis dari dasar-dasar yang terdapat di dalam kitab-kitab yang kanonik. Ajaran
itu dapat dirumuskan sebagai berikut :
8
Ibid, hlm. 57
9
Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 99
14
a. Segala sesuatu bersifat fana, dan hanya berada untuk sesaat saja, serta
disebut dharma. Oleh karena itu taka da sesuatu yang teta berada.
b. Tujuan hidup adalah mencapai Nirwana, di mana kesadaran akan
ditiadakan, sebab segala kesadaran adalah belenggu. Hal ini disebabkan
karena kesadaran tidak lain adalah kesadaran terhadap sesuatu.
c. Cita-cita yang tertinggi adalah menjadi arhat, yaitu orang yang
keinginanna, ketidaktahuannya dan sebagainya sudah berhenti, sehingga ia
tidak ditaklukkan lagi kepada kelahiran kembali.
Jadi tampak esensi ajaran Hinayana tersebut sesuai dengan keaslian ajaran
Buddha. Tidak mengenal adanya dewa-dewa penyelamat manusia, karenana di
dalam Hinayana tidak terdapat upacara-upacara keagamaan dan pemujaan
terhadap maha suci.10
10
Ibid, hlm. 100
15
Aliran Hinayana banyak ditemukan di Laos, Kamboja, Thailand,
Myanmar dan juga kerajaan Sriwijjaya di Sumatera, sejak abad ke-6 Masehi
merupakan pusat pelajaran agama Hindu aliran Hinayana.11
2. Golongan Mahayana
Dua kata yang seolah-olah menjadi kunci bagi ajaran Mahayana, karena
dua kata itu hampir terdapat pada tiap halaman dari tulisan-tulisan Mahayana,
ialah: Bodhisattwa dan Sunyata.12 Mahayana artinya kendaraan besar yang
dimaksud suatu kepercayaan yang menuju ke arah bahagia yang kekal.
Madzhab ini sangat berbeda dengan madzhab yang pertama. Ajarannya ialah
bahwa asal segala yang ada sumber segala makhluk ialah Buddha.
Atas kehendak sendiri ia melahirkan dirinya (menjelma) dalam lima
dhyani Buddha yang tetap tinggal di surge (disebut Buddha surga). Lima
Buddha surga ini duduk di atas bunga tanjung di surga, tidak menghiraukan
keadaan di dunia, dan sebagai fungsinya harus bertanggung jawab atas
kebahagiaan manusia, maka mereka mengirimkan (mengadakan) “anak
rohani” mereka lima orang juga ke dunia, yang disebut dhyani bodhisatwa.13
16
h. Mengadakan upacara keagamaan.
i. Melakukan doa dan permohonan kepada dewa-dewa Buddhisme
j. Ajarannya bersifat liberal
k. Mengenal dewa-dewa Lokpala (dewa angin)
Oleh karena itu esensi ajarannya terletak dalam pengakuan kepada adanya
dewa-dewa yang bersumber dari kebebasan dalam berpikir dan keterbukaan
sikap yang diberikan kepada pemeluk-pemeluknya. Hal ini sesuai dengan
ajarannya yang bersifat liberal.14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
17
Gautama mendapat sebutan Buddha. Kitab sucinya disebut dengan Tripitaka. Tri
berarti tiga dan pitaka bermakna keranjang, adapun yg termuat dalam Tripitaka
itu adalah Sutta Pitaka.Vinaya Pitaka,dan Abidhamma Pitaka.
Saran:
18
DAFTAR PUSTAKA
19