Saya akan menitik beratkan kepada bab II ini, yang terdiri atas Sembilan bab yaitu
bab 2 sampai dengan bab 9. Bab (2) berkenaan dengan proses penelitian, masalah,
variable, dan paradigma penelitian. Bab (3) berkenaan dengan landasan teori, kerangka
berfikir, dan pengajuan hipotesis. Bab (4) berkenaan dengan mmetode penelitian
eksperimen. Bab (5) berkenaan dengan populasi dan sample. Bab (6) berkenaan dengan
skala pengukuran dan instrument penelitian. Bab (7) berkenaan dengan teknik
pengumpulan data. Bab (8) berkenaan dengan analisis data.
BAB 2
PROSES PENELITIAN, MASALAH, VARIABEL, DAN
PARADIGMA PENELITIAN .
Meneliti adalah mencari data yang teliti / akurat. Untuk itu peneliti perlu
menggunakan instrument penelitian. Dalam ilmu – ilmu alam, teknik, dan ilmu – ilmu
empirik lainnya, instrument penelitian seperti thermometer untuk mengukur suhu, timbangan
untuk mengukur berat semuanya sudah ada, sehingga tidak perlu membuat instrument. Tetapi
dalam penelitian social seperti pendidikan, sering instrument yang akan di gunakan untuk
meneliti belum ada, sehingga peneliti harus membuat atau mengembangkan sendiri. Agar
instrument dapat di percaya, maka harus di uji validitas dan relibilitasnya.
Setelah instrument teruji validitas dan reliabilitasnya , maka dapat di gunakan untuk
mengukur variable yang telah di tetapkan untuk di teliti. Instrument untuk pengumpulan data
dapat berbentuk test dan nontest. Untuk instrument yang berbentuk nontest, dapat di gunakan
sebagai kuesioner, pedoman observasi dan wawancara. Dengan demikian teknik
pengumpulan data selain berupa test dalam penelitian ini dapat berupa kuesioner, observasi
dan wawancara
Data hasil analisis selanjutnya di sajikan dan di berikan pembahasan. Penyajian data
dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart
(diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan
penjelasan yang mendalam dan interprestasi terhadap data – data yang telah di sajikan.
Apabila hipotesis penelitian yang di ajukan tidak terbukti, maka perlu di cek apakah
ada yang salah dalam penggunaan teori, instrument, pengumpulan, analisis data, atau
rumusan masalah yang di ajukan.
B. Masalah
Setiap penelitian yang yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah,
walaupun di akui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit
dalam proses penelitian (Tuckman, 198). Bila dalam penelitian telah dapat menemukan
masalah yang betul – betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah
selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang
tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat di temukan, maka pekerjaan penelitian akan segera
dapat di lakukan.
1. Sumber Masalah
Masalah dapat di artikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa
yang benar – benar terjadi, anatara terori dengan praktek, antara peraturan dengan
pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner (1982) mengemukakan
bahwa masalah – masalah dapat di ketahui atau di cari apabila :
a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan
b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah di rencanakan dengan kenyataan
c. Adanya pengaduan
d. Adanya kompetisi
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan kesenjangan
antara yang di harapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu
pertanyaan yang akan di carikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian
terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah
penelitian harus di dasarkan pada masalah.
D. Variabel penelitian
1. Pengertian
kalau ada pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka jawabannya berkenaan
dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di peroleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulannya.
Secara teoritis variabel dapat di definisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek,
yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek
yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Variabel juga merupakan atribut dari bidang keilmuan
atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja,
merupakan atribut – atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan
atribut – atribut dari obyek. Struktur organisasi, model pendelegasian, kepemimpinan,
koordinasi, prosedur dan mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan, adalah merupakan
contoh variabel dalam kegiatan administrasi pendidikan.
E. Paradigma penelitian
Dalam penelitian kuantitatif / positivistic, yang di landasi asumsi bahwa suatu
gejala itu dapat di klasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat),
maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa
variabel saja. Pola hubungan antara variabel yang akan di teliti tersebut selanjutnya di
sebut sebagai paradigma penelitian .
Jadi paradigma penelitian dalam hal ini di artikan sebagai pola fikir yang
menunjukan hubungan antara variabel yang akan di teliti yang sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu di jawab melalui
penelitian, teori yang di gunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah
hipotesis, dan teknik analisis statistic yang akan di gunakan.
F. Menemukan Masalah
Untuk menemukan masalah dapat di lakukan dengan cara melakukan analisis
masalah, yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon masalah. Dengan analisis
masalah, maka permasalahan dapat di ketahui mana masalah yang penting, yang kurang
penting dan yang tidak penting. Melalui analisis masalah ini juga dapat di ketahui akar – akar
permasalahannya.
BAB 3
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Pengertian Teori
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep,
definisi, dan proposi yang di susun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai
tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan
pengendalian (control) suatu gejala.
Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan adanya tiga
macam teori. Ketiga teori yang di maksud ini berhubungan dengan data empiris.
Dengan demikian dapat di bedakan antara lain :
1. Teori yang deduktif : memberi keterangan yang di mulai dari suatu
perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kearah data akan di terangkan.
2. Teori yang induktif : adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam
bentuk ekstrim titik pandang yang positivistic ini di jumpai pada kaum
behaviourist .
3. Teori yang fungsional : di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan
teori kembali mempengaruhi data .
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah di simpulkan bahwa teori dapat di pandang
sebagai berikut :
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum –
hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif.
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang di peroleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu.
Disini orang mulai dari data yang di peroleh itu datang suatu konsep yang teoritis
(induktif) .
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi.
Disini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat di tarik kesimpulan bahwa, suatu teori
adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau system pengertian ini di
peroleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat di uji kebenarannya, bila tidak,
dia bukan suatu teori .
a. substantive theory is developed for a specific area of social concern, such as delinquent
gangs, strikes, diforce, or ras relation.
b. Formal theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as
deviance; sacialization, or power .
c. Midle range theory are slightly more abstract than empirical generalization or specific
hypotheses. Midle range theories can be formal or substantive. Midle range theory is
principally used in sociology to guide empirical inquiry.
Teori yang di gunakan untuk perumusan hipotesis yang akan di uji melalui
pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih focus berlaku
untuk obyek yang akan di teliti.
D. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang
teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil – hasil
penelitian yang relevan dengan variabel yang teliti. Berapa jumlah kelompok teori
yang perlu di kemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya pemasalahan
dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang di teliti. Bila dalam satu
penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori
yang perlu di deskripsikan ada empak kelompok teori, yaitu kelompok teori yang
berkenaan dengan tiga variabel indenpen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin
banyak variabel yang teliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu di
kemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel –
variabel yang di teliti, melalui pendifinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam
dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap
hubungan antar variabel yang akan di teliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Langkah – langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah
sebagai berikut :
1. Tetapkan nama variabel dan tentukan jumlah variabelnya .
2. Cari sumber – sumber bacaan ( buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah,
laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi ) yang sebanyak – banyak nya
dan yang relevan dengan setiap variabel yang di teliti.
3. Lihat daftar isi buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap variabel
yang akan di teliti. ( Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian,
lihat judul penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data,
analisis, kesimpulan dan saran yang di berikan ).
4. Cari definisi setiap variabel yang akan di teliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan anatara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih
definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan di lakukan.
5. Baca seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variabel yang akan di teliti,
lakukan analisa, runungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang di baca.
6. Deskripsikan teori – teori yang telah di baca dari berbagai sumber ke
dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber – sumber bacaan
yang di kutip atau yang di gunakan sebagai landasan untuk
mendeskripsikan teori harus di cantumkan.
E. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
yang akan di teliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen
dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga
perlu di jelaskan, mengapa variabel itu ikut di libatkan dalam penelitian. Oleh karena itu pada
setiap penyusunan paradigma penelitian harus di dasarkan pada kerangka berfikir.
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu di kemukakan apabila dalam penelitian
tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah
variabel atau lebih secara mandiri, maka yang di lakukan peneliti di samping mengemukakan
deskripsi teoritis untuk masing – masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran
variabel yang di teliti (Sapto Haryoko 1999).
Jadi kerangkan berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang di susun
dari berbagai teori yang telah di deskripsikan. Berdasarkan teori – teori yang telah di
deskripsikan tersebut, selanjutnya di analisis secara kritis dan sistematis, sehingga
menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang di teliti. Sintesa tentang
hubungan variabel tersebut, selanjutnya di gunakan untuk merumuskan hipotesis.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian , dimana
rumusan masalah penelitian telah di nyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang di berikan baru di dasarkan pada teori yang relevan, belum
di dasarkan pada fakta – fakta empiris yang di peroleh melalui pengumpulan data. Jadi
hipotesis juga dapat di nyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empiric dengan data .
Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol.
Hipotesis kerja di nyatakan dalam kalimat positif dana hipotesis nol di nyatakan dalam
kalimat negative. Dalam statistic juga terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis kerja
dan hipotesis alternative ( hipotesis alternative tidak sama dengan hipotesis kerja)
BAB ( 4 )
METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
A. Pengertian
Bila di lihat dari tingkat kealamiahan (setting) tempat penelitian terdapat tiga
metode penelitian, yaitu penelitian eksperimen, survey dan naturalistic (kualitatif).
Penelitian eksperimen di lakukan di laboratorium sedangkan penelitian
nataralistik/kualitatif di lakukan pada kondisi yang alamiah. Dalam penelitian
eksperimen ada perlakuan (treatment), sedangkan dalam penelitian naturalistic tidak
ada perlakuan. Dengan demikian metode penelitian eksperimen dapat di artikan
sebagai metode penelitian yang di gunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
B. Beberapa Bentuk Desain Eksperimen
1. Pre – Experimental Designs (nondesigns)
Di katakana pre – experimental design, karena desain ini belum merupakan
eksperimen sungguh – sungguh. Mengapa ? karena masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.
2. True Experimental Design
Di katakan true experimental (ekspeerimen yang betul- betul), karena dalam design ini,
peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang di gunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok control di ambil secara random dari populasi
tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok control dan sampel dipilih secara random .
3. Factorial Design
Design factorial merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu
dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang
mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel
dependen).
4. Quasi Experimental Design
Bentuk design eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design,
yang sulit di laksanakan. Design ini mempunyai kelompok control , tetapi tidak dapat
berfungsi mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupum demikian desain ini lebih
baik dari pre – experimental design.
BAB ( 5 )
POPULASI DAN SAMPEL
A. Populasi
Pupulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda – benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang di
pelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang di miliki oleh subyek atau
obyek itu.
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi , misalnya karena keterbatasan dana, tenaga
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari
pupulasi itu. Apa yang di pelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
di berlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang di ambill dari populasi
harus betul – betul representative (mewakili).
C. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan di gunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling yang di gunakan.
Teknik sampling pada dasarnya dapat di kelompokan menjadi dua
yaitu :
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk di pilih menjadi
anggota sampel. Teknik ini meliputi :
a. Simple random sampling
b. Proportionate stratified random sampling
c. Disproportionate stratified random
d. Sampling area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)
2. Nonprobability Sampling
Nonprobobabilty sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi
untuk di pilih menjadi sampel. Sampel ini meliputi :
a. Sampling Sistematis
b. Sampling Kuota
c. Sampling Insidental
d. Sampling Purposive
e. Sampling Jenuh
f. Snowball Sampling
BAB ( 6 )
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN
PENGUKURAN PENELITIAN
Instrumen penelitian di gunakan untuk mengukur nilai variabel yang di teliti. Dengan
demikian jumlah instrument yang akan di gunakan untuk penelitian akan tegantung pada
jumlah variabel yang di teliti. Bila variabel penelitiannya lima, maka jumlah instrumen
yang di gunakan untuk penelitian juga lima. Instrument – instrument penelitian sudah
ada yang di bakukan, tetapi masih ada yang harus di buat peneliti sendiri. Karena
instrument penelitian akan di gunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan
menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument harus mempunyai
skala.
A. Macam – macam skala pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang di gunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila di gunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Berbagai skala sikap yang dapat di gunakan untuk penelitian Administrasi,
Pendidikan dan Sosial antara lain :
1. Skala Likert
Skala Likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan resepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian, fenomena social ini telah
di tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya di sebut sebagai variabel
penelitian.
2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu “ya – tidak”,
“ benar – salah “, “ pernah – tidak “, “ positif – negative “ dan lain – lain. Data yang di
peroleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada
skala likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “ sangat setuju” sampai “ sangat tidak
setuju “, maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “ setuju’ atau “
tidak setuju”. Penelitian menggunakan sakal Guttman di lakukan bila ingin mendaptkan
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang di tanyakan.
3. Semantic Deferensial
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial di kembangkan oleh Osgood.
Skala ini juga di gunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda
maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat
positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “ sangat negatif’ terletak di
bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang di peroleh adalah daya interval, dan
biasanya skala ini di gunakan untuk mengukur sekap/karakteristik tertentu yang di
punyai oleh seseorang .
4. Rating Scale
Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah di kemukakan , data yang di peroleh
semuanya adalah data kuantitatif yang kemudian di kuantitatifkan. Tetapi dengan rating
– scale data mentah yang di peroleh berupa angka kemudian di tafsirkan dalam
pengertian kualitatif.
B. Instrumen penelitian
Karena pada perinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada lat
ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya di namakan instrumen penelitian. Jadi
instrumen penelitian adalah suatu alat yang di gunakan mengukut fenomena dalam maupun
social yang di amati. Secara specific semua fenomena ini di sebut variabel penelitian.
Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah di
tetapkan untuk di teliti. Misalnya akan meneliti tentang “ pengaruh kepemimpinan dan iklim
kerja sekolah terhadap prestasi belajat anak “. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu di
buat yaitu :
1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan
2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja sekolah
3. Instrumen untuk mengukur prestasi belajr murid
C. Cara Menyusun Instrumen
Titik tolak dari penyusunan adalah variabel – variabel penelitian yang di
tetapkan untuk di teliti. Dari variabel – variabel tersebut di berikan definisi operasionalnya,
dan selanjutnya di tentukan indicator yang akan di ukur. Dari indicator ini kemudian di
jabarkan menjadi butir – butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan
instrumen, maka perlu di gunakan “matrik pengembangan instrumen “ atau “ kisi – kisi
instrument “.
Sebagai contoh misalnya variabel penelitiannya “ tingkat kekayaan”
Indikator kekayaan misalnya : rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan
yang sering di makan, jenis olah raga yang di lakukan dan sebagainya. Untuk indicator
rumah , bentuk pertanyaan nya misalnya : 1) berapa jumlah rumah. 2)dimana letak rumah . 3)
berapa luas masing – masing rumah, 4) bagaimana kualitas bangunan rumah dan sebagainya.
BAB ( 7 )
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Terdapat dua hal unutk yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu,
kualitas instrument penelitian, dana kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas
pengumpulan data berkenaan ketetapan cara – cara yang di gunakan untuk
mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrument yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan variabel, apanila
instrumen tersebut tidak di gunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.
Pengumpulan data dapat di lakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara. Bila di lihat dari setting-nya, data dapat di kumpulkan pada setting
alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, dirumah dengan
berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila di lihat dari
sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Selanjutnya bila di lihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan data dapat di lakukan dengan interview (wawancara), kuesioner
(angket), observasi (pengamatan), dana gabungan ketiganya.
BAB ( 8 )
ANALISIS DATA
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul kegiatan dalan anilisis data adalah :
1. Pengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden
2. Mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden
3. Menyajikan data tiap variabel yang di teliti
4. Melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah
5. Melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah di ajukan untuk
penelitian yang tidak merumuskan hipotesis, langkah terakhir tidak di lakukan
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua
macam statistic yang di gunakan untuk analisis data dalam penelitian yaitu : statistic
deskriptif dan statistic inferensial, statistic inferensial melimputi : statistic parametris
dan non parametris.