Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PROSES PENELITIAN, MASALAH, VARIABEL, DAN PARADIGMA


PENELITIAN

A. Proses Penelitian Kuantitatif

Setiap penelitian berangkat dari masalah, atau dari potensi. Dalam


penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas, dan
ditujukan dengan data yang valid. Setelah masalah diidentifikasi dan dibatasi,
maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan. Berdasarkan rumusan masalah
tersebut, maka peneliti menggunakan berbagai toeri untuk memperjelas masalah
dan menjawabnya. Sedangkan jawaban rumusan masalah yang baru menggunakan
toeri disebut dinamakan hipotesis.

Hipotesis tersebut selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara


empiris di lapangan. Untuk itu peneliti menetapkan populasi sebagai tempat
pengujian dan sekaligus menyiapkan instrumen penelitianya. Bile populasi terlalu
luas dan ada keterbatasan dari peneliti baik dari segi tenaga, waktu dan biaya,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Sedangkan instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data harus


valid dan reliabel. Untuk itu sebelum instrumen digunakan harus diuji validitas
dan reliabilitasnya. Instrumen untuk pengumpulan data dapat berbentuk test dan
nontest. Untuk instrumen yang berbentuk nontest, dapat digunakan sebagai
kuesioner, pedoman observasi dan wawancara.

Setelah data terkumpul selanjutnya dianalisis, analisis diarahkan untuk


menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Data hasil analisis
selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Setelah hasil penelitian
diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan. Kesimpulan tersebut
berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang
telah terkumpul. Selain itu, peneliti juga berkewajiban memberikan saran-saran
yang berdasarkan dari kesimpulan hasil penelitian, melalui saran tersebut
diharapkan masalah dapat dipecahkan.

Apabila hipotesis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu dicek
apakah ada yang salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis
data atau rumusan masalah yang diajukan.

B. Masalah
Seperti telah dikemukakan pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan
tujuan utnuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan utnuk
memecahkan masalah. Jadi, setiap penelitian yang akan dilakaukan harus selalu
berangkat dari masalah, walaupun duakui bahwa memilih masalah penelitian
sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses peneltitian. Oleh karena itu,
menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah,
tetapi setelah masalah dapat ditemukan maka pekerjaan penelitian akan segera
dapat dilakukan.
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan
dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stoner dalam (Sugiyono.
2012: 56) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui dan dicari
apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa
yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditujukan dengan data.
Data masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil
penelitian orang lain, atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to
date, lengkap dan akurat. Jumlah data yang dikemukakan tergantung pada jumlah
variabel penelitian yang ditetapkan oleh peneliti.
C. Rumusan masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah
itu merupakan suatu pertanyaan yang akan diberikan jawabannya melalui
pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dengan
rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan
pada masalah.
Selanjutnya adalah mengenai bentuk-bentuk masalah penelitian, bentuk-
bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian
menurut tingkat eksplanasi. Sedangkan bentuk-bentuk rumusan masalah yang ada
dalam penelitian itu dikelompokkan menjadi 4 bentuk, yaitu:
a. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya
pada satu variabel atau lebih. Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel
itu dengan varibel yang lain. Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi tingkat kinerja kabinet bersatu?
2. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri
Berbadan Hukum?
b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan produktifitas kerja antara pegawai negeri, BUMN, dan
Swasta?
2. Adakah perbedaan kenyamanan naik Kereta Api dan Bus menurut
berbagai kelompok masyarakat?
c. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam rumusan
masalah asosiatif terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris,
hubungan kausal, dan interktif/resiprokal/timbal balik.
1) Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersama. Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
a) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat
manisnya buah?
b) Adakah hubungan dengan warna rambut dengan kemampuan memimpin?
2) Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Jadi disini
ada dua variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen
(dipengaruhi), contohnya:
a) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
b) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan nasional terhadap perilaku
masyarakat?
3) Hubungan interaktif/reiprokal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini
tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contohnya:
a) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi
mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
b) Hubungan antara kecerdasan dan kekayaan. Kecerdasan dapat
menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan
kecerdasan karena gizi terpenuhi.
d. Rumusan Masalah Komparatif-Asosiatif
Rumusan Masalah Komparatif-Asosiatif adalah rumusan masalah yang
menanyakan perbandingan korelasi antara dua variabel atau lebih pada sampel
atau populasi yang berbeda.

D. Variabel Penelitian

1. Pengertian Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian sesuatu hal
yang berbentuk apa saja yang mempunyai variasi tertentu dan ditetapkan peneliti
kemudian ditarik kesimpulannya.

2. Macam-macam Variabel

Macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:

a. Variabel Independen atau variabel bebas merupakan variabel yang


mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat).

b. Variabel Dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang


dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

c. Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi


(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel
independen dan dependen.

d. Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis


mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan
dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat
diamati dan diukur.

e. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat


konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen
tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

E. Model Hubungan Antar Variabel

Dalam penelitian kuantitatif yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu
gejala itu dapat diklasifikasikan dan hubungan gejala yang bersifat kausal (sebab
akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada
beberapa variabel saja. Pada penelitian yang bersifat asosiatif peneliti dapat
menyusun kerangka berfikir berdasarkan teori-teori yang relavan, canggih, dan
mutakhir. Kerangka berfikir menunjukkan prediksi terhadap hubungan antar
variabel yang akan diteliti. Kerangka berfikir yang menunjukkan hubungan antar
variabel tersebut, selanjutnya disebut dengan model hubungan antar variabel.

Adapun bentuk-bentuk model hubungan antar variabel dalam penelitian


kuantitatif khususnya untuk penelitian survei sebagai berikut:
1. Model hubungan antar variabel yang sederhana

Model penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan


dependen. Hal ini dapat digambarkan seperti berikut.

X Y

2. Model sederhana berurutan

Dalam model ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya
masih sederhana.

X1 X2 X3 Y

3. Model ganda dengan dua variabel independen

X1

X2

4. Model ganda dengan tiga variabel independen

X1

X2 Y

X3

5. Model hubungan variabel ganda dengan dua variabel dependen

Y1

X1

Y2
6. Model hubungan variabel ganda dengan dua variabel independen
dan dua dependen

X1 Y1

X1 Y2

7. Model jalur

X1

X3 Y

X2

F. Menemukan Masalah

Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melakukan


analisis masalah, yaitu dengan pohon masalah. Dengan analisis masalah melalui
pohon masalah ini, maka permasalahan dapat diketahui mana masalah yang
penting, yang kurang penting dan yang tidak penting. Melalui analisis masalah ini
juga dapat diketahui akar-akar permasalahannya.
BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGUJIAN


HIPOTESIS

A. Pengertian Teori

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah selanjutnya dalam


proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep, dan generalisasi-
generalisasi hasil penelitian yang dapat menjadikan ladasan teori untuk
pelaksanaan penelitian (Sugiono, 2012). Adanya landasan teori ini perlu ditegakan
agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan
coba-coba (trial and error). Adanya landasan teori ini merupakan ciri bahwa
penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

Setiap suatu penelitian selalu menggunakan teori dan menjadikan teori


sebagai hal yang penting, seperti dinyatakan oleh Kerlinger dalam Sugiono
(2012), theory is a set of interrelated construct (concept), definition, and
proposition that present a systematic view purpose of expalaining and predicting
the phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui
spesifikasi hubungan antara variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena.

Cooper & Schindler dalam Sugiono (2012), mengemukakan bahwa, a


theory is a set of systematically interrelated concept, definition, and proposition
that are advance to explain and predict phenomena (fact). Teori adalah
seperangkat konsep, definisi, proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga
dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Mark dalam Sugiono (2012) membedakan adanya tiga macam teori.


Dengan demikian dapat dibedakan menjadi:
1. Teori deduktif adalah teori yang memberikan keterangan dimulai dari
suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kearah data yang akan
diterangkan
2. Teori Induktif, cara menerangkannya dari data kea arah teori
3. Teori Fungsional, data mempengaruhi pembetukan teori dan pembetukan
teori kembali mempengaruhi data

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu teori adalah


suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini
diperoleh melalui jalan yang sistematis. Kemudian suatu teori harus dapat diuji
kebenarannya, bila tidak, hal tersebut buka suatu teori.

Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat


konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori
mempunyai fungsi sebagai menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction),
dan pengendalian (control) suatu gejala. Setiap teori akan mengalami perubahan
dan perkembangan, hal tersebut terjadi apabila teori sudah tidak relevan dan
kurang berfungsi lagi untuk mengamati masalah.

B. Kegunaan Teori dalam Penelitian

Menurut Hill dalam Sugiono (2012), secara umum fungsi dari teori adalah
Pertama, sebagai pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan; suatu cara
menganalisis, membicarakan dan meneliti fenomena. Kedua, teori berupaya untuk
meringkas sekumpulan besar pengetahuan mengenai hukum-hukum tertentu
kedalam ruang yang cukup kecil. Ketiga, teori secara kreatif berupaya
menjelaskan apa dan mengapa sesuatu/fenomena berlangsung seperti apa adanya.

Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua penelitian harus
berbekal teori. Di dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah
jelas, karena teori disini berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti,
sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dan sebagai referensi untuk menyusun
instrument penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian
kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
C. Deskripsi Teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang


teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variable yang diteliti. Berapa
jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan dalam suatu penelitian , akan
tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah
variable yang diteliti. Oleh karena itu, semakin banyak variable yang diteliti akan
mempengaruhi jumlah teori yang harus dikemukakan.

Teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian


dapat digunakan sebagai indicator apakah penelitian menguasai teori atau konteks
yang diteliti. Variable-variable penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik,
baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antara variable yang
diteliti, menunjukan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.

Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil


penelitian, maka peneliti harus rajin membaca, dan menelaah yang dibaca itu
setuntas mungkin agar ia dapat menegakan landasan yang kokoh bagi langkah-
langkah selanjutnya. Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu
relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran. Relevansi berkenaan dengan
kecocokan antara variable yang ditelkiti dengan teori yang dikemukakan,
kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang akan dibaca, kemutahiran
berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang digunakan, akan
semakin mutakhir teori.

Langkah-langkah untuk melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:

1. Tetapakan nama variable yang diteliti, dan jumlah variabelnya


2. Cari sumber bacaan sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap
variable yang diteliti
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap
variable yang akan diteliti.
4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara sumber dengan sumber lain, dan pilih definisi yang
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan
5. Baca seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variable yang akan diteliti,
lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan masalah dengan bahasa
sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalm
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip
atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.

(Azhar)
BAB III

METODE PENELITIAN EKSPERIMEN

A. Pengertian
Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui apakah suatu metode,
prosedur, sistem, proses, alat, bahan, serta model efektif dan efisien jika
diterapkan di suatu tempat. Penelitian eksperimen juga mengujicobakan
kelayakan suatu metode, prosedur, sistem, proses, alat, bahan dan model treatment
itu diterapkan di suatu objek atau tempat.
B. Bentuk-Bentuk Desain Eksperimen
Penelitian eksperimen memiliki beberapa bentuk, yaitu : Pre-
Eksperimental Design, True Eksperimental Design, Factorial Eksperimental
Design Dan Quasi Eksperimental Design.
1. Pre Eksperimental Design
Dikatakan pre eksperimental design, karena desain ini belum merupakan
eksperimen yang sungguh-sungguh. Karena, masih banyak variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Terdapat beberapa bentuk
dalam desain ini, yaitu: One Shot Case Study, One Group Pretest-Posttest Dan
Intac Group Comparation.
a) One Shot Case Study
Desain ini dapat di gambarkan sebagai berikut:
X = treatment yang diberikan (variabel
X O
independen)
O = observasi (variabel dependen)
Model eksperimen ini dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu
kelompok yang diberikan treatment, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
Misalnya saja peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh belajar siswa ketika
menggunakan cellphone dan tidak menggunakan cellphone. Setelah sekian bulan
treatment dilakukan data dianalisis lewat tes. Dalam tes ternyata menunjukkan
bahwa siswa menggunakan cellphone nilai rata-ratanya hanya 65 saja, sedangkan
saat tidak menggunakan cellphone naik menjadi 75. Jadi pengaruh tidak
menggunakan cellphone adalah 75 – 65 = 10.
b) One Group Pretest-Posttest
Jika dalam one shot case study tidak dilakukan pretest maka dalam desain
ini diberikan pretest. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum perlakuan. Desain
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 = nilai pretest
O1 X O2 O2 = nilai posttest
X = Treatment
c) Intac Group Comparation
Pada desai ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian,
tetapi dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok menjadi kelompok kontrol
dan satunya lagi menjadi kelompok eksperimen. Desain ini dapat dideskripsikan
sebagai berikut :
X O1 O1 = hasil pengukuran pada kelompok eksperimen
O2 O2 = hasil pengukuran kelompok kontrol
X = treatment
Misalnya saja, peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan media
interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah treatment di berikan,
kemudian dilihat hasil belajar siswa melalui tes. Kelompok manakah yang lebih
dapat meningkatkan hasil belajar. Apakah kelompok eksperimen yang
mendapatkan treatmen ataukah kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
treatment.
2. True Eksperimental Desain
Dikatakan true eksperimental karena eksperimen ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Dengan demikian, validitas internal dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari desain
ni adalah bahwa sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun kontrol
diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi, cirinya adalah adanya
kelompok kontrol yang sampelnya diambil secara random. Terdapat dua bentuk
dalam desain ini, yaitu : posttest only control design dan pretest posttestcontrol
group desain.
a. Posttest Only Control Design
R = Random
R X O1
R O2 X = Treatment
O1 = Hasil Kelompok eksperimen
O2 = Hasil Kelompok kontrol
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih
secara random. Kelompok pertama diberikan treatment dan yang lain tidak.
b. Pretest Posttestcontrol Group Desain

R O1 X O2 Dalam desain ini terdapat dua


R O3 O4 kelompok yang dipilih secara
random, kemudian di beri pretest untuk mengetahui keadaan
awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok
eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
3. Factorial design
Desain faktorial merupakan desain dari design true experimental, yaitu
dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang
mempengaruhi variabel independen terhadap variabel dependen. Paradigma
desain faktorial dapat digambarkan sebagai berikut:
R O1 X Y1 O2 Pada desain ini kelompok dipilih secara
R O3 Y1 O4
R O5 X Y2 O6
random, kemudian masing-masing
R O7 Y2 O8 diberikan pretest. Dalam desain ini yang
membedakan adalah adanya variabel moderator (Y).
BAB IV
POPULASI DAN SAMPEL

A. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2012:
119). Menurut Anggoro dkk, (2008: 4.2) populasi merupakan himpunan yang
lengkap dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya ingin
kita ketahui. Sedangkan Iskandar (2009: 68) mengemukakan secara singkat
bahwa populasi merupakan seluruh subjek penelitian. Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli diatas penulis mendefinisak populasi sebagai keseluruhan
objek/subjek memiliki karakteristik tertentu yang ingin kita teliti. Jadi populasi
tidak hanya manusia, melainkan objek dan benda alam yang bukan hanya
besaran jumlah tetapi seluruh karakteristik dari jumlah tersebut.
B. Sampel
Sampel merupakan sebagian anggota populasi yang memberikan
keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian (Anggoro dkk,
2008: 4.3). Sugiono, (2012: 120) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berangkat
dari pandangan tersebut penulis menyimpulkan bahwa sampel merupakan
bagian dari populasi yang mewakili jumlah serta karakteristik yang
memberikan data yang diperlukan dalam suatu penelitian jika pemilihan
sampel tidak representatif akan menimbulkan tidak tepatnya kesimpulan yang
akan diambil.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel mana yang akan digunakan dalam penelitian. Secara
umum teknik sampling dapat dikelompokan menjadi dua yaitu sampel
probabilitas dan sampel nonprobabilitas.
1. Sampel Probabilitas
Sampel probabilitas merupakan teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Dalam teknik pengambilan sampel ini meliputi:
a. Pengambilan Sampel Acak Sederhana
Dikatakan demikian karena proses pengambilan sampel dilakukan secara
sederhana tanpa memperhatikan strata dalam populasi karena para
anggota populasi dianggap homogen.
b. Pengambilan Sampel Acak Berstrata
Pengambilan sampel ini digunakan apabila para anggota populasi bersifat
heterogen sampel ditentukan berdasarkan strata. Dalam teknik ini, terbagi
menjadi dua bagian yaitu:
1) Pengambilan Sampel Acak Berstrata yang Proporsional
Teknik ini dilakukan apabila populasi mempunyai anggota tidak
homogen dan berstrata proporsional.
2) Pengambilan Sampel Acak Berstrata yang Kurang Proporsional
Teknik ini dilakukan apabila populasi mempunyai anggota yang
homogen dan berstrata kurang proporsional karena adanya
ketidaksebandingan.
c. Pengambilan Sampel Menurut Area
Teknik sampel ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek
penelitian membagi populasi ke wilayah tertentu. Untuk menentukan
populasi dari wilayah yang akan dijadikan sebagai sumber data, maka
pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang akan diteliti.
Perlu diingat untuk melakukan penarikan sampel berdasarkan area harus
melalui dua tahap sampling. Pertama, menentukan sampel wilayah;
Kedua, menentukan sampel yang mewakili populasi penelitian.
2. Sampel Nonprobabilitas
Sampel nonprobabilitas merupakan teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan peluang yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel atau bisa juga disebut pengambilan sampel dengan cara
tidak acak. Teknik sampel ini meliputi:
a. Pengambilan Sampel Sistematis
Teknik ini digunakan berdasarkan urutan dari populasi. Pada prosesnya
bisa berdasarkan nomor urut ganjil, genap dan lain sebagainya.
b. Pengambilan Sampel Quota
Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan untuk memenuhi
jumlah quota yang telah ditentukan oleh peneliti.
c. Pengambilan Sampel Tujuan
Teknik ini berdasarkan penilaian subjektif peneliti pada karakteristik
tertentu yang dianggap memiliki sangkut paut dengan karakteristik yang
telah ditentukan sebelumnya melalui pertimbangan tertentu.
d. Pengambilan Sampel Insidental
Teknik ini berdasarkan kebetulan, yaitu siapa yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.
e. Pengambilan Sampel Jenuh
Bila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel hal ini bisa terjadi
bila jumlah populasinya terbatas atau peneletian yang diharapkan
menghasilkan generalisasi yang sangat akurat.
f. Pengambilan Sampel Bola Salju
Teknnik ini digunakan dengan cara penarikan sampel yang bermula
dengan jumlah kecil, kemudian membesar jika data dirasa belum cukup
maka peneliti mencari sampel lain yang dipandang lebih mengetahui
persoalan.

D. Menentukan Ukuran Sampel


Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.
Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan
jumlah anggota populasi itu sendiri. Semakin besar sampel mendekati populasi
maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya apabila
semakin kecil sampel dari populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi
(diberlakukan secara umum) (Sugiyono, 2012:127).
Penentuan ukuran atau jumlah anggota sampel tergantung pada tingkat
ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian yang
dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu, dan tenaga yang
tersedia.Berikut ini adalah salah satu contoh menghitung jumlah sampel dari
populasi yang telah diketahui jumlahnya dengan rumus dari Isaac dan Michael.
-λ2 . N. P. Q
𝑠 = 2
d (N − 1) + λ2 . P. Q
Keterangan:
s = Jumlah sampel
λ = Chi Kuadrad yang harganya tergantung derajat kebebasan dan tingkat
kesalahan. Untuk derajat kebebasan I dan kesalahan 5% harga Chi
Kuadrad = 3,841.
N = Jumlah populasi
P = Peluang benar (0,5)
Q = Peluang salah (0,5)
D = Perbedaan antara sampel yang diharapkan dengan yang terjadi.
Perbedaan bisa 1%, 5%, dan 10%.
Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf
Kesalahan 1%, 5%, dan 10%
S S s
N N N
1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%
10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 247
15 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 248
20 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 251
25 24 23 23 320 216 167 147 400 569 320 254
30 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 255
35 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 257
40 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 256
45 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 261
50 47 44 42 420 257 191 165 8000 613 334 263
55 51 48 46 440 265 195 168 900 618 335 263
60 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 263
65 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 266
70 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 267
75 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 268
80 71 65 62 600 315 221 187 40000 653 345 269
85 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 269
90 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 270
95 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270
100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270
110 94 84 78 850 373 247 205 200000 661 347 270
120 102 89 83 900 382 251 208 250000 662 348 270
130 109 95 88 950 391 255 211 300000 662 348 270
140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270
150 122 105 97 1100 414 265 217 400000 662 348 270
160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 663 348 270
170 135 114 105 1300 440 275 224 500000 663 348 270
180 142 119 108 1400 450 279 227 550000 663 348 270
190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 663 348 270
200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 663 348 270
210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 663 348 270
220 165 135 122 1800 485 292 235 750000 663 348 270
230 171 139 125 1900 492 294 237 800000 663 348 271
240 176 142 127 2000 498 297 238 850000 663 348 271
250 182 146 130 2200 510 301 241 900000 663 348 271
260 187 149 133 2400 520 304 243 950000 663 348 271
270 192 152 135 2600 529 307 245 1000000 663 348 271
∞ 664 349 272

E. Contoh Menentukan Ukuran Sampel


Roscoe dalam Sugiyono (2012:133), memberikan saran-saran untuk
menetukan ukuran sampel penelitian sebagai berikut:
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai
dengan 500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-
swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal
30).
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate
(korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel
minimal 10 kali dari jumlah variable yang diteliti. Misalnya variable
penelitiannya ada 5 (independen+dependen), maka jumlah anggota sampel
= 10 x 5 = 50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan
kelompok eksperimen dan kelompok control, maka jumlah anggota
sampel masing-masing antara 10 s/d 20.
F. Cara Mengambil Anggota Sampel
Dalam penelitian kuntitatif teknik sampling yang digunakan yaitu
probalility sampling. Probability sampling merupakan teknik sampling yang
memberi peluang sama kepada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Cara demikian sering disebut dengan random sampling, atau cara
pengambilan sampel secara acak.Pengambilan sampel secara random/acak
dapat dilakukan dengan random, komputer, maupun dengan undian. Bila
pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi
nomorterlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi.
BAB V
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

A. Macam-Macam Skala Pengukuran


Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi,
Pendidikan dan Sosial antara lain :
1. Skala Likert
Digunakan untuk mnegukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Jawaban setiap item instrumen yang mneggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa
kata-kata antara lain:
- Sangat setuju
- Setuju
- Ragu-ragu
- Ridak setuju
- Sangat tidak setuju, dll.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya.
- Sangat Setuju 5
- Setuju 4
- Ragu-ragu 3
- Tidak setuju 2
- Sangat tidak setuju 1
CONTOH BENTUK CHECKLIST
Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat Anda, dengan
cara memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia.
No. Pertanyaan Jawaban
SS ST RG TS STS
1. Prosedur kerja yang √
baru itu akan segera
diterapkan di
2. perusahaan anda.
..........................
SS = Sangat Setuju
ST = Setuju
RG = Ragu-ragu
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
CONTOH BENTUK PILIHAN GANDA
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan
pendapat anda, dengan cara memberi lingkaran pada nomor jawaban yang
tersedia.
Prosedur kerja yangbaru itu akan segera diterapkan di Lembaga Anda.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
d. Setuju
e. Sangat setuju
2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas yaitu
“ya-tidak”, “benar-salah”,”pernah-tidak pernah”, dll. Data yang diperoleh dapat
berupa data interval atau rasio dikotimi.
Contoh :
1. Bagai mana pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan
perusahaan ini
a. Setuju
b. Tidak setuju
3. Sematic Deferintal
Skala pengukuran yang berbentuk semantic diferensial dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tapi tersusun dalam satu garis kontimum yang
jawaban “sangat positif” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat
negatif” terletak dibagian kiri, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data
interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikapkarakteristik
tertentu yang dimiliki sesorang.
Contoh :
Beri nilai gaya kepemimpinan Manajer Anda
Bersahabat 5 4 3 2 1 Bermusuhan
Tepat Janji 5 4 3 2 1 Ingkar janji
Demokratis 5 4 3 2 1
Otoriter
Dll.
4. Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran diatas, data yang diperoleh semuanya data
kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan, tapi dengan Rating Scale data mentah
yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah
satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu
jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Contoh:
Seberapa baik data ruangan kerja yang ada di Perusahaan A
Berilah jawaban dengan angka :
4.Bila tata ruang itu sangat baik
3.bila tata ruang itu cukup baik
2.bila tata ruang itu kurang baik
1.bila tat ruang itu sangat tidak baik.

Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yan tersedia sesuai


dengan keadaan sebenarnya!

NO. Pertanyaan tentang tata tuang kantor Interval Jawaban


Item
1. Penataan meja kerja sehingga arus kerja 4 3 2 1
menjadi pendek
2. Pencahayaan alam tiap ruangan 4321
3. Pencahayaan listrik tiap ruangan sesuai 4 3 2 1
kebutuhan
4. Warna lantai sehingga tidak 4321
menimbulkan pantulan cahaya yang
dapat mengganggu pegawai
5. Sirkulasi udara setiap ruangan 4321
dll
1) Instrumen untuk menjaring data nominal
Contoh :
- Berpakah jumlah pegawai di twmpat anda bekerja ... pegawai.
- Berapakah orang yang dapat berbahasa Belanda ... orang.
- Berapakah orang pemimpin yang anda sukai .... orang.
2) Instrumen untuk menjaring data ordinal
Contoh :
Berilah ranking terhadap sepuluh pegawai di bidang pelayanan
rumah sakit sebagai berikut.
Tabel 6.2
Ranking Terhadap Sepuluh Pegawai Di Bidang Pelayanan
Rumah Sakit
Nama Pegawai Ranking Nomor
A ...
B ...
C ...
D ...
E 1
F ...
G ...
H ...
I ...
J ...

B. Instrumen Penelitian

Pada prinsipmya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada


alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua
fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen-instrumen dalam bidang
sosial meskipun sudah teruji validitas analisis reliabilitasnya, tetapi bila digunakan
untuk tempat tertentu belum tentu tepat dan mungkin tidak valid dan reliabel lagi.
Hal ini perlu dimaklumi karena fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari
kesamaannya.

Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian


yang telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang “Pengaruh
kepemimpinan dan iklim kerja sekolah terhadap prestasi belajar anak”. Dalam hal
ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu :

1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan


2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja sekolah
3. Instrumen untuk mengukur prestasi belajar murid

C. Cara Menyusun Instrumen


Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan
khususnya bidang pendidikan khususnya yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk
itu, maka peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk
penelitian. Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi
operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari
indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.
Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka
diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan
teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen
harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya dapat
dilakukan dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, jurnal) membaca
hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, dan konsultasi pada orang yang
dipandang ahli.
Salah satu contoh judul penelitian dan instrumen yang akan dikembangkan.
Judul Penelitian :
GAYA DAN SITUASI KEPEMIMPIAN KEPALA SEKOLAH SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM KERJA ORGANISASI
Judul tersebut terdiri atas dua variabel independen dan satu dependen. Masing-
masing instrumennya adalah :
1. Instrumen untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan
2. Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan
3. Instrumen untuk mengukur variabel iklim kerja organisasi
Selanjutnya untuk menyusun item-item instrumen, maka indikator dari variabel
yang akan diteliti dijabarkan menjadi item-item instrumen. Item-item instrumen
harus disusun dengan bahasa yang jelas sehingga semua pihak yang
berkepentingan tahu apa yang dimaksud dalam item intrumen tersebut.

KISI-KISI INSTRUMEN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGUKUR GAYA


KEPEMIMPINAN, SITUASI KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KERJA
ORGANISASI SEKOLAH

Variabel Penelitian Indikator No item instrumen


Gaya Kepemimpinan 1. Kepemimpinan direktif 1,4,7,10,13,16
2. Kepemimpinan 2,5,8,11,14,17
supportive
3. Kepemimpinan 3,6,9,12,15,18
partisipatif
4. Kepemimpinan Goal 19,20,21,22,23,24
Oriented
Situasi Kepemimpinan 1. Hubungan pemimpin 1,2,3,4,5,6
dengan anggota
2. Tugas-tugas 7,8,9,10,11,12
3. Power position 13,14,15,16,17,18
Iklim Organisasi 1. Otonomi dan 1,2
Sekolah fleksibilitas
2. Menaruh 3,4
kepercayaan
dan terbuka
3. Simpatik dan 5,6
memberi
dukungan
4. Jujur dan 7,8
menghargai
5. Kejelasan tujuan 9,10
6. Pekerjaan yang 11,12
resiko
7. Pertumbuhan 13,14
kepribadian

1. Inilah salah satu contoh instrumen yang diperlukan untuk


mengungkapkan variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah tertentu.
sumber datanya adalah guru dan karyawan, bentuk angketnya adalah
multiple choice.
1. Apakah Kepala Sekolah menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan
guru?
a. Tidak pernah
b. Jarang sekali
c. Sering
d. Selalu
2. Apakah Kepala Sekolah menunjukan hal-hal yang dapat menarik minat
kerja guru?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang sekali
d. Tidak pernah
3. Apakah Kepala Sekolah memberitahu kepada para guru tentang apa
yang harus dan bagaiamana cara mengerjakan suatu pekerjaan?
a. Tidak pernah
b. Jarang sekali
c. Sering
d. Selalu
4. Apakah Kepala Sekolah berupaya mengembangkan suasana
bersahabat?
a. Tidak pernah
b. Jarang sekali
c. Sering
d. Selalu
5. Apakah Kepala Sekolah bekerja sama dengan para guru untuk
menyusun tugasnya masing-masing?
a. Tidak pernah
b. Jarang sekali
c. Sering
d. Selalu
2. Instrumen yang diperlukan untuk mengungkapkan variabel situasi
kepemimpinan dari suatu lembaga. Sumber datanya adalah para
pegawai. Bentuk instrumennya adalah checklist.
Mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya, dengan cara
memberi tanda (V) pada kolom jawaban yang telah tersedia. S=Semuanya,
SB=Sebagian Besar, SK=Sebagian Kecil, TA=Tidak ada

No Pertanyaan tentang situasi kepemimpinan S SB SK TA


1 Apakah para guru dan karyawan memberi
dukungan kepada Kepala Sekolah
2 Apakah terdapat kesetiakawanan di antara
para guru dan pegawai
3 Apakah para guru dan pegawai patuh dan
loyal kepada Kepala Sekolah
4 Apakah para guru dan pegawai memerlukan
pengetahuan dan keterampilan kerja dari
Kepala Sekolah
5 Apakah tujuan pribadi guru dan pegawai
diperhatikan oleh Kepala Sekolah
6 Apakah tujuan kerja para guru dan pegawai
dijelaskan oleh Kepala Sekolah
7 Apakah berbagai masalah yang muncul di
sekolah telah diberikan pemecahannya
dengan betul oleh Kepala Sekolah
8 Apakah guru dan karyawan merasa puas
terhadap insentif yang diberikan Kepala
Sekolah
9 Apakah semua dukungan dari atasan Kepala
Sekolah diterima semua oleh guru dan
karyawan
10 Apakah berbagai bidang ketrampilan kerja
dipunya Kepala Sekolah

Item nomor 1 s/d 5, merupakan dimensi hubungan pimpinan dengan


anggota. Item nomor 6 dan 7 merupakan dimensi tugas pimpinan. Item
nomor 8 s/d 10, merupakan dimensi kekuasaan/power dari kepemimpinan.

3. Instrumen untuk mengungkapkan iklim kerja organisasi Sekolah.


Bentuk instrumen ratingscale.
No Pertanyaan tentang iklim kerja Tingkat Persetujuan
organisasi
1 2 3
1. Terdapat fleksibilitas dalam
menggunakan waktu dan sumber-
sumber untuk mencapai tujuan sekolah
2. Para pegawai menyetujui pendapat
dan inisiatif anda
3. Kepala Sekolah sangat menaruh
kepercayaan kepada anda
4. Atasan anda selalu memperhatikan
problem yang anda hadapi
5. Semua pegawai memahami kalau
pekerjaan yang baik perlu diberi
hadiah

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Jadi instrumen yang valid dan reliabel adalah
syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

Instrumen yang reliabel belum tentu valid, meteran yang putus dibagian
ujungnya bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel)
tetapi selalu tidak valid. Hal ini disebabkan karena instrumen (meteran) tersebut
rusak.

Instrumen yang valid harus memiliki validitas internal dan eksternal.


Penelitian yang mempunyai validitas internal bila data yang dihasilkan
merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Penelitian yang
mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel
yang lain atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan.

Validitas internal instrumen yang berupa tes harus memenuhi validitas


konstruksi dan validitas isi. Instrumen yang harus mempunyai validitas isi adalah
instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi
belajar dan mengukur efektivitas program dan tujuan.

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Pengujian Validitas Instrumen

a. Pengujian Validitas Kontruksi

Dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts), instrumen


dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Jumlah anggota sampel yang
digunakan untuk pengujian sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan maka
pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan
mengkorelasikan antar skor instrumen dalam suatu faktor dan mengkorelasikan
skor faktor dengan skor total.

b. Pengujian Validitas Isi

Pengujian validitas isis dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi


instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Pada setiap instrumen
baik tes maupun nontes terdapat butir(item) pertanyaan atau pernyataan
selanjutnya di ujicobakan dan dianalisis dengan analisis item dan atau uji beda.

c. Pengujian Validitas Eksternal

Diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara


kriteria yang ada pada ionstrumen dan fakta-fakta empiris yang terjadi di
lapangan. Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi
maka akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang
tinggi pula.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

a. test – retest
Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberpa kali pada
responden, jadi dalam hal ini, instrumenya sama, respondenya sma namun
waktunya yang berbeda. Pengujian cara ini disebut juga dengan stability.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah instrumen yang secara bahasa berbeda,
tetapi maksudnya sama. Pengujiannya cukup dilakukan dengan sekali, tetapi
instrumennya dua pada responden yang sama, waktu sama, dan instrumen
berbeda.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrumen yang equivalent itu beberap kali ke responden yang sama. Reliabiltas
instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen setelah itu
dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
d. Internal Consistancy
Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja kemudiandata
yang diperoleh di analisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan
untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
BAB VI

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan- bahan,


keterangan- keterangan, kenyataan- kenyataan dan informasi yang dapat
dipercaya.

A. Wawancara
Wawancara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu tanya jawab dengan seseorang yang
diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk
dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar
televisi.
Menurut Nasution dalam skripsi Ai Erna Herlina (2011: 11) bahwa dengan
melakukan wawancara kita dapat memasuki dunia fikiran dan perasaan
responden). Wawancara juga dapat membantu kita dalam memperoleh informasi
atau data secara mendalam.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal- hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.
Wawancara terbagi atas 2 macam :
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstrukutur digunakan sebagai teknik pengumpulan data.
Apabila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara ini selain harus
membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul dta
juga dapat menggunakan seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material yang
lainnya yang dapat membantu pelaksanaan.
Contoh wawancara terstruktur :
1. Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu terhadap pelayanan pendidikan
di Kabupaten ini ?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus
2. Bagaimanakah tanggapan Bapak/ Ibu terhadap pelayanan bidang
kesehatan di Kabupaten ini?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus

b. Wawancara tidak terstrukur


Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah trsusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis- garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Contoh :
Bagaimanakah pendapat Bapak/ Ibu terhadap kebijakan pemerintah
tentang impor gula saat ini? Dan bagaimana dampaknya terhadap
pedagang dan petani?
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara
apsti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan
apa yang diceritakan oleh responden.

B. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden.
Prinsip penulisan Angket :
1. Isi dan tujuan pertanyaan
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan,
bahasa yang digunakan mudah, pertan yanan tertutup terbuka negatif positif,
pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal- hal yang sudah lupa, pertanyaan
tidak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
2. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan harus sesuai dengan kemam[uan berbahasa
responden. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus memperhatikan
jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya dari responden.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan yang mengaharapkan
responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal.
Pertanyaan tertutup, akan membantu responden untuk menjawab pertanyaan lebih
cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhahadap
seluruh angket yang telah terkumpul.
4. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua sehingga menyulitkan
responden untuk memberikan jawaban.
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak
menanyakan hal- hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang
memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
6. Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban
yang baik saja atau ke yang jelek saja.
7. Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga
memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebutdibuat bervariasi
dalam penampilannya, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara
mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara
20 s/d 30 pertanyaan.
8. Urutan pertanyaan
Urutan pertanayaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal
yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau juga diacak.
Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi
semangat responden untuk menjawab.
9. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variable yang akan diteliti. Oleh
karena itu, instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan
data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur.
10. Penampilan fisik angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di
kertas buram, akan mendapatkan respon yang kurang menarik bagi responden,
bila dibandingkan angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna.
Tetapi angket yang dicetak di kertas yang bagus dan berwarna akan menjadi
mahal.

C. Observasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa observasi adalah
peninjauan secara cermat sebelum praktik mengajar, para calon guru mengadakan
ke sekolah-sekolah. Sementara itu menurut Nasution dalam skripsi Ai Erna
Herlina (2011: 10) bahwa observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara
langsung terhadap objek penelitian yang dimaksud untuk memperoleh suatu
gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial yang wajar dan sebenarnya sukar
diperoleh dengan metode-metode lain. Teknik observasi bisa dilakukan secara
langsung atau tidak langsung, namun akan lebih baik bila dilakukan observasi
secara langsung agar lebih mendetail.
Observasi terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Observasi partisipan
Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari- hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut meraskan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data
yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang nampak.
2. Observasi nonpartisipan
Dalam penelitian ini, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
independen.
Observasi nonpartisipan terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Observasi terstrukutur
Observasi terstruktur adalah observasi yang dirancang secara sistematis,
tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Daalm pengamatan
ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitasdan
reliabilitasnya.
b. Observasi tidak terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti
tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam penelitian ini tidak
menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu- rambu
pengamatan.
BAB VII

ANALISIS DATA KUANTITATIF

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data


dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis
data adalah : mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
tiap variabel yang diteliti, melakukan penghitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
dianjurkan. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan statistik
diantaranya yaitu :

A. Statistik Deskriptif dan Inferensial

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis


data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif digunakan bila peneliti
hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan
yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil diantaranya yaitu penyajian
data melalui tabel, grafik, diagram lingkarang, pictogram, perhitungan modus,
median, mean, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui
perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan prosentase. Tetapi bila
peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi, maka teknik
analisis yang digunakan adalah statistik inferensial (statistik induktif atau statistik
probabilitas) karena yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel
itu kebenarannya bersifat peluang (probability). Suatu kesimpulan dari data
sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan
dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk . Peluang kesalahan
dan kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi. Pengujian signifikansi ini
akan lebih mudah jika menggunakan tabel Uji-t atau uji-f. Pada setiap tabel sudah
disediakan untuk taraf signifikansi berapa persen suatu hasil analissi dapat
digeneralisasikan.

B. Statistik Parametris dan Nonparametris

Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris (yang digunakan


untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi
melalui data sampel). Parameter populasi itu meliputi rata-rata (µ), simpangan
baku (σ), dan varians (σ2 ), sedangkan statistiknya meliputi rata-rata (𝑋̅),
simpangan baku (s), dan varians (𝑠 2 ). dan nonparametris. Pengujian ini sering
disebut dengan uji hipotesis statistik dan yang diuji disini yaitu hipotesis nol.
Contohnya nilai IPK mahasiswa pendidikan IPS 40 orang dengan nilai rata-rata
IPK 4. Selanjutnya misalkan dari 40 orang itu diambil sampel 20 orang dan nilai
rata-rata dari sampel 20 orang itu adalah 4. Maka hal ini berarti tidak ada
perbedaan antara parameter (data populasi) dan statistik (data sampel). Statistik
nonparametris tidak menguji hipotesis tetapi menguji distribusi.

Penggunaan data statistis tersebut juga tergantung pada jenis data yang
dianalisis. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalissi data
interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data nominal dan ordinal. Jadi dalam menguji hipotesis penelitian
kuantitatif yang menggunakan statistik ada dua hal utama yang harus
diperhatikan, yaitu :

a. Macam data , yaitu data nominal, ordinal, interval atau ratio.


b. Bentuk hipotesis, yaitu :
1) Hipotesis deskriptif,
2) Hipotesis komparatif yaitu dugaan ada tidaknya perbedaan secara
signifikan nilai-nilai dua kelompok atau lebih dibagi menjadi dua yaitu
komparatif untuk dua sampel dan lebih dari dua sampel.
3) Hipotesis asosiatif yaitu dugaan terhadap ada tidaknya hubungan secara
signifikan antara dua variabel atau lebih (hipotesis ini sudah dijelaskan
pada bab 3)
Berdasarkan uji hipotesis maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel dan data berbentuk nominal
maka menggunakan teknik statistik Binominal dan Chi kuadrat satu sampel.
b) Untuk menguji hipotesis satu sampel dan datanya berbentuk ordinal maka
menggunakan tes statistik Run Test.
c) Untuk menguji hipotesis deskriptif satu variabel dan datanya berbentuk
interval atau ratio, maka digunakan t-test satu sampel.
d) Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan dan
datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik McNemar.
e) Umtuk menguji ipotesis komparatif dua sampel berpasangan dan datanya
berbentuk ordinal maka digunakan teknik statistik Sign Test dan Wilcoxon
matched pairs.
f) Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan datanya
berbentuk interval/ratio digunakan t-test dua sampel.
g) Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen dan datanya
berbentuk nominal menggunkan teknik statistik Fisher axact probability dan
Chi kuadrat dua sampel.
h) Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen berbentuk
ordinal digunakan teknik statistik Median test, Mann-whitney U Test,
Kolmogorov Smirnov, dan Wald-wolfowitz.
i) Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan bila datanya
berbentuk interval dan ratio digunakan t-test sampel berpasangan.
j) Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel berpasangan bila datanya
berbentuk nominal, digunakan teknik statistik Chocran Q.
k) Untuk menguji hipotesisi komparatif k sampel berpasangan bila datanya
berbentuk ordinal digunakan teknik statistik Friedman Two-way Anova.
l) Untuk menguji hipotesis komparatif sampel berpasangan bila datanya
berbentuk interval atau ratio digunakan teknis statistik varians satu jalan
maupun dua jalan (one way dan two way annova).
m) Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel independen, bila datanya
berbentuk ordinal, digunakan teknik statistik Chi kuadrat k sampel.
n) Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel indepeden, bila datanya
berbentuk ordinal, digunakan teknik statistik Median Extension dan Kruskal-
wallis one way anova.
o) Untuk menguji hipotesis asosiatif/hubungan (korelasi) bila datanya berbentuk
nominal digunakan teknis statistik Koefisien Kontingensi.
p) Untuk menguji hipotesisi asosiati/hubungan (korelasi) bila datanya berbentuk
ordinal digunakan teknik statistik Korelasi Spearman Rank dan Korelasi
Kendal Tau.
q) Untuk menguji hipotesis asosiatif/hubungan (korelasi) bila datanya berbentuk
interval/ratio digunakan korelasi produk moment (uji hipotesis satu variabel
independen dan satu variabel dependen), korelasi ganda (uji hipotesis 2
variabel independen/ lebih dengan variabel dependen), korelasi parsial (uji
hipotesis hubungan 2 variabel/ lebih bila terdapat variabel yangdikendalika,
analisisi regensi (digunakan untuk melakukan prediksi bagaiamana perubahan
nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikkan atau
diturunkan nilainnya).

C. Judul Penelitian dan Statistik yang digunakan untuk Analisis

Berikut ini diberikan beberapa contoh judul penelitian, bentuk


paradigma. rumusan masalah, hipotesis dan teknik statistik yang akan
digunakan untuk pengujian hipotesis.

1. Contoh 1

a. Judul penelitian

PENGARUH KECERDASAN EMOTTONAL TERHADAP PRESTASI


PEGAWAI DI PEMERINTAH PROPINSI MADUKARA

b. Bentuk paradigmanya adalah seperti berikut:

X Y
X = Kecerdasan Emosional

Y = Prestasi kerja pegawai


Berdasarkan paradigma tersebut terlihat bahwa, untuk judul penelitian
yang terdiri atas satu variabel independen dan satu dependen, terdapat dua
rumusan masalah deskriptif, dan satu masalah assosiatif. Dengan demikian
juga terdapat dua hipotesis deskriptif dan satu hipotesis assosiatif. (Bila
terdapat kesulitan dalam merumuskan hipotesis deskriptif, maka hipotesis itu
tidak perlu dirumuskan, tetapi rumusan masalahnya saja yang harus dijawab
dengan perhitungan statistik). Dua hipotesis deskriptif diuji dengan statistik
yang sama.

Teknik statistik untuk mencari pengaruh varians variabel dapat


digunakan teknik statistik dengan menghitung besarnya koefisien determinasi.
Koefisien determinasi dihitung dengan mengkuadratkan koefisien korelasi
yang telah ditemukan, dan selanjutnya dikalikan dengan 100%. Koefisien
determinasi (penentu) dinyatakan dalam persen. Jadi untuk contoh no. 1 di atas,
besarnya pengaruh kecerdasan emotional terhadap prestasi pegawai pertama-
tama dihitung koefisien korelasinya. Misalnya ditemukan korelasi positif dan
signifikan antara kecerdasan emotional dengan prestasi kerja pegawai sebesar
0,70; hal itu berarti koefisien determinasinya - 0,70 = 0,49. Jadi dapat
disimpulkan bahwa varians yang terjadi pada variabel prestasi kerja pegawai
49% dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel kecerdasan
emotional pegawai. Atau dapat dinyatakan bahwa pengaruh kecerdasan
emosional terhadap tinggi rendahnya prestasi kerja pegawai sama dengan 49%,
sedangkan sisanya 5l% ditentukan oleh faktor diluar variabel kecerdasan
emosional, misalnya IQ kedisiplinan, dan lain-lain. Korelasi positif dan
signifikan antara kecerdasan emotional dengan prestasi kerja pegawai sebesar
0,49, artinya makin tinggi kecerdasan emotional seseorang, maka akan semakin
tinggi prestasi kerja pegawai. Kesimpulan ini dapat berlaku untuk populasi di
mana sampel tersebut diambil.

c. Rumusan masalah, hipotesis, dan teknik statistik untuk analisis data


(ketiganya sangat berkaitan)
Pada tabel dibawah berikut diberikan contoh, rumusan masalah
penelitian, rumusan hipotesis dan teknik statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis, berdasarkan judul penelitian pada contoh 1 di atas, yaitu
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi keria pegawai di Propinsi
Madukara

TABEL
CONTOH JUDUL PENELITIAN, RUMUSAN, MASALAH, HIPOTESIS
DAN TEKNIK ANALISIS DATA YANG DIGUNAKAN (SATU VARIABEL
INDEPENDEN)
Rumusan Masalah Hipotesis Statistik untuk uji
Hipotesis

Teknik statistic yang


digunakan untuk
hipotesis dapat di lihat
pada pembahasan
Kercedasan emotional
Berapakah rata-rata sebelumnya Data yang
(EQ) pegawai di
kecerdasan emotional terkumpul adalah ratio.
pemerintah propinsi
pegawai di propinsi Bentuk hipotesisnya
Madukara paling tinggi
Madukara ? adalah deskrptif maka
150
teknik uji untuk hipotesis
no. 1 dan 2 adalah sama
yaitu: t-test (untuk satu
sampel).

Prestasi kerja pegawai


pemerintah propinsi
Madukara paling tinggi
Berapakah rata-rata
140 atau 70% dari t-test 1 sampel
prestasi kerja pegawai ?
kriteria yang diharapkan.
(kriteria prestasi pegawai
paling tinggi misalkan
200)

Data kedua variable


Adakah hubungan yang Terdapat hubungan yang adalah data ratio, oleh
positif dan signifikan positif dan signifikansi karena itu teknik statistic
antara kecerdasan antara kecerdasan yang digunakan untuk
emotional pegawai emotional dengan menguji hipotesis adalah:
dengan prestasi pegawai ? prestasi pegawai korelasi preason product
moment

Bagaimanakah pengaruh Kecerdasan emotional


Oefisien diterminasi,
kecerdasan emotional berpengaruh positif
dan analisis regresi
terhadap prestasi kerja terhadap kecepatan
sederhana
pegawai memperoleh pekerjaan

Teknik statistik yang digunakan untuk melakukan prediksi pengaruh


lama penayangan iklan terhadap nilai penjualan adalah dengan teknik regresi
iunggut Gatu variabel independen satu variabel independen). Untukjudul di
atas misalnya, bila rumusan masalahnya adalah: kalau lama penayangan iklan
ditingkatkan sampai optimal, berapakah nilai penjualan barangnya ?

2. Contoh 2

a. Judul Penelitian

PENGARUH KEMAMPUART KERJA DAN MOTIVASI KERJA


KARYAWAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERIA DI PT. MITRA
RAJA

b. Bentuk paradigmanya adalah sebagai berikut:

𝑿𝟏 = Lingkungan tempat tinggal


𝑿𝟏
Y 𝑿𝟐 = Bimbingan keluarga

𝑿𝟐 𝐴 Y = Perilaku murid
= 𝜋𝑟 2
c. Diasumsikan penelitian menggunakan sampel, yang diambil secara
stratified random sampling

Semua Instrumen penelitian menggunakan skala interval, sehingga data


yang didapat adalah data interval. Oleh karena itu, statistik yang digunakan
adalah parametris, setelah asumsi yang mendasari dapat dibuktikan.

d. Rumusan Masalah, hipotesis dan teknik statistik yang digunakan untuk


menguiji hipotesis pada judul Penelitian "Pengaruh Kemampuan dan
Motifasi Kerja terhadap Produktifitas Kerja”

𝑿𝟏 = kemampuan kerja karyawan;

𝑿𝟐 = motivasi kerja karyawan;

Y = produktivitas kerja karyawan

TABEL
CONTOH RUMUSAN MASALAH, HIPOTESIS DAN TEKNIK
STATISTIK YANG DIGUNAKAN UNTUK ANALISIS (DUA VARIABLE
INDEPENDEN)
Statistic Untuk
Rumusan masalah Hipotesis
Menguji Hipotesis

Masalah Descriptif Hipotesis desriptif

Seberapa baik kualitas Kualitas lingkungan


lingkungan tempat tempat tinggal murid 1 s/d 3 sama yaitu :
tinggal murid SMA di SMA kurang baik,
t-test
Provinsi Jenaggala paling tinggi baru
satu sampel
mencapai 60% dari
criteria yang
diharapkan

Bimbingan keluarga Kualitas bimbingan


t-test
yang diberikan pada keluarga belum baik,
murid SMA belum paling tinggibaru satu sampel
mencapai 65% dari
baik criteria yang
diharapkan

Seberapa baik Perilaku murid SMA


perilaku murid SMA cenderung kurang
di Provinsi Jenaggala baik, paling tinggi t-test
baru mencapai 70% satu sampel
dari criteria yang
diharapkan

Masalah Asosiatif

Adakah hubungan Terdapat hubungan Korelasi product


yang positif dan yang positif dan moment bias dilanjutkan
signifikan antara 𝑿𝟏 signitifkan antara 𝑿𝟏 dengan regresi tunggal
dan Y ? dan Y

Adakah hubungan Terdapat hubungan


yang positif dan yang positif dan
s.d.a
signifikan antara 𝑿𝟐 signitifkan antara 𝑿𝟐
dan Y ? dan Y

Adakah hubungan Terdapat hubungan


yang positif dan yang positif dan
s.d.a
signifikan antara 𝑿𝟏 signitifkan antara 𝑿𝟏
dan 𝑿𝟐 ? dan 𝑿𝟐

Secara bersama-sama Terdapat hubungan Korelasi product


Adakah hubungan yang positif dan moment bias dilanjutkan
yang positif dan signitifkan antara 𝑿𝟏 , dengan regresi ganda
signifikan antara 𝑿𝟏 , 𝑿𝟐 secara bersama-
𝑿𝟐 dan Y ? sama dengan Y

Masalah Komperatif

Masalah komperatif ini Hipotesis no. 8, 9, dan 10


ada karena murid SMA adalah hipotesis no. I .
berasal dari kota dan desa lainya hipotesis kerja
dan responden dari murid
kelas I II dan III

Rumusan masalah
adalah :

Adakah perbedaan yang Tidak terdapat perbedaan


signitikan kualitas secara signitifkan kualitas
t-test untuk 2 sampel
lingkungan tempat tinggal lingkungan tempat tinggal
independen
antara murid dari desa antara murid yang berasal
dan kota dari desa dan kota

Adakah perbedaan yang Tidak terdapat perbedaan


signitikan kualitas secara signitifkan kualitas
bimbingan keluarga bimbingan antara murid s.d.a
antara murid dari desa yang berasal dari desa dan
dan kota kota

Adakah perbedaan- Tidak terdapat perbedaan


perbedaan yang secara signitifkan
signitifkan perilaku kualitasperilaku antara s.d.a
murid dari desa dan kota murid yang berasal dari
desa dan kota

Adakah perbedaan- Tidak terdapat perbedaan


Analisis varians satu
perbedaan yang secara signitifkan kualitas
jalan
signitifkan kemampuan lingkungan tempat tinggal
Bila terjadi perbedaan di
kualitas lingkungan antara kelas I II dan III
lanjutkan dengan t-test
tempat tinggal murid
untuk 2 sampel
kelas I II dan III

Adakah perbedaan- terdapat perbedaan secara


s.d.a
perbedaan yang signitifkan kualitas
signitifkan kualitas bimbingan antara kelas I
bimbingan murid kelas I II dan III
II dan III

Adakah perbedaan- terdapat perbedaan secara


perbedaan yang signitifkan kualitas
s.d.a
signitifkan perilaku murid perilaku antara kelas I II
kelas I II dan III dan III

3. Contoh 3 (penelitian eksperimen)

a. Judul penelitian

PENGARUH PENERAPAN GUGUS KENDALI MUTU TERPADU


TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI INDUSTRI
KONSTRUKSI

b. Dalam hal ini digunakan true experimental design.

Dalam model ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,


dimana pengambilannya dilakukan secara random. Paradigma adalah seperti:

𝑹𝑶𝟏 X 𝑶𝟐

𝑹𝑶𝟑 - 𝑶𝟒

R = kelompok eksperimen dan kontrol diambil secara random.

O₁ & O₃ = ke dua kelompok tersebut diobservasi dengan pretest untuk


mengetahui kemampuan kerja awalnya. Yang diharapkan
kemampuan kerja awalnya sama.

O₂ = produktivitas kerja karyawan yang telah dikenai kendali mutu.

O₄ = produktivitas karyawan yang tidak dikenai kendali mutu.


X = treatment. Kelompok atas sebagai kelompok eksperimen diberi
treatment, yaitu dalam kerjanya digunakan Gugus Kendali Muru
Terpadu. Sedangkan kelompok bawah tidak ditreri
treatment/sebagai kelompok kontrol.

Untuk contoh no.3 di atas terdapat dua kali analisis. Analisis yang
pertarna adalah menguji perbedaan kemampuan awal antara kelompok
eksperirnen dan kelompok kontrol (O₁ & O₃). Pengujiannya menggunakan t-
test. Hasil yang diharapkan tidak terdapat perbedaan yang signifikansi antara
kemampuan awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, yaitu antara O₁
dengan O₃.

Analisis yang kedua adalah untuk menguji hipotesis yang diajukan.


Dalam hal ini hipotesis yang diajukan adalah: "Penerapan Gugus Kendali Mutu
akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan". Teknik statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah teknik t-test untuk clua
sampel related. Yang diuji adalah perbedaan antara O₂ dengan O₄. Kalau
terdapat perbedaan di mana O₂ lebih besar dari O₄ maka Gugus Kendali Mutu
berpengaruh positif, dan bila O₂ lebih kecil daripada O₄ maka berpengaruh
negatif.

D. Konsep Dasar Pengujian Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan


masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu harus dibuktikan melalui data
yang terkumpul. Sedangkan secara statistik hipotesis adalah pernyataan
mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya
berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Jadi
maksudnya adalah taksiran keadaan populasi melalui data sampel. Oleh
karena itu dalam statistik yang di uji adalah hipotesis nol. Hipotesis nol (Ho)
adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik
(data sampel). Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif (Ha) yang
menyatakan perbedaanantara parameter dan statistik.
1. Taraf Kesalahan

Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter populasi


berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir yaitu:

a. Taksiran titik (point estimate) adalah suatu taksiran parameter populasi


berdasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel. Contohnya; saya
berhipotesis (menaksir) bahwa daya tahan kerja orang Indonesia itu 10
jam/hari.

b. Taksiran interval (interval estimate) adalah suatu taksiran parameter


populasi berdasarkan nilai interval rata-rata data sampel. Contohnya; saya
berhipotesis (menaksir) bahwa daya tahan kerja orang Indonesia itu antara
8 sampai 12 jam/hari.

Menaksir parameter populasi menggunakan nilai tunggal (point


estimate) akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan menggunakan taksiran interval (interval estimate). Makin besar
interval taksirannya maka akan semakin kecil kesalahannya.

Gambar x.x Daerah Taksiran dan Besarnya Kesalahan

Dari gambar tersebut dapat diberi penjelasan sbb:

a. Daya tahan kerja orang Indonesia ditaksir 10 jam/hari hipotesis ini


bersifat Point Estimate, tidak mempunyai daerah taksiran,
kemungkinan kesalahan tinggi. Misal 99%
b. Daya tahan kerja orang Indonesia 8 – 12 jam/hari ,terdapat daerah
taksiran

c. Daya tahan kerja orang Indonesia antara 6 – 14 jam/hari, daerah


taksiran lebih besar, sehingga kemungkinan kesalahan lebih kecil,
Misal 1%

2. Dua Kesalahan dalam Menguji Hipotesis

Dalam menaksirkan parameter populasi berdasarka data sampel,


kemungkinan akan terdapat 2 kesalahan yaitu:

a. Kesalahan tipe I adalah suatu kesalahan bila menolok Hipotesis nol Ho


yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan
dinyatakan dengan α (dibaca alpha).

b. Kesalahan tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah
(seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan β
(dibaca betha).

Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan


menolak atau menerima hipotesis dapat digambarkan sbb:

Tabel X.X Hubungan Antara Keputusan Menolak Atau Menerima Hipotesis

Keadaan Sebenarnya
Keputusan
Hipotesis Benar Hipotesis Salah

Tidak Membuat
Terima Hipotesis Kesalahan Tipe II
Kesalahan

Tidak Membuat
Menolak Hipotesis Kesalahan Tipe I
Kesalahan

Dari tabel tersebutdiatas dapat dijelaskan sbb:

a. Keputusan meneriman hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat


kesalahan.
b. Keputusan menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalahan
tipe II

c. Keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan


tipe I

d. Keputusan menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat


kesalahan

Tingkat kesalahan ini selanjutnya dinamakan Level of Sinifican atau


tingkat Signifikasi. Dalam prakteknya tingkat signifikasi telah ditetapkan oleh
peneliti terlebih dahulu sebelum hipotesis diuji. Biasanya dalam penelitian,
kesalahan taksiran ditetapkan terlebih dahulu yang digunakan adalah 5 % dan
1 %. Makna 5% berarti kira-kira 5 dari 100 kesimpulan bahwa kita akan
menolak hipotesis yang seharusnya diterima dengan kata lain kita telah
membuat 95% kesimpulan benar, hipotesis ditolak pada taraf nyata 0,05
berarti peluang salah 0,05. Dalam pengujian hipotesis kebanyakan digunakan
kesalahan tipe I yaitu berapa persen kesalahan untuk menolak H yang benar
(yang seharusnya diterima).

3. Macam Pengujian Hipotesis

Terdapat tiga macam bentuk pengujian hipotesis, yaitu uji uji dua pihak
(two tail), uji pihak kanan, dan uji pihak kiri (one tail). Jenis uji mana yang
akan di pakai tergantung pada bunyi kalimat hipotesis.

a. Uji Dua Pihak (Two Tail Test)

Digunakan bila hipotesis nol Ho berbunyi sama dengan dan hipotesis


alternatifnya Ha berbunyi “tidak sama dengan”( Ho=;Ha ≠).

Contoh:

Hipotesis nol : daya tahan kerja orang indonesia = 10 jam

Ho: µ = 10 jam

Hipotesis alternatif : daya tahan kerja orang indonesia ≠ 10 jam


Ha: µ ≠ 10 jam

Gambar x.x Uji dua pihak

b. Uji Pihak Kiri

Digunakan bila hipotesis nol Ho berbunyi “lebih besar atau sama


dengan ” ( ≥ ) dan hipotesis alternatifnya Ha berbunyi ”lebih kecil” ( < ).

Contoh:

Hipotesis nol : daya tahan kerja orang indonesia paling rendah


sama dengan orang malaysia.

Ho: µ₁ ≥ µ₂

Hipotesis alternatif : daya tahan kerja orang indonesia lebih rendah dari orang
malaysia.

Ha: µ₁ < µ₂
Gambar X.X Uji Pihak Kiri

c. Uji Pihak Kanan

Digunakan apabila hipotesis nol Ho berbunyi “lebih kecil atau sama


dengan ( ≤ ) dan hipotesis alternatifnya Ha berbunyi “lebih besar “ ( > ).

Contoh:

Hipotesis nol : daya tahan kerja orang indonesia paling tinggi


sama dengan orang malaysia.

Ho: µ₁ ≤ µ₂

Hipotesis alternatif : daya tahan kerja orang indonesia lebih tinggi dari
orang malaysia.

Ha: µ₁ > µ₂

Gambar x.x uji pihak kanan


DAFTAR PUSTAKA

Herlina, Ai, Erna. (2011). Pengaruh Upacara Hajat Sasasih terhadap Nilai Moral
Kewarganegaraan. Bandung: Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai