Anda di halaman 1dari 20

Nama Anggota kelompok 6 :

ASKEP Della Mega Utami (202001059)


Popy Ayu Wijayanti (202001060)

DIFTERI
Renata Eka Meysa Putri (202001064)
Richa alifa kusuma wardina (202001076)
Oktavia Dwi Berliana (202001087)
Sigit Trio Pangestu (202001089)
Gusmiati Pallalo (202001186)
Definisi

Difteri Suatu penyakit infeksi akut yang mudah menular, dan yang sering
diserang terutama saluran pernafasan bagian atas dengan tanda khas
timbulnya “pseudomembran”. Kuman juga melepaskan eksotoksin yang dapat
menimbulkan gejala umum local. Penyebab penyakit ini adalah kuman
Corynebacterium diptheriae yang bersifat gram positif dan polimorf, tidak
bergerak, dan tidak membentuk spora.Bakteri dapat ditemukan dalam sediaan
langsung yang diambil dari hapusan tenggorok atau hidung, basil difteria
akan mati pada suhu 60 derajat celcius selama 10 menit tapi tahan hidup
sampai beberapa minggu dalam es, air, susu, dan lendir yang telah mengering.
Etiologi
Corynebacterium diptheriae merupakan kuman batang gram positif,tidak   bergerak,
pleomorfik, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, mati
dalam pemanasan 60 derajat celcius, tahan dalam keadaan beku dan kering.
Dengan pewarnaan, kuman bisa tampak dalam susunan palisade bentuk L atau
V atau
merupakankelompokdenganformasimiriphurufcina.Kumantumbuhsecaraaerob
 bisa dalam keadaan media yang mengandung  K-tellurit  atau media  Loeffler . Pada
membrane mukosa manusia, Corynebacterium diptheriae dapat hidup bersama
– sama dengan kuman diphtheroid saprofid yang mempunyai morfologi serupa
sehingga membedakannya kadang – kadang diperlukan pemeriksaan khusus
dengan cara fermentasi glikogen, kanji, glukosa, maltose, dan sukrosa.

Penularan difteri dari penderita terjadi secara langsung melalui air ludah,
maupun secara tidak langsung melalui sapu tangan dan berbagai benda lain
yangtercemar ludah penderita. Penularan melalui air susu dan debu dapat juga
terjadi dan manusia merupakan satu – satunya sumber infeksi difteri bagi
manusia lainnya.
Tanda dan gejala

Gejala umum Gejala ringan Gejala berat


demam tidak terlalu tinggi, lesu pilek, secret yang keluar radang akut tenggorokan, suhu
pucat, nyeri kepala dana terkadang bercampur darah, tinggi, nafas berbau,
noreksia. radang selaput lender pembengkakan kelenjar
getah bening, suara serak,
sesak nafas dan sianosis.
Patofisiologi
Basil hidup dan berkembangbiak pada traktus respiratorius bagian atas
terutama bila terdapat  peradangan kronis pada tonsil, sinus, dan lain-
lain. Selain itu dapat juga pada vulva, kulit, mata, walaupun jarang
terjadi. Pada tempat-tempat tersebut basil membentuk pseudomembran
dan melepaskan eksotoksin. Pseudomembran timbul lokal kemudian
menjalar kefaring, tonsil, laring, dan saluran nafas atas. Kelenjar getah
bening sekitarnya akan membengkak dan mengandung toksin.
Eksotoksin bila mengenai otot jantung akan menyebabkan miokarditis
toksik atau jika mengenai jaringan saraf perifer sehingga timbul
paralysis terutama otot-otot pernafasan. Toksin juga dapat menimbulkan
nekrosis fokal pada hati dan ginjal, yang dapat menimbulkan nefritis
interstitialis. Kematian pasien difteria pada umumnya disebabkan  oleh
terjadinya sumbatan jalan nafas akibat pseudomembran pada laring dan
trakea, gagal jantung karena miokardititis, atau gagal nafas akibat
terjadinya bronkopneumonia.
Komplikasi
01 02
Kelumpuhan saraf atau neuritis
Miokarditis bisa perifer menyebabkan gerakan
menyebabkan gagal jantung menjadi tidak terkoordinasi dan
gejala lainnya (timbul dalam waktu
3-7 minggu.

03 04
Kerusakan saraf yang berat
Kerusakan ginjal (nefritis).
bisa menyebabkan
kelumpuhan
pemeriksaan diagnostik
• Pemeriksaan laboratorium: Apusan tenggorok terdapat
kuman Corynebakterium difteri.
•  Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar
hemoglobin dan leukositosis polimorfonukleus, penurunan
jumlah eritrosit, dan kadar albumin. Pada urin terdapat
albuminuria ringan
• Pemeriksaan bakteriologis mengambil bahan dari membrane
atau bahnan di bawah membrane, dibiak dalam Loffler,
Tellurite dan media blood.
• Pada neuritis difteri, cairan serebrospinalis menunjukkan
sedikit peningkatan protein.
• Schick Tes: tes kulit untuk menentukan status imunitas
penderita, suatu pemeriksaan swab untuk mengetahui apakah
seseorang telah mengandung antitoksin.
Penatalaksanaan medis
Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG yang
dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu berikutnya sampai
keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal dan pengobatan spesifik. Pengobatan spesifik
untuk difteri :
• ADS (Antidifteri serum), 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut dengan
sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata.
a. TEST ADS
b. Drip/IV

• Antibiotik, diberikan penisillin prokain 5000U/kgBB/hari sampai 3 hari bebas


demam. Pada pasien yang dilakukan trakeostomi ditambahkan kloramfenikol
75mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis.
• Kortikosteroid, untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat
membahayakan, dengan memberikan predison 2mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu.
Pathway
Konsep askep
PENGKAJIAN
● Biodata
1. Umur : Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang ditemukan pada bayi  berumur
dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa diatas 15 tahun
2. Suku bangsa : Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin
3. Tempat tinggal :  Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat pemukiman yang rapat-rapat,
higine dan sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang
Riwayat kesehatan :
● Keluhan Utama
● Klien marasakan demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia, lemah
● Riwayat Kesehatan Sekarang
● Klien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia
● Riwayat Kesehatan Dahulu
● Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan saluran nafas atas dan
mengalami pilek dengan sekret bercampur darah
● Riwayat Penyakit Keluarga
● Adanya keluarga yang mengalami difteri
Pola aktivitas
1. 2. 3. 4.

Pola nutrisi dan


Pola aktivitas Pola istirahat dan Klien mengalami
metabolisme
tidur penurunan jumlah
Jumlah asupan Klien mengalami Klien mengalami sesak urin dan feses karena
nutrisi kurang gangguan aktivitas nafas sehingga jumlah asupan nutrisi
disebabkan oleh karena malaise mengganggu istirahat kurang disebabkan
anoraksia dan demam dan tidur Pola eliminasi oleh anoreksia
Pemeriksaan fisik
● Pada diptheria tonsil – faring

a. Malaise

b. Suhu tubuh < 38,9 º c

c. Pseudomembran ( putih kelabu ) melekat dan menutup tonsil dan

d. dinding faring

e. Bulneck

● Diptheriae laring

a. Stridor

b. Suara parau

c. Batuk kering

d. Pada obstruksi laring yang berat terdpt retraksi suprasternal, sub costal dan supraclavicular

● Diptheriae hidung

a. Ringan

b. Sekret hidung serosanguinus  mukopurulen

c. Lecet pada nares dan bibir atas

d. Membran putih pada septum nasi


Diagnosa
keperawatan
1. Pola nafas napas tidak efektif b/d edema
laring.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang
kurang akibat gangguan menelan (anoreksia).
3. Nyeri akut b/d proses inflamasi.
Intervensi
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Pola nafas napas Setelah dilakukan intervensi Observasi :
tidak efektif b/d 3x24 jam, maka Pola Nafas  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
edema laring. Membaik,dengan kriteria hasil : usaha napas)
     Monitor spuutum (jumlah, warna, aroma)
1. Frekuensi nafas membaik Terapeutik
2. Kedalaman nafas  Posisikan semi-Fowler atau Fowler
membaik  Berikan minum hangat
3. Dispnea menurun  Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
4. Ortopnea menurun detik
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ketidak Setelah dilakukan tindakan Observasi :
• Identifikasi status nutrisi  
seimbangan nutrisi keperawatan 2x24jam
• Identifikasi alergi dan intoleransi makanan  
kurang dari diharapkan asupan nutrisi • Identifikasi makanan yang disukai  
• Monitor asupan makanan  
kebutuhan tubuh pasien meningkat
• Monitor berat badan  
b/d intake nutrisi Kriteria hasil : • Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
yang kurang akibat 1. Nafsu makan meningkat Terapeutik :
gangguan menelan 2. Pasien tidak • Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu    
(anoreksia). menunjukkan • Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)  
  penurunan berat badan • Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai  
3. Pasien mampu • Berikan makan tinggi serat untuk  mencegah konstipasi  
mengkomunikasikan • Berikan suplemen makanan, jika perlu  
kebutuhan dit khusus • Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
makan lewat ngt ditoleransi        
  Edukasi :
• Anjurkan posisi duduk, jika mampu  
• Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan  (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
• jika perlu Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah  kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu      
3, Nyeri akut b/d proses Setelah dilakukan intervensi Observasi
inflamasi. 2x24 jam, maka Tingkat  Identifikasi skala nyeri
  Nyeri Menurun ,dengan  Identifikasi respon nyeri non verbal
kriteria hasil :  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
1. Keluhan nyeri menurun nyeri
2. Meringis menurun  Monitor efek samping penggunaan analgesik
3. Gelisah menurun Terapeutik
4. Kesulitan tidur  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
menurun nyeri (mis, terapi musik, aromaterapi, terapi bermain)
5. Pola napas membaik  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis,
6. Nafsu makan membaik suhu runan, kebisingan)
7. Pola tidur membaik  Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan
hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat dalam rencana keperawatan.
S : Pernyataan atau keluhan dari pasien
O : Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga
A : Kesimpulan dari objektif dan subjektif
P : Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis
KESIMPULAN
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
penghasil toksik (racun) Corynebacterium diphteriae. Difteri adalah
infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh Corynebacterium
diphteriae dengan bentuk basil batang gram positif. Difteri adalah
suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun
Corynebacterium diphteriae. Penyebabnya adalah Corynebacterium
diphteriae. Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal
dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah
terkontaminasi  oleh bakteri.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai