Anda di halaman 1dari 18

KOMPONEN PENELITIAN

A. Rumusan masalah dan tujuan penelitian


1. Rumusan masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah adalah kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan maka rumusan masalah adalah pertanyaan yang
akan ditemukan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun, demikian terdapat
ikatan erat antara masalah dengan rumusan masalah karena setiap rumusan masalah
penelitian harus didasarkan pada masalah. Apabila permasalahan yang akan diteliti
telah ditetapkan, langkah berikutnya adalah merumuskan masalah. Tuckman (dalam
Sudarwan Danim dan Darwis) mengemukakan beberapa kriteria dalam merumuskan
masalah, yaitu :
a) Bersifat kausalitas atau menghubungkan dua variable atau lebih
b) Dapat diukur secara empiris dan objektif
c) Dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, lebih baik dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan.
d) Tidak mencerminkan ambisi pribadi atau masyarakat, dan tidak pula menuntut
jawaban dengan pertimbangan moral subjektif.
Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian dikembangkan berdasarkan eksplanasi.
Bentuk masalah dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif dan
assosiatif.
a) Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu
variabel atau lebih ( variabel yang berdiri sendiri). Jadi, dalam penelitian ini
peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain dan
mencari hubungan variable itu dengan variable lain. Contoh : Seberapa baik
kinerja kabinet bersatu ?
b) Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh : Adakah perbedaan,
kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai swasta nasional dan perusahaan
asing?
c) Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih.
2. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian merupakan satuan yang selaras dari perumusan masalah dan
manfaat penelitian. Secara umum, tujuan penelitian adalah pernyataan jawaban atas
pernyataan jawaban atas pertanyaan mengapa anda ingin melakukan penelitian
tersebut. Biasanya dalam penulisan tujuan adalah sesuai dengan perumusan masalah.
Tujuan penelitian inyatakan dalam/dengan kalimat pernyataan. Tujuan lebih spesifik
atau kongkrit dibandingkan dengan perumusan masalah yang masih bersifat abstrak.
Tujuan penelitian berkaitan dengan kedudukan permasalahan penelitian dalam
khazanah ilmu pengetahuan (yang tercemin dalam tinjauan pustaka). Kedudukan
permasalh dilihat dari pandangan tertentu mempunyai lima macam kemungkinan,
yaitu : eksplorasi (masih “meraba-raba), deskripsi (menjelaskan lebih lanjut),
eksplanasi (mengkonfirmasi teori), prediksi (menjelaskan hubungan sebab-akibat)
dan aksi (aplikasi ke tindakan)
B. Kerangka konsep, hipotesis, dan pertanyaan penelitian
1. Kerangka konsep
Kerangka konseptual memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai
variable-variabel yang akan diteliti. Kerangka konseptual memberikan petunjuk
kepada peneliti di dalam merumuskan masalah penelitian. Penelitian akan
menggunakan kerangka konsepyual yang telah disusun untuk menentukan
pertanyaan-pertanyaan mana yang harus dijawab oleh penelitian dan bagaimana
prosedur empiris yang digunakan sebagai alat untuk menemukan jawaban terhadap
pertanyaan tersebut.
Kerangka konseptual diperoleh dari hasil sintesis dari proses berpikir deduktif
(aplikasi teori) dan induktif (fakta yang ada, empiris), kemudian dengan kemampun
kreatif-inovatif, diakhiri dengan konsep atau ide baruyang disebutkan kerangka
konseptual.
Cara penyusunn kerangka konseptual :
a) Kumpulkan semua sumber
b) Identifikasi variable
c) Definisikan maasing-masing vaiabel
d) Kelompokan masing-masing variabel
2. Hipotesis
Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti “kurang dari”
dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hipotesis merupakan suatu pendapat atau
kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya. Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara
empiris. Hipotesis adalah kerangka berfikir dari sintesa atau kesimpulan sementara.
Hipotesis juga merupakan jawaban yang masih sementara dan bersifat teoritis, atau
juga merupakan alat yang mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri karena
menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan atau fakta yang ada.
Bentuk-bentuk hipotesis ada 3 macam yaitu : hipotesis deskriptif ( variabel mandiri ),
hipotesis komparatif ( perbandingan ) dan hipotesis assosiatif ( hubungan ). Dalam
penelitian kuantitatif, keberadaan hipotesis dipandang sebagai komponen penting
dalam penelitian. Oleh karena itu sebelum terjun ke lapangan hendaknya peneliti
telah merumuskan hipotesis penelitiannya. Pentingnya hipotesis dalam penelitian
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Hipotesis yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa peneliti telah
mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian pada bidang
tersebut.
b) Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data.
c) Hipotesis merupakan petunjuk tentang prosedur apa saja yang harus diikuti dan
jenis data apa saja yang harus dikumpulkan.
d) Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penelitian.
Ada beberapa jenis hipotesis. Untuk mempermudah dalam mempelajari, hipotesis
dapat diklasifikasikan berdasarkan rumusannya dan proses pemerolehannya.
a. Ditinjau dari rumusannya hipotesis dibagi dua yaitu :
1) Hipoteis kerja, yaitu hipotesis “yang sebenarnya” yang merupakan sintesis
dari hasil kajian teoritis. Hipotesis kerja biasanya disingkat H1 atau Ha.
2) Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari hipotesis kerja
dan sering disingkat Ho. Ada kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam
bentuk H1 dan Ho untuk satu permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas
pertimbangan bahwa Ho ‘sengaja” dipersiapkan untuk ditolak, sedangkan H1
“dipersiapkan” untuk diterima.
b. Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan menjadi:
1) Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan berdasarkan pengamatan
untuk menghasikan teori baru (pada penelitian kualitatif)
2) Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori
ilmiah yang telah ada (pada penelitian kuantitatif).
c. Ditinjau dari rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi :
1) Hipotesis Deskriptif merupakan jawaban sementara terhadaap masalah
deskriptif yaitu berkenaan dengan variabel mandiri.
2) Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau
sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
3) Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
asosiatif yaitu, menanyakan hubungan antar dua variabel atau lebih.
3. Pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitian adalah persoalan yang harus dijawab peneliti pada sebuah
proyek penelitian, dimana jawaban dari pertanyaan penelitian akan bisa membantu
memecahkan masalah dari penelitian.
Untuk membuat pertanyaan penelitian, pertama-tama peneliti harus menentukan
jenis penelitian apa yang akan dilaksanakan, apakah itu penelitian kualitatif,
campuran atau kuantitatif. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertanyaan
penelitian adalah waktu penelitian, bagaimana penelitian akan dilaksanakan,
pendekatan metodologis dan juga pendanaan penelitian.
C. Variabel penelitian, defenisi operasional beserta skala pengukurannya
1. Variabel Penelitian

Adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Menurut Kerlinger ( 1973) variabel adalah konstruk atau sifat yang
akan dipelajari. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala
pengukurannya, konteks hubungannya, dan dapat tidaknya variabel dimanipulasi.
Macam-macam Variabel Penelitian yaitu :

a. Berdasarkan skala pengukuranya


1) Variabel nominal : Variabel nominal merupakan variabel dengan skala paling
sederhana karena fungsinya hanya untuk membedakan atau memberi label
suatu subjek atau kategori. Contoh variabel nominal : jenis kelamin (laki-laki
dan perempuan).
2) Variabel ordinal : Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi
beberapa secara bertingkat, contoh status sosial ekonomi : rendah, sedang,
tinggi.
3) Variabel interval : Variabel interval adalah variabel yang selain dimaksudkan
untuk membedakan, mempunyai tingkatan, juga mempunyai jarak yang pasti
atau satu kategori dengan kategori lainnya, contoh prestasi belajar : 5, 6, 7, 8,
dan seterusnya.
4) Variabel rasio : Variabel rasio merupakan variabel selain bersifat
membedakan, mempunyai tingkatan yang jaraknya pasti, dan setiap nilai
kategori diukur dari titik yang sama, contoh: berat badan, tinggi badan, dan
seterusnya.
b. Berdasarkan konteks hubungannya Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya
bisa lebih dari satu. Variabelvariabel tersebut saling berhubungan dan jika
ditinjau dari konteks ini variabel dibedakan menjadi :
1) Variabel bebas atau independent variables : adalah variabel yang nilainya
mempengaruhi variabel lainnya, yang mejadi sebab timbulnya variabel
dependen (terikat). Contoh : Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil
belajar siswa. Variabel bebas nya adalah : Pengaruh motivasi belajar.
2) Variabel terikat atau dependent variable : merupakan variabel yang nilainya
tergantung dari nilai variabel lainnya atau variable terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas.
Contoh : Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa.
Variabel terikat nya adalah : Hasil belajar siswa.
3) Variabel moderator atau variable intervening : merupakan variabel yang juga
mempengaruhi variabel terikat ( memperkuat dan memperlemah ) hubungan
antara variable independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak
langsung dan tidak dapat diamati dan diukur, namun dalam penelitian
pengaruhnya tidak diutamakan. Variabel ini juga disebut sebagai variable
independen kedua. Variabel ini merupakan variable penyela/ antara yang
terletak diantara variable independen dan dependen, sehingga variable
independen secara tidak langsung memengaruhi berubahnya atau timbulnya
variable dependen. Contoh : Kompensasi memperkuat pengaruh antara
kepuasan kerja terhadap kinerja.
4) Variabel perancu (confuding variable) : Variabel perancu merupakan variabel
yang berhubungan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan variabel
antara. Contoh : Umur sebagai factor perancu terhadap hubungan merokok
dan resiko kematian.
5) Variabel kendali : Variabel kendali merupakan variabel yang juga
mempengaruhi variabel terikat, tetapi dalam penelitian keberadaannya
dijadikan netral.
6) Variabel rambang : Variabel rambang merupakan variabel yang juga ikut
mempengaruhi variabel terikat namun pengaruhnya tidak begitu berarti,
sehingga keberadaan variabel ini dalam penelitian diabaikan.
7) Variabel control adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti, sering digunakan oleh peneliti bila akan
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
c. Berdasarkan dapat tidaknya variabel dimanipulasi

Ada variabel di mana peneliti dapat melakukan intervensi dan ada pula variabel
di mana peneliti tidak dapat melakukan intervensi. Atas dasar tinjauan ini,
variabel dibedakan menjadi:

1) Variabel dinamis, adalah variabel yang dapat dimanipulasi atau diintervensi


oleh peneliti, contoh : metoda mengajar, teknik pelatihan, serta strategi
pembiasaan.
2) Variabel statis, merupakan variabel yang tidak dapat diintervensi atau
dimanipulasi oleh peneliti, contoh : jenis kelamin, umur, sertas tatus
perkawinan.
D. Desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian
1. Desain Penelitian yang Tepat

Kualitas penelitian dan ketepatan penelitian antara lain ditentukan oleh desian
penelitian yang dipakai. Oleh karena itu desain yang dipergunakan dalam penelitian
harus desain yang tepat. Suatu desain penelitian dapat dikatakan berkualitas atau
memiliki ketepatan jika memenuhi dua syarat (Machfoedz, 2007: 101-102) ., yaitu :
1. dapat dipakai untuk menguji hipotesis (khusus untuk penelitian kuantitatif analitik)
dan 2. dapat mengendalikan atau mengontrol varians.

2. Pemilihan Desain Penelitian

Ada bermacam-macam desain atau rancangan penelitian. Dalam memilih desain


mana yang paling tepat, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dan jawaban-
jawaban tersebut merupakan acuan dalam menentukan desain penelitian. Burns dan
Grovers (Nursalam, 2003: 80) telah mengidentifikasi seperangkat pertanyaan
berkenaan dengan pemilihan desain atau rancangan penelitian. Seperangkat
pertanyaan tersebut yaitu:
Pertama:

a. Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variable dan kelompok


berdasarkan situasi penelitian, menguji suatu hubungan, atau menguji sebab
akibat pada situasi tertentu?
b. Apakah suatu perlakuan (treatment) akan digunakan?
c. Jika ya, apakah treatment akan dikontrol oleh peneliti?
d. Apakah sampel akan dikenai pretest sebelum treatment?
e. Apakah sampel akan diseleksi secara random?
f. Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau dibagi menjadi beberapa
kelompok?

Selanjutnya :

g. Berapa besarnya kelompok yang akan diteliti?


h. Berapa jumlah masing-masing kelompok?
i. Apakah setiap kelompok akan diberikan tanda secara random?
j. Apakah pengukuran variabelnya akan diulang?
k. Apakah menggunakan pengumpulan data corss-sectional atau cross time?
l. Apakah variable sudah diidentifikasi?
m. Apakah data yang sedang dikumpulkan memiliki banyak variable?
n. Strategi apa yang dipakai untuk mengontrol variable yang bervariasi?
o. Strategi apa yang digunakan untuk membandingkan suatu variable atau
kelompok?
p. Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau multipel?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dijawab secara cermat agar tidak terjadi


kesalahan dalam menentukan penelitian.

3. Tipe-Tipe Desain Penelitian


a. Desain Penelitian Non-eksperimen
1) Desain Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk mendiskripsikan atau
menggambarakan fakta-fakta mengenai populasi secara sistematis, dan akurat.
Dalam penelitian deskriptif fakta-fakta hasil penelitian disajikan apa adanya.
Hasil penelitian deskriptif sering digunakan, atau dilanjutkan dengan
dilakukannya penelitian analitik. Desain atau rancangan penelitian deskriptif
dibedakan menjadi dua: desain studi kasus dan desain penelitian survai
(Nursalam, 2003: 83-84).

a) Desain penelitian studi kasus


b) Desain penelitian survei
2) Desain penelitian korelasional

Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendetksi sejauh mana variasi-


variasi pada suatu factor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih
faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Suryabrata, 2000 : 24). Hubungan
korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti
oleh variasi variabel yang lain dan dengan demikian dalam rancangan
korelasional peneliti melibatkan paling tidak dua variabel (Nursalam, 2003 :
84).

3) Desain Penelitian Kausal-komparatif

Penelitian kausal-komparatif difokuskan untuk membandingkan variable


bebas dari beberapa kelompok subjek yang mendapat pengaruh yang berbeda
dari variabel bebas. Pengaruh variabel bebas terhadap variable terikat terjadi
bukan karena perlakuan dari peneliti melainkan telah berlangsung sebelum
penelitian dilakukan.

Desain kausal-komparatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu desain kohort


dan desain kasus kontrol (Nursalam, 2003 : 86).

a) Desain penelitian kohort


b) Desain penelitian kasus kontrol
4) Desain Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan atau action research merupakan penelitian yang bertujuan
mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru
dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja
atau dunia actual yang lain (Sumadi Suryabrata, 2000 : 35).

Penelitian tindakan mempunyai ciri-ciri : 1) praktis dan langsung relevan


untuk situasi actual dalam dunia kerja, 2) menyediakan kerangka kerja yang
teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan-perkembangan baru, 3)
fleksibel dan adaptatif, dan 4) memiliki kekurangan dalam hal ketertiban
ilmiha (Sumadi Suryabrata, 2000 : 35).

b. Desain Penelitian Eksperimen

Sistem notasi

Sebelum membicarakan desain dan eksperimental, sistem notasi yang digunakan


perlu diketahui terlebih dahulu. Sistem notasi tersebut adalah sebagai berikut
(Sarwono, 2006) :

X : Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelompok yang diuji


terhadap suatu perlakuan ekspe-rimental pada variabel bebas yang kemudian efek
pada variable tergantungnya akan diukur.

O : Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap variable


tergantung yang sedang diteliti pada individu, kelompok atau obyek tertentu.

R : menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan ditentukan


secara random..

Jenis-jenis desain ekperimental

Ditinjau berdasarkan tingkat pengendalian variable, desain penelitian


eksperimental dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

1) Desain penelitian pra-eksperimental


Desain penelitian pra-eksperimental ada tiga jenis yaitu 1) one-shot case
study, 2) one-group pre-post tes design, dn 3) static group design (Suryabrata,
2000 : 55; Nursalam, 2003 : 87).

a) One-shot case study


b) One group pretest-posttes design
c) Static Group Comparison
2) Desain penelitian eksperimen semu (quasy-experiment)

Desain atau rancangan penelitian eksperimen semu berupaya mengungkap


hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol dan kelompok
ekperimen tetapi pemilihan kedua kelompok tersebut tidak dilakukan secara acak
(Nursalam, 2003 : 89). Kedua kelompok tersebut ada secara alami.

3) Desain eksperimen sungguhan (true-experiment)

Desain ini memiliki karakteristik dilibatkannya kelompok control dan kelompok


eksperimen yang ditentukan secara acak. Ada tiga jenis desain penelitian yang
termasuk desain eksperimental sungguhan , yaitu : 1) pasca-tes dengan kelompok
eksperimen dan control yang diacak, 2) pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok
eksperimen dan kontrol yang diacak, dan 3) gabungan desain pertama dan kedua
(Nursalam, 2003 : 90-91).

(1) Pasca-tes dengan pemilihan kelompok secara acak

Pada rancangan ini kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan


kelompok control tidak. Pengukuran hanya diberikan satu kali yaitu setelah
perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen.

(2) Pra dan pasca tes dengan pemilihan kelompok secara acak

Dalam rancangan ini ada dua kelompok yang dipilih secara acak. Kelompok
pertama diberi perlakuan (kel. Ekperimen) dan kelopok kedua tidak diberi
perlakuan (kel. Control). Observasi atau pengkukuran dilakukan untuk kedua
kelompok baik sebelum maupun sesudah pemberian perlakuan.
(3) Desain Solomon

Desain yang merupakan penggabungan dari desain 1) dan desain 2) disebut


desain Solomon atau Randomized Solomon Four-Group Design. Ada empat
kelompok yang dilibatkan dalam penelitian ini : dua kelompok kontrol dan
dua kelompok eksperimen. Pada satu pasangan kelompok eskperimen dan
kontrol diawali dengan pra-tes, sedangkan pada pasangan yang lain tidak.

E. Populasi dan sampel penelitian: konsep dasar, tahapan pengambilan sampel


Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Study atau penelitiannya disebut studi populasi atau studi sensus.
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuansatuan atau individu-
individu yang karakteristiknya hendak diteliti dan satuansatuan tersebut dinamakan unit
analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusiinstitusi, dan benda-benda.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti atau sebagian dari
jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data. Syarat dalam mengambil sampel ada
dua macam yaitu : jumlah sampel yang mencukupi dan profil sampel yang dipilih harus
mewakili. Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diteliti. Sampel yang baik yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi,
adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik
populasi.
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan kriteria
sampel diperlukan untuk mengurangi hasil penelitian yang bias. Kriteria inklusi adalah
karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang
akan diteliti. Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria eksklusi adalah menghilangkan
atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-
sebab tertentu. Sebabsebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi
antara lain: subjek membatalkan kesediannya untuk menjadi responden penelitian, dan
subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling merupakan teknik pengambilan
sampel dari populasi. Sampel yang merupakan sebagaian dari populasi kemudian diteliti
dan hasil penelitian (kesimpulan) kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi).
Manfaat sampling yaitu : menghemat biaya penelitian, menghemat waktu untuk
penelitian, dapat menghasilkan data yang lebih akurat, memperluas ruang lingkup
penelitian, teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki
karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama, bila keadaan populasi
bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak representatif atau tidak
dapat menggambarkan karakteristik populasi. Jenis-jenis teknik sampling yaitu :
1) Teknik sampling secara probabilitas Teknik sampling probabilitas atau random
sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang
atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan
demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.
Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a) Teknik sampling secara rambang sederhana : Cara paling populer yang dipakai
dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan undian.
b) Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling) : Prosedur ini berupa
penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang
kesekian dari daftar populasi.
c) Teknik sampling secara rambang proportional : Jika populasi terdiri dari
subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap
subpopulasi. Adapun cara pengambilannya dapat dilakukan secara undian
maupun sistematis.
d) Teknik sampling secara rambang bertingkat :Bila subpoplulasisubpopulasi
sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama seperti pada teknik sampling
secara proportional.
e) Teknik sampling secara kluster (cluster sampling) : Ada kalanya peneliti tidak
tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena
populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat
menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara
bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling
atau multi-stage sampling.
2) Teknik sampling secara nonprobabilitas
Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang ditemukan
atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Beberapa jenis
atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah sebagai berikut:
a) Puposive sampling atau judgmental sampling : Penarikan sampel secara puposif
merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan
kriteria spesifik yang dietapkan peneliti.
b) Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju). Penarikan sample
pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya
ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga ditentukan
berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga jumlah
sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju.
c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah). Teknik sampling ini dilakukan
dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang
dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui.
d) Accidental sampling atau convenience sampling Dalam penelitian bisa saja
terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan
secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan
data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai
penarikan sampel secara kebetulan.
Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud menghemat waktu,
biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti
bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang selalu muncul
adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum statistika dalam
menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel semakin
menggambarkan keadaan populasi. Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula
penentuan jumlah sampel dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat
homogen maka tidak dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam
pemeriksaan golongan darah. Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat
dianjurkan, dengan pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga
peneliti berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap
terpenuhi.
F. Instrumen penelitian: jenis instrumen dan pengukurannya
1. Jenis-jenis Instrumen Penelitian
1) Kuesioner

Apa itu kuisioner? Jadi kuesioner adalah instrumen yang berisi daftar pertanyaan.
Biasanya digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dari responden.
Kuesioner berisi serangkaian pertanyaan yang dibuat secara terstruktur dan tidak.

Bila kuisioner salah maka hasol peneltian pun salah. Untuk itu, kuesioner harus
dibentuk dan dirancang secara valid, reliabel, dan tidak palsu. Hal ini dilakukan
supaya data yang didapatkan bisa divalidasi. Menurut Popoola, kuesioner yang
baik memiliki kriteria, yakni:

a. Pertanyaan tidak boleh ambigu. Artinya pertanyaan harus mempunyai satu


interpretasi
b. Pertanyaan harus mudah dipahami
c. Pertanyaan harus mampu memiliki jawaban yang tepat
d. Pertanyaan tidak boleh mengandung kata-kata yang tidak jelas artinya
e. Pertanyaan seharusnya tidak memerlukan perhitungan yang ketat
f. Pertanyaan tidak mengharuskan responden untuk memutuskan klasifikasi
g. Pertanyaan tidak boleh memicu jawaban yang bias
h. Kuesioner tidak boleh terlalu panjang
i. Pertanyaan tidak terlalu bertele-tele
j. Kuesioner harus mencakup objek yang tepat

Bila dibandingkan dengan jenis instrumen lainnya, kuesioner memiliki


keunggulan. Misalnya data pribadi responden dapat disembunyikan. jadi
responden bisa anonim. Data yang dikumpulkan dapat berjumlah besar dalam
waktu relatif singkat.

Hanya saja, kuiseiner pun tak luput dari kelemahan. Terkadang beberapa
pernyataan yang membingungkan sehingga tidak dapat diklasifikasikan. Soalnya
peneliti tidak ada di tempat untuk menjelaskan pertanyaan yang sulit bagi
responden.
2) Wawancara

Wawancara adalah salah satu instrumen penelitian yang kerap dipakai untuk
penelitian kualitatif. Dalam wawancara, peneliti mengumpulkan informasi dari
responden melalui interaksi verbal. Sebelumnya peneliti menyiapkan daftar
pertanyaan terstruktur yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian peneliti
bertemu dengan narasumber dan mengajukan pertanyaan. Peralatan dan
perlengkapan yang dapat digunakan selama periode wawancara termasuk tape
recorder, kertas, pulpen, laptop, dan lain-lain. Wawancara dapat dilakukan secara
pribadi atau melalui telepon atau sistem surat elektronik (email).

Keuntungan utama dari metode wawancara adalah menghasilkan tingkat respon


yang tinggi. Selain itu, wawancara lebih mewakili seluruh populasi penelitian.
Selain itu, kontak pribadi antara peneliti dan responden memungkinkan peneliti
untuk menjelaskan pertanyaan membingungkan dan ambigu secara detail.

Sama seperti kuesioner, wawancara pun tidak sempurna. Instrumen ini memiliki
kelemahan. Contohnya, jumlah narasumber yang dijangkau tidak banyak karena
keterbatasan waktu dan tenaga peneliti.

3) Observasi

Jenis instrumen selanjutnya adalah observasi. Metode ini dipakai seorang peneliti
untuk mengamati perilaku atau situasi individu. Sejauh ini, ada dua jenis
observasi yakni observasi partisipan dan observasi non-partisipan. Dalam
observasi partisipan, peneliti adalah anggota kelompok yang akan diamati.

Hasil yang akurat dan tepat waktu akan diperoleh oleh peneliti tetapi kadang
memiliki masalah bias. Sedangkan dalam pengamatan non-partisipan, peneliti
bukan anggota kelompok yang akan diamati. Sehingga hasilnya lebih layak
karena bebas dari bias tetapi memiliki masalah ketidaktepatan dan hasil yang
tertunda.

Kelebihan metode observasi yakni lebih fleksibel dan lebih murah untuk
dijalankan. Metode ini menuntut kerjasama yang kurang aktif dari yang diamati
dan hasilnya dapat diandalkan untuk kegiatan penelitian. Namun Akinade &
Owolabi menegaskan metode observasi adalah alat yang populer dalam penelitian
terutama dalam ilmu perilaku dan sosial.

Metode ini memerlukan keterampilan khusus untuk membuat dan menilai


pengamatan perilaku dalam penelitian. Ketika melakukan pengamatan perilaku,
hal pertama yang harus kamu lakukan adalah mengembangkan kategori perilaku
(skema pengkodean). Cara ini melibatkan pengidentifikasian atribut spesifik yang
akan memberikan petunjuk untuk masalah yang dihadapi.

4) Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion)

Apakah kamu pernah FGD? Ya, instrumen penelitian dalam bentuk diskusi ini
pun bisa digunakan untuk mendapatkan data. Instrumen pengumpulan data ini
memungkinan peneliti untuk mendapatkan data dari sekelompok besar orang pada
saat yang sama. Metode ini berbeda dari metode wawancara lo.

Bila dalam metode wawancara peneliti berfokus pada satu orang pada satu waktu,
maka dalam metode diskusi kelompok terarah, peneliti memperoleh data dari
sejumlah besar orang untuk kegiatan penelitiannya. Biasanya metode diskusi
kelompok terarah sangat populer ketika melakukan penelitian yang berkaitan
dengan behavioral (perilaku), perpustakaan dan ilmu informasi, ilmu kearsipan,
catatan dan teknologi informasi.

Dalam FGD, seorang peneliti harus mengidentifikasi informan kunci yang dapat
dihubungi. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang layak tentang variabel
yang dikaji dalam penelitian. Pendekatan ini digunakan untuk menghasilkan data
penelitian kualitatif dalam menjelaskan suatu fenomena yang sedang diteliti atau
diselidiki.

Syarat lainnya, keanggotaan FDG tidak boleh lebih dari 10 orang. Hal ini seperti
konferensi mini, yakni anggota kelompok dapat berkumpul di lokasi yang
kondusif. Sebelum pelaksanaan FGD, peneliti harus mendapatkan persetujuan
dari partisipan terlebih dahulu. Selain itu, peneliti harus merancang panduan FGD
yang biasanya berisi garis besar untuk menangkap variabel yang menarik.
Keuntungan utama dari metode ini adalah menambah kredibilitas dan orisinalitas
pada kegiatan penelitian. Sementara itu, tantangan metode FGD meliputi terlalu
banyak biaya untuk dilakukan, terlalu banyak waktu untuk melakukan, dan
beberapa responden mungkin tidak bebas untuk berkontribusi.

5) Eksperimen atau Percobaan

Jenis Pengumpulan data berikutnya adalah eksperimen. Metode ini berlangsung


dalam penelitian sains murni dan terapan. Jadi para peneliti melakukan beberapa
percobaan dalam pengaturan laboratorium untuk menguji beberapa reaksi yang
mungkin terjadi pada objek penelitian.

Kelebihan dari metode eksperimen adalah menghasilkan data langsung, hasilnya


dapat bertahan dan bebas dari kesalahan jika dijalankan dengan baik dalam
kondisi/keadaan normal. Kelemahannya yaitu membutuhkan biaya yang cukup
mahal terlalu mahal. Bila dalam penelitian di laboratorium maka bahan kimia
yang digunakan dapat menyebabkan kerusakan permanen jika mereka ditangani
dengan ceroboh.

Sumber :

https://medianagus.files.wordpress.com/2015/11/komponen-penelitian.pdf
(Diakses pada 16 September 2021)

https://slideplayer.info/slide/4869958/ (Diakses pada 16 September 2021)

https://www.statistikian.com/2012/05/desain-penelitian-pengantar.html (Diakses
pada 16 September 2021)

https://serupa.id/instrumen-penelitian/ (Diakses pada 16 September 2021)

Anda mungkin juga menyukai