Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

MAKALAH

Mata Kuliah: Metodologi Penelitian


Dosen Pembimbing: Erika, M. Kep, Sp.Mat, PhD

Disusun Oleh:
Aula Rahmawati
1711123067
A 2017 3

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
1. Definisi Kerangka Konsep
Menurut Iskandar (2008) Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan
kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap
masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan
antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian yang
terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris.
Menurut Notoatmodjo (2010) kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau
simplikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut.
Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan antar variabel-
variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep dengan konsep
lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi
kepustakaan. Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam Isksaudara
(2008) yaitu menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian,
tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel
penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.
Kerangka konseptual dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila
penelitian berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka perlu dilakukan deskripsi teoritis
masing-masing variabel dengan argumentasi terhadap variasi besarnya yang diteliti.

2. Syarat-Syarat Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual yang baik menurut Uma Sekaran (2007) harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas
b. Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang
akan diteliti, dan ada teori yang melandas
c. Kerangka konseptual tersebut lebih selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk
diagram, sehingga masalah penelitian yang akan dicari jawabannya mudah dipahami.
3. Cara Pemilihan Kerangka Konseptual
Pemilihan kerangka konseptual yang tepat pada sebagian besar penelitian ditentukan oleh
beberapa landasan, yaitu:
a. Landasan pertama berpikir deduktif; analisis teori, konsep, prinsip, premis yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti harus
membuatan analisis secara hati-hati dan kritis serta menelaah semua kepustakaan
yang berhubungan dengan subyek penelitian secara cermat, sebelum
memformulasikan hipotesis yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian
tersebut.
b. Landasan kedua berpikir induktif; analisis penelusuran hasil penelitian orang lain
yang mendahului yang terkait dengan masalah dan tujuan penelitian
c. Landasan ketiga adalah merumuskan permasalahan dan penetapan tujuan penelitian
atas dasar sintesis dari analisis landasan pertama dan kedua dengan cara berpikir
kreatif-inovatif; sintesis pengalaman, teori, fakta, tujuan penelitan dan logika berpikir
kreatif disusun menjadi kerangka konseptual penelitian.

4. Contoh Kerangka Konseptual


Kerangka Konsep penelitian Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Tindakan
Swamedikasi oleh Ibu ketika Balitanya Demam

Faktor Predisposisi
 Umur
 Jumlah anak
 Pendidikan Sikap
 Pengetahuan

Faktor Pendukung Tindakan Swamedikasi


 Pendapatan keluarga  Melakukan
 Ketersediaan waktu  Tidak melakukan

Faktor Pendorong
 Sikap suami
 Dukungan Tokoh
agama
 Tokoh masyarakat
Dari contoh kerangka konsep penelitian tersebut diatas dapat dilihat bahwa disana
ada empat konsep yaitu konsep predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong
terhadap terjadinya perilaku tindakan melakukan swamedikasi ketika anak balitanya
demam. Tiap konsep, masing masing mempunyai variabel-variabel sebagai indikasi
pengukuran masing-masing konsep tersebut. Misalnya untuk mengukur faktor
predisposisi umur, jumlah anak, pendidikan dan pengetahuan.

Konsep perilaku tindakan swamedikasi sebagai variabel dependen (variabel


tergantung) disini dapat diukur melalui variabel “Tindakan Swamedikasi” Artinya
perilaku tindakan swamedikasi oleh ibu ketika anaknya demam dapat diobservasi atau
diukur dari praktek ibu-ibu ketika anak balitanya mengalami demam.

Cara yang terbaik untuk mengembangkan kerangka konseptual tentu saja harus
memperkaya asumsi-asumsi dasar yang berasal dari bahan-bahan referensi yang
digunakan. Hal ini dapat diperkuat dengan mengadakan amatan-amatan langsung pada
lingkup area masalah yang akan dijadikan penelitian. Dengan demikian kerangka
konseptual yang dibuat merupakan paduan yang harmonis antara hasil pemikiran dari
konsep-konsep (deduksi) dan hasil empirikal (induksi). Pola berpikir deduksi adalah
proses logika yang berdasar dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan
menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang
berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan. Pola pikir induksi adalah proses
logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori.
Dengan kata lain induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil
pengamatan yang terpisah menjadi suatu rangkuman hubungan atau suatu generalisasi.

B. Variabel Penelitian
1. Definisi Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2007) mengartikan variabel penelitian pada dasarnya adalah
suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

2. Jenis-Jenis Variabel Penelitian


a. Variabel pendahulu adalah variabel yang penampilannya mendahului variabel bebas
dan berhubungan dengan variabel terikat.
b. Variabel Independen, Sering disebut juga sebagai variabel bebas, variabel yang
mempengaruhi. Merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dengan demikian
variabel independen mempunyai ciri-ciri :
1) Variabel yang menentukan variable
2) Kegiatan stimulus yang dilakukan peneliti menciptakan suatu dampak pada
variabel dependen
3) Biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya
c. Variabel Dependen, disebut juga variabel terikat, variabel akibat, variabel respon,
output, konsekuen,. Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel ini merupakan variabel terikat yang
besarannya tergantung dari besaran variabel indpenden ini, akan memberi peluang
terhadap perubahan variabel dependen (terikat) sebesar koefisien (besaran)
perubahan dalam variabel indepen. Artinya, setiap terjadi perubahan sekian kali
satuan varibel dependen, diharap akan menyebabkan variabel depnden berubah
sekian satuan juga. sebalikanya jika terjadi diharapkan akan menyebabkan perubahan
(penurunan) variabel dependen sekian satuan juga. Dengan demikian variabel
dependen mempunya ciri:
1) Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain
2) Aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organiseme yang dikenai stimulus
3) Faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau
pengaruh dari variabel bebas. Sebagai contoh: Hubungan umur ibu dengan
tindakan swamedikasi
d. Variabel Moderator
Variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan
antara variabel independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel
independen kedua (Sugiyono, 2009). Analisis hubungan yang menggunakan minimal
dua variabel, yakni satu variabel dependen dan satu atau beberapa variabel
independen, ada kalanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam model statistik yang kita gunakan. Dalam analisis statistik ada yang dikenal
dengan variabel moderator.
Variabel moderator ini adalah variabel yang selain bisa memperkuat
hubungan antara satu atau beberapa variabel yang selain bisa memperlemah
hubungan antara satu atau beberapa variabel independen dan variabel dependen.
Sebagai contoh:
“Misalnya pembelajaran laboratorium yang diikuti oleh mahasiswa
keperawatan dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan individu. Seluruh
mahasiswa yang mengikuti pembelajaran laboratorium tersebut memiliki jenjang
pendidikan yang sama. Tetapi setelah selesai mengikuti pembelajaran laboratorium
dan dilakukan uji keterampilan, ternyata kemampuan mahasiswa yang berasal dari
jurusan IPA, memiliki keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa
yang berasal dari jurusan IPS. Perbedaan keterampilan (skill) individu yang bersal
dari jurusan IPA dan jurusan IPS pada keterampilan skil individu disebabkan oleh
adanya perbedaan kemampuan menyerap materi yang disampaikan ketika
melaksanakan pembelajaran laboratorium. Kondisi ini bisa saja terjadi karena ada
variabel moderator yang bisa menyebabkan mahasiswa yang berasal dari jurusan IPA
memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk mengikuti pembelajaran laboratorium jika
dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari IPS.”
Dalam contoh di atas pembelajaran laboratorium adalah variabel independen
dan keterampilan individu adalah variabel dependen, dan motiovasi untuk mengikuti
pembelajaran laboratorium adalah variabel moderator. Atau dengan kata lain,
variabel moderator memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan
variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Sebagai contoh :
pengaruh pembelajaran laboratorium terhadap keterampilan individu pada materi
pemasangan infuse, hubungan suami istri akan semakin akrab bila telah mempunyai
anak (anak sebagai Variabel Moderator)
e. Variabel Intervening atau variabel antara adalah. Dalam hal ini Tuckman (1988)
menyatakan “an intervening variabel as that factor that theoretically offect the
observed phenomenon but can not be seen, measured, or manipulated”. Variabel yang
secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara
variabel independent dengan dependent, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.
Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel bebas
dan variabel terikat, sehingga variabel bebas tidak secara langsung mempengaruhi
berubahnya atau timbulnya variabel terikat. Variabel ini berperan menambah atau
mengurangi efek variabel independent terhadap variabel dependen. Dalam setiap
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa, biasanya menemukan variabel yang dapat
memperkuat atau memperlemah hubungan antar variabel (variabel moderator) yang
sedang diukur. Secara teori setiap variabel ada sebagian variabel yang nilainya secara
satuan relatif tidak dapat diukur secara pasti. Misalnya nafsu makan, stress, frustasi
dsb. Variabel seperti itu dinamakan variabel intervening.
Contoh :
“Anak yang pandai nilainya akan tinggi, tetapi dalam kasus tertentu ada anak yang
pandai nilainnya rendah, ternyata ia sedang sakit hati sewaktu mengerjakan soal.”
Sakit hati, dalam hal ini, merupakan Variabel Intervening.
f. Variabel Kontrol
Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel
independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti
(Sugiyono, 2009). Variabel control sering digunkaan oleh peneliti, bila akan
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Variabel yang sering digunakan
dalam penelitian mahasiswa, selain variabel moderator dan variabel intervening
adalah variabel kontrol. Variabel ini (kontrol), kualitas dan kuantitasnya bisa
dikendalikan oleh peneliti sesuai dengan waktu dan tempat yang dikehendaki.
Biasanya digunakan penelitian eksperimen. Secara skematis dapat dijelaskan pada
bagan berikut ini.
Contoh :
Pengaruh relaksasi progresif terhadap penurunan kecemasan pada pasien pra-
operasi. Penelitian ini melihat pengaruh relaksasi progresif terhadap penurunan
kecemasan pada pasien operasi. Maka harus ditetapkan variabel control berupa
pasien yang sama, lingkungan yang sama, jenis penyakit yang sama, misalnya,
seluruh pasien Hernia Inguinalis Lateralis dan lain-lain. Tanpa adanya variabel
kontrol maka sulit ditemukan apakah ada pengaruh relaksasi progresif terhadap
penurunan kecemasan karena faktor pasien, lingkungan dan jenis penyakit yang
sama.
Dengan adanya Variabel kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh relaksasi
progresif terhadap penurunan kecemasan dapat diketahui lebih pasti. Contoh lain :
penelitian membandingkan kecepatan mengetik siswa SMK dan SMU maka
diperlukan Variabel Kontrol yaitu: naskah yang diketik sama, mesin ketik sama,
ruang kerja sama.
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualiatif).
Jakarta: GP Press
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4. Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat
Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Surahman, Mochamad Rachmat, & Sudibyo Supardi. 2016. Metodologi Penelitian. Jakarta
Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai