Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Tinjauan Teori

1) Konsep Dasar Medis

1.1 Definisi Community Aquared Pneumonia (CAP)

Community Aquared Pneumonia (CAP) didefinisikan sebagai

pneumonia yang berkembang dalam pengaturan rawat jalan atau

dalam waktu 48 jam masuk ke rumah sakit (Kamangar ,2013).

Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi

dengan cairan, dengan atau tanpa di sertai infiltrat sel radang

kedalam dinding alveoli dan rongga intistisium (Ridha, 2014).

1.2 . Etiologi

Menurut Ridha, 2014. Pneumonia bisa disebabkan karena

beberapa faktor, diantaranya adalah :

a. Bakteri (pneumokokus, streptokokus, H. Influenza, klebsiela

mycoplasma pneumonia)

b. Virus (virus adena, virus para influenza, virus influenza).

c. Jamur / fungi (kandida abicang, histoplasma, capsulatum,

koksidiodes).

d. Protozoa (pneumokistis karinti)

Bahan kimia (aspirasi makan/susu/isi lambung,

keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan lain-lain)


1.3 . Klasifikasi

a. Pneumonia Kriteria minor

- Frekuensi nafas > 30 x/mnt

- Gagal nafas, PaO2 / FiO2 < 250

- Gambaran rongent : bilateral

- Gambaran rongent : > 2 lobus

- Sistolik < 90 mmHg dan Diastolik < 60 mmHg

b. Pneumonia berat Kriteria mayor :

- Membutuhkan ventilasi mekanik

- Abnormalitas ventilasi : respiratory muscle dysfunction,

decrease ventilatory drive, increased airway

resistance/obstruction

- Abnormalitas oksigenasi : refractory hipoxemia, need for

positive end expiratory pressure (PEEP) (ARDS : PaO2/FiO2

< 200), excessive work of breathing Infiltrasi bertambah

> 50 %

- Membutuhkan vasopressor > 4 jam dan Kreatinin serum > 2

mg/dl atau peningkatan > 2 mg bila tak ada penyakit ginjal.

1.4 . Manifestasi klinis

Gejala yang muncul pada anak biasanya seperti batuk,

demam, sesak napas, menggigil serta sakit kepala (Kementerian

Kesehatan RI, 2016).

1.5 . Patofisiologi

Mencakup interaksi antara mikroorganisme (MO) penyebab

yang masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan


tubuh.Kuman mencapai alveoli melalui inhalasi, aspirasi kuman

orofaring, penyebaran hematogen dari focus infeksi lain, atau

penyebaran langsung dari lokasi infeksi.Pada bagian saluran napas

bawah, kuman menghadapi daya tahan tubuh berupa

sistem pertahanan mukosilier, daya tahan selular makrofag

alveolar, limfosit bronkial dan neutrofit.

Faktor predisposisi antara lain berupa kebiasaan merokok,

pasca infeksi virus. Penyakit jantung kronik, DM, keadaan

imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan

penurunan kesadaran. Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah

terapi 2 – 3 minggu. Bila lebih lama perlu dicurigai adanyainfeksi

kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur

mikrobakterium atau parasit.Karena itu penyelidikan lanjut

terhadap MO perlu dilakukan bila pneumonia berlangsung

lamatanda dan gejalanyaadalah adan terasa lemas,Badan terasa

panas , Sesak napas, Muntah-muntah.

1.7. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosa dari CAP ditegakkkan berdasarkan data klinis,

laboratorium, dan radiologi.Selain melihat gejala klinis (batuk, demam,

nyeri dada pleuritik), pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari

adanya rales atau suara bronki yang tidak sensitif ataupun spesifik

untuk mendiagnosa pneumonia (BartlettJG,DowellSF, 2000).Oleh

karena itu, pemeriksaan radiographi thoraks dibutuhkan untuk

mendapatkan diagnosis pasti (adanya infiltrat) juga untuk membuat


diagnosis banding seperti efusi parapneumonia, abses paru, dan

keterlibatan multilobuler. Walaupun Computed Tomography (CT) scan

adalah pemeriksaan yang lebih sensitif untuk mendeteksi adanya

infiltrat pada paru-paru, tetapi tidak direkomendasikan oleh IDSA

ataupun ATS sebagai pemeriksaan rutin (Mandell,dk., 2003;

BartlettJG,DowellSF, 2000). Pemeriksaan radiographi thoraks dapat

tidak dilakukan misalnya dalam keadaan pasien yang sulit dipindahkan

di rumah perawatan yang tidak memiliki fasilitas atau akses ke

pemeriksaan radiographi. Dalam hal ini, terapi empirik dapat diberikan

tanpa konfirmasi diagnosis dengan pemeriksaan radiographi

(Mandell,dk., 2003).

Pada pasien CAP yang didiagnosa dengan adanya infiltrat abnormal

dengan pemeriksaan radiographi, pemeriksaan ini perlu diulang dalam

6 sampai 10 minggu untuk melihat resolusi dari pneumonia dan

mengekslusi adanya keganasan yang menyerupai infiltrat infeksius

terutama pada perokok usia lanjut (BartlettJG,DowellSF, 2000).

Pemeriksaan radiographi lanjutan, CTscan thoraks, atau keduanya harus

dilakukan pada pasien yang tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan

(misalnya kesulitan bernapas atau demam yang persisten) atau dengan

adanya kondisi klinis yang memburuk untuk menyingkirkan adanya

emphyema atau abses (BartlettJG,DowellSF, 2000).

Apabila pada hasil pemeriksaan fisik atau radiographi tidak

menunjukkan adanya faktor risiko untuk terjadinya akibat yang buruk

maka pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien CAP tidak harus

dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain adalah


hitung sel darah lengkap, elektrolit, pemeriksaan fungsi liver dan ginjal,

dan penilaian saturasi oksigen. Pemeriksaan laboratorium ini dilakukan

pada pasien dengan penyakit berat dan jarang bermanfaat untuk pasien

rawat jalan (outpatients)(Mandell,dk., 2003).

1.8 . Penatalaksanaan

Penatalaksanaan CAP dibagi menjadi:

a. Penderita rawat jalan

Pengobatan suportif / simptomatik

Istirahat di tempat tidur

- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi

- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun

panas

- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran

- Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang

dari 8 jam

b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa

Pengobatan suportif / simptomatik

- Pemberian terapi oksigen

- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan

elektrolit

- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik,

mukolitik Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai

bagan) kurang dari 8 jam

c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif


Pengobatan suportif / simptomatik

- Pemberian terapi oksigen.


- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan
elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik,
mukolitik.
2. Konsep Asuhan Keperawatan

2.1 Pengkajian Primer

a. Airway

- Terdapat sekret di jalan napas (sumbatan jalan napas)


- Bunyi napas ronchi
b. Breathing
- Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung
- Menggunakan otot-otot asesoris pernapasan, pernafasan cuping
hidung
- Kesulitan bernapas ; lapar udara, diaporesis, dan sianosis
- Pernafasan cepat dan dangkal
c. Circulation
- Akral dingin
- Adanya sianosis perifer
d. Dissability
Pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis metabolic
sehingga menyebabkan penurunan kesadaran
e. Exposure
Terjadi peningkatan suhu

2.2 . Pengkajian Sekunder

a. Wawancara

a) Klien

Dilakukan dengan menanyakan identitas klien yaitu nama,

tanggal lahir, usia. Serta dengan menanyakan riwayat

kesehatan dahulu, riwayat kesehatan sekarang, riwayat


tumbuh kembang serta riwayat sosial klien

b) Anamnese

Klien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah,

dan sesaknafas.

b. Pemeriksaan Fisik

Pada semuakelompok umur, akan dijumpai adanya napas

cuping hidung.Pada auskultasi, dapat terdengar pernapasan

menurun. Gejala lain adalah dull (redup) pada perkusi, vokal

fremitus menurun, suaranafas menurun, dan terdengar fine

crackles (ronkhi basah halus) didaerah yang terkena. Iritasi

pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada

menurunwaktu inspirasi

Pemeriksaan berfokus pada bagian thorak yang mana

dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dan

didapatkan hasil sebagai berikut :

a) Inspeksi: Perlu diperhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis

sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensis abdomen,

batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri

dada saat menarik napas.

b) Palpasi: Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin

membeasar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang

sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan

(tachichardia)

c) Perkusi: Suara redup pada sisi yang sakit

d) Auskultasi: Dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas


berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi

basah pada masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi,

bronkofoni, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.

2.3 . Diagnosa keperawatan

Diagnosayang mungkin muncul pada klienCAPadalah:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi

sputum.

b. Pola nafas tidak efektif b/d pneumonia.

c. Hipertermi b/d proses inflamasi

d. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.


e. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan

metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.


2.4 Intervensi

Tabel 2.1 intervensi keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil

1. BERSIHAN JALAN NAPAS Status Pernapasan : Ventilasi a. Pengisapan Jalan Napas

TIDAK EFEKTIF • Frekuensi napas IER (In Aktivitas :

Definisi : Ketidakmampuan Expected Range/dalam


▪ Tentukan kebutuhan untuk suction mulut dan/atau
membersihkan sekresi atau rentang yang diharapkan)
trakea.
sumbatan dari saluran • Irama napas IER
▪ Auskultasi nafas sebelum dan sesudah pengisapan.
pernapasan untuk • Kedalaman inspirasi

• Pengembangan dada ▪ Memberitahukan kepada pasien dan keluarga


mempertahankan kebersihan
simetris tentang pengisapan.
jalan napas
• Kenyamanan bernapas
Batasan karakteristik : • Keluaran sputum dari jalan ▪ Aspirasi nasoparing dengan tabung syringe ataubulb

napas atau alat yang sesuai.


• Batuk tidak ada
• Vokal adekuat
• Bunyi napas tambahan ▪ Sediakan pemberian obat yang sesuai.
• Pengeluaran udara
• Perubahan dalam
▪ Gunakan tindakan pencegahan universal : sarung
• Penggunaan otot
frekuensi napas
tangan, pelindung mata, dan masker yang sesuai.
aksesoris/tambahan tidak
• Perubahan dalam irama
ada ▪ Masukkan nasal airway untuk memudahkan
pernapasan
• Suara napas tambahan penyerapan nasotrakea.

• Sianosis tidak ada


▪ Ajarkan pasien untuk mengambil nafas dalam
• Kesulitan bersuara • Penarikan dada tidak ada
sebelum pengisapan nasotrakea dan menggunakan
• Penurunan bunyi napas • Pengerutan bibir pada saat
oksigen sebagai pelengkap, yang sesuai.
• Dyspnea bernapas tidak ada
▪ Hiperoksigen dengan 100% oksigen, menggunakan
• Sputum terlalu banyak • Dispnea saat istirahat tidak
ventilator atau ventilator manual.
ada
• Batuk tidak efektif • Dispnea dengan ▪ Menghirup udara kira-kira 1 sampai 1,5 kali volume

• Orthopnea pengerahan tenaga tidak tidal menggunakan ventilator mekanik, jika

• Kegelisahan ada/hilang dibutuhkan.

• Mata terbelalak ( • Orthopnea tdak ada/hilang


▪ Gunakan peralatan yang steril untuk setiap prosedur
• Napas pendek tidak
melihat)Faktor yang suction trakea.
ada/hilang
berhubungan : ▪ Pilih kateter suction yang diameternya 1,5 dari tuba
• Fremitus tidak ada/hilang

1. Lingkungan endotrakea, tuba trakeostomi, atau jalan nafas pasien.


• Suara perkusi tidak

• Perokok pasif ada/hilang ▪ Ajarkan pasien secara pelan-pelan, ambil nafas

• Menghirup asap rokok • Auskultasi suara napas, dalam selama memasukkan kateter suction melalui

• Merokok IER rute nasotrakea.

• Adanya tahanan / Auskultasi vokalisasi, IER


▪ Biarkan pasien terhubung dengan ventilator selama
hambatan • Bronchopony IER
suction, jika suction dekat trakea
• Egophony IER
• Sekresi dalam bronkus • Suara berbisik di dada, ▪ Gunakan tekanan terendah dari suction dinding

2. Hambatan Jalan Napas IER untuk mengeluarkan sekresi ( antara 8 sampai 100

• Volume tidal IER mm Hg untuk dewasa).


• Spasme jalan napas
• Kapasitas vital IER
• Mukus terlalu banyak ▪ Amati status oksigenasi pasien ( tingakt SaO2 dan
Hasil X ray dada
• Eksudat dalam alveoli SvO2) dan status hemodinamik (tingkat MAP dan
IERTes fungsi IER
• Benda asing dalam irama jantung) segera sebelum, selama, dan sesudah
• Lainnya)
jalan napas suction.

• Adanya jalan napas ▪ Batasi waktu masing-masing suction trakea selama


buatan kebutuhan untuk mengeluarkan sekresi dan

3. Fisiologi perhatikan respon pasien terhadap suction.

• Alergi pada jalan napas ▪ Berikan kesempatan bernafas dan oksigen yang

• Asma berlebih antara sebelum dan dan sesudah akhir

suction.
• Penyakit obstruksi paru ▪ Suction oropharing setelah trakea selesai, jika

kronik dibutuhkan.

• Hiperplasia ▪ Hentikan suction dan berikan suplai oksigen jika

dindingbronkus pasien mengalami bradikardia, penambahan pada

• Infeksi etcopy ventricular, dan/atau desaturasi.

• Disfungsi ▪ Ubah teknik suction, sesuai respon klinis pasien.


neuromuskular
▪ catatan Jenis dan jumlah volume sekresi.

▪ Gunakan sekresi untuk kultur dan sensitivitas tes,

▪ Ajarkan pasien dan/ atau keluarga bagaimana

menghisap jalan nafas, dengan tepat

b. Batuk Efektif

Aktivitas :
• Monitor hasil tes fungsi paru, kapasitas vital,

kekuatan maksimal dari inspirasi dan ekspirasi

• Kaji pasien untuk duduk dengan posisi kepala sedikit

fleksi, bahu dalam kondisi rileks, dan lutu fleksi

• Dorong pasien untuk bernafas dalam beberapa kali

• Dorong pasien nafas dalam, tahan beberapa detik dan

batukan dua sampai tiga kali

• Ajarkan pasien untuk menghirup dalam, tekukan

kedepan dan ucapkan ”huff” sebanyak 2-3 kali

• Ajarkan pasien menghirup dalam beberapa waktu,

lalu keluarkan pelan-pelan lalu di akhiri dengan

batuk

• Tingkatkan hidrasi sistemik.


2.5 . Implementasi

Pelaksanaan rencana keperawatan adalah

kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada klien

sesuai dengan rencana keperawatan yang telah

ditetapkan tergantung pada situasi dan kondisi klien

saat itu.

2.6 . Evaluasi

Suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan

yang telah diberikan atau dilaksanakan dengan

berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai.Pada

bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah

tercapai atau
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C., & Sowden, L. A 2002, Buku saku Keperawatan pediatric, RGC, Jakarta.

Bunner & Sudarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical bedah, alih bahasa :
waluyo agung., Yasmin Asih., juli., kuncara.,i. made karyasa,EGC: Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku saku patofisiologi. Jakarta. Penerbit buku


Kedokteran Kedokteran EGC

Depkes RI 2015, Pedoman Penanggulangan P2 ISPA, Depkes RI Jakarta.

Ika dkk perbandingan pola terapi antibiotik pada Community AcquiredPneumonia


(CAP) Di rumah sakit Tipe A Dan B. Analisis Yogyakarta : Universitas
Indonesia Gadjah madjah, 2017.

Nanda, 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi & klasifikasi 2015-2017 jakarta :


EGC

Mansjoer, Arif dkk. (2010) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: media Aesculapius
FKUI

Misnadiarly. 2015. Penyakit infeksi saluran napas pneumonia pada anak, orang
dewasa, usia lanjut, pneumonia atipik & pneumonia atipik mycobacterium.
Jakarta : pustaka obor popular.

Smelzer, S.C., & Bare, B.G (2010). Keperewatan medical bedah Brunner &Sudarth.
Edisi 8 vol . Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai