Anda di halaman 1dari 20

Dosen Pengampu: Reni TS, S.ST, M.

Kes

Kelompok 6:
1. Asih Indah Wigati 2020206203008
2. Chica Claudiah Valentina 2020206203011
3. Hairul Dahlan 2020206203016
4. Hani Tussellawati 2020206203017
5. Muhammadi Leon Pratama 2020206203024
6. Nur Fadilah Rodhiatul Ummi 2020206203025
7. Tanti Pebriana 2020206203034

KELAS: 4A S1 ILMU KEPERAWATAN


DEFINISI DIFTERI

Difteri adalah penyakit menular ETIOLOGI DIFTERI


yang umumnya menyerang anak-
anak atau bayi. Infeksi bakteri dan
menular melalui udara. Untuk itu,
penderita penyakit difteri tidak boleh
Difteri adalah toksikoinfeksi
meludah sembarangan tempat agar
yang disebabkan oleh
kuman difterinya tidak menyebar
Corynebacterium diphteriae
(Panut, 2006).
Corynebacterium diphteriae
Spesies Corynebacterium adalah basil aerob, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, kebanyakan tidak bergerak, pleomorfik, gram-
negatif. Basil difteria akan mati pada pemanasan suhu 60 ℃ selama 10
menit, tetapi tahan hidup sampai beberapa minggu dalam es, air, susu,
dan lender yang telah mengering. Tidak bersifat selektif dalam
pertumbuhannya, isolasi dipermudah dengan media tertentu (yaitu sistin
telurit agar darah) yang menghambat pertumbuhan organism yang
menyaingi, dan bila direduksi oleh pertumbuhan C. diphteriae membuat
koloni abu-abu hitam.
EPIDEMIOLOGI DIFTERI
Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung. Air
ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin membawa serta
kuman difteri. Penularan umumnya melalui udara, berupa infeksi droplet, selain itu
dapat pula melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.
Penyakit difteria dapat mengenai bayi tetapi kebanyakan pada anak usia balita.
Penyakit difteria dapat berat dan ringan bergantung virulensi, banyaknya basil, dan
daya tahan tubuh anak. Bila ringan, hanya berupa keluhan sakit menelan dan akan
sembuh sendiri serta dapat menimbulkan kekebalan pada anak jika daya tahan
tubuhnya baik. Tetapi adanya bull neck atau sudah stridor dan dispnea. Pasien difteria
selalu dirawat di rumah sakit karena mempunyai resiko terjadinya komplikasi seperti
miokarditis atau sumbatan jalan napas.
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS DIFTERI
BERDASARKAN LETAK

1. Difteri Hidung
Difteri hidung pada awalnya menyerupai
common cold, dengan gejala pilek ringan tanpa atau
disertai gejala sistemik ringan.
2. Difteri Tonsil Faring
Gejala difteri tonsil faring pada saat radang
akut akan memberi keluhan nyeri tenggorokan,
demam sampai 38,5°C, nadi cepat, tampak lemah,
nafas berbau, anoreksia, dan malaise. Dalam 1-2 hari
kemudian timbul membran yang melekat, berwarna
putih-kelabu menutup tonsil, dinding faring, meluas
ke uvula dan palatum molle atau ke bawah ke laring
dan trakea.
3. Difteri Laring
Pada difteri laring yang terjadi sebagai
perluasan dari difteri faring, maka gejala yang tampak
merupakan campuran gejala obstruksi dan toksemia
dimana didapatkan demam tinggi, lemah, sianosis,
pembengkakan kelenjar leher.
4. Difteri Kulit
Difteri kulit klasik adalah infeksi nonprogresif lamban yang
ditandai dengan ulkus yang tidak menyembuh, superficial, ektimik
dengan membrane coklat keabu-abuan.
5. Difteri Vulvovaginal, Konjungtiva, dan
Telinga
C. diphtheriae kadang-kadang menimbulkan
infeksi mukokutan pada tempat-tempat lain, seperti
telinga (otitis eksterna), mata (konjungtivitis purulenta
dan ulseratif), dan saluran genital (vulvovginitis
purulenta dan ulseratif). Wujud klinis, ulserasi,
pembentukan membrane dan perdarahan submukosa
membantu membedakan difteri dari penyebab bakteri
dan virus lain.
Berdasarkan Berat-Ringan Penyakit

• Difteri Ringan : Terdapat pseudomembran pada mukosa hidung.


Gejala yang sering dirasakan pasien adalah nyeri menelan.

• Difteri Sedang : Pseudomembran menyebar sampai faring hingga


menimbulkan pembengkakan padan laring.

• Difteri Berat : Terjadi sumbatan napas yang berat disertai dengan


gejala komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralisis
(kelemahan anggota gerak dan nefritis (radang ginjal).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan laboratorium: Apusan tenggorok
terdapat kuman Corynebakterium difteri
(Buku kuliah ilmu kesehatan anak, 1999).
 Pada pemeriksaan darah
 Pemeriksaan bakteriologis
 Schick Tes: PENCEGAHAN DIFTERI
a. Isolasi penderita
b. Pencegahan terhadap kontak
c. Imunisasi
d. Pencarian orang carier difteria dengan uji shick
e. Kegiatan penyuluhan
KOMPLIKASI DIFTERI
 Pada saluran pernapasan: terjadi obstruksi jalan napas dengan segala
akibatnya, bronkopneumonia, atelektasis.
 Kardiovaskuler: miokarditis, yang dapat terjadi akibat toksin yang dibentuk
kuman difteria
 Kelainan pada ginjal: nefritis
 Kelainan saraf: kira-kira 10% pasien difteria mengalami komplikasi yang
mengenai susunan saraf terutama sistem motorik, dapat berupa:
 Paralisis/ paresis palatum mole
 Paralisis/paresis otot-otot mata
 Paralisis umum
PROGNOSIS DIFTERI

 Umur pasien: Makin muda usianya semakin jelek prognosisnya


 Perjalanan penyakit: makin terlambat ditemukan penyakitnya
semakin memperparah keadaan
 Letak lesi difteri: bila di hidung tergolong ringan
 Keadaan umum pasien
 Terdapatnya komplikasi miokarditis sangat memperburuk
prognosis
 Pengobatan: terlambat pemberian ADS, prognosis semakin buruk.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG
MUNGKIN MUNCUL

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan


obstruksi jalan nafas (D.0001)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan (D.0019)
3. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan proses
penyakit (D.0036)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Bersihan jalan napas Pertukaran Gas Manajemen Jalan Napas
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor pola napas
obstruksi jalan nafas oksigenasi dan/atau eliminasi 2. Monitor bunyi napas tambahan
(D.0001) karbondioksida pada
membran alveolus-kapiler Terapeutik
normal. 3. Pertahankan kepatenan jalan napas
Kriteria hasil: 4. Posisikan semi fowler atau fowler
Mengi menurun 5. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Sianosis menurun 6. Berikan oksigen, jika perlu
Gelisah menurun
Edukasi
7. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tanggal / Jam Implementasi
Keperawatan
1. Bersihan jalan napas 23 Mei 2022 Memonitor pola napas
tidak efektif 08.00 WIB
berhubungan dengan 08.30 WIB Memberikan oksigen, jika perlu
obstruksi jalan nafas
(D.0001) 10.00 WIB Mempertahankan kepatenan jalan napas
Memposisikan semi fowler atau fowler
14.00 WIB Memonitor bunyi napas tambahan
Menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
18.00 WIB Melakukan fisioterapi dada, jika perlu
20.00 WIB Memonitor pola napas
Berkolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
EVALUASI KEPERAWATAN

• Tidak ada obstruksi pada jalan nafas pasien, pola nafas kembali
normal, dan pasien tidak mengalami dypnea lagi
• Nutrisi pasien dapat terpenuhi, dan berat badan dapat bertambah
• Kebutuhan cairan terpenuhi, haluaran urine meningkat
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai