Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A DENGAN
GANGGUAN PERNAFASAN : EFUSI PLEURA SINISTRA ec TB DD NON TB DIRUANG
MAWAR ATAS RSPG CISARUA BOGOR

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktik kmb II

Pembimbing:

Susmadi, M. Kep

Ns. Ganjar Permana, S.Kep

Disusun oleh :

Rismayani Lubis
NIM. P17320319084

Tingkat : 3B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

BANDUNG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

 Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus. (Baughman C Diane, 2000)

 Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak
tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

 Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan oleh
banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.

B. Etiologi
Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :

1. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh).
Penyakit yang menyertai transudat :
 Gagal jantung kiri.

 Sindrom nefrotik.

 Obstruksi vena kava superior

 Asites pada serosis hati

 Sindrom meig’s (asites dengan tumor ovarium).

2. Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam jaringan ).


Cairan ini dapat terjadi karena adanya :
 Infeksi

 Neoplasma/tumor

 Infark paru

C. Tanda dan Gejala

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah


cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak keringat,
batuk.
3. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul
ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan
semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa
penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

- Batuk

- Pernafasan yang cepat

- Demam

- Cegukan
D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga
pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura
parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena
adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini
diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%)
mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter per
hari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena
(gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang
menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi cairan ini juga
mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudate kadar proteinnya rendah
sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. (Guytondan Hall , 1997)
E. Patologi + Pathway Adanya kebocoran antar alveoli dengan rongga pleura

Udara pindah dari alveoli ke rongga pleura


Paru kolaps (menguncup)
Pneumotoraks (udara terdapat didalam rongga pleura)

Infeksi masuk ke menghambat drainase tekanan osmotik


rongga pleura limfatik plasma

peradangan permukaan tekanan kapiler paru transudasi cairan


pleua meningkat intravaskuler

permeabilitas vaskuler tekanan hidrostatik edema

transudasi cavum pleura

Efusi pleura

Penumpukan cairan dalam rongga pleura

Ekspansi paru menurun peningkatan O2 & CO2

Frekuensi paru menurunnya suplai O2

Pola nafas tidak efektif Sesak nafas Ggn. Pertukaran gas

Nyeri dada Nafsu makan menurun

Ggn. Pemenuhan kebutuhan nutrisi


F. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan di dapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan
permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
 Ultrasonografi

 Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, sitologi, berat


jenis. fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-
8 terdapat cairan yang mungkin serosa (serotorak),berdarah (hemotoraks), pus
(piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat
(hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
 Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi
(glukosa,amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk
sel-sel malignan, dan pH.
 Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

G. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa teliti dan pemeriksaan fisik yang baik,
foto thorak PA dan lateral dapat membantu diagnosa, sedangkan diagnosis pasti
ditegakkan melalui punksi, biopsi, dan analisis cairan pleura.
1. Pada pemerikasaan fisik thoraks ditemukan:

Inspeksi:

Ø Dinding dada simetris / asimetris


Ø Sela iga melebar
Ø Cembung

Ø Gerakan menurun kesisi yang sehat


Palpasi
Ø Gerakan fremitus suara menurun.
Perkusi:
Ø Redup, garis Ellis Domoiseau (+)
Auskultasi:

Ø Pada bagian yang sakit, suara napas menurun

Pada foto thoraks:

Rontgen dada. Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Gambaran Efusi
pleura akan tampak sbb:
o Cairan pleura tampak berupa perselubungan hemogen menutupi struktur paru
yang biasanya relatif radioopak dengan permukaan atas cekung.
o Perselubungan berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah.

o Kadang-kadang tampak mediastinum terdorong ke arah kontralateral.

CT scan dada

CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
Torakosintesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan
cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada
dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi dan analisis cairan pleura

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi,
dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20%
penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura
tetap tidak dapat ditentukan.
Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang


terkumpul.
H. Diagnosis Banding

 Efusi pleura e.c TB paru.

 Emfisema paru.

 Emboli pulmonal.

 Gagal jantung.

I. Prognosis
Prognosis sangat bervariasi dan tergantung pada faktor penyebab dan ciri efusi pleura.
Pasien yang mencari pertolongan medis lebih dini karena penyakitnya dan dengan
diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan yang tepat pula memiliki angka komplikasi
yang lebih rendah.

J. Penatalaksanaan
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan
suara pernafasan.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:

1. Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk


mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

2. CT scan dada

CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa


menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor

3. USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

4. Torakosentesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis
(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke
dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

5. Biopsi

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan


biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

6. Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang


terkumpul.

K. Komplikasi
a. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini
disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran
pleura tersebut.
b. Atalektasis

Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis

Paru fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi
pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
baru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
L. Proses Keperawatan

a. Pengkajian
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
 Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.

 Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri
pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada
saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
 Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
 Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit


sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain
sebagainya.
 Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya


serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.
 Pemeriksaan Radiologi

Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak
bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan
kostofrenikus. Pada efusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300
cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk
memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral
dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit
(Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
 Pemeriksaan Laboratorium

Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :

a) Pemeriksaan Biokimia

Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat Eksudat

Kadar protein dalam <3 >3

effusi 9/dl
Kadar protein dalam < 0,5 > 0,5

effuse
Kadar protein dalam - > 200

serum
Kadar LDH dalam effusi < 200 > 200

(1-U)
Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016
Rivalta Negatif Positif
Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan
pleura :
- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi,
arthritis reumatoid dan neoplasma
- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis
adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).
b) Analisa cairan pleura

- Transudat : jernih, kekuningan

- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan

- Hilothorax : putih seperti susu

- Empiema : kental dan keruh

- Empiema anaerob : berbau busuk

- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah

c) Perhitungan sel dan sitologi


Leukosit 25.000 (mm3) : empiema
Banyak Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru
Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.
Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur
Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan
tampak kemorogis, sering dijumpai pada
pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000
(mm3 menunjukkan infark paru, trauma dada dan
keganasan.
Misotel banyak :Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa
disingkirkan.
Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat
ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi
karena akumulasi cairan pleura lewat mekanisme
obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood,
1995 : 147,148)
d) Bakteriologis

Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis,
E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan
terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 %
(Soeparman, 1998: 788).

b. Analisa Data
Data senjang Penyebab Masalah keperawatan

Data Subjektif : Adanya kebocoran Pola nafas tidak efektif


antar alveoli dengan
- klien mengatakan
rongga pleura
sesak
- klien mengatakan
lemas Udara pindah dari
alveoli ke rongga pleura
Data Objektif :

- pasien terlihat lemas


Paru kolaps
- pasien terpasang nasal
(menguncup)
kanul
- terdapat rochi
- respirasi 33 X / menit Pneumotoraks (udara
terdapat didalam
rongga pleura)

menghambat drainase
limfatik

tekanan kapiler paru


meningkat

tekanan hidrostatik
efusi pleura

Penumpukan cairan dalam


rongga pleura

Ekspensi paru menurun

Frekuensi paru menurun

Pola nafas tidak efektif


Data Subjektif : Adanya kebocoran Nyeri akut
antar alveoli dengan
- klien mengatakan
rongga pleura
nyeri didaerah yang
terpasang wsd dan
dada namun hilang Udara pindah dari
timbul alveoli ke rongga pleura
- klien mengatakan
lemas Paru kolaps
- klien mengatakan (menguncup)
skala nyeri 4

Data Objektif :
Pneumotoraks (udara
- klien tampak meringis terdapat didalam
- klien tampak gelisah rongga pleura)

menghambat drainase
limfatik
tekanan kapiler paru
meningkat

tekanan hidrostatik

efusi pleura

Penumpukan cairan dalam


rongga pleura

Ekspensi paru menurun

Frekuensi paru menurun

Sesak nafas

Nyeri dada
DS : Adanya luka post op, drain Resiko infeksi
WSD kateter
DO :

- Keadaan luka post op


kering
- Bekas drain disebelah
kiri
- Terlihat kemerahan Masuknya mikroorganisme
disekitar wsd
Media yang baik untuk
berkembangnya
mikroorganisme

Resiko infeksi
c. Diagnosa Keperawatan
1. D.0005 Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru d.d sesak nafas
2. D.0077 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d klien mengatakan
mengeluh nyeri di daerah yang terpasang wsd dengan skala nyeri 4
3. D.0142 Risiko infeksi b.d terpasangnya drain wsd d.d kemerahan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Rencana tindakan Rasional


Keperawatan
1 D.0005 Pola Pola nafas (L.01004) Manajemen Jalan Nafas
nafas tidak (I.01011)
Setelah dilakukan Observasi :
efektif b.d
tindakan keperawatan Observasi
penurunan - mengetahui pola nafas
selama 2x24 jam
ekspansi paru - Monitor pola napas (frekuensi, klien
diharapkan pola nafas
d.d sesak nafas kedalaman, usaha napas)
teratur dengan kriteria - mengetahui bunyi nafas

hasil : - Monitor bunyi napas tambahan tambahan klien


(mis. Gurgling, mengi, wheezing,
- Frekuensi nafas Terapeutik
ronkhi kering)
membaik - Agar pola nafas lebih
Terapeutik
- Kedalaman napas teratur

membaik -Posisikan semi –fowler atau


- Agar jalan nafas bersih
fowler
tidak ada secret
- Lakukan fisioterapi dada, jika
- Agar volume nafas stabil
perlu
Kolaborasi
- Berikan oksigen, jika perlu
- Untuk meredakan
gejala akibat
Kolaborasi
penyempitan
- Kolaborasi pemberian saluran pernafasn
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

D.0077 Nyeri Tingkat nyeri ( L.08066) Manajemen iNyeri (iI. i08238 )


akut b.d agen
Setelah idilakukan Observasi i: Observasi i:
pencedera
itindakan ikeperawatan
fisiologis d.d - Identifikasi ilokasi, - Mengetahui isecara
iselama i2x24 ijam
klien ikarakteristik, idurasi ispesifik inyeri iyang
idiharapkan nyeri
mengatakan ifrekuensi, ikualitas idan idialami ipasien
berkurang dengan kriteria
mengeluh nyeri iintensitas inyeri - Memantau iskala
hasil :
di daerah yang - Identifikasi iskala inyeri inyeri ipada ipasien

terpasang wsd - keluhan klien - Mengetahui iefek

dengan skala menurun isamping idari


- Monitor iefek isamping
nyeri 4 - klien tampak ipemberian iobat
ipemberian ianalgetik
tenang tidak ianalgetik
gelisah dan Terapeutik i:
meringis Terapeutik i:
- Agar inyeri
- Berikan iteknik inon iberkurang isecara
ifarmakologis iuntuk inon ifarmakologi
imengurangi irasa inyeri - Agar ikualitas
- Fasilitasi iistirahat idan itidur ipasien ikembali
itidur iberkualitas
Edukasi i:

Edukasi i: - Menambah
iwawasan ipasien
- Jelaskan ipenyebab,
imengenai inyeri
iperiode idan ipemicu inyeri
- Menambah
- Jelaskan istrategi
iwawasan imengenai
imeredakan inyeri
istrategi inyeri
- Anjurkan imemonitor
- Agar iklien ibias
inyeri isecara imandiri
imengetahui
itimbulnya inyeri
- Ajarkan iteknik inon - Agar inyeri
ifarmakologis iuntuk iberkurang
imengurangi irasa inyeri
Kolaborasi i:

Kolaborasi ipemberian ianalgetik

Kolaborasi i:

Agar inyeri iberkurang


D.0142 Risiko Tingkat infeksi ( L. Pencegan Infeksi ( I. 14539 )
infeksi b.d 14137 ) Observasi Observasi
terpasangnya - Untuk
Setelah dilakukan - Observasi luka operasi
drain wsd d.d mengidentifikasi
perawatan luka 2x24 jam ketika mengganti balutan
kemerahan adanya tanda-tanda
diharapkan tanda-tanda dan tanda-tanda infeksi
infeksi secara dini
infeksi tidak muncul - Observasi TTV setiap 2
- Untuk mengetahui
dengan Kriteria Hasil : jam
keadaan klien dan
Terapeutik
- kemerahan untuk menghindari
- Lakukan perawatan luka
berkurang komplikasi secara
post operasi WSD setiap
- rasa nyeri dini
hari
berkurang Terapeutik
- cuci tangan sebelum dan
- luka post op - Kebersihan luka
sesudah kontak dengan
kering yang optimal
lingkungan pasien
meminimalkan
Edukasi
berkembangnya
- ajarkan tanda gejala
mikroorganisme
infeksi
patogen pada luka
- ajarkan cara mencuci
- untuk menghindari
tangan dengan benar
kuman ataupun
kolaborasi
virus agar tidak
- Lanjutkan therapy
terjadi infeksi dan
Antibiotik sesuai intruksi
penularan
dokter metronidazole
Edukasi
- Agar klien dan
keluarga
mengetahui tanda
dan gejala dari
infeksi disekitar
luka wsd
- Agar klien dan
keluarga
menegtahui cara
dini untuk
menecegah infeksi
pada luka
Kolaborasi
- Antibiotik dapat
membunuh
mikroorganisme
spesifik penyebab
infeksi
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Identitas :
1. Klien
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 64 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status Perkawinan : kawin
e. Pendidikan : SD
f. Agama : Islam
g. Pekerjaan : Bertani
h. Alamat : Kp. Areska rt 02/01 gunung malang tenjolaya
i. No. RM : 2018282289
j. Diagnosa Medik : Efusi Pleura sinistra
k. Tanggal masuk : 12 oktober 2021
l. Tanggal Pengkajian : 12 oktober 2021
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. D
b. Umur : 33 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pendidikan : Sma
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Guru
m. Alamat : Kp. Areska rt 02/01 gunung malang tenjolaya
n. Hubungan keluarga : Anak
B. Keluhan Utama :
Klien mengatakan sesak

C. Riwayat Kesehatan Sekarang :


klien idatang ike irumah isakit ipada itanggal 10 oktober i2021 ibersama anaknya ke
IGD lalu dipindahkan ke ruang mawar atas pada tanggal 12 oktober 2021. iPada saat
idilakukan ipengkajian, ipasien imengatakan sesak sudah 5 hari berlangsung disertai
dengan inyeri ibahu sampai dada bagian kiri dengan skala nyeri 4.

D. Riwayat Kesehatan yang lalu :


klien mengatakan mengatakan tidak memliki riwayat penyakit dan tidak pernah
dirawat di rumah sakit.

E. Riwayat kesehatan keluarga dan genogram :


Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit genetik atau alergi.
Genogram

Keterangan :
: laki-laki : pasien : Perempuan meninggal

: Perempuan : Laki-laki meninggal


Pola Kebiasan sehari-hari (di rumah dan di RS)
POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit/Sebelum di
Saat Di Rumah Sakit
RS
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan:….x/hari a. 2x/hari a) 3x/hari
b. Nafsu makan: baik/tidak b. Baik b) tidak baik
Alasan : mual/ muntah/ alasan : tidak
sariawan/ …lain-lain nafsu makan
c. Porsi makanan yang c. 1 Piring c) 2-4 sendok
dihabiskan makan
d. Makanan yang tidak disukai d. Tidak iada d) Tidak iada
e. Makanan yang membuat
alergi e. Tidak iada e) Tidak iada
f. Makanan pantangan
g. Makanan diet f. Tidak iada f) Tidak iada
h. Penggunaan obat-obatan
sebelum makan g. Tidak iada g) Tidak iada
i. Penggunaan alat bantu
(NGT, dll) h. Tidak iada h) Tidak iada

2. Pola Eliminasi
a. BAK: a. BAK
a. BAK :
1) Frekuensi : ……x/hari 1. 6-7x/hari
1) 6-7x/hari
2) Warna :…………….. 2. Kuning
2) Kuning
3) Keluhan :…………….. 3. tidak ada
3) Tidak ada
4) Penggunaan alat bantu 4. Tidak
4) Tidak i
(kateter,dll) i
b. BAB: b. BAB
b. BAB
1) Frekuensi :…..x/hari 1) belum bab
1. 1x/hari
2) Waktu :
……………. 2. Pagi ihari selama di rs
3) Warna : 3. Kuning
……………. 4. Tidak iada
4) Keluhan : 5. Lembek, berbentuk
……………. idengan ibau ikhas
5) Konsistensi :……………. 6. Tidak
6) Penggunaan Laksatif
(ya/tidak, jika ya tuliskan
nama obatnya)
3. Pola Personal Hygiene
a. Mandi a. Mandi
1) Frekuensi :………… 1) 2x/hari 1) belum mandi
x/hari 2) Pagi idan isore selama di rumah
2) Waktu sakit
:Pagi/Sore/Malam
b. Oral Hygiene
Belum melakukan oral
1) Frekuensi:………… b. Oral Hygiene
hygiene selama
x/hari 1) 2x/hari
dirumah sakit
2) Waktu : Pagi/ Siang/ 2) Pagi idan
Setelah makan/ Sebelum imalam
tidur
Belum cuci rambut
c. Cuci Rambut c. Cuci rambut
selama di RS
Frekuensi :
3x/minggu
……………………
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama Tidur siang :
….jam/ hari a) 30 imenit/hari a. Tidak tentu
b. Lama Tidur malam: b) 8jam/hari b. 6jam/hari
….jam/ hari c) Tidak ada c. Tidak iada
c. Kebiasaan sebelum tidur:
…………..
5. Pola Aktiivitas dan Latihan
a. Waktu bekerja :Pagi/ Siang/ a) pagi-siang
Malam
b. Olah raga: Ya/Tidak b) tidak ada Tidak ada
c. Jenis Olah Raga: c) tidak ada
…………… d) Tidak ada
d. Frekuensi olah raga:
Tidak iada
……….. x/mgg
e. Keluhan dalam beraktivitas
(pergerakan tubuh/mandi/
mengenakan pakaian/sesak
setelah beraktifitas dll)
6. Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : Ya/Tidak
1) Frekuensi :………………
2) Jumlah :
……………… Klien mengatakan pernah Tidak ada
3) Lama pemakaian merokok namun telah
b. Minuman keras/NAPZA: berhenti pada tahun 2012
Ya/Tidak
1) Frekuensi :……………..
2) Jumlah :……………..
3) Lama Pemakaian

F. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Berat badan : 61 kg
2. Tinggi badan : 155 cm
3. Tekanan Darah : 132/93 mmHg
4. Nadi : 122x/menit
5. Frekuensi Nafas : 24x/menit
6. Suhu Tubuh : 36,3˚C
7. Saturasi Oksigen : 91 %
8. Keadaan Umum :[ ] Ringan [ V ] Sedang [ ] Berat
Tingkat Kesadaran:
a. Kualitas : iComposmentis

b. Kuantitas:
Respon motorik :4

Respon verbal :5

Respon membuka mata :4

_____________

Jumlah : 12

9. Skala iNyeri
P i= inyeri ikarena ipost op wsd

Q i= inyeri iseperti iditusuk-tusuk jarum

R i= ipada ibagian iluka wsd

S i= i4

T i= inyeri hilang timbul

G. Pemeriksaan Sistematis (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)


1. Kepala:
a. Mata :
Inspeksi : iPupil iisokor ikiri idan ikanan, ikonjungtiva ianemis, I
sklera itidak iada iikterus, ipenglihatan ibaik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

b. Hidung:
Inspeksi i : itidak iada ikelainan istruktur, ibentuk isimetris, itidak iterjadi
i perdarahan idan iperadangan, terlihat sesak nafas dan adanya
pergerakan cuping hidung

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

c. Telinga :
Inspeksi : itidak iada ikelainan istruktur, ibentuk isimetris, ifungsi i
pendengaran ibaik, itidak iemmakai ialat ibantu
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Mulut :
Inspeksi : irongga imulut iterlihat kotor, itidak iada iterdapat
iperdarahan idan peradangan, ifungsi ipengecapan
ibaik, imukosa ibibir ikering, iwaran igigi ikuning idan
iwarna ilidah imerah imuda

e. Leher :
Inspeksi : itidak iada ipembesaran ikelenjar ityroid, itidak iada
ipeningkatan itekanan ivena ijugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Thorak dan fungsi pernapasan:
Inspeksi : ibentuk inormal, isimetris, iadanya peningkatan frekuensi

kerja nafas

Palpasi : iterdapat nyeri tekan didaerah terpasang wsd

Perkusi : ibunyi suara pekak diatas area yang terpenuhi oleh cairan

Auskultasi : ibunyi nafas menghilang atau tidak terdengardibagian yang


tidak terkena penumpukan cairan

3. Pemeriksaan jantung:
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis pada ics 5 mid clavicula sinistra
Palpasi : iterba ictus cordis pada ics 5 mid clavicula sinistra
Perkusi : terdengar bunyi dullness

Auskultasi : irama jantung gallop

4. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : itidak adanya pembesaran dan terdapat luka wsd dibagian

abdomen kiri

Palpasi : itidak ada nyeri tekan

Perkusi : bunyi Tympani

Auskultasi : Bising usu terdengar normal

5. Kulit dan ekstremitas:


Turgor kulit baik

Ekstremitas iatas

Inspeksi : ifungsi itangan ikanan ibaik, tangan sebelah kiriterpasang

IVFD

Ekstremitas ibawah

Inspeksi : ifungsi ikaki ikanan I dan kiri baik

6. Genitalia :
Inspeksi : itidak iterpasang ikateter

H. Data Psikologi :
Pada isaat idilakukan ipengkajian ikeadaan iemosi ipasien istabil, ipasien isangat
ikooperatif
I. Data Sosial:

klien dan keluarga klien mengatakan bahwa klien merupakan tokoh masyarakat
senang berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan keluarganya. iPada isaat idi
irumah isakit ipun ipasien isangat iramah ipada ipetugas inakes idan itetangga isatu
iruangannya.

J. Data Spiritual :
Pasien imengatakan iselalu imelakukan iibadah isolat idengan irajin dan merupakan
tokoh agama di tempat tinggalnya , isedangkan ipada isaat idi irumah isakit ipasien
ihanya berdzikir
K. Data Penunjang : ( hasil pemeriksaan laboratorium dll)

No Pemeriksaan Hasil N.REF/Terapi Satuan


1 HEMATOLOGY
Hemoglobin 13,3 13-16 g/dl
Leukosit 25940 5000-10000 /ul
1.
H

2 Hitung jenis

Basofil 0 0-1 %

Eosinfil 0 1-3 %

Batang 1 2-6 %

Segmen 98 50-70 %

Limfosit 3 20-40 %
Monosit 7 2-8 %

Hematokrit 37,9 40-48 Vol. %

Eritrosit 4,42 4,5-5,5 Juta/ul

Trombosit 507 150-400 X 1000/ul

RENAL ROSTATE
Ureum 20-48 Mg / dl
38
Creatinin 0,5 – 1,5 Mg / dl
0,8
GLUCOSE
GD Sewaktu <= 200
137
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pada Tanggal 10 Oktober 2021

L. Program therapi dan penatalaksanaan :

1. injkesi ranitidin 50 mg
2. injeksi methylprednisolen
3. levofloxacin 1 x 250 mg
4. dexametason 1x 5 mg iv
5. ranitidin 2 x 1 iv
6. TS 2x 1 per oral
7. N-acetylcysteine 2 x 1 per oral
8. asam mefenemat 3 x 500 mg per oral
II. ANALISA DATA

Data senjang Penyebab Masalah keperawatan

Data Subjektif : Adanya kebocoran Pola nafas tidak efektif


antar alveoli dengan
- klien mengatakan
rongga pleura
sesak
- klien mengatakan
lemas Udara pindah dari
alveoli ke rongga pleura
Data Objektif :

- pasien terlihat lemas


Paru kolaps
- pasien terpasang nasal
(menguncup)
kanul
- terdapat rochi
- respirasi 33 X / menit Pneumotoraks (udara
terdapat didalam
rongga pleura)

menghambat drainase
limfatik

tekanan kapiler paru


meningkat

tekanan hidrostatik
efusi pleura

Penumpukan cairan dalam


rongga pleura

Ekspensi paru menurun

Frekuensi paru menurun

Sesak
Data Subjektif : Adanya kebocoran Nyeri akut
antar alveoli dengan
- klien mengatakan
rongga pleura
nyeri didaerah yang
terpasang wsd dan
dada namun hilang Udara pindah dari
timbul alveoli ke rongga pleura
- klien mengatakan
lemas Paru kolaps
- klien mengatakan (menguncup)
skala nyeri 4

Data Objektif :
Pneumotoraks (udara
- klien tampak meringis terdapat didalam
- klien tampak gelisah rongga pleura)
menghambat drainase
limfatik

tekanan kapiler paru


meningkat

tekanan hidrostatik

efusi pleura

Penumpukan cairan dalam


rongga pleura

Ekspensi paru menurun

Frekuensi paru menurun

Sesak nafas

Nyeri dada
DS : Adanya luka post op, drain Resiko infeksi
WSD kateter
DO :
- Keadaan luka post op
kering
- Bekas drain disebelah
kiri
- Terlihat kemerahan Masuknya mikroorganisme
disekitar wsd

Media yang baik untuk


berkembangnya
mikroorganisme

Resiko infeksi

II. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :


1. D.0005 Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru d.d sesak nafas
2. D.0077 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d klien mengatakan mengeluh
nyeri di daerah yang terpasang wsd dengan skala nyeri 4
3. D.0142 Risiko infeksi b.d terpasangnya drain wsd d.d kemerahan
RENCANA PERAWATAN

Ruangan : Mawar Bawah


Dx medis : Efusi Pleura
Nama Klien : Tn. A

No Tgl Diagnosa Tujuan Rencana tindakan Rasional


Keperawatan
1 12 D.0005 Pola nafas Pola nafas (L.01004) Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
oktobe tidak efektif b.d
Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi :
r 2021 penurunan
keperawatan selama 2x24 jam
ekspansi paru d.d - Monitor pola napas (frekuensi, - mengetahui pola nafas klien
diharapkan pola nafas teratur
sesak nafas kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil : - mengetahui bunyi nafas
- Monitor bunyi napas tambahan tambahan klien
- Frekuensi nafas membaik
(mis. Gurgling, mengi, wheezing,
Terapeutik
- Kedalaman napas membaik ronkhi kering)
- Agar pola nafas lebih teratur
Terapeutik
- Agar jalan nafas bersih tidak
-Posisikan semi –fowler atau fowler
ada secret
- Lakukan fisioterapi dada, jika
- Agar volume nafas stabil
perlu
Kolaborasi
- Berikan oksigen, jika perlu - Untuk meredakan
gejala akibat
penyempitan saluran
Kolaborasi pernafasn

- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2 12 D.0077 Nyeri akut Tingkat nyeri ( L.08066) Manajemen iNyeri (iI. i08238 )
oktobe b.d agen pencedera
Setelah idilakukan itindakan Observasi i: Observasi i:
r 2021 fisiologis d.d klien
ikeperawatan iselama i2x24
mengatakan - Identifikasi ilokasi, - Mengetahui isecara
ijam idiharapkan nyeri
mengeluh nyeri di ikarakteristik, idurasi ifrekuensi, ispesifik inyeri iyang
berkurang dengan kriteria hasil
daerah yang ikualitas idan iintensitas inyeri idialami ipasien
:
terpasang wsd - Identifikasi iskala inyeri - Memantau iskala

dengan skala nyeri - keluhan klien menurun inyeri ipada ipasien

4 - klien tampak tenang - Mengetahui iefek


- Monitor iefek isamping
tidak gelisah dan isamping idari
ipemberian ianalgetik
meringis ipemberian iobat
ianalgetik
Terapeutik i: Terapeutik i:

- Berikan iteknik inon - Agar inyeri iberkurang


ifarmakologis iuntuk isecara inon ifarmakologi
imengurangi irasa inyeri - Agar ikualitas itidur
- Fasilitasi iistirahat idan itidur ipasien ikembali
iberkualitas
Edukasi i:
Edukasi i:
- Menambah iwawasan
- Jelaskan ipenyebab, iperiode
ipasien imengenai inyeri
idan ipemicu inyeri
- Menambah iwawasan
- Jelaskan istrategi imeredakan
imengenai istrategi inyeri
inyeri
- Agar iklien ibias
- Anjurkan imemonitor inyeri
imengetahui itimbulnya
isecara imandiri
inyeri
- Agar inyeri iberkurang
- Ajarkan iteknik inon
ifarmakologis iuntuk
imengurangi irasa inyeri
Kolaborasi i:

Kolaborasi ipemberian ianalgetik Kolaborasi i:

Agar inyeri iberkurang


3 12 D.0142 Risiko Tingkat infeksi ( L. 14137 ) Pencegan Infeksi ( I. 14539 )
oktobe infeksi b.d Observasi
r 2021 terpasangnya drain Setelah dilakukan perawatan Observasi - Untuk
wsd d.d luka 2x24 jam diharapkan mengidentifikasi
- Observasi luka operasi ketika
kemerahan tanda-tanda infeksi tidak adanya tanda-tanda
mengganti balutan dan
muncul dengan Kriteria Hasil : infeksi secara dini
tanda-tanda infeksi
- Untuk mengetahui
- kemerahan berkurang - Observasi TTV setiap 2 jam
keadaan klien dan
- rasa nyeri berkurang Terapeutik
untuk menghindari
- luka post op kering - Lakukan perawatan luka post
komplikasi secara dini
operasi WSD setiap hari
Terapeutik
- cuci tangan sebelum dan
- Kebersihan luka yang
sesudah kontak dengan
optimal
lingkungan pasien
meminimalkan
Edukasi
berkembangnya
- ajarkan tanda gejala infeksi
mikroorganisme
- ajarkan cara mencuci tangan
patogen pada luka
dengan benar
- untuk menghindari
kolaborasi
kuman ataupun virus
- Lanjutkan therapy Antibiotik
agar tidak terjadi
sesuai intruksi dokter
infeksi dan penularan
metronidazole
Edukasi
- Agar klien dan
keluarga mengetahui
tanda dan gejala dari
infeksi disekitar luka
wsd
- Agar klien dan
keluarga menegtahui
cara dini untuk
menecegah infeksi
pada luka
Kolaborasi
- Antibiotik dapat
membunuh
mikroorganisme
spesifik penyebab
infeksi
IMPLEMENTASI
Nama Klien :Tn. A
Ruang Rawat : Mawar Bawah
Diagnosa Medis : Efusi pleura
Tangga No Dx Paraf & nama
l keperawata IMPLEMENTASI
n
12 1 - Memoonitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
oktober usaha napas)
2021
-Memonitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
Lubis
mengi, wheezing, ronkhi kering)

- Memposisikan semi –fowler atau fowler


12 2
oktober - Mengidentifikasi ilokasi, ikarakteristik, idurasi
2021 ifrekuensi, ikualitas idan iintensitas inyeri
- Mengidentifikasi iskala inyeri Lubis

- Memberikan iteknik inon ifarmakologis iuntuk


imengurangi irasa inyeri
- Memfasilitasi iistirahat idan itidur
- Menjelaskan ipenyebab, iperiode idan ipemicu
inyeri
- mengajarkan iteknik inon ifarmakologis iuntuk
imengurangi irasa inyeri
- Melakukan ikolaborasi ipemberian ianalgetik
12 3 - mengobservasi luka operasi ketika mengganti
oktober balutan dan tanda-tanda infeksi
2021 - melakukan perawatan luka post operasi WSD
setiap hari Lubis
- mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan lingkungan pasien
EVALUASI

Nama Klien : Tn. A


Ruang Rawat : Mawar Bawah
Diagnosa Medis : Efusi pleura
Tgl No Dx Paraf &
SOAP
keperawatan nama
12 1 Subyektif:
oktobe
- klien mengatakan masih merasakan sesak
r 2021
Objektif: Lubis

- klien tampak lemas


- klien terpasang oksigen nasal kanul

Analisa :

- masalah belum teratasi

Planning : intervensi dilanjutkan


12 2 Subyektif:
oktobe
- klien mengatakan rasa nyeri berkurang
r 2021
Objektif: Lubis

- klien tampak lebih tenang dan kooperatif

P i= inyeri ikarena ipost op wsd

Q i= inyeri iseperti iditusuk-tusuk jarum

R i= ipada ibagian iluka wsd

S i= i3

T i= inyeri hilang timbul


Analisa :

- masalah teratasi sebagian

Planning : intervensi dilanjutkan


12 3 Subyektif:
oktobe
- klien mengatakan rasa nyeri terkadang
r 2021
timbul
Lubis
Objektif:

- klien tampak lebih segar

- Keadaan luka post op kering


- Terlihat kemerahan disekitar wsd
Analisa :

- masalah teratasi sebagian

Planning : intervensi dilanjutkan

Intervensi lanjutkan :

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. A


Ruang Rawat : Mawar Bawah
Diagnosa Medis : Efusi pleura
Tgl No Dx Paraf &
SOAPI
keperawatan nama
12 1 Subyektif:
oktobe
- klien mengatakan masih merasakan sesak
r 2021
Objektif: Lubis

- klien tampak lemas


- klien terpasang oksigen nasal kanul

Analisa :

- masalah belum teratasi

Planning : intervensi dilanjutkan

I:

- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha


napas)

-Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,


mengi, wheezing, ronkhi kering)

- Posisikan semi –fowler atau fowler


12 2 Subyektif:
oktobe
- klien mengatakan rasa nyeri berkurang
r 2021
Objektif: Lubis

- klien tampak lebih tenang dan kooperatif

P i= inyeri ikarena ipost op wsd

Q i= inyeri iseperti iditusuk-tusuk jarum


R i= ipada ibagian iluka wsd

S i= i3

T i= inyeri hilang timbul

Analisa :

- masalah teratasi sebagian

Planning : intervensi dilanjutkan

Intervensi lanjutan :

- Ajarkan iteknik inon ifarmakologis iuntuk


imengurangi irasa inyeri
- Fasilitasi iistirahat idan itidur
- Lakukan ikolaborasi ipemberian
ianalgetik

12 3 Subyektif:-
oktobe
Objektif:
r 2021
- klien tampak lebih segar Lubis

- Keadaan luka post op kering


- Terlihat kemerahan disekitar wsd
Analisa :

- masalah teratasi sebagian

Planning : intervensi dilanjutkan

Intervensi lanjutkan :
- mengobservasi luka operasi ketika
mengganti balutan dan tanda-tanda infeksi
- melakukan perawatan luka post operasi
WSD setiap hari
- mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan lingkungan pasien
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. A


Ruang Rawat : Mawar Bawah
Diagnosa Medis : Efusi pleura
Tgl No Dx Paraf &
SOAPI
keperawatan nama
13 1 Subyektif:
oktobe
- klien mengatakan rasa sesak sedikit
r 2021
berkurang
Lubis
Objektif:

- klien tampak lemas


- klien terpasang oksigen nasal kanul

Analisa :

- masalah belum teratasi

Planning : intervensi dilanjutkan

I:

- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha


napas)

-Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,


mengi, wheezing, ronkhi kering)

- Posisikan semi –fowler atau fowler


13 2 Subyektif:
oktobe
- klien mengatakan rasa nyeri berkurang
r 2021
Objektif: Lubis

- klien tampak lebih tenang dan kooperatif


P i= inyeri ikarena ipost op wsd

Q i= inyeri iseperti iditusuk-tusuk jarum

R i= ipada ibagian iluka wsd

S i= i3

T i= inyeri hilang timbul

Analisa :

- masalah teratasi sebagian

Planning : intervensi dilanjutkan

Intervensi lanjutan :

- Ajarkan iteknik inon ifarmakologis iuntuk


imengurangi irasa inyeri
- Fasilitasi iistirahat idan itidur
- Lakukan ikolaborasi ipemberian
ianalgetik

13 3 Subyektif:-
oktobe
Objektif:
r 2021
- klien tampak lebih segar Lubis

- Keadaan luka post op kering


- Terlihat kemerahan berkurang disekitar
wsd
Analisa :
- masalah teratasi sebagian

Planning : intervensi dilanjutkan

Intervensi lanjutkan :

- mengobservasi luka operasi ketika


mengganti balutan dan tanda-tanda infeksi
- melakukan perawatan luka post operasi
WSD setiap hari
- mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan lingkungan pasien

Anda mungkin juga menyukai