Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

DENGAN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATAN PERNAFASAN


CAP (Community Acquired Pneumonia)

Disusun oleh :

1. Ulfanisatun (1907064)
2. Febri Hari Wahyudi (1907089)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG TAHUN AJARAN
2021
1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme-
bakteri, virus, jamur, parasit (Djojodibroto, 2007). Menurut Corwin (2008) pneumonia
adalah infeksi akut pada jaringan paru oleh mikroorganisme.
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan
paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan
toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis (PDDI, 2003).
Berdasarkan tempat terjadinya pneumonia dibagi menjadi :
 CAP (community-acquired pneumonia), pneumonia yang didapat di masyarakat.
 HAP (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia), pneumonia yang
didapat di rumah sakit.

2. Etiologi dan Faktor Resiko


Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri,
virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan CAP yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit
banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak
disebabkan oleh bakteri anaerob (PDPI, 2003). Secara umum bakteri yang berperan
dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, H.
Influenzae, Steptococcus Group B kuman atipik klamidia dan mikoplasma.
Data PDPI (2003), akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia
menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita CAP
adalah bakteri Gram negatif. Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat
paru di Indonesia (Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Makasar) dengan cara
pengambilan bahan dan metode pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan
hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut :

o Klebsiella pneumoniae 45,18%


o Streptococcus pneumoniae 14,04%
o Streptococcus viridans 9,21%
o Staphylococcus aureus 9%
o Pseudomonas aeruginosa 8,56%
o Steptococcus hemolyticus 7,89%
o Enterobacter 5,26%
o Pseudomonas spp 0,9%
Beberapa keadaan seperti malnutrisi, usia muda, kelengkapan imunisasi, kepadatan
hunian, defisiensi vitamin A, defisiensi Zn, paparan asap rokok secara pasif dan faktor
lingkungan (polusi udara) merupakan faktor resiko terjadinya pneumonia.

3. Patofisiologi
Mikroorganisme masuk ke saluran nafas atas menyebabkan reaksi imun dan
mekanisme pertahanan terganggu kemudian membentuk kolonisasi mikroorganisme
sehingga terjadi inflamasi. Selain itu toksin yang dikeluarkan bakteri dapat secara
langsung merusak sel-sel sistem pernafasan bawah, termasuk produksi surfaktan
alveolar II. Pneumonia bakteri mengakibatkan respon imun dan inflamasi yang paling
mencolok yang perjalanannya tergambar jelas pada pneumonia pneumokokus (Corwin,
2008).

4. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung kuan penyebab, usia, status
imunologis dan beratnya penyakit. Manifestasi klinis beratt yaitu sesak dan sianosis.
Gejala dan tanda pneumonia dibedakan gejala non spesifik, pulmonal, pleural dan
ekstrapulmonal.
A. Gejala spesifik
a. Demam
b. Menggigil
c. Sfalgia
d. Gelisah
e. Gangguan Gastrointestinal seperti muntah, kembung, diare atau sakit perut
B. Gejala pulmonal
a. Nafas cuping hidung
b. Takipnea, dispnea dan apnea
c. Menggunakan otot interkostal dan abdominal
d. Batuk
e. Wheezing

C. Gejala pleura
Nyeri dada yang disebabkan oleh Streptococus pneumoniae dan Staphylococus aureus
D. Gejala ekstrapulmonal
a. Abses kulit atau jaringan lunak pada kasus pneumonia karena Staphylococus aureus
b. Otitis media, konjuntivitis, sinusitis dapat ditemukan pada kasus infeksi karena
Streptococus pneumoniae atau H. Influenza

5. Komplikasi
 Efusi pleura
 Empiema
 Pneumotoraks
 Piopneumotoraks
 Pneumatosel
 Abses Paru
 Sepsis
 Gagal nafas
 Ileus paralitik fungsional

6. Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya.
Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah. Juga
diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan
risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae
yang resisten penisilin. Menurut ATS (2001), yang termasuk dalam faktor modifikasis
adalah:

a. Pneumokokus resisten terhadap penisilin


• Umur lebih dari 65 tahun
• Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan terakhir
• Pecandu alkohol
• Penyakit gangguan kekebalan
• Penyakit penyerta yang multipel

b. Bakteri enterik Gram negatif


• Penghuni rumah jompo
• Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
• Mempunyai kelainan penyakit yang multipel
• Riwayat pengobatan antibiotik
c. Pseudomonas aeruginosa
• Bronkiektasis
• Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
• Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
• Gizi kurang
Penatalaksanaan CAP dibagi menjadi:
a. Penderita rawat jalan
• Pengobatan suportif / simptomatik
- Istirahat di tempat tidur
- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
- Pemberian antiblotik harus diberikan kurang dari 8 jam
b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
 Pengobatan suportif / simptomatik

- Pemberian terapi oksigen


- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
- Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif
• Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen.
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik.
• Pengobatan antibiotik kurang dari 8 jam.
• Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

7. Pemeriksaan Penunjang
A. Gambaran Radiologis

Foto thorax (PA/Lateral) yang merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk


menegakkan diagnosis
B. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih


dari 10.000/ul kadang sampai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk pemeriksaan diagnosis
etiologi dibutuhkan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah
dapat positif pada 20-25 persen penderita yang tidak diobati. Analisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik (PDPI, 2003).

8. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

1. Data dasar pengkajian pasien:

Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

3. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus

Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi)

4. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)

5. Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)

6. Pernafasan

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.

Tanda : - sputum: merah muda, berkarat

- perpusi: pekak datar area yang konsolidasi

- premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi

- Bunyi nafas menurun

- Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku

7. Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,


demam.

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar

8. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan:


bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah

B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul :


1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan ditandai
dengan batuk tidak efektif,sputum berlebih.(D.0001)

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus


kapiler.(D.0003)

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen.(D.0056)

4. Nyeri akut ditandai dengan pola napas berubah.(D.0077)

C. ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


1. DS : Pasien mengatakan batuk Ketidakefektifan Sekresi yang
berdahak bersihan jalan tertahan
DO : nafas

- Frekuensi nafas 24x/menit

- Bunyi nafas vesikuler

- Biir dan kuku kebiruan ( sianosis )

- Pola nafas cepat

- Batuk tidak efektif

- SPO2 : 96%
2. DS : Pasien mengatakan sesak Gangguan Perubahan
nafas pertukaran gas membrane
DO : Pasien tampak cemas, alveolus
gelisah. kapiler
3. DS : pasien mengatakan lelah, Intoleransi aktifitas ketidakseiba
merasa tidak nyaman setelah ngan antara
aktivitas, merasa lemah. suplai dan
DO : Tekanan darah berubah kebutuhan
20 % dari kondisi istirahat oksigen.
4. DS : Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Pola napas
saat bernafas berubah
DO : pasien tampak meringis
kesakitan
P : pasien mengatakan nyeri
saat bernafas dan beraktivitas
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : nyeri terasa didada sebelah
kiri
S : skala nyeri 7
T : Nyeri muncul tiba-tiba
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan SLKI SIKI
1 Bersihan jalan nafas tak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
efektif berhubungan tindakan selama 3x24 jam (1.01011)
dengan sekresi yang maka bersihan jalan nafas Observasi :
tertahan ditandai dengan meningkat dengan kriteria - Monitor pola napas
batuk tidak hasil : (frekuensi,
efektif,sputum berlebih. 1. Produksi sputum kedalaman,usaha napas)
(D.0001) meningkat (1) menjadi - Monitor bunyi napas
menurun (5) tambahan
2. Mengi meningkat (1) - Monitor sputum
menjadi menurun (5) (jumlah,warna,aroma)
3. Whezing meningkat (1) Terapeutik :
menjadi menurun (5) - Pertahankan kepatenan
4. Frekuensi memburuk jalan napas dengan head-
(1) menjadi membaik tilt dan chin-lift
(5) - Posisikan semi fowler
5. Pola napas memburuk atau fowler
(1) menjadi membaik - Berikan minum hangat
(5) - Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
- Berikan oksigen,jika
perlu
2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
gas berhubungan dengan tindakan selama 3x24 jam (1.01014)
perubahan membrane maka pertukaran gas Observasi :
alveolus kapiler. meningkat dengan kriteria - Monitor
(D.0003) hasil : frekuensi,irama,kedalam
1. Dispnea meningkat (1) an dan upaya napas
menjadi menurun (5) - Monitor pola napas
2. Bunyi napas tambahan - Monitor kemampuan
(1) menjadi menurun batuk efektif
(5) - Monitor adanya
3. PCO2 memburuk (1) produksi sputum
menjadi membaik (5) - Palpasi kesimetrisan
4. PO2 memburuk (1) ekspansi paru
menjadi membaik (5) - Auskultasi bunyi napas
5. Pola napas memburuk - Monitor saturasi oksigen
(1) menjadi membaik Terapeutik :
(5) - Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energi
berhubungan dengan tindakan selama 3x24 jam (1.05178)
ketidakseimbangan maka toleransi aktivitas Observasi :
antara suplai dan meningkat dengan kriteria - Identifikasi gangguan
kebutuhan oksigen. hasil : fungsi tubuh yang
(D.0056) 1. Frekuensi nadi mengakibatkan
menurun (1) menjadi kelelahan
meningkat (5) - Monitor kelelahan fisik
2. Saturasi oksigen dan emosional
menurun (1) menjadi - Monitor pola dan jam
meningkat (5) tidur monitor lokasi dan
3. Keluhan lelah ketidaknyamanan
meningkat (1) menjadi selama melakukan
menurun (5) aktivitas
4. Dipsnea saat aktivitas Terapeutik :
meningkat (1) menjadi - Sediakan lingkungan
menurun (5) yang nyaman
5. Perasaan lemah - Lakukan aktivitas
meningkat (1) menjadi rentang gerak pasif atau
menurun (5) aktif
6. Tekanan darah - Berikan aktifitas ditraksi
meburuk (1) menjadi yang menenangkan
membaik (5) - Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpndah atau
berjalan
- Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4 Nyeri akut ditandai Setelah dilakukan Manajemen nyeri
dengan pola napas tindakan selama 3x24 jam (1.08238)
berubah.(D.0077) maka tingkat nyeri Observasi :
menurun dengan kriteria - Identifikasi lokasi,
hasil : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
meningkat (1) menjadi intensitas nyeri
menurun (5) - Identifikasi skala nyeri
2. Meringis meningkat (1) - Identifikasi respon nyeri
menjadi menurun (5) non verbal
3. Gelisah meningkat (1) - Identifikasi faktor yang
menjadi menurun (5) memperberat dan
4. Frekuensi memburuk memperingan nyeri
(1) menjadi membaik Terapeutik :
(5) - Berikan teknik
5. Pola napas memburuk nonfarmakologis untuk
(1) menjadi membaik mengurangi rasa nyeri
(5) - Kontrol lingkungan
yang memperberat nyeri
- Fasiliasi istirahat dan
tidur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategis
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secra pribadi
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai