2. Pemeriksaan bakteriologis
Pewarnaan gram menunjukkan gambaran kuman gram positif, berbentuk
basil seperti tongkat, tidak berkapsul, dan nonmotil dalam kelompok-
3. Toksigenisitas
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan apakah terdapat produksi
toksin.
4. Pemeriksaan laboratorium lainnya
Pemeriksaan darah rutin dapat menunjukkan leukositosis sedang. Urinalisis
dapat menunjukkan proteinuria transien. Selain itu, juga dapat dilakukan
pemeriksaan antibodi serum terhadap toksin difteri sebelum pemberian
antitoksin. Pada kecurigaan terjadi miokarditis, dapat dilakukan
pemeriksaan troponin I.
5. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto polos toraks dan radiografi/Computed
Tomography/ultrasonografi jaringan lunak leher dapat menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak, epiglotis yang membesar, serta
penyempitan area subglotis.
6. Pemeriksaan lain
Penatalaksanaan
● Sistem pernapasan
Racun yang dihasilkan bakteri penyebab difteri akan menyebabkan
kematian jaringan, termasuk jaringan dalam sistem pernapasan.
Akibatnya, jaringan mati tersebut akan membentuk lapisan tebal berwarna
abu-abu yang dikenal dengan pseudomembran. Adanya
pseudomembran menutupi saluran pernapasan, sehingga menyebabkan
kesulitan bernapas.
● Jantung
Racun yang berasal dari bakteri penyebab difteri dapat mencapai jantung
dan menyebabkan peradangan pada otot jantung. Kondisi ini dikenal
dengan sebutan miokarditis.
● Saraf
Bakteri difteri dapat menyebabkan kerusakan pada saraf. Komplikasi yang terjadi bergantung
pada saraf yang terkena.
- Jika yang terkena adalah saraf di area mulut dan kerongkongan, maka penderita akan
kesulitan menelan ataupun berbicara. Berkaitan dengan kondisi ini, penderita mungkin
akan mengalami aspirasi (tersedak) yang berpotensi menyebabkan kematian.
- Apabila yang terkena adalah saraf kranial, keluhan yang timbul adalah penglihatan kabur,
mata juling, dan sebagainya.
- Jika yang terkena adalah otot diafragma (otot yang memisahkan dada dan perut),
penderitanya tidak dapat bernapas mandiri sehingga membutuhkan bantuan alat
(ventilator). Kondisi ini berpotensi menyebabkan kematian.
- Apabila yang terkena adalah otot pada kandung kemih, penderita akan menjadi sering
berkemih, hanya mengeluarkan sedikit urine saat berkemih, atau sulit mengontrol
keinginan berkemih (mengompol).
- Jika yang terkena adalah otot pada anggota gerak, penderita akan benar-benar kesulitan
untuk bergerak.
Asuhan Keperawatan Difteri
Pengkajian
1. Biodata
Umur : Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang ditemukan pada bayi
berumur dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa diatas 15 tahun.
Suku bangsa : Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin
Tempat tinggal : Biasanya terjadi pada penduduk di tempat- tempat pemukiman yang
rapat-rapat, higien dan sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang.
2. Keluhan Utama
Klien marasakan demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia,
lemah.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan saluran nafas atas
dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami difteri.
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia
b. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan aktivitas karena malaise dan demam
c. Pola istirahat dan tidur
Klien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan tidur
d. Pola eliminasi
Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan nutrisi kurang
disebabkan oleh anoreksia.
7. Pemeriksaan Fisik
Nadi : meningkat Tekanan darah, menurun Respirasi rate
meningkat Suhu : ≤ 38°C
Inspeksi : Lidah kotor, Anoreksia, ditemukan Pseudomembran
Auskultasi : Napas cepat dan dangkal
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan terhadap apus tenggorokan dan uji schick di laboratorium.
b. Untuk melihat kelainan jantung, bisa dilakukan pemeriksaan EKG.
Diagnosis
3. Hipertermia
DEFENISI : suhu tubuh meningkat diatas batas normal.
Penyebab :
-Dehidrasi
-Terpapar lingkungan panas
-Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
-Ketidaksesuaian pakaian dengan tubuh
-Peningkatan laju metabolisme
-Respon trauma
-Aktivitas berlebihan
-Penggunaan incubator
Perencanaan
1.Intervensi bersihan jalan nafas tidak efektif
-Latihan Batuk Efektif (I.01006)
-Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
-Pemantauan Respirasi (I.01014)
2. Intervensi Defisit Nutrisi
-Manajemen Nutrisi (I. 03119)
-Promosi Berat Badan
3. Intervensi hipertermia
-Manajemen Hipertermia (I.15506)
-Regulasi Temperatur (I.14578)
Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuaidengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan
kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan
kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
Evaluasi
Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai
sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian ini merupakan proses untuk
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.
Aplikasi Transkultural dan Pengobatan
Alternatif Difteri
1.Jeruk Nipis
2.Bawang Putih
3.Mengkudu
4.Jus Ekstrak Nanas
5.Jahe
6.Kunyit
7.Campuran Madu dan Temulawak
Do you have any questions?
your-email@freepik.com