Anda di halaman 1dari 19

ASKEP DISTERI PADA ANAK

Kelompok 9
1. Aiza rosandi
2. Bela monika febiola
3. Mardekasih
DEFINISI

Difteri adalah penyakit infeksi akut pada


saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini
dominan menyerang anak anak, biasanya
bagian tubuh yang diserang adalah tonsil,
faring hingga laring yang merupakan saluran
pernafasan bagian atas.
Ciri yang khusus pada difteri ialah
terbentuknya lapisan yang khas  selaput
lendir pada saluran nafas, serta adanya
kerusakan otot jantung dan saraf.
ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.
Bakteri tersebut merupakan salah satu jenis bakteri gram-positif yang
tidak membentuk spora. Pada kedua ujungnya bakteri ini memiliki
granula metakromatik yang memberi gambaran pada pewarnaan. C.
diphtheriae berdiameter 0,5-1 µm dan panjangnya beberapa
mikrometer, tidak berspora, tidak bergerak, dan termasuk pada
organisme yang tidak tahan asam. Bakteri ini bersifat anaerob
fakultatif, namun pertumbuhan maksimal diperoleh pada suasana
aerob. Dibandingkan dengan kuman lain yang tidak berspora, C.
diphtheriae lebih tahan terhadap pengaruh cahaya, pengeringan, dan
pembekuan. Namun kuman ini mudah dimatikan oleh desinfektan
CARA PENULARAN
Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak
langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara,
batuk atau bersin membawa serta kuman kuman difteri. Melalui
pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka
terjadilah penularan penyakit difteri dari seorang penderita kepada
orang orang disekitarnya. 
Biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar
permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan
peradangan.Beberapa jenis bakteri ini menghasilkan toksin yang
sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan
otak.
gejala lain tergantung pada lokasi
penyakit diphtheria
a)      Diphtheria Hidung
  Pada permulaan mirip common cold, yaitu pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik
ringan. Sekret hidung berangsur menjadi serosanguinous dan kemudian mukopurulen
mengadakan lecet pada nares dan bibir atas. Pada pemeriksaan tampak membran putih pada
daerah septum nasi.
b)      Diphtheria Tonsil-Faring 
Gejala anoroksia, malaise, demam ringan, nyeri menelan. dalam 1-2 hari timbul membran
yang melekat, berwarna putih-kelabu dapat menutup tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula
dan palatum molle atau ke distal ke laring dan trachea.
c)      Diphtheria Laring
Pada diphtheria laring primer gejala toksik kurang nyata, tetapi lebih berupa gejala
obstruksi saluran nafas atas.
d)     Diphtheria Kulit, Konjungtiva, Telinga
Diphtheria kulit berupa tukak di kulit, tepi jelas dan terdapat membran pada dasarnya.
Kelainan cenderung menahun. Diphtheria pada mata dengan lesi pada konjungtiva berupa
kemerahan, edema dan membran pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa otitis eksterna
dengan sekret purulen dan berbau.
AKIBAT DIFTERI
Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri
membentuk racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas
dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya
selaput putih di tenggorokan  akan menimbulkan gagal nafas,
kerusakan jantung dan saraf.
Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput
putih mata, vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan otot jantung
dan ginjal.
KOMPLIKASI
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem
saraf, ginjal ataupun organ lainnya:

a)      Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung


b)      Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan
menjadi tidak terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam waktu 3-
7 minggu)
c)      Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
d)     Kerusakan ginjal (nefritis
PENANGANAN
Pengobatan difteri tidak bisa dilaksanakan sendiri dirumah ,
segeralah di rawat dirumah sakit jangan sampai terlambat. Karena
difteri sangat menular penderita perlu diisolasi. Istirahat total di
tempat tidur mutlak diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi
yang lebih parah. Fisioterapi sangat diperlukan untuk penderita yang
sarafnya mengalami gangguan sehingga mengakibatkan
kelumpuhan. Tindakan trakeotomi diperlukan bagi penderita yang
tersumbat jalan nafasnya, dengan membuat lubang pada batang
tenggorokan.
 
PENCEGAHAN
Difteri jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Berikanlah imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali
dengan selang satu bulan. Jenis imunisasi ini termasuk dalam Lima
Imunisasi Dasar Lengkap. Biasanya imunisasi ini berbarengan
dengan imunisasi polio, hepatitis B. Sedangkan imunisasi Difteri
tergabung dalam Imunisasi D P T atau Difteri, Pertusis dan Tetanus.
Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi
Campak (Morbili) . Segeralah imunisasi anak anda di Posyandu,
Puksemas atau pelayanan kesehatan lainnya.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. BIODATA
-umur :
Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang ditemukan pada
bayi  berumur dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa diatas 15 tahun
-suku bangsa
Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin
- Tempat tinggal
- Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat pemukiman yang rapat-
rapat, higine dan sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang
2.Keluhan Utama
Klien marasakan demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat,
sakit kepala, anoreksia, lemah
3.Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat,
sakit kepala, anoreksia
4.Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring,
laring, dan saluran nafas atas dan mengalami pilek dengan sekret
bercampur darah
5.Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami difteri
6.Pola Fungsi Kesehatan
A Pola nutrisi dan metabolisme
Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoraksia
B Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan aktivitas karena malaise dan demam
C Pola istirahat dan tidur
Klien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan
tidur
D Pola eliminasi
Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah
asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia
Pemeriksaan Fisik
A.    TTV
Nadi           : meningkat
TD              : menurun
RR              : meningkat
Suhu           : kurang dari 38°C

B Inspeksi :
lidah kotor, anoreksia, ditemukan pseudomembran
 
C  Auskultasi :
nafas cepet dan dangkal
Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan terhadap apus tenggorokan dan dibuat biakan di
laboratorium.
  Untuk melihat kelainan jantung, bisa dilakukan pemeriksaan EKG.

Penatalaksanaan
Penderita diisolasi sampai biakan negatif 3 kali berturut-turut setelah
masa akut terlampaui. Kontak penderita diisolasi sampai tindakan-tindakan
berikut terlaksana :
A.    biakan hidung dan tenggorok
B.     seyogyanya dilakukan tes Schick (tes kerentanan terhadap
diphtheria)
C.     diikuti gejala klinis setiap hari sampai masa tunas terlewati.
D.    Anak yang telah mendapat imunisasi dasar diberikan booster dengan
toksoid diphtheria.
 
Diagnosa Keperawatan
 
1.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia

Intervensi
 
Tujuan : Meningkatkan nafsu makan sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi
 
Kriteria Hasil
 
1.      Klien dapat meningkat berat badan sesuai tujuan
2.      Klien tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi
 
• Intervensi
 
1.      Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, Faktor ini menentukan pemilihan terhadap
jenis makanan
2.      Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan, Pasien cenderung mengalami luka dan
atau perdarahan gusi dan rasa tak enak pada mulut dimana menambah anoraksia
3.      Berikan makanan sedikit dan sering, Meningkatkan asupan nutrisi
4.      Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori, Memberikan informasi tentang kebutuhan
pemasukan/ defisiensi
5.      Timbang berat badan sesuai indikasi, Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah
pemberian nutrisi
6.      Jaga keamanan saat memberikan makanan pada pasien, seperti tinggikan kepala tempat tidur
7.      selama makan atau selama pemberian makan lewat selang NGT, Menurunkan resiko regurgitasi
dan atau terjadinya aspirasi
8.      Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk sosialisasi saat makan. Anjurkan
orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai pasien
9.      Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan
10.  Kolaborasi dengan ahli gizi Untuk mengidentifikai kebutuhan kalori (nutrisi tergantung pada usia,
berat badan, ukuran tubuh, dan keadaaan penyakit)
 

Anda mungkin juga menyukai