A DENGAN
GANGGUAN PERNAFASAN : EFUSI PLEURA SINISTRA ec TB DD NON TB DIRUANG
MAWAR ATAS RSPG CISARUA BOGOR
Pembimbing:
Susmadi, M. Kep
Disusun oleh :
Rismayani Lubis
NIM. P17320319084
Tingkat : 3B
BANDUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus. (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak
tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan oleh
banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.
B. Etiologi
Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
1. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh).
Penyakit yang menyertai transudat :
Gagal jantung kiri.
Sindrom nefrotik.
Neoplasma/tumor
Infark paru
- Batuk
- Demam
- Cegukan
D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga
pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura
parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena
adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini
diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%)
mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter per
hari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena
(gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang
menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi cairan ini juga
mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudate kadar proteinnya rendah
sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. (Guytondan Hall , 1997)
E. Patologi + Pathway Adanya kebocoran antar alveoli dengan rongga pleura
Efusi pleura
G. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa teliti dan pemeriksaan fisik yang baik,
foto thorak PA dan lateral dapat membantu diagnosa, sedangkan diagnosis pasti
ditegakkan melalui punksi, biopsi, dan analisis cairan pleura.
1. Pada pemerikasaan fisik thoraks ditemukan:
Inspeksi:
Rontgen dada. Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Gambaran Efusi
pleura akan tampak sbb:
o Cairan pleura tampak berupa perselubungan hemogen menutupi struktur paru
yang biasanya relatif radioopak dengan permukaan atas cekung.
o Perselubungan berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah.
CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
Torakosintesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan
cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada
dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi dan analisis cairan pleura
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi,
dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20%
penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura
tetap tidak dapat ditentukan.
Bronkoskopi
Emfisema paru.
Emboli pulmonal.
Gagal jantung.
I. Prognosis
Prognosis sangat bervariasi dan tergantung pada faktor penyebab dan ciri efusi pleura.
Pasien yang mencari pertolongan medis lebih dini karena penyakitnya dan dengan
diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan yang tepat pula memiliki angka komplikasi
yang lebih rendah.
J. Penatalaksanaan
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan
suara pernafasan.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
1. Rontgen dada
2. CT scan dada
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis
(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke
dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
5. Biopsi
6. Bronkoskopi
K. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini
disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran
pleura tersebut.
b. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis
Paru fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi
pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
baru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
L. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri
pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada
saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak
bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan
kostofrenikus. Pada efusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300
cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk
memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral
dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit
(Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat Eksudat
effusi 9/dl
Kadar protein dalam < 0,5 > 0,5
effuse
Kadar protein dalam - > 200
serum
Kadar LDH dalam effusi < 200 > 200
(1-U)
Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016
Rivalta Negatif Positif
Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan
pleura :
- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi,
arthritis reumatoid dan neoplasma
- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis
adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).
b) Analisa cairan pleura
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis,
E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan
terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 %
(Soeparman, 1998: 788).
b. Analisa Data
Data senjang Penyebab Masalah keperawatan
menghambat drainase
limfatik
tekanan hidrostatik
efusi pleura
Data Objektif :
Pneumotoraks (udara
- klien tampak meringis terdapat didalam
- klien tampak gelisah rongga pleura)
menghambat drainase
limfatik
tekanan kapiler paru
meningkat
tekanan hidrostatik
efusi pleura
Sesak nafas
Nyeri dada
DS : Adanya luka post op, drain Resiko infeksi
WSD kateter
DO :
Resiko infeksi
c. Diagnosa Keperawatan
1. D.0005 Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru d.d sesak nafas
2. D.0077 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d klien mengatakan
mengeluh nyeri di daerah yang terpasang wsd dengan skala nyeri 4
3. D.0142 Risiko infeksi b.d terpasangnya drain wsd d.d kemerahan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Edukasi i: - Menambah
iwawasan ipasien
- Jelaskan ipenyebab,
imengenai inyeri
iperiode idan ipemicu inyeri
- Menambah
- Jelaskan istrategi
iwawasan imengenai
imeredakan inyeri
istrategi inyeri
- Anjurkan imemonitor
- Agar iklien ibias
inyeri isecara imandiri
imengetahui
itimbulnya inyeri
- Ajarkan iteknik inon - Agar inyeri
ifarmakologis iuntuk iberkurang
imengurangi irasa inyeri
Kolaborasi i:
Kolaborasi i:
Keterangan :
: laki-laki : pasien : Perempuan meninggal
2. Pola Eliminasi
a. BAK: a. BAK
a. BAK :
1) Frekuensi : ……x/hari 1. 6-7x/hari
1) 6-7x/hari
2) Warna :…………….. 2. Kuning
2) Kuning
3) Keluhan :…………….. 3. tidak ada
3) Tidak ada
4) Penggunaan alat bantu 4. Tidak
4) Tidak i
(kateter,dll) i
b. BAB: b. BAB
b. BAB
1) Frekuensi :…..x/hari 1) belum bab
1. 1x/hari
2) Waktu :
……………. 2. Pagi ihari selama di rs
3) Warna : 3. Kuning
……………. 4. Tidak iada
4) Keluhan : 5. Lembek, berbentuk
……………. idengan ibau ikhas
5) Konsistensi :……………. 6. Tidak
6) Penggunaan Laksatif
(ya/tidak, jika ya tuliskan
nama obatnya)
3. Pola Personal Hygiene
a. Mandi a. Mandi
1) Frekuensi :………… 1) 2x/hari 1) belum mandi
x/hari 2) Pagi idan isore selama di rumah
2) Waktu sakit
:Pagi/Sore/Malam
b. Oral Hygiene
Belum melakukan oral
1) Frekuensi:………… b. Oral Hygiene
hygiene selama
x/hari 1) 2x/hari
dirumah sakit
2) Waktu : Pagi/ Siang/ 2) Pagi idan
Setelah makan/ Sebelum imalam
tidur
Belum cuci rambut
c. Cuci Rambut c. Cuci rambut
selama di RS
Frekuensi :
3x/minggu
……………………
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama Tidur siang :
….jam/ hari a) 30 imenit/hari a. Tidak tentu
b. Lama Tidur malam: b) 8jam/hari b. 6jam/hari
….jam/ hari c) Tidak ada c. Tidak iada
c. Kebiasaan sebelum tidur:
…………..
5. Pola Aktiivitas dan Latihan
a. Waktu bekerja :Pagi/ Siang/ a) pagi-siang
Malam
b. Olah raga: Ya/Tidak b) tidak ada Tidak ada
c. Jenis Olah Raga: c) tidak ada
…………… d) Tidak ada
d. Frekuensi olah raga:
Tidak iada
……….. x/mgg
e. Keluhan dalam beraktivitas
(pergerakan tubuh/mandi/
mengenakan pakaian/sesak
setelah beraktifitas dll)
6. Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : Ya/Tidak
1) Frekuensi :………………
2) Jumlah :
……………… Klien mengatakan pernah Tidak ada
3) Lama pemakaian merokok namun telah
b. Minuman keras/NAPZA: berhenti pada tahun 2012
Ya/Tidak
1) Frekuensi :……………..
2) Jumlah :……………..
3) Lama Pemakaian
F. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Berat badan : 61 kg
2. Tinggi badan : 155 cm
3. Tekanan Darah : 132/93 mmHg
4. Nadi : 122x/menit
5. Frekuensi Nafas : 24x/menit
6. Suhu Tubuh : 36,3˚C
7. Saturasi Oksigen : 91 %
8. Keadaan Umum :[ ] Ringan [ V ] Sedang [ ] Berat
Tingkat Kesadaran:
a. Kualitas : iComposmentis
b. Kuantitas:
Respon motorik :4
Respon verbal :5
_____________
Jumlah : 12
9. Skala iNyeri
P i= inyeri ikarena ipost op wsd
S i= i4
b. Hidung:
Inspeksi i : itidak iada ikelainan istruktur, ibentuk isimetris, itidak iterjadi
i perdarahan idan iperadangan, terlihat sesak nafas dan adanya
pergerakan cuping hidung
c. Telinga :
Inspeksi : itidak iada ikelainan istruktur, ibentuk isimetris, ifungsi i
pendengaran ibaik, itidak iemmakai ialat ibantu
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Mulut :
Inspeksi : irongga imulut iterlihat kotor, itidak iada iterdapat
iperdarahan idan peradangan, ifungsi ipengecapan
ibaik, imukosa ibibir ikering, iwaran igigi ikuning idan
iwarna ilidah imerah imuda
e. Leher :
Inspeksi : itidak iada ipembesaran ikelenjar ityroid, itidak iada
ipeningkatan itekanan ivena ijugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Thorak dan fungsi pernapasan:
Inspeksi : ibentuk inormal, isimetris, iadanya peningkatan frekuensi
kerja nafas
Perkusi : ibunyi suara pekak diatas area yang terpenuhi oleh cairan
3. Pemeriksaan jantung:
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis pada ics 5 mid clavicula sinistra
Palpasi : iterba ictus cordis pada ics 5 mid clavicula sinistra
Perkusi : terdengar bunyi dullness
4. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : itidak adanya pembesaran dan terdapat luka wsd dibagian
abdomen kiri
Ekstremitas iatas
IVFD
Ekstremitas ibawah
6. Genitalia :
Inspeksi : itidak iterpasang ikateter
H. Data Psikologi :
Pada isaat idilakukan ipengkajian ikeadaan iemosi ipasien istabil, ipasien isangat
ikooperatif
I. Data Sosial:
klien dan keluarga klien mengatakan bahwa klien merupakan tokoh masyarakat
senang berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan keluarganya. iPada isaat idi
irumah isakit ipun ipasien isangat iramah ipada ipetugas inakes idan itetangga isatu
iruangannya.
J. Data Spiritual :
Pasien imengatakan iselalu imelakukan iibadah isolat idengan irajin dan merupakan
tokoh agama di tempat tinggalnya , isedangkan ipada isaat idi irumah isakit ipasien
ihanya berdzikir
K. Data Penunjang : ( hasil pemeriksaan laboratorium dll)
2 Hitung jenis
Basofil 0 0-1 %
Eosinfil 0 1-3 %
Batang 1 2-6 %
Segmen 98 50-70 %
Limfosit 3 20-40 %
Monosit 7 2-8 %
RENAL ROSTATE
Ureum 20-48 Mg / dl
38
Creatinin 0,5 – 1,5 Mg / dl
0,8
GLUCOSE
GD Sewaktu <= 200
137
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pada Tanggal 10 Oktober 2021
1. injkesi ranitidin 50 mg
2. injeksi methylprednisolen
3. levofloxacin 1 x 250 mg
4. dexametason 1x 5 mg iv
5. ranitidin 2 x 1 iv
6. TS 2x 1 per oral
7. N-acetylcysteine 2 x 1 per oral
8. asam mefenemat 3 x 500 mg per oral
II. ANALISA DATA
menghambat drainase
limfatik
tekanan hidrostatik
efusi pleura
Sesak
Data Subjektif : Adanya kebocoran Nyeri akut
antar alveoli dengan
- klien mengatakan
rongga pleura
nyeri didaerah yang
terpasang wsd dan
dada namun hilang Udara pindah dari
timbul alveoli ke rongga pleura
- klien mengatakan
lemas Paru kolaps
- klien mengatakan (menguncup)
skala nyeri 4
Data Objektif :
Pneumotoraks (udara
- klien tampak meringis terdapat didalam
- klien tampak gelisah rongga pleura)
menghambat drainase
limfatik
tekanan hidrostatik
efusi pleura
Sesak nafas
Nyeri dada
DS : Adanya luka post op, drain Resiko infeksi
WSD kateter
DO :
- Keadaan luka post op
kering
- Bekas drain disebelah
kiri
- Terlihat kemerahan Masuknya mikroorganisme
disekitar wsd
Resiko infeksi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2 12 D.0077 Nyeri akut Tingkat nyeri ( L.08066) Manajemen iNyeri (iI. i08238 )
oktobe b.d agen pencedera
Setelah idilakukan itindakan Observasi i: Observasi i:
r 2021 fisiologis d.d klien
ikeperawatan iselama i2x24
mengatakan - Identifikasi ilokasi, - Mengetahui isecara
ijam idiharapkan nyeri
mengeluh nyeri di ikarakteristik, idurasi ifrekuensi, ispesifik inyeri iyang
berkurang dengan kriteria hasil
daerah yang ikualitas idan iintensitas inyeri idialami ipasien
:
terpasang wsd - Identifikasi iskala inyeri - Memantau iskala
Analisa :
S i= i3
Intervensi lanjutkan :
CATATAN PERKEMBANGAN
Analisa :
I:
S i= i3
Analisa :
Intervensi lanjutan :
12 3 Subyektif:-
oktobe
Objektif:
r 2021
- klien tampak lebih segar Lubis
Intervensi lanjutkan :
- mengobservasi luka operasi ketika
mengganti balutan dan tanda-tanda infeksi
- melakukan perawatan luka post operasi
WSD setiap hari
- mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan lingkungan pasien
CATATAN PERKEMBANGAN
Analisa :
I:
S i= i3
Analisa :
Intervensi lanjutan :
13 3 Subyektif:-
oktobe
Objektif:
r 2021
- klien tampak lebih segar Lubis
Intervensi lanjutkan :