Apabila hipotesis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu dicek
apakah ada yang salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis
data atau rumusan masalah yang diajukan.
B. Masalah
Seperti telah dikemukakan pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan
tujuan utnuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan utnuk
memecahkan masalah. Jadi, setiap penelitian yang akan dilakaukan harus selalu
berangkat dari masalah, walaupun duakui bahwa memilih masalah penelitian
sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses peneltitian. Oleh karena itu,
menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah,
tetapi setelah masalah dapat ditemukan maka pekerjaan penelitian akan segera
dapat dilakukan.
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan
dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stoner dalam (Sugiyono.
2012: 56) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui dan dicari
apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa
yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditujukan dengan data.
Data masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil
penelitian orang lain, atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to
date, lengkap dan akurat. Jumlah data yang dikemukakan tergantung pada jumlah
variabel penelitian yang ditetapkan oleh peneliti.
C. Rumusan masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah
itu merupakan suatu pertanyaan yang akan diberikan jawabannya melalui
pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dengan
rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan
pada masalah.
Selanjutnya adalah mengenai bentuk-bentuk masalah penelitian, bentuk-
bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian
menurut tingkat eksplanasi. Sedangkan bentuk-bentuk rumusan masalah yang ada
dalam penelitian itu dikelompokkan menjadi 4 bentuk, yaitu:
a. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya
pada satu variabel atau lebih. Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel
itu dengan varibel yang lain. Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi tingkat kinerja kabinet bersatu?
2. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri
Berbadan Hukum?
b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan produktifitas kerja antara pegawai negeri, BUMN, dan
Swasta?
2. Adakah perbedaan kenyamanan naik Kereta Api dan Bus menurut
berbagai kelompok masyarakat?
c. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam rumusan
masalah asosiatif terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris,
hubungan kausal, dan interktif/resiprokal/timbal balik.
1) Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersama. Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
a) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat
manisnya buah?
b) Adakah hubungan dengan warna rambut dengan kemampuan memimpin?
2) Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Jadi disini
ada dua variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen
(dipengaruhi), contohnya:
a) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
b) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan nasional terhadap perilaku
masyarakat?
3) Hubungan interaktif/reiprokal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini
tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contohnya:
a) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi
mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
b) Hubungan antara kecerdasan dan kekayaan. Kecerdasan dapat
menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan
kecerdasan karena gizi terpenuhi.
d. Rumusan Masalah Komparatif-Asosiatif
Rumusan Masalah Komparatif-Asosiatif adalah rumusan masalah yang
menanyakan perbandingan korelasi antara dua variabel atau lebih pada sampel
atau populasi yang berbeda.
D. Variabel Penelitian
1. Pengertian Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian sesuatu hal
yang berbentuk apa saja yang mempunyai variasi tertentu dan ditetapkan peneliti
kemudian ditarik kesimpulannya.
2. Macam-macam Variabel
Dalam penelitian kuantitatif yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu
gejala itu dapat diklasifikasikan dan hubungan gejala yang bersifat kausal (sebab
akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada
beberapa variabel saja. Pada penelitian yang bersifat asosiatif peneliti dapat
menyusun kerangka berfikir berdasarkan teori-teori yang relavan, canggih, dan
mutakhir. Kerangka berfikir menunjukkan prediksi terhadap hubungan antar
variabel yang akan diteliti. Kerangka berfikir yang menunjukkan hubungan antar
variabel tersebut, selanjutnya disebut dengan model hubungan antar variabel.
X Y
Dalam model ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya
masih sederhana.
X1 X2 X3 Y
X1
X2
X1
X2 Y
X3
Y1
X1
Y2
6. Model hubungan variabel ganda dengan dua variabel independen
dan dua dependen
X1 Y1
X1 Y2
7. Model jalur
X1
X3 Y
X2
F. Menemukan Masalah
A. Pengertian Teori
Menurut Hill dalam Sugiono (2012), secara umum fungsi dari teori adalah
Pertama, sebagai pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan; suatu cara
menganalisis, membicarakan dan meneliti fenomena. Kedua, teori berupaya untuk
meringkas sekumpulan besar pengetahuan mengenai hukum-hukum tertentu
kedalam ruang yang cukup kecil. Ketiga, teori secara kreatif berupaya
menjelaskan apa dan mengapa sesuatu/fenomena berlangsung seperti apa adanya.
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua penelitian harus
berbekal teori. Di dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah
jelas, karena teori disini berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti,
sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dan sebagai referensi untuk menyusun
instrument penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian
kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
C. Deskripsi Teori
(Azhar)
BAB III
A. Pengertian
Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui apakah suatu metode,
prosedur, sistem, proses, alat, bahan, serta model efektif dan efisien jika
diterapkan di suatu tempat. Penelitian eksperimen juga mengujicobakan
kelayakan suatu metode, prosedur, sistem, proses, alat, bahan dan model treatment
itu diterapkan di suatu objek atau tempat.
B. Bentuk-Bentuk Desain Eksperimen
Penelitian eksperimen memiliki beberapa bentuk, yaitu : Pre-
Eksperimental Design, True Eksperimental Design, Factorial Eksperimental
Design Dan Quasi Eksperimental Design.
1. Pre Eksperimental Design
Dikatakan pre eksperimental design, karena desain ini belum merupakan
eksperimen yang sungguh-sungguh. Karena, masih banyak variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Terdapat beberapa bentuk
dalam desain ini, yaitu: One Shot Case Study, One Group Pretest-Posttest Dan
Intac Group Comparation.
a) One Shot Case Study
Desain ini dapat di gambarkan sebagai berikut:
X = treatment yang diberikan (variabel
X O
independen)
O = observasi (variabel dependen)
Model eksperimen ini dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu
kelompok yang diberikan treatment, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
Misalnya saja peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh belajar siswa ketika
menggunakan cellphone dan tidak menggunakan cellphone. Setelah sekian bulan
treatment dilakukan data dianalisis lewat tes. Dalam tes ternyata menunjukkan
bahwa siswa menggunakan cellphone nilai rata-ratanya hanya 65 saja, sedangkan
saat tidak menggunakan cellphone naik menjadi 75. Jadi pengaruh tidak
menggunakan cellphone adalah 75 – 65 = 10.
b) One Group Pretest-Posttest
Jika dalam one shot case study tidak dilakukan pretest maka dalam desain
ini diberikan pretest. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum perlakuan. Desain
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 = nilai pretest
O1 X O2 O2 = nilai posttest
X = Treatment
c) Intac Group Comparation
Pada desai ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian,
tetapi dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok menjadi kelompok kontrol
dan satunya lagi menjadi kelompok eksperimen. Desain ini dapat dideskripsikan
sebagai berikut :
X O1 O1 = hasil pengukuran pada kelompok eksperimen
O2 O2 = hasil pengukuran kelompok kontrol
X = treatment
Misalnya saja, peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan media
interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah treatment di berikan,
kemudian dilihat hasil belajar siswa melalui tes. Kelompok manakah yang lebih
dapat meningkatkan hasil belajar. Apakah kelompok eksperimen yang
mendapatkan treatmen ataukah kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
treatment.
2. True Eksperimental Desain
Dikatakan true eksperimental karena eksperimen ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Dengan demikian, validitas internal dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari desain
ni adalah bahwa sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun kontrol
diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi, cirinya adalah adanya
kelompok kontrol yang sampelnya diambil secara random. Terdapat dua bentuk
dalam desain ini, yaitu : posttest only control design dan pretest posttestcontrol
group desain.
a. Posttest Only Control Design
R = Random
R X O1
R O2 X = Treatment
O1 = Hasil Kelompok eksperimen
O2 = Hasil Kelompok kontrol
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih
secara random. Kelompok pertama diberikan treatment dan yang lain tidak.
b. Pretest Posttestcontrol Group Desain
A. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2012:
119). Menurut Anggoro dkk, (2008: 4.2) populasi merupakan himpunan yang
lengkap dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya ingin
kita ketahui. Sedangkan Iskandar (2009: 68) mengemukakan secara singkat
bahwa populasi merupakan seluruh subjek penelitian. Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli diatas penulis mendefinisak populasi sebagai keseluruhan
objek/subjek memiliki karakteristik tertentu yang ingin kita teliti. Jadi populasi
tidak hanya manusia, melainkan objek dan benda alam yang bukan hanya
besaran jumlah tetapi seluruh karakteristik dari jumlah tersebut.
B. Sampel
Sampel merupakan sebagian anggota populasi yang memberikan
keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian (Anggoro dkk,
2008: 4.3). Sugiono, (2012: 120) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berangkat
dari pandangan tersebut penulis menyimpulkan bahwa sampel merupakan
bagian dari populasi yang mewakili jumlah serta karakteristik yang
memberikan data yang diperlukan dalam suatu penelitian jika pemilihan
sampel tidak representatif akan menimbulkan tidak tepatnya kesimpulan yang
akan diambil.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel mana yang akan digunakan dalam penelitian. Secara
umum teknik sampling dapat dikelompokan menjadi dua yaitu sampel
probabilitas dan sampel nonprobabilitas.
1. Sampel Probabilitas
Sampel probabilitas merupakan teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Dalam teknik pengambilan sampel ini meliputi:
a. Pengambilan Sampel Acak Sederhana
Dikatakan demikian karena proses pengambilan sampel dilakukan secara
sederhana tanpa memperhatikan strata dalam populasi karena para
anggota populasi dianggap homogen.
b. Pengambilan Sampel Acak Berstrata
Pengambilan sampel ini digunakan apabila para anggota populasi bersifat
heterogen sampel ditentukan berdasarkan strata. Dalam teknik ini, terbagi
menjadi dua bagian yaitu:
1) Pengambilan Sampel Acak Berstrata yang Proporsional
Teknik ini dilakukan apabila populasi mempunyai anggota tidak
homogen dan berstrata proporsional.
2) Pengambilan Sampel Acak Berstrata yang Kurang Proporsional
Teknik ini dilakukan apabila populasi mempunyai anggota yang
homogen dan berstrata kurang proporsional karena adanya
ketidaksebandingan.
c. Pengambilan Sampel Menurut Area
Teknik sampel ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek
penelitian membagi populasi ke wilayah tertentu. Untuk menentukan
populasi dari wilayah yang akan dijadikan sebagai sumber data, maka
pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang akan diteliti.
Perlu diingat untuk melakukan penarikan sampel berdasarkan area harus
melalui dua tahap sampling. Pertama, menentukan sampel wilayah;
Kedua, menentukan sampel yang mewakili populasi penelitian.
2. Sampel Nonprobabilitas
Sampel nonprobabilitas merupakan teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan peluang yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel atau bisa juga disebut pengambilan sampel dengan cara
tidak acak. Teknik sampel ini meliputi:
a. Pengambilan Sampel Sistematis
Teknik ini digunakan berdasarkan urutan dari populasi. Pada prosesnya
bisa berdasarkan nomor urut ganjil, genap dan lain sebagainya.
b. Pengambilan Sampel Quota
Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan untuk memenuhi
jumlah quota yang telah ditentukan oleh peneliti.
c. Pengambilan Sampel Tujuan
Teknik ini berdasarkan penilaian subjektif peneliti pada karakteristik
tertentu yang dianggap memiliki sangkut paut dengan karakteristik yang
telah ditentukan sebelumnya melalui pertimbangan tertentu.
d. Pengambilan Sampel Insidental
Teknik ini berdasarkan kebetulan, yaitu siapa yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.
e. Pengambilan Sampel Jenuh
Bila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel hal ini bisa terjadi
bila jumlah populasinya terbatas atau peneletian yang diharapkan
menghasilkan generalisasi yang sangat akurat.
f. Pengambilan Sampel Bola Salju
Teknnik ini digunakan dengan cara penarikan sampel yang bermula
dengan jumlah kecil, kemudian membesar jika data dirasa belum cukup
maka peneliti mencari sampel lain yang dipandang lebih mengetahui
persoalan.
B. Instrumen Penelitian
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Jadi instrumen yang valid dan reliabel adalah
syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.
Instrumen yang reliabel belum tentu valid, meteran yang putus dibagian
ujungnya bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel)
tetapi selalu tidak valid. Hal ini disebabkan karena instrumen (meteran) tersebut
rusak.
a. test – retest
Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberpa kali pada
responden, jadi dalam hal ini, instrumenya sama, respondenya sma namun
waktunya yang berbeda. Pengujian cara ini disebut juga dengan stability.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah instrumen yang secara bahasa berbeda,
tetapi maksudnya sama. Pengujiannya cukup dilakukan dengan sekali, tetapi
instrumennya dua pada responden yang sama, waktu sama, dan instrumen
berbeda.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrumen yang equivalent itu beberap kali ke responden yang sama. Reliabiltas
instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen setelah itu
dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
d. Internal Consistancy
Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja kemudiandata
yang diperoleh di analisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan
untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
BAB VI
A. Wawancara
Wawancara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu tanya jawab dengan seseorang yang
diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk
dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar
televisi.
Menurut Nasution dalam skripsi Ai Erna Herlina (2011: 11) bahwa dengan
melakukan wawancara kita dapat memasuki dunia fikiran dan perasaan
responden). Wawancara juga dapat membantu kita dalam memperoleh informasi
atau data secara mendalam.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal- hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.
Wawancara terbagi atas 2 macam :
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstrukutur digunakan sebagai teknik pengumpulan data.
Apabila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara ini selain harus
membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul dta
juga dapat menggunakan seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material yang
lainnya yang dapat membantu pelaksanaan.
Contoh wawancara terstruktur :
1. Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu terhadap pelayanan pendidikan
di Kabupaten ini ?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus
2. Bagaimanakah tanggapan Bapak/ Ibu terhadap pelayanan bidang
kesehatan di Kabupaten ini?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus
B. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden.
Prinsip penulisan Angket :
1. Isi dan tujuan pertanyaan
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan,
bahasa yang digunakan mudah, pertan yanan tertutup terbuka negatif positif,
pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal- hal yang sudah lupa, pertanyaan
tidak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
2. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan harus sesuai dengan kemam[uan berbahasa
responden. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus memperhatikan
jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya dari responden.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan yang mengaharapkan
responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal.
Pertanyaan tertutup, akan membantu responden untuk menjawab pertanyaan lebih
cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhahadap
seluruh angket yang telah terkumpul.
4. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua sehingga menyulitkan
responden untuk memberikan jawaban.
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak
menanyakan hal- hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang
memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
6. Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban
yang baik saja atau ke yang jelek saja.
7. Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga
memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebutdibuat bervariasi
dalam penampilannya, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara
mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara
20 s/d 30 pertanyaan.
8. Urutan pertanyaan
Urutan pertanayaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal
yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau juga diacak.
Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi
semangat responden untuk menjawab.
9. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variable yang akan diteliti. Oleh
karena itu, instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan
data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur.
10. Penampilan fisik angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di
kertas buram, akan mendapatkan respon yang kurang menarik bagi responden,
bila dibandingkan angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna.
Tetapi angket yang dicetak di kertas yang bagus dan berwarna akan menjadi
mahal.
C. Observasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa observasi adalah
peninjauan secara cermat sebelum praktik mengajar, para calon guru mengadakan
ke sekolah-sekolah. Sementara itu menurut Nasution dalam skripsi Ai Erna
Herlina (2011: 10) bahwa observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara
langsung terhadap objek penelitian yang dimaksud untuk memperoleh suatu
gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial yang wajar dan sebenarnya sukar
diperoleh dengan metode-metode lain. Teknik observasi bisa dilakukan secara
langsung atau tidak langsung, namun akan lebih baik bila dilakukan observasi
secara langsung agar lebih mendetail.
Observasi terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Observasi partisipan
Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari- hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut meraskan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data
yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang nampak.
2. Observasi nonpartisipan
Dalam penelitian ini, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
independen.
Observasi nonpartisipan terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Observasi terstrukutur
Observasi terstruktur adalah observasi yang dirancang secara sistematis,
tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Daalm pengamatan
ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitasdan
reliabilitasnya.
b. Observasi tidak terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti
tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam penelitian ini tidak
menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu- rambu
pengamatan.
BAB VII
Penggunaan data statistis tersebut juga tergantung pada jenis data yang
dianalisis. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalissi data
interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data nominal dan ordinal. Jadi dalam menguji hipotesis penelitian
kuantitatif yang menggunakan statistik ada dua hal utama yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Contoh 1
a. Judul penelitian
X Y
X = Kecerdasan Emosional
TABEL
CONTOH JUDUL PENELITIAN, RUMUSAN, MASALAH, HIPOTESIS
DAN TEKNIK ANALISIS DATA YANG DIGUNAKAN (SATU VARIABEL
INDEPENDEN)
Rumusan Masalah Hipotesis Statistik untuk uji
Hipotesis
2. Contoh 2
a. Judul Penelitian
𝑿𝟐 𝐴 Y = Perilaku murid
= 𝜋𝑟 2
c. Diasumsikan penelitian menggunakan sampel, yang diambil secara
stratified random sampling
TABEL
CONTOH RUMUSAN MASALAH, HIPOTESIS DAN TEKNIK
STATISTIK YANG DIGUNAKAN UNTUK ANALISIS (DUA VARIABLE
INDEPENDEN)
Statistic Untuk
Rumusan masalah Hipotesis
Menguji Hipotesis
Masalah Asosiatif
Masalah Komperatif
Rumusan masalah
adalah :
a. Judul penelitian
𝑹𝑶𝟏 X 𝑶𝟐
𝑹𝑶𝟑 - 𝑶𝟒
Untuk contoh no.3 di atas terdapat dua kali analisis. Analisis yang
pertarna adalah menguji perbedaan kemampuan awal antara kelompok
eksperirnen dan kelompok kontrol (O₁ & O₃). Pengujiannya menggunakan t-
test. Hasil yang diharapkan tidak terdapat perbedaan yang signifikansi antara
kemampuan awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, yaitu antara O₁
dengan O₃.
b. Kesalahan tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah
(seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan β
(dibaca betha).
Keadaan Sebenarnya
Keputusan
Hipotesis Benar Hipotesis Salah
Tidak Membuat
Terima Hipotesis Kesalahan Tipe II
Kesalahan
Tidak Membuat
Menolak Hipotesis Kesalahan Tipe I
Kesalahan
Terdapat tiga macam bentuk pengujian hipotesis, yaitu uji uji dua pihak
(two tail), uji pihak kanan, dan uji pihak kiri (one tail). Jenis uji mana yang
akan di pakai tergantung pada bunyi kalimat hipotesis.
Contoh:
Ho: µ = 10 jam
Contoh:
Ho: µ₁ ≥ µ₂
Hipotesis alternatif : daya tahan kerja orang indonesia lebih rendah dari orang
malaysia.
Ha: µ₁ < µ₂
Gambar X.X Uji Pihak Kiri
Contoh:
Ho: µ₁ ≤ µ₂
Hipotesis alternatif : daya tahan kerja orang indonesia lebih tinggi dari
orang malaysia.
Ha: µ₁ > µ₂
Herlina, Ai, Erna. (2011). Pengaruh Upacara Hajat Sasasih terhadap Nilai Moral
Kewarganegaraan. Bandung: Tidak diterbitkan.