Anda di halaman 1dari 10

KERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN

HIPOTESIS

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Helmy Febrian 19.0101.0012
2. Ardian Dwi C 19.0101.0021
3. Khikma Wintoro 19.0101.0176
4. Luqman Syarif H 19.0101.0176
5. Tutugo Swasono 19.0101.0212

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kerangka konsep membahas ketergantungan antar variabel atau visualisasi hubungan
yang berkaitan atau dianggap perlu antara satu konsep dengan konsep lainnya atau variabel
satu dengan variabel lainnya untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau
akan diteliti (Notoadmojo, 2010, Hidayat, 2007). Kerangka Konsep merupakan model
konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah.
Hipotesis merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel
yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Didalam
pernyataan ini terkandung variabel – variabel yang akan diteliti dan hubungan anatar
variabel tersebut serta mampu mengarahkan peneliti untuk menentukan desain penelitian,
tehnik menentukan sampel pengumpulan dan metode analisis data (Dharma, 2011).
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian. Definisi operasional ini bertujuan untuk membuat variabel
menjadi lebih konkrit dan dapat diukur. Dalam mendefinisikan suatu varabel harus
dijelaskan tentang apa yang harus diukur, bagaimana mengukurnya, apa saja kriteria
pengukurannya, instrument yang digunakan untuk mengukurnya dan skala pengukurannya
(Dharma, 2011).
Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban dari sebuah persoalan
melalui pengumpulan data berdasarkan hasil analisa dalam proses penelitian. Penelitian
dipandang sebagai upaya menjawab pemasalahan secara sistematik dengan metode-metode
tertentu melalui pengmpulan data empiris, mengolah, dan menarik kesimpulan atas jawaban
suatu masalah.
Penyusunan kerangka konsep akan membantu kita untuk membuat hipotesis, menguji
hubungan tertentu dan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan
teori yang hanya dapat diamati dan diukur melalui variable. Definisi operasional adalah
seperangkat instruksi yang lengkap untuk menetapkan apa yang akan diukur dan bagaimana
cara mengukur variable. Oleh karena itu, dalam menyusun sebuah kerangka konsep,
peneliti hendaknya memahami variable konsep yang hendak diukur.
Dalam melakukan penelitian seseorang dihadapkan pada permasalahan dan harus
mencari jalan keluarnya, dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang relevan.
Dari pembahasan di atas kami tertarik untuk membahas lebih dalam lagi mengenai
Kerangka Konsep, Hipotesis, Dan Definisi Operasional.

B.     Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membuat permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari “Kerangka Konsep, Hipotesis, Dan Definisi Operasional?
2. Bagaimana hubungan “Kerangka Konsep, Hipotesis, Dan Definisi Operasional?
3. Apa yang harus dicari terlebih dahulu dalam pembuatan “Kerangka Konsep, Hipotesis,
Dan Definisi Operasional?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep membahas ketergantungan antar variabel atau visualisasi hubungan


yang berkaitan atau dianggap perlu antara satu konsep dengan konsep lainnya atau variabel
satu dengan variabel lainnya untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau
akan diteliti (Notoadmojo, 2010, Hidayat, 2007). Kerangka Konsep merupakan model
konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah.
Kerangka konsep akan menjelaskan tentang variabel-variabel yang dapat diukur dalam
penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1.         Variabel independen / bebas
Variabel independen disebut juga variabel bebas/ variabel sebab/ variabel prediktor/ variabel
resiko atau kausa yaitu karakteristik dari subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan
perubahan pada variabel lainnya (Dharma, 2011, Hidayat, 2007).
2.         Variabel terikat (dependent variable)
Variabel dependen disebut juga variabel terikat yaitu variabel akibat atau variabel yang akan
berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada variabel independen (Dharma,
2011).
3.         Variabel perancu (confoundin)
Variabel perancu merupakan variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan variabel
terikat, tetapi bukan variabel anatara.

B. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel yang
merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Didalam pernyataan ini
terkandung variabel – variabel yang akan diteliti dan hubungan anatar variabel tersebut serta
mampu mengarahkan peneliti untuk menentukan desain penelitian, tehnik menentukan
sampel pengumpulan dan metode analisis data (Dharma, 2011).
Namun secara bahasa, hipotesis berasal dari bahasa Yunani dimana kata “hypo” yang
artinya di bawah, dan “thesis” yang artinya pendirian, pendapat yang ditegakkan. Dari
keterangan tersebut dapat disimpulkan mengenai definisi hipotesis secara bahasa adalah suatu
pernyataan ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang sesuai dengan kaidah-
kaidah penelitian dimana kebenarannya masih belum terbukti atau dikatakan masih perlu
diuji kebenarannya. Pengertian hipotesis menurut beberapa ahli yaitu Sutrisno Hadi adalah
tentang pemecahan masalah dimana seringkali peneliti tidak dapat memecahkan
permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi
segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari
jawaban melalui penelitian yang dilakukan.
Dalam menyusun suatu hipotesis seorang peneliti akan menentukan arah dan tujuan dari
penelitian yang dilakukan, namun perlu dibahas juga mengenai kegunaan hipotesis itu
sendiri. Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian
kuantitatif. Terdapat beberapa alasan utama yang mendukung pandangan ini :
a.         Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan antarvariabel yang diteliti dimana
langsung dapat diuji dalam penelitian.
b.         Hipotesis memberikan arah dan tujuan dalam penelitian.
c.         Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori
yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
d.        Untuk mengetahui apakah memang secara signifikan terdapat perbedaan atau pengaruh
antara variabel-variabel yang diteliti.
e.         Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penelitian. Akan sangat
memudahkan peneliti jika mengambil setiap hipotesis secara terpisah dan menyatakan
kesimpulan yang relevan dengan hipotesis tersebut. 
f.          Hipotesis merupakan tujuan khusus yang dapat menguji suatu teori. Dengan demikian
hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan untuk menguji pernyataan
tersebut. Secara sangat sederhana, hipotesis menunjukkan kepada para peneliti apa yang
harus dilakukan. Fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang ada hubungannnya
dengan pertanyaan tertentu.
g.         Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang
dapat dipercaya mengenai masalah pendidikan, peneliti harus melangkah lebih jauh daripada
sekedar mengumpukan fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar
hubungan yang ada diantara fakta-fakta tersebut. Antar hubungan dan generalisasi ini akan
memberikan gambaran pola, yang penting untuk memahami persoalan. Pola semacam ini
tidaklah menjadi jelas selama pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah
terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan penjelasan. Karena
hipotesis tersebut dapat diuji dan divalidasi melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis
dapat membantu kita untuk memperluas pengetahuan.
Menurut bentuknya, hipotesis dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.         Hipotesis penelitian/hipotesis kerja
Hipotesis penelitian/kerja: Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar peneliti terhadap
suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini peneliti mengaggap benar hipotesisnya
yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesis dengan
mempergunakan data yang diperolehnya selama melakukan penelitian.
b.         Hipotesis operasional
Hipotesis operasional merupakan hipotesis yang bersifat obyektif. Artinya peneliti
merumuskan hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi juga
berdasarkan obyektifitasnya, bahwa hipotesis penelitian yang dibuat belum tentu benar
setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk itu peneliti memerlukan hipotesis
pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau secara teknis disebut Hipotesis nol (H0).
H0 digunakan untuk memberikan keseimbangan pada hipotesis penelitian karena peneliti
meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya hipotesis penelitian tergantung dari
bukti-bukti yang diperolehnya selama melakukan penelitian.
c.         Hipotesis statistik
Hipotesis statistik merupakan jenis hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik.
Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk
angka-angka (kuantitatif).
Misalnya: H0: r = 0; atau H0: p = 0

Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:


a.         Penentuan masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena
sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkanhukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun
sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran
ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
b.         Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatantidak akan
terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan
suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan
secara eksplisit dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis
keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk
melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
c.         Pengumpulan fakta
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih
fakta-fakta yangrelevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada
ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
d.        Formulasi hipotesa
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata
apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara
sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan
dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di
bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat
hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
e.         Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal
ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka
disebut konfirmasi. Falsifikasi (penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam
pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka
hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan kolaborasi (corroboration). Hipotesa
yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
f.          Aplikasi/penerapan
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadiramalan (dalam istilah ilmiah
disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat
diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.

C. Definisi Oprasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian. Definisi operasional ini bertujuan untuk membuat variabel
menjadi lebih konkrit dan dapat diukur. Dalam mendefinisikan suatu varabel harus dijelaskan
tentang apa yang harus diukur, bagaimana mengukurnya, apa saja kriteria pengukurannya,
instrument yang digunakan untuk mengukurnya dan skala pengukurannya (Dharma, 2011).
Dalam penelitian perlu memberi definisi, sehingga peneliti dan pembaca tidak
mengaitkan pikiranya dengan hal lain. Tipe-tipe definisi :
1.         Definisi konsepsi (definisi konstitutif), adalah definisi yang diperoleh dari kamus. Adalah
definisi akademik dan mengandung pengertian yang universal untuk suatu kata atau
kelompok kata. Definisi ini biasanya bersifat abstrak dan formal.
2.         Definisi operasional (definisi fungsional). Kerlinger memberikan dua bentuk definisi
operasional, yaitu definisi operasional yang dapat diukur dan definisi operasional
eksperimental. Definisi operasional yang dapat diukur menyatakan suatu konsep yang dapat
diukur dalam penyelidikan. Definisi operasional eksperimental peneliti menguraikan secara
rinci variabel-variabel yang diteliti.
Definisi operasional adalah seperangkat instruksi yang lengkap untuk menetapkan apa
yang akan diukur dan bagaimana cara mengukur variable.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun definisi operasional sebuah variabel adalah:
1.         Nama variabel
2.         Definisi verbal variabel
3.         Parameter
4.         Alat ukur (instrumen)
5.         Skala
6.         Kriteria
Agar variabel dapat diamati dan diukur, maka setiap konsep yang ada dalam
permasalahan atau yang ada dalam hipotesis harus disusun Definisi Operasional.
Definisi operasional dari variabel sangat diperlukan terutama untuk menentukan alat atau
instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data.
Definisi operasional tidak boleh mempunyai makna yang berbeda dengan definisi
nominal. Oleh karena itu sebelum menyusun defenisi operasional, peneliti harus membuat
definisi nominal terlebih dahulu atau menentukan variabel penelitiannya. Definisi nominal
dari variabel penelitian seharusnya secara eksplisit telah dinyatakan dalam kerangka
pemikiran. Definisi nominal dapat diangkat dari berbagai pendapat para ahli yang memang
banyak membicarakan, menulis tentang variabel yang ditelitinya.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang
diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian yang memerlukan
penjelasan. Definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas dan pasti yang menggambarkan
karakteristik variabel-variabel penelitian dan hal-hal yang dianggap penting. Definisi
operasional tidak sama dengan definisi teoritis. Definisi operasional hanya berlaku pada area
penelitian yang sedang dilakukan, sedangkan definisi teoritis diambil dari buku-buku literatur
dan berlaku umum.
Definisi operasional ialah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau
memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional memberi batasan atau arti suatu variabel
dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut.
Yang dimaksud dengan definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah
konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau
gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain”
(Young, dikutip oleh Koentjarangningrat). Penekanan pengertian definisi operasional ialah
pada kata “dapat diobservasi”. Apabila seorang peneliti melakukan suatu observasi terhadap
suatu gejala atau obyek, maka peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu
mengidentifikasi apa yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama.
Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional, yaitu disebut Tipe A, Tipe B
dan Tipe C.
1.         Definisi Operasional Tipe A
Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus dilakukan,
sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat
terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata.
Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan dua
orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama, 
tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.
2.         Definisi Operasional Tipe B
Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana obyek tertentu yang
didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau apa yang
menyusun karaktersitik-karakteristik dinamisnya. Contoh: “Orang pandai” dapat
didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3.         Definisi Operasional Tipe C
Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa obyek
atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karakteristik-
karakteristik statisnya. Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai orang yang
mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik,
sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara cepat (Jonathan Sarwono, 2002).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerangka Konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana


seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang
dianggap penting untuk masalah. Hipotesis merupakan pernyataan awal peneliti mengenai
hubungan antar variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil
penelitian. Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian.
Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban dari sebuah persoalan
melalui pengumpulan data berdasarkan hasil analisa dalam proses penelitian.
Dalam melakukan penelitian seseorang dihadapkan pada permasalahan dan harus
mencari jalan keluarnya, dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang relevan.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan. Semoga dapat menambah wawasan para
pembaca. Hendaknya mahasiswa dapat benar–benar memahami dan menjalankan peran
tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas–tugas dengan penuh
tanggungjawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.
Namun kami menyadari makalah ini masih ada kekurangan, baik dari bahasa, diksi,
maupun kekurangan materi. Maka dari itu, kritik dan saran dari pembaca sangat berguna bagi
kami untuk menjadi bahan koreksi, agar makalah ini kedepannya akan menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai