Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASAL-USUL AGAMA BUDDHA DAN TOKOH YANG BERPENGARUH

Disusun oleh:
1. NAFISA NAUFAL PRATAMA (20105030106)
2. BAYU RAHMAN (20105030118)
3. WAFAL HANA (20105030130)
4. HAFIDZ AL HAQ (20105030142)
5. NURUL FITRIA (20105030152)

Dosen Pengampu: Bpk. ARAFAT NOOR ABDILLAH, S.AG, M.AG

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Agama-Agama Dunia

ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan limpahan
rahmat, anugerah, dan kekuatan kepada penyusun sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Proses penyusunannya sempat mengalami beberapa kendala. Namun, berkat kesungguhan dan
kerja keras penyusun dan dorongan dari berbagai pihak, kendala-kendala tersebut dapa diatasi.

Makalah ini berjudul makalah Asal-Usul Agama Buddha dan Tokoh Yang Berpengaruh.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Agama-Agama Dunia. Makalah
ini berisi pembahasan mengenai awal mula agama buddha didirikan dan siapa saja yang
berpengaruh pada agama tersebut.

Penyusun telah berusaha menyusun makalah ini sebaik-baiknya, tetapi kekurangan dan
kesalahan pasti ada. Memang benar kata orang bijak bahwa dunia ini tidak ada yang sempurna.
Yang sempurna adalah kesempurnaan itu sendiri. Atas dasar kenyataan tersebut, saran, kritik
yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik sangat diharapkan dan diterima
penyusun dengan tangan terbuka.

Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan dan dapat
memberikan yang terbaik bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Yogyakarta, 26 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
I.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................2
I.3 Tujuan.....................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
II.1 Sejarah Agama Buddha.........................................................................................................3
II.2 Aliran dalam Buddhisme.......................................................................................................5
II.2.1 Theravada.......................................................................................................................5
II.2.2 Mahayana........................................................................................................................7
II.3 Kitab Suci Ajaran Buddha.....................................................................................................8
II.4 Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Agama Buddha......................................................................8
II.4.1 Siddharta Gautama..........................................................................................................8
II.4.2 Maharaja Asoka..............................................................................................................8
II.4.3 I-Tsing.............................................................................................................................9
II.4.4 Balaputradewa................................................................................................................9
II.4.5 Sakyakirti......................................................................................................................10
II.4.6 Kertanegara...................................................................................................................11
BAB III..........................................................................................................................................12
III.1 Kesimpulan........................................................................................................................12
III.2 Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ketika mendengar agama Buddha di benak kita yang tergambar adalah film kera
sakti, India, Thailand dan lain sebagainya, seolah-olah agama ini sangat jauh dari
kehidupan kita. Jikapun ada yang sedikit dekat mungkin barangkali Borobudur, Sriwijaya
dan mungkin bahwa Buddha adalah salah satu dari agama ‘yang diakui’ di Indonesia. Hal
ini menunjukkan bahwa pengetahuan kita khususnya bangsa Indonesia mengenai agama
Buddha masih sedikit. Generasi saat ini mungkin sudah lupa dengan sejarah perjalanan
Bangsa Indonesia.

Agama Buddha secara kultural telah memberikan warna yang khas dalam
kehidupan sosial bangsa Indonesia. Banyak sekali jejak sejarah dari agama Buddha yang
bisa ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat baik dalam budaya maupun
peradaban bangsa Indonesia. Bahkan tidak hanya budaya dan peradaban Indonesia saja
tetapi juga agama-agama yang datang kemudian tifak luput dari pengaruh kedua agama
tersebut.

Secara historis, agama Buddha mempunyai kaitan erat dengan agama yang
mendahuluinya dan yang datang sesudahnya, yaitu agama Hindu. 1 Agama Buddha
banyak meninggalkan fakta sejarah baik dalam bentuk tulisan manuskrip atau pun
bangunan-bangunan bersejarah berupa candi-candi yang kokoh berdiri sekalipun telah
dimakan masa sekian abad. Salah satu candi peninggalan agama Buddha yang sangat
terkenal ke seluruh dunia adalah Candi Borobudur.

Sejarah lahirnya agama Buddha diawali dengan kisah kepergian Siddharta


Gautama dari istana keluarga sakya. Siddharta meninggalkan segala bentuk kemewahan
serta kenikmatan hidup duniawi dan membawa dirinya pada perjalanan menuju
oencerahan. Dalam usia yang relatif muda ia mencari “arti hidup” dengan berkelana dan
berguru pada orang-orang pintar yang dijumpainya.

1
Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 21

1
Dalam usaha mencari “arti hidup” pertama diawali dengan mencari dua orang
guru Hindu terkemuka untuk mendapatkan pengertian tentang kebijaksanaan dan tradisi
Hindu. Kedua, Siddharta bergabung dengan sekelompok pertapa dan mencoba
mengalami kehidupan mereka secara langsung. Ketiga setelah meninggalkan kehidupan
pertapaan dicobanya menggabungkan pikiran yang tegar dengan konsenrasi mistik
menurut petunjuk Raya-Yoga. Setelah mengakhiri cara ketiga Siddharta menjadi sang
Buddha. Siddharta lahir kembali sebagai seorang yang mendapatkan pencerahan rohani.
Pencerahan di dapat Siddharta setelah berhasil mengatasi penderitaan di sekitar
kehidupan dan kematian.

Agama Budha merupakan agama yang besar dan diakui oleh negara Indonesia ini.
Tak ada salahnya kita sebagai kaum terpelajar mengetahui dan memahami lebih lanjut
bagaimana agama Buddha ini berasal. Oleh karena itu, disusunlah makalah Asal-Usul
Agama Buddha dan Tokoh Yang Berpengaruh ini. Selain untuk memenuhi tugas mata
kuliah Agama-Agama Dunia, penulisan makalah ini juga agar pembaca dapat memahama
awal mula dari agama Buddha.

I.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, didapat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah awal mula agama Buddha ?


2. Siapa sajakah tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam agama Buddha ?

I.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui sejarah awal mula agama Buddha.


2. Mengetahui tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam agama Buddha.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Sejarah Agama Buddha


Agama Buddha lahir dan berkembang pada abad ke-6 SM. Agama ini
memperoleh namanya dari panggilan yang diberikan kepada pendirinya yaitu Siddharta
Gautama. Yang memiliki sebutan Buddha. Kata Buddha berasal dari akar kata Bodhi
(hikmat), yang dalam deklensi (Tashrif) menjadi budhi (nurani) dan juga budha (yang
beroleh terang). Oleh karenanya sebutan buddha pada masa selanjutnya memperoleh
berbagai pengertian sebagai berikut: yang sadar (awaken one) dan yang beroleh terang
(enlightened one).2 Siddharta Gautama mendapat sebutan Buddha, setelah menjalani
sikap hidup penuh kesucian, bertapa, berkhalwat, mengembara untuk mencari kebenaran
selama hampir tujuh tahun lamanya, dan di bawah sebuah pohon yang besar di kota Goya
ia memperoleh hikmat dan cahaya hingga sampai kini pohon tersebut disebut Pohon
Hikmat.3

Sang Buddha ialah orang yang bangun, artinya orang yang telah bangun dari
kesesatan dan berada di tengah-tengah cahaya yang benar. Kepada sang Buddha siberikan
juga nama lain, misalnya bhagavat, artinya yang luhur, tatagatha, artinya yang sempurna.
Sebutan yang terakhir ini tidak begitu jelas maknanya, mungkin artinya ialah mereka
yang datang dengan cara yang tepat. Dengan demikian kata itu mempunyai arti seseorang
yang suci.

Nama asli pendiri agama ini adalah Siddharta, sedangkan Gautama adalah nama
keluarga (marga). Siddharta di lahirkan dari golongan kasta Ksatria pada abad ke-6 SM,
atau tepatnya pada tahun 563 SM.4 Di daerah tersebut yang sekarang di sebut Nepal.
Ayahnya bernama Suddhadana, beliau seorang raja dari kerajaan Sakya yang beribu kota
di kapilavastu. Sedangkan ibunya bernama Maya.

Beberapa prang suci mengatakan banyak mukjizat yang terjadi atas kelahiran
Siddharta ke dunia ini. Pada saat maya mengandung, ia bermimpi bahwa ia dibawa ke
Himalaya oleh para malaikat, dimandikan dengan air suci, dan ditempatkan pada dipan
2
Khairiah, Agama Buddha, (Yogyakarta: Kalimedia, 2018), hlm 1
3
Joesoef Sou’yb, Agama-agama Besar di Dunia, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), hlm. 72.
4
Zainul Arifin, Hinduisme-Buddhaisme (Agama Hindu dan Agama Buddha), (Surabaya, 1996), hlm. 71

3
ayng terbuat dari emas. Kemudian datanglah seekor gajah putih membawa bunga lotus
(padma) masuk kedalam tubuh melalui sisi kanannya,5 pada hari kelahirannya cahaya
yang tak terhingga menyinari alam semesta, orang buta dapat melihat, orang tuli dapat
mendengar, orang bisu dapat berbicara, bunga-bunga berjatuhan di langit, musik dan
wangi-wangian bertebaran di mana-mana.

Anak lelaki itu berjalan tujuh langkah di atas bunga-bunga lotus beberapa saat
setelah kelahirannya. Lima hari setelah kelahirannya, ketika anak laki-laki itu dibawa ke
orang suci dan para ahli peramal, mereka melihat di tubuh Siddharta terdapat tanda-tanda
sebagai orang besar ditafsirkan bahwa ia akan menjadi seorang pemimpin dunia atau
menjadi Buddha. Semasa hidup Siddharta dalam gemilang kemewahan. Mengingat kata-
kata ahli peramal, Suddhadana menetapkan bahwa putranya harus menjadi pemimpin
dunia bukan seorang Buddha. Guru-guru terbaikpun diundang untuk mendidiknya. Yang
mengajarkan tidak hanya hikmah tetapi juga berbagai macam seni

Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan dibawah perlindungan


ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha),
Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa
kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari.
Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu
menjadu seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa pertapa juga tak ada artinya,
dan lalu mencari jalan tengah (majhima patipida). Jalan tengah ini merupakan sebuah
kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan
kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.

Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan


posisinya sampai ia menemukan kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai pencerahan.
Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya “Buddha” saja, sebuah kata
dalam Sansekerta yang berarti “ia sudah sadar” (dari kata budhta). Untuk 45 tahun
selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai
Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah
orang yang berbeda-beda.

5
Zainul Arifin, Hinduisme-Buddhaisme (Agama Hindu dan Agama Buddha), (Surabaya, 1996), hlm. 72.

4
Keengganan Buddha untuk mengangkat seorarng penerus atau meresmikan
ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran-aliran mazhab Buddha Nikaya, yang
sekarang hanya masih tersisa Theravada, dan kemudian terbentuknya mazhab Mahayana,
sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru.

II.2 Aliran dalam Buddhisme


Dua aliran utama Buddhisme yang masih ada yang diakui secara umum oleh para
ahli: Theravada (“Aliran Para Sesepuh”) dan Mahayana (“Kendaraan Agung”).
Vajrayana yang pada masa selanjutnya berkembang menjadi Tantrayana (Mantrayana),
suatu bentuk ajaran yang dihubungkan dengan siddha India, dapat dianggap sebagai
aliran ketiga atau hanya bagian dari Mahayana. Jumlah umat Buddha di seluruh dunia
diperkirakan antara 488 juta dan 535 juta, menjadikannya sebagai salah satu agama
utama dunia.

Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai referensi utama karena
di dalamnya tercatat sabda dan ajaran utama karena di dalamnya tercatat sabda dsn ajaran
Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan
ajaran-ajarannya dalam tiga buku, atau dikenal dengan tri Pittaka, yaitu; Sutta Pimaka
(khotbah-khotbah Sang Buddha), Vinaya Pimaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu)
dan Abhidhamma Pimaka (ajaran hukum metafisika dan psikolog).

II.2.1 Theravada
Theravada (pali: theravada; Sansekerta: sthaviravida); secara harfiah berarti,
“Ajaran Sesepuh” atau “Pengajaran Dahulu”, merupakan mazhab tertua Agama Buddha
yang masih bertahan. Ditemukan di India. Theravada merupakan ajaran yang konservatif,
dan secara menyeluruh merupakan ajaran terdekat dengan Agama Buddha pada awalnya,
dan selama berabad-abad menjadi kepercayaan yang berkuasa di Sri Lanka (sekitar 70%
dari penduduk) dan sebagian besar benua di Asia Tenggara (Kambodja, (Laos),
(Myanmar), (Thailand). Mazhab Theravada juga dijalankan oleh sebagian minoritas dari
Barat Daya Cina (oleh etnik Shan dan Tai), Vietnam (oleh Khmer Krom), Bangladesh
(oleh etnik grup dari dari Barua, Chakma, dan Magh), Malaysia dan Indonesia, dan
belakangan ini mendapatkan lebih banyak popularitas di Singapura dan Negara Barat.

5
Dalam Buddhisme Theravada, tujuan utamanya adalah pencapaian kebahagiaan
tertingg Nibbana, yang dicapai dengan mempraktikkan Jalan Mulia Berunsur Delapan
(juga dikenal sebagai Jalan Tengah),6 sehingga melepaskan diri dari apa yang dinamakan
sebagai siklus penderitaan dan kelahiran kembali: Buddhisme Mahayana, sebaliknya,
mengajarkan bahwa tujuan hidup dalam agama Buddha adalah untuk mencapai
kebuddhaan melalui jalan bodhisattva, suatu keadaan di mana seseorang tetap berada
dalam siklus untuk membantu makhluk lainnya mencapai pencerahan.

Seluruh naskah aliran Theravada menggunakan bahasa Pali, yaitu bahasa yang
dipakai sebagian India (khususnya daerah Utara) pada zaman Sang Buddha. Cukup
menarik untuk dicatat, bahwa tidak ada filsafat atau tulisan lain dalam bahasa Pali selain
kitab suci agama Buddha Theravada, yang disebut kitab suci Tripitaka, oleh karenanya,
istilah “ajaran agama Buddha Theravada. Agama Buddha Theravada dan berbagai
sumber lain berpendapat, bahwa Sang Buddha mengajarkan semua ajaran-Nya dalam
bahasa Pali, di India, Nepal dan sekitarnya selama 45 tahun terakhir hidup-Nya, sebelum
Dia mencapai Parinibbhana7 (artinya perigkat kesempurnaan kekosongan, kata ini dipakai
dalam pengertian wafat atau meninggal. Berasal dari kata Nirwana, dari bahasa
Sansekerta: NirvaGajir - Pali: Nibbana – bahasa Tionghoa: Nie pan, secara harfiah:
“kepunahan” atau “ pemadaman”, adalah [encarian umat Buddha lihat terhadap
kebebasan).

Sekarang ini, mazhab Theravada dari Agama Buddha mencapai lebih dari 100
juta pengikut di seluruh dunia, dan dalam dekade terakhir ini mazhab Theravada telah
menanamkan akarya di Negara Barat dan di India.

6
Khairiah, Agama Buddha, (Yogyakarta: Kalimedia, 2018), hlm 5
7
Dr. Sunanda Putuwar, “Perbedaan dan Persamaan antara Therevada dan Mahayana”, (Surabaya: Buddhist
Education, 1991) hlm. 84

6
II.2.2 Mahayana
Mahayana (berasal dari bahasa Sansekerta: mahayana yang secara harfiah berarti
“Kendaraan Besar”) adalah salah satu dari dua aliran utama Agama Buddha dan
merupakan istilah pembagian filosofi dan ajaran Sang Buddha.8

Walaupun asal-usul keberedaan Mahayana mengacu pada Buddha Gautama, para


sejarawan berkesimpulan bahwa Mahayana berasal dari India pada abad ke 1, atau abad
ke 1 SM. Menurut sejarawan, Mahayana menjadi gerakan utama dalam Agama Buddha
di India pada abad ke 5, mulai masa tersebut naskah-naskah Mahayana mulai muncul
pada catatan prasasti di India. Sebelum abad 11 (ketika Mahayana masih berada di India),
sutra-sutra Mahayana masih berada dalam proses perbaikan. Oleh karena itu, beragam
sutra dari sutra yang sama mungkin muncul. Terjemahan-terjemahan ini tidak dianggap
oleh para sejarawan dalam membentuk sejarah Mahayana.9

Dalam perjalanan sejarahnya, Mahayana menyebar keseluruh Asia Timur.


Negara-negara yang menganut ajaran Mahayana sekarang ini adalah Cina, Jepang, Korea
dan Vietnam dan penganut Agama Buddha Tibet (etnis Himalaya yang diakibatkan oleh
invasi Cina ke Tibet). Aliran Agama Buddha Mahayana sekarang ini adalah “Pure Land”,
Zen, Nichiren, Singon, Tibetan dan Tendai. Seluruh Naskah aliran Mahayana pada
awalnya berbahasa Sansekerta dan dikenal sebagai Tripitaka. Oleh karena itu istilah
Agama Buddha berbahasa Sansekerta sinonim dengan Agama Buddha Mahayana. Bahasa
Sansekerta adalah bahasa klasik dan bahasa tertua yang dipergunakan oleh kaum
terpelajar di India. Selain naskah agama Buddha Mahayana, kita menjumpai banyak
catatan bersejarah dan agama, naskah filsafat tradisi setempat lainnya ditulis dalam
bahasa Sansekerta.10

8
Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 36
9
K. Sri Dhammananda, Keyakinan Umat Buddha, (Yayasan Penerbit Karaniaya dan Ehipassiko Foundation), hlm.
105
10
Gethin 2008, hlm. 15

7
II.3 Kitab Suci Ajaran Buddha
Kitab suci yang dipergunakan dalam Agama Buddha Theravada adalah kitab suci
Tripitaka yang dikenal sebagai Kanon Pali (Pali Canon).11 Kitab suci Agama Buddha
yang paling tua, yang diketahui hingga sekarang, tertulis dalam bahasa Pali/Magadhi
Kuno, yang terbagi dalam tiga kelompok besar (yang disebut sebagai “pitaka” atau
“keranjang” yaitu: Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abhidhamma Pitaka. Karena terdiri
dari tiga kelompok tersebut, maka kitab suci Agama Buddha dinamakan Tipitaka (Pali).

II.4 Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Agama Buddha


II.4.1 Siddharta Gautama
Sang Buddha lahir di India pada 463 SM dan wafat pada usia ke delapan puluh
tahun. Lebih tepatnya Buddha sudah ada sejak 2.400 tahun yang lalu. Sang Buddha
adalah seorang pangeran dari suku Sakya di daerah Nepal yang berbatasan dengan India.
Ia adalah putra satu-satunya di dalam keluarga. Ayahnya bernama Raja Suddhadana dan
ibunya bernama Ratu Maya. Setelah diberikan nama Siddharta dan nama keluarga
ayahnya yaitu Gautama, ia dipanggil Siddharta Gautama. Kerajaan suku Sakya
merupakan sebuah kerajaan kecil dimana pemerintahannya menganut sistem republik.
Para pemimpin susku berkumpul di sebuah aula untuk berdiskusi mengenai kebijakan
politik. Sistem yang dianut kerajaan ini tentunya berbeda dengan sistem yang dianut oleh
mayoritas kerajaan pada masa itu yang lebih menganut sistem kekuasaan monarki. Pada
usia ke 29, Siddharta Gautama memutuskan untuk mencari pencerahan dengan
meninggalkan kerajaan untuk belajar mengenai kehidupan.

II.4.2 Maharaja Asoka


Asoka yang Agung (juga Ashoka, Asoka, dilafadzkan sebagai Asyoka) adalah
penguasa Kekaisaran Maurta Gupta dari 232 SM. Namanya dikenal sebagai raja paling
terkenal di negeri Hindustan India, sebagai penganut agama Buddha, Asoka adalah cucu
dari Candragupta yang pertama kali menyatukan seluruh India.

Sebagai seorang raja yang masih muda, ia memiliki ambisi yang besar seperti
leluhurnya salah satu bukti ambisinya adalah penaklukan kerajaan kalingga. Pada tahun
ke-8 pemerintahannya dia membereskan peperangan yang sukses terhadap kalingga,
11
Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm. 70

8
negara di pantai timur India (kira-kira letak Orissa sekarang ini). Tetapi, begitu dia sadari
betapa dahsyatnya harga yang mesti ditebus untuk kemenangan ini, Asoka merasa
terpukul batin. Seratus orang terbunuh, dan beratus ribu orang terluka. Tertekan dan
merasa berdosa, Asoka berkeputusan menghentikan gerakan militer menaklukan India,
dan bersamaan dengan itu menjauhkan diri dari perbuatan agresif, dia menjadi pemeluk
Buddha dan menerima filosofinya, mencoba mempraktekkan nilai-nilai “dharma” yang
mengandung suruhan menjalankan kebenaran, kebajikan dan ketidakagresifan. Lebih dari
siapa pun juga -kecuali Siddharta sendiri- Asoka adalah seorang yang bertangung jawab
atas berkembangnya Agama Buddha menjadi agama besar dunia.

II.4.3 I-Tsing
I-Tsing adalah seorang pendeta Buddha dari Cina. Pada tahun 671, beliau pergi ke
India untuk mempelajari ajaran Buddha. Beliau singgah di Sriwijaya selama enam bulan
untuk mempelajari tata bahasa Sansekerta. Ketika kembali dari India I-Tsing, tinggal di
Sriwijaya untuk menerjemahkan naskah-naskah Buddha berbahasa Sansekerta ke dalam
bahasa Cina. Pada tahun 689, I-Tsing pulang ke Kanton. Beliau menjemput empat ornag
pembantunya. Kemudian beliau kembali lagi ke Sriwijaya. Beliau menyelesaikan dua
buah karya tulis termasyhur, yaitu catatan Ajaran Agama Budhha yang didkirim dari Laut
Selatan dan Catatan Pendeta-pendeta yang menuntut ilmu di India pada zaman Dinasti
Tang. Dalam kedua karya ini, I-Tsing menguraikan letak dan keadaan Sriwijaya dan
negara-negara Nusantara lainnya. Karya I-Tsing ini menjadi sumber informasi penting
tentang sejarah Nusantara abad ke-7, khususnya tentang Sriwijaya.

II.4.4 Balaputradewa
Prasati Nalanda menyebut Balaputradewa sebagai raja Suwarnadwipa, yaitu kuno
untuk pulau Sumatra. Karena pada zaman itu pulau Sumatra identik dengan Kerajaan
Sriwijaya, maka para sejarawan sepakat bahwa Balaputradewa adalah raja Sriwijaya.
Namun pada awalnya, Balaputradewa adalah raja dari Kerajaan Syailendra (di Jawa
Tengah). Ketika terjadi perang saudara di kerajaan Syailendra antara Balaputradewa dan
Pramodhawadani yang dibantu oleh Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputradewa lari
ke Sriwijaya. Di kerajaan Sriwijaya berkuasa raja Dharma Setru yang tidak memiliki
keturunan sehingga kedatangan Balaputradewa di kerajaan Sriwijaya disambut baik.
Balaputradewa berhasil menjadi raja Kerajaan Sriwijaya bukan karena mewarisi takhta

9
Sri Dharma Setru, tetapi karena saat itu pulau Sumatra telah menjadi daerah kekuasaan
Wangsa Syailendra, sama halnya dengan pulau Jawa.

Pada masa pemerintahan Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya berkembang pesat


dan mengalami masa kejayaanya. Balaputradewa meningkatkan kegiatan pelayaran dan
perdagangan rakyat Sriwijaya. Disamping itu, Balaputradewa juga menjalin hubungn
dengan kerajaan-kerajaan di luar wilayah Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan
di India seperti kerajaan Belangga (Nalanda) juga dengan Kerajaan Chola. Bahkan pada
masa pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan penyebaran
agama Buddha di Asia Tenggara.

II.4.5 Sakyakirti
Sakyakirti adalah seorang mahaguru agama budha yang ada di kerajaan Sriwijaya.
Menurut kesaksian I-Tsing, Sriwijaya telah menajdi pusat agama Buddha. Di sana ada
lebih dari seribu pendeta yang belajar agama Buddha dan diperkirakan di Sriwijaya
sudah berdidi perguruan Buddha. Perguruan ini memounyai hubungan baik dengan
perguruan Buddha yang ada di Nalanda, India. Salah satu dari pendeta tersebut adalah
Sakyakirti. Ia sangat berjasa bagi kerajaan Sriwijaya. Nama Sriwijaya menjadi terkenal di
mana-mana. Orang-orang Arab menyebutnya “Zabay” atau “Zabag”. Orang-orang Cina
mengatakan “She-li-fo-ce”. Salah satu peninggalan Sakyakirti adalah ia menulis buku
yang berjusul Hastadandasatra.

10
II.4.6 Kertanegara
Kertanegara adalah raja terakhir dari kerajaan Singasari. Beliau adalah cicit Ken
Arok. Kertanegara memerintah pada tahun 1268-1292. Kertanegara bergelar
Maharajadhiraja Sri Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa. Kertanegara adalah raja
yang sangat terkenal baik dalam bidang politik maupun keagamaan. Dalam bidnag
politik, Kertanegara dikenal sebagai raja yang menguasai ilmu ketatanegaraan dan
mempunyai gagasan memperluas wilayah kerajaannya, Kertanegara menganut agama
Buddha Tantrayana. Tahun 1275 Kertanegara mengirim pasukan untuk menaklukkan
Kerajaan Sriwijaya. Pengiriman pasukan itu dikenal dengan ekspedisi Pamalayu. Ketika
Kertanegara memerintah, Kerajaan Singasari sempat menguasai Sumatera, Bakulapura
(Kalimantan Barat), Jawa Barat (Sunda), Madura, Bali, dan Gurun (bagian Indonesia
Timur).

11
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dari uraian mengenai agama Buddha di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
agama Buddha dibawa oleh seorang putra Kerajaan Magadha bernama Siddharta
Gautama yang telah memperoleh pencerahan setelah melalui berbagai tahap peristiwa
yang dialaminya. Setelah itu, agama Buddha berkembang menjadi dua lairan besar yaitu
aliran Theravada dan aliran Mahayana. Aliran tersebut berkembang dan menyebar ke
negara-negara lain. Terlepas dari itu masih terdapat wacana apakah Buddha teemasuk
agama atau bukan, kami sejauh ini sepakat bahwa Buddha termasuk agama dengan
mengusung teori yang disampaikan oleh S. Radhakrishnan bahwa agama adalah suatu
pengalaman yang berubah bentuknya.

III.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan awal mula Agama Buddha beserta
tokoh-tokohnya ini, semoga kita semua benar-benar memahami bagaimana agama
Buddha memberikan warna yang khas dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia. Maka
dari itu kami sarankan kepada para pembaca semua agar mengetahui bagaimana
keragaman budaya dan agama di negara Indonesia ini. Karena dengan mengetahui
keberagaman tersebut kita menjadi toleran dengan umat agama lain dan menambah
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (1996). Hinduisme-Buddhaisme (Agama Hindu dan Agama Buddha). Surabaya.

Coedes, G. (2010). Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Dhammananda, K. S. (2004). Keyakinan Umat Buddha. Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya dan
Ehipassiko Foundation.

Hadiwijono, H. (1982). Agama Hindu dan Buddha. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Keene, M. (2001). Agama-agama Besar di Dunia. Jakarta: Kanisius.

Khairiah. (2018). Agama Buddha. Yogyakarta: Kalimedia.

Mahathera, N. (1997). Sang Buddha dan Ajaran-ajaranNya. Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama.

Manaf, M. A. (1994). Sejarah Agama-agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Purwadi. (2007). Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu.

Putuwar, D. S. (1991). Perbedaan dan Persamaa antara Therevada dan Mahayana. Surabaya: Buddhist
Education.

Soekomono, D. R. (1988). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sou'yb, J. (1983). Agama-agama Besar di Dunia. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Tanggok, M. I. (2009). Agama Buddha. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai