Anda di halaman 1dari 16

Nama : Alex Bil Bar

Npm : 1810111217

Kelas : SA3
RESUME PENELITIAN KUANTITATIF

DESAIN PENELITIAN DAN PENGUKURAN VARIABEL

(DEFINISI OPERASIONAL & SKALA)

5.1 Desain Penelitian Kuantitatif


Menurut beberapa ahli dalam penelitian kuantitatif terdapat beberapa metode atau jenis
penelitian yang digunakan, diantaranya sebagai berikut :

1. Metode Deskriptif

Menurut Whitne (1960), metode deskriptif merupakan suatu pencarian fakta


menggunakan interprestasi yang tepat. Dalam penelitian ini mempelajari tentang
masalah-masalah yang ada didalam masyarakat dan juga tata cara yang digunakan dalam
masyarakat serta dalam situasi-situasi tertentu. Penelitian deskriptif merupakan jenis
metode yang menggambarkan suatu objek dan subjek yang sedang diteliti tanpa adanya
rekayasa. Termasuk mengenai hubungan tentang kegiatan, pandangan, sikap dan proses-
proses yang berpengaruh dalam suatu fenomena yang terjadi.

2. Metode Komparatif

Metode komparatif sering dilakukan pada jenis penelitian yang mengarag pada perbedaan
variabel dalam suatu aspke yang diteliti. Dalam penelitian ini tidak terjadi sebuah
manipulasi dari peneliti, hingga datanya benar-benar akurat. Penelitian ini dilakukan
sealami mungkin dengan melakukan pengumpulan data dengan suatu perintah. Dan
hasilnya dapat dianalisa secara statistik untuk mencari suatu perbedaan variabel yang
sedang diteliti.

3. Metode Korelasi

Merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan dua
atau lebih fakta dan juga sifat-sifat objek yang sedang diteliti. Penelitian ini dilakukan
untuk membandingkan antar persamaan dengan perbedaan atau fakta berdasarkan
kerangka pemikiran yang sudah ada shingga hasilnya dapat terlihat jelas.
4. Metode Survei

Menurut Zikmund (1997), metode survei merupakan metode dalam penelitian yang
informasinya dikumpulkan dari beberapa sampel.

Menurut Gay dan Diel (1992), metode survei adalah metode yang penggunaanya sebgai
kategori umum dalam penelitian yang langsung menggunakan kuesioner dan wawancara.

Menurut Bailey (1982), metode survei adalah suatu metode penelitian yang mempunyai
teknik pengambilan keputusan beruppa data pertanyaan secara tertulis maupun lisan.

5. Metode Ex Post Facto

Metode ini merupakan metode yang sering digunakan untuk penelitian yang sedang
meneliti hubungan antara sebab dan akibat yang dapat dimanipulasi oleh peneliti. Adanya
hubungan seba dan akibat berdasarkan atas kajian teoritis, jika suatu variabel tertentu
dapat mengakbitakan variabel tertentu lainya.

6. Metode True Experiment

Dinamankan sebagai Metode True Experiment karena kita dapat mengontrol semua
variabel luar yang ada, dan dapat mempengaruhi jalannya suaru eksperimen. Ciri utama
dari Metode True Experiment yaitu sampel yang digunakan untuk melakukan eksperimen
yaitu dapat diambil secara acak dari populasi tertentu.

7. Metode Quasi Experiment

Desain dan rancangan dalam Metode Quasi Experiment mempunyai kelompok kontrol
yang dapat membantu proses penelitian, akan tetapi tidak berfungsi sepenuhnya karena
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang masih mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen.

8. Metode Subjek Tunggal

Dalam Metode Subjek Tunggal sering disebut dengan “single subject experimental” yaitu
eksperimen ini biasa dilakukan terhadap subjek dengan jumlah tunggal saja.
5.2 Tipe-Tipe Variabel Penelitian dan Jenis-Jenis Hubungan antar Variabel

Hubungan antar variabel atau sering di kenal hubungan antar dua variabel yaitu variabel bebas
(Independen/pengaruh) dengan variabel terikat (Dependen/terpengaruh) dengan simbol X dan Y
biasanya dikaitkan dengan analisis hubungan kausal (hubungan sebab akibat). Tetapi menurut
Narbuko dan Achmadi (2005), hubungan antara variabel independend dengan variabel dependen
tidak selalu merupakan hubungan kausal. Lebih ditegaskan bahwa terdapat variabel yang saling
hubungan, tetapi variabel yang satu tidak mempengaruhi variabel yang lainnya. Walaupun
terdapat anggapan untuk mencampuradukan hubungan dengan pengaruh namun kecenderungan
lebih tercermin kepada variabel pengaruh dan variabel terpengaruh dan bidang penelitiannya
lebih mengarah ke sosial. Usaha untuk mencari hubungan antar variabel sesungguhnya
mempunyai tujuan akhir untuk melihat kaitan pengaruh antar variabel-variabel tersebut
(Narbuko, 2005). Sehingga apabila hubungan variabel merupakan inti penelitian ilmiah, tentunya
perlu untuk diketahui jenis-jenis hubungan antar variabel tersebut. Berikut jenis-jenis hubungan
antar variabel menurut Narbuko dan Achmadi (2005), sebagai berikut ;

 Hubungan simetris

Hubungan simetri merupakan hubungan variabel tidak di pengaruhi atau disebabkan oleh
variabel yang lain. ada empat kategori yaitu:

a). Kedua variabel merupakan indikator dari konsep yang sama.

Misakan kalau “mengerjakan cepat selesai” sedang “hasilnya tepat”, maka kedua variabel
tersebut merupakan indikator dari seorang yang intelejen namun tidak bisa di artikan bahwa
“karena cepat lalu “hasilnya tepat”.

b). Kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama.

Misalkan “meningkatnya suatu pelayanan kesehatan dibarengi dengan bertambahnya jumlah


pesawat udara. Kedua variabel tersebut tidak saling mempengaruhi,namun keduanya
merupakan akibat dari peningkatan pendapatan.

c). Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional.

Misalkan “dimana satu berada yang lain pun pasti disana’’ atau dimana ada guru di sana ada
murid”.

d). Hubungan yang kebetulan semata-mata.

Misal “seorang bayi ditimbang dan esok hari dia meninggal”. Berdasarkan kepercayaan
kedua tersebut dianggap berkaitan namun di dalam penelitian empiris tidak dapat
disimpulkan bahwa bayi tersebut meninggal karena ditimbang.
 Hubungan timbal balik

Hubungan timbal balik adalah hubungan dimana suatu variabel dapat menjadi sebab dan
akibat dari variabel lainnya (Narbuko dan Achmadi, 2005). Perlu diingat bahwa hubungan
timbal balik disini bukanlah hubungan dimana tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi
sebab dan variabel yang menjadi akibat. Tetapi yang dimaksud disini ialah apabila pada
sesuatu waktu, variabel X mempengaruhi variabel Y, sedang pada waktu yang lain variabel
Y mempengaruhi variabel X.

Misalkan : “penanaman modal mendatangkan keuntungan dan pada gilirannya keuntungan


akan memungkinkan penanaman modal”. Jelasnya “variabel terpengaruh dapat menjadi
variabel pengaruh”.

 Hubungan A Simetris

Pada pokonnya didalam analisis-analisis sosial terdapat didalam hubungan a simetris ini,
dimana satu variabel mempengaruhi variabel yang lainnya.

Dalam hubungan a simetris ini ada beberapa ketentuan hubungan sebagai berikut:

a). Hubungan antara stimulus dan respon

Hubungan yang demikian itulah merupakan sala satu hbungan kausal yang lazim
dipergunakan oleh para ahli.

b). Hubungan antara disposisi dan respon.

Hubungan ini menunjukkan kecenderungan untuk menunjukkan respon tertentu dalam situasi
tertentu. Contoh hubungan ini misal hubungan antara kepercayaan seseorang dengan
kecenderungan memakai obat tradisional, atau keinginan bekerja & frekuensi mencari kerja.

c). Hubungan antara diri individu dan disposisi atau tingkah laku.

Hubungan ini menunjukkan sifat individu yang relative tidak berubah dan tidak dipengaruhi
lingkungan. Misalakan seks, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain-lain.

d). Hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tertentu.

Misalkan pedagan kecil yang berkeinginan untuk memperrluas usahanya diperlukan


persyaratan pinjaman bank yang lunak, hubungan antara kerja keras dengan keberhasilan
jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh.
e). Hubungan yang imanen antar dua variabel.

Hubungan ini menunjukkan terdapat suatu jalinan yang erat antara variabel satu dengan
variabel yang lain. misalkan saja ketika suatu organisasi tersebut besar maka peraturan yang
diterapkan semakin ketat.

f). Hubungan antar tujuan (ends) dan cara (means)

Misalkan penelitian tentang hubungan antar kerja keras dan keberhasilan. Jumlah jam belajar
dengan nilai yang diperoleh pada waktu ujian.

5.3 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu dimensi yang diberikan pada suatu variabel dengan
memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur variabel tersebut , Sugiyono (2014).

a. Definisi Operasional

Adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh
variabel yang bersangkutan. Misalnya :

 Definisi tentang operasional variabel “status gizi” anak balita adalah hasil penimbangan
atau pengukuran berat badan dari tinggi badan anak balita berdasarkan umur
 Definisi operasional variabel “pendidikan” adalah lamanya sekolah atau tingkat sekolah
yang telah diikuti oleh responden.
 Definisi operasional variabel “kinerja” perawat ruangan adalah kegiatan yang dilakukan
oleh perawat dalam pasien diruangan, atau kegiatan asuhan perawatan oleh perawat ruangan.

b. Cara pengukuran:

Adalah dengan metode atau cara digunakan peneliti apa yang untuk mengukur atau memperoleh
informasi (data) untuk variabel yang bersangkutan. Misalnya, mengacu kepada contoh definisi
operasional di atas:

 Untuk variabel status gizi cara pengukurannya dengan Menimbang perat badan dan
mengukur tinggi badan.
 Untuk variabel pendidikan cara penngukurannya dengan wawancara.
 Untuk variabel kinerja, cara pengukurannya dengan melihat, mengecek, atau observasi
hasil atau catatan atau dokumen proses asuhan perawatan.

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah locus of control  dan kepribadian.
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas.Variabel
terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja. Definisi operasional variable
penelitian merupakan penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian terhadap indikator-indikator yang membentuknya.

Definisi operasional adalah definisi yang rumusannya didasarkan pada sifat-sifatatau hal-hal
yang dapat diamati. Definisi operasional adalah definisi yang rumusannya menggunakan kata-
katayang operasional, sehingga variabel bisa diukur.

 Manfaat Definisi Operasional

Manfaat definisi operasional variabel untuk mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi
sehingga memudahkan observasi atau pengukuran terhadap variabel.

 Tipe-Tipe Definisi Operasional

1. Definisi operasional Tipe A

Definisi operasional Tipe A atau Pola I dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus
dilakukan, sehingga menyebabkan ejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau
dapat terjadi.

Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata.

Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan dua
orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama,
tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.

2. Definisi operasional Tipe B

Definisi operasional Tipe B atau Pola II dapat disusun didasarkan pada bagaimana objek
tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya
atau apa yang menyusun karaktersitikkarakteristik dinamisnya.

Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai
tinggi di sekolahnya.

3. Definisi Operasional Tipe C

Definisi operasional Tipe C atau Pola III dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti
apa objek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun
karaktersitik-karaktersitik statisnya.

Contoh: Orang pandai dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat,
menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai
kemampuan menghitung secara cepat.
5.4 Skala Pengukuran

Skala pengukuran adalah sebuah acuan yang digunakan untuk menentukan panjang pendeknya
interval yang ada dalam satuan alat ukur.

Dengan menggunakan skala pengukuran, maka alat ukur yang digunakan akan menghasilkan
data kuantitatif. Setelah proses pengukuran yang menghasilkan data kuantitatif yang berupa
angka-angka tersebut baru lah kemudian ditentukan analisis statistik yang cocok untuk
digunakan. Di dalam ilmu statistik, skala pengukuran dibagi menjadi 4, yaitu sebagai berikut:

 Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala pengukuran paling sederhana atau tingkatannya paling rendah di
dalam suatu penelitian. Skala ini hanya digunakan untuk memberikan kategori saja. Misalnya
digunakan untuk memberi label, simbol, lambang, atau nama pada sebuah kategori sehingga
akan mempermudah pengelompokan data menurut kategorinya. Pada skala nominal ini, peneliti
akan mengelompokkan objek, baik individu atau pun kelompok kedalam kategori tertentu dan
disimbolkan dengan label atau kode tertentu. Kemudian, angka yang diberikan kepada objek
hanya memiliki arti sebagai label atau pembeda saja dan bukan untuk menunjukkan adanya
tingkatan.

Agar lebih paham, berikut ini ciri-ciri dari skala nominal:


 Kategori data bersifat mutually exclusive (setiap objek hanya memiliki satu kategori saja).
 Kategori data tidak memiliki aturan yang logis (bisa sembarang).

Contoh Skala Nominal

Contoh pertama, contoh yang paling umum digunakan yaitu variabel jenis kelamin. Jenis
kelamin akan dibedakan menjadi Laki-laki dan Perempuan.
Dalam hal ini, hasil pengukuran tidak memiliki tingkatan tertentu. Artinya laki-laki tidak lebih
tinggi daripada perempuan, atau sebaliknya. Di dalam sebuah penelitian, biasanya akan diberi
simbol angka sebagai pembeda, misal jenis kelamin laki-laki diberi simbol angka 1, jenis
kelamin perempuan diberi simbol 0. Simbol angka disini hanya untuk membedakan saja, tidak
menunjukkan bahwa 1 lebih besar dari 0 dan sebagainya.

Contoh kedua, misal nama kota lahir. Ada yang Bandung, Jakarta, Surabaya, Bogor, dan lain
lain. Hal ini hanya untuk pembeda saja, tidak menunjukkan tingkatan tertentu. Dengan kata lain,
orang yang lahir di Bandung bukan berarti lebih baik dari Bogor atau yang lainnya.

Contoh ketiga, misalnya menjelaskan agama, ada Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik. Ini
hanya bersifat membedakan saja

 Skala Ordinal
Skala ordinal merupakan skala pengukuran yang sudah menyatakan peringkat antar tingkatan.
Jarak atau interval antar tingkatan juga tidak harus sama. Skala ordinal ini memiliki tingkatan
yang lebih tinggi daripada skala nominal, karena skala ini tidak hanya menunjukkan kategori saja
tetapi juga menunjukkan peringkat.Di dalam skala ordinal, objek atau kategorinya disusun
berdasarkan urutan tingkatannya, dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi atau sebaliknya,

Ciri-ciri dari skala ordinal antara lain:


 kategori data saling memisah.
 kategori data ditentukan berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya.
 kategori data dapat disusun sesuai dengan besarnya karakteristik yang dimiliki.

Contoh Skala Ordinal


Contoh pertama, contoh pada variabel sikap seseorang terhadap suatu pernyataan, sikap tersebut
berupa sangat setuju, setuju, biasa saja, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Pada variabel sikap ini dari sangat setuju ke sangat tidak setuju menunjukkan kategori dan
memiliki tingkatan. Di dalam sebuah penelitian, kategori tersebut bisa disimbolkan dengan
angka, misal angka 5 untuk sangat setuju, angka 4 untuk setuju, angka 3 untuk biasa saja, angka
2 untuk tidak setuju, dan angka 1 untuk sangat tidak setuju.

Contoh kedua, misal dalam variabel nilai huruf mutu pada perkuliahan, yaitu nilai A, B, C, D,
dan E. Pada nilai ini menunjukkan tingkatan bahwa nilai A lebih besar dari B, dan seterusnya.

 Skala Interval
Skala Interval merupakan skala pengukuran yang bisas digunakan untuk menyatakan peringkat
untuk antar tingkatan. Jarak atau interval antar tingkatan pun sudah jelas, hanya saja tidak
memiliki nilai 0 (nol) mutlak.] Skala interval ini bisa dikatakan berada diatas skala ordinal dan
nominal. Besar interval atau jarak satu data dengan data yang lainnya memiliki bobot nilai yang
sama. Besar interval ini bisa saja di tambah atau dikurang.

Berikut ini adalah ciri-ciri dari skala interval:


 Kategori data memiliki sifat saling memisah.
 Kategori data memiliki aturan yang logis.
 Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karaaktristik khusus yang
dimilikinya.
 Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama dalam jumlah
yang dikenakan pada kategori.
 Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam skala (tidak memiliki nilai nol
absolut).

Contoh Skala Interval


Contoh pertama, contoh yang paling umum pada skala interval adalah suhu. Misalkan suatu
ruangan memiliki suhu 0C, ini bukan berarti bahwa ruangan tersebut tidak ada suhunya.
Angka 0C disini merupakan suhu, hal ini dikarena pada skala interval 0 (nol) bukanlah nilai yang
mutlak.
Contoh kedua, jam 00.00 bukan berarti waktunya kosong atau tidak ada nilainya, karena jam
00.00 sendiri masih menunjukkan waktu dimana jam 00.00 sama dengan jam 12 malam.

 Skala Rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang ditujukan pada hasil pengukuran yang bisa dibedakan,
diurutkan, memiliki jarak tertentu, dan bisa dibandingkan. Skala rasio merupakan tingkatan skala
paling tinggi dan paling lengkap dibanding skala-skala lainnya. Jarak atau interval antar
tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak. Nilai nol mutlak berarti benar-
benar menyatakan tidak ada.

Contoh Skala Rasio


Contoh pertama, misal tinggi badan Agung adalah 190 cm sedangkan tinggi badan Vatinson
adalah 95 cm. Pada situasi ini dapat dikatakan bahwa jarak tinggi badan Vatinson dengan Agung
adalah 95 cm. Bisa juga dikatakan bahwa tinggi badan Agung 2 kali tinggi badan Vatinson.
Contoh kedua, misalkan nilai ujian matematika Tono adalah 50, sedangkan nilai Toni adalah
100. Ukuran rasionya dapat dinyatakan bahwa nilai Toni adalah 2 kali nilai Tono.

5.5 Instrumen dan Cara Menyusun Penelitian

Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang social umumnya dan khususnya bidang pendidikan
yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan
digunakan untuk penelitian.Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan
selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan
menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrument,
maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen (Sugiyono,
2013).
Sebagai contoh misalnya variabel penelitiannya “tingkat kekayaan”. Indikator kekayaan
misalnya: rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan yang sering dimakan,
jenis olahraga yang dilakukan dan sebagainya. Untuk indicator rumah, bentuk pertanyaannya
misalnya: 1) berapa jumlah rumah, 2) dimana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah,
4) bagaimana kualitas bangunan rumah dam sebagainya.

Peneliti membutuhkan wawasan yang luas dan mendalam terkait variabel yang diteliti dan teori-
teori yang mendukung. Penggunaan teori yang dipilih harus cermat agar mampu menghasilkan
indikator yang valid. Peneliti dapat membaca berbagai referensi. Item-item instrumen dengan
bahasa yang jelas dan mudah dipahami, sehingga semua pihak yang berkepentingan dalam
penelitian tersebut dapat memahami apa yang dimaksud dalam item instrumen tersebut
(Sugiyono, 2012).Item-item instrumen dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami, sehingga
semua pihak yang berkepentingan dalam penelitian tersebut dapat memahami apa yang
dimaksud dalam item instrumen tersebut.

Ada beberapa langkah umum yang biasa ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian.
Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Analisis Variabel Penelitian


Menganalisis setiap variabel menjadi subvariabel kemudian mengembangkannya menjadi
indikator-indikator merupakan langkah awal sebelum instrumen itu dikembangkan.

2. Menetapkan Jenis Instrumen


Jenis instrumen dapat ditetapkan manakala peneliti sudah memahami dengan pasti tentang
variabel dan indikator penelitiannya. Satu variabel mungkin hanya memerlukan satu jenis
instrumen atau meungkin memerlukan lebih dari satu jenis instrumen.

3. Menyusun Kisi-kisi atau Layout Instrumen


Kisi-kisi instrumen diperlukan sebagai pedoman dalam merumuskan item instrumen. Dalam kisi-
kisi itu harus mencakup ruang lingkup materi variabel penelitian, jenis-jenis pertanyaan,
banyaknya pertanyaan, serta waktu yang dibutuhkan. Selain itu, dalam kisi-kisi juga harus
tergambarkan indikator atau abilitas dari setiap variabel. Misalnya, untuk menentukan prestasi
belajar atau kemampuan subjek penelitian, diukur dari tingkat pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, dan sebagainya.

4. Menyusun Item Instrumen


Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, langkah selanjutnya adalah menyusun item pertanyaan
sesuai dengan jenis instrumen yang akan digunakan.

5. Mengujicobakan Instrumen
Uji coba instrumen perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat reabilitas dan validitas serta
keterbacaan setiap item. Mungkin saja berdasarkan hasil uji coba ada sejumlah item yang harus
dibuang dan diganti dengan item yang baru, setelah mendapat masukkan dari subjek uji coba.

6. Petunjuk pengisian instrument (Iskandar,2008).

 Contoh Judul Penelitian dan Instrumen yang Dikembangkan


Judul Penelitian:

“GAYA DAN SITUASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SERTA


PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM KERJA ORGANISASI SEKOLAH”

Judul tersebut terdiri atas dua variabel independen dan satu dependen. Instrumennya yaitu:

1. Instrumen untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan.


1. Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan.
2. Istrumen untuk mengukur variabel iklim kerja organisasi.
Kisi – kisi instrumen yang diperlukan untuk mengukur gaya kepemimpinan, situasi kepemimpinan,
dan iklim kerja organisasi.

Variabel Penelitian Indikator No. Item Instrumen

 
1.      Kepemimpinan direktif.
1, 4, 7, 10, 13, 16
2.      Kepemimpinan   supportive. 2, 5, 8, 11, 14, 17

3.      Kepemimpinan partisipatif. 3, 6, 9, 12, 15, 18


Gaya Kepemimpinan

1.      Hubungan pemimpin dengan anggota. 1, 2, 3, 4, 5, 6


2.      Tugas – tugas. 7, 8, 9, 10, 11, 12

3.      Power position. 13, 14, 15, 16, 17, 18.


Situasi Kepemipinan

Iklim Kerja Organisasi    


   

1.      Otonomi dan fleksibilitas. 1,2

2.      Menaruh kepercayaan dan terbuka. 3,4

3.      Simpatik dan memberi dukungan.  

4.      Jujur dan menghargai. 5,6

5.      Kejelasan tujuan. 7, 8

6.      Pekerjaan yang resiko. 9,10

7.      Pertumbuhan kepribadian. 11,12


 

13, 14

1.Instrumen yang diperlukan untuk mengungkapkan variabel gaya kepemimpinan dari


suatu unit kerja tertentu. Sumber datanya adalah bawahan dari pimpinan yang dinilai.
Bentuk angketnya adalah multiple choice (pilihan ganda)
Contoh:

Mohon dijawab pertanyaan – pertanyaan berikut sesuai dengan hasil pengamatan Bapak/Ibu/Sdr.

1) Apakah pemimpin anda menjelaskan tugas – tugas yang harus dikerjakan


kelompok?                                             a.      a.Tidak pernah b.Jarang sekali     c. Sering     d.
Selalu

2) Apakah pemimpin anda berupaya mengembangkan suasana bersahabat?

a. Tidak pernah b. Jarang sekali     c. Sering     d. Selalu

3) Apakah pemimpin anda menetapkan hubungan kerja yang jelas antara satu orang dengan yang
lain?

a.Tidak pernah b. Jarang sekali     c. Sering     d. Selalu

4) Apakah pemimpin anda memberikan kesempatan kepada para pegawai untuk mendiskusikan
masalah – masalah  dengan pimpinan?

a. Tidak pernah Jarang sekali     c. Sering     d. Selalu.

5) Apakah pemimpin anda memberikan hadiah dan hukuman untuk mengontrol para pegawai?

a.Tidak pernah    Jarang sekali     c. Sering     d. Selalu

Instrumen tentang gaya kepemimpinan itu dikembangkan dari teori kepemimpinan situasional.
Oleh karena itu gaya kepemimpinan yang baik, tergantung pada situasinya. Pada saat
menjelaskan tugas-tugas kelompok maka ia harus bergaya direktif, pada saat menunjukkan hal –
hal yang dapat menarik minat anggotanya maka ia harus bergaya partisipatif. Jadi tidak berarti
gaya kepemimpinan yang baik partisipatif saja.

Dengan instrumen gaya kepemimpinan itu, maka akan dapat digunakan untuk mengukur kualitas
gaya kepemimpinan seseorang. Sebaik apa gaya yang ditampilkan oleh seseorang akan dapat
diukur dan diketahui secara kuantitatif. Menilai pemimpin akan lebih efektif bila sumber datanya
menggunakan berbagai kelompok yang terlibat dalam pekerjaan pimpinan. Untuk itu akan lebih
objektif bila sumber datanya adalah:

1. Bawahan
2. Teman kerja
3. Atasan (bila ada)
4. Yang bersangkutan (pemimpin menilai dirinya sendiri)
2.Instrumen yang diperlukan untuk mengungkapkn varibel situasi kepemimpinan dari suatu
lembaga. Sumber datanya adalah para pegawai. Bentuk instrumennya adalah checklist. Untuk itu
dapat digunakan sebagai pedoman observasi, wawancara, maupun sebagai angket.

Contoh:

Mohon dijawab dengan situasi yang sebenarnya, dengan cara memberi tanda (√) pada kolom jawaban
yang telah tersedia. S =  semuanya; SB = sebagian besar, SK = sebagian kecil; TA = tidak ada.

No. Pertanyaan tentang situasi kepemimpinan S SB SK TA

1. Apakah para pegawai memberi dukungan kepada para pimpinan?

2. Apakah para pegawai patuh dan loyal pada pemimpin?

3. Apakah penampilan kerja pegawai memuaskan?

4. Apakah prosedur kerja telah dijelaskan oleh pimpinan?

Apakah berbagai masalah yang muncul telah diberikan pemecahannya


5. dengan betul?

6. Apakah cara-cara kerja yang spesifik telah dijelaskan?

7. Apakah semua penampilan kerja pegawai menjadi wewenang pimpinan?

8. Apakah semua gaji pegawai menjadi wewenang pimpinan untuk menilai?

9. Apakah berbagai bidang ketrampilan kerja dipunyai pimpinan?


Item nomor 1, 2 dan 3 merupakan dimensi hubungan pimpinan dengan anggota. Item nomor 4, 5, 6 merupakan
dimensi tugas pimpinan. Item nomor 7, 8, dan 9 merupakan dimensi kekuasaan/power dari kepemimpinan.

3. Instrumen untuk mengungkapkan iklim kerja organisasi. Bentuk instrumen rating scale.


Dapat digunakan untuk pedoman observasi, wawancara dan sebagai angket. Sumber data
para pegawai.
Contoh:

Mohon dijawab item-item instrumen iklim kerja organisasi di tempat Bapak/Ibu/Sdr bekerja.
Jawaban yang diberikan dengan memberi tanda lingkaran pada angka yang sesuai dengan
pendapat Bapak/Ibu/Sdr.

Arti angka-angka:

4 berarti sangat setuju                 =   baik sekali

3 berarti setuju                            =   cukup baik

2 berarti tidak setuju                   =   tidak baik

1 berarti sangat tidak setuju        =   sangat tidak baik


 

No. Pernyataan tentang iklim kerja organisasi Tingkat Persetujuan

1 2 3

Terdapat fleksibilitas dalam menggunakan waktu dan sumber-sumber untuk


1 mencapai tujuan organisasi. 4 3 2 1

2 Para pegawai menyutui pendapat dan inisiatif anda. 4 3 2 1

Terdapat kesetiakawanan pada kelompok kerja anda, dan masing-masing


3 saling memberi bantuan. 4 3 2 1

4 Tujuan setiap pekerjaan yang anda kerjakan didefinisikan dengan jelas. 4 3 2 1

Para pegawai merasa bebas dan tidak takut untuk dapat melaksanakan
5 pekerjaan dengan kualitas yang tinggi. 4 3 2 1

6 Pencapaian tujuan dari setiap tugas selalu ditekan pada lembaga anda. 4 3 2 1
 

Dari tiga bentuk instrumen (bentuk pilihan ganda untuk instrumen gaya kepemimpinan; checlist
untuk instrumen situasi kepemimpinan; dan rating scale untuk instrumen iklim kerja organisasi)
tersebut maka pembaca dapat membedakan mana yang lebih komunikatif. Tiga instrumen
tersebut dapat dibuat dalam bentuk yang sama, misalnya pilihan ganda semua, rating
scale semua atau checklist semua.
Bentuk-bentuk instrumen mana yang akan dipilih bergantung beberapa faktor, diantaranya
adalah teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Bila akan menggunakan angket, maka
bentuk pilihan ganda lebih komunikatif, tetapi tidak hemat kertas, dan instrumen menjadi tebal
sehingga responden malas untuk menjawabnya. Bentuk checklist, dan rating scale dapat
digunakan sebagai pedoman observasi maupun wawancara. Kapan ketiga metode pengumpulan
data ini digunakan?
1. Angket: digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik, dan
dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia.
2. Observasi: digunakan bila objek penelitian bersifat prilaku manusia, proses kerja, gejala
alam, responden kecil.
3. Wawancara: digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam serta jumlah responden sedikit.
4. Gabungan ketiganya: digunakan bila ingin mendapatkan data yang lengkap, akurat dan
konsisten.

5.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas
Uji Validitas Item atau butir dapat dilakukan dengan menggunakan software SPSS.[1] Untuk
proses ini, akan digunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment. Dalam uji ini, setiap item
akan diuji relasinya dengan skor total variabel yang dimaksud. Dalam hal ini masing-masing
item yang ada di dalam variabel X dan Y akan diuji relasinya dengan skor total variabel tersebut.
Agar penelitian ini lebih teliti, sebuah item sebaiknya memiliki korelasi (r) dengan skor total
masing-masing variabel ≥ 0,25.[2] Item yang punya r hitung < 0,25 akan disingkirkan akibat
mereka tidak melakukan pengukuran secara sama dengan yang dimaksud oleh skor total skala
dan lebih jauh lagi, tidak memiliki kontribusi dengan pengukuran seseorang jika bukan malah
mengacaukan.
Cara melakukan Uji Validitas dengan SPSS:
1. Buat skor total masing-masing variable.
2. Klik Analyze > Correlate > Bivariate
3. Masukkan seluruh item variable x ke Variables
4. Masukkan total skor variable x ke Variables
5. Ceklis Pearson ; Two Tailed ; Flag
6. Klik OK
7. Lihat kolom terakhir. Nilai >= 0,25.
8. Lakukan hal serupa untuk Variabel Y.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
Note:
Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha >
0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten secara internal
karena memiliki reliabilitas yang kuat.[3] Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut:
 Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
 Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi
 Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat
 Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah[4]
Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel: Segera identifikasi
dengan prosedur analisis per item. Item Analysis adalah kelanjutan dari tes Aplha sebelumnya
guna melihat item-item tertentu yang tidak reliabel. Lewat ItemAnalysis ini maka satu atau
beberapa item yang tidak reliabel dapat dibuang sehingga Alpha dapat lebih tinggi lagi nilainya.
Reliabilitas item diuji dengan melihat Koefisien Alpha dengan melakukan Reliability Analysis
dengan SPSS ver. 16.0 for Windows. Akan dilihat nilai Alpha-Cronbach untuk reliabilitas
keseluruhan item dalam satu variabel. Agar lebih teliti, dengan menggunakan SPSS, juga akan
dilihat kolom Corrected Item Total Correlation.

Nilai tiap-tiap item sebaiknya ≥ 0.40 sehingga membuktikan bahwa item tersebut dapat
dikatakan punya reliabilitas Konsistensi Internal.[5] Item-item yang punya koefisien korelasi <
0.40 akan dibuang kemudian Uji Reliabilitas item diulang dengan tidak menyertakan item yang
tidak reliabel tersebut. Demikian terus dilakukan hingga Koefisien Reliabilitas masing-masing
item adalah ≥ 0.40.
Cara Uji Reliabilitas dengan SPSS:
1. Klik Analyze > Scale > Reliability Analysis
2. Masukkan seluruh item Variabel X ke Items
3. Pastikan pada Model terpilih Alpha
4. Klik OK
Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha >
0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten secara internal
karena memiliki reliabilitas yang kuat.[6] Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut:
 Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
 Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi
 Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat
 Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah[7]

Anda mungkin juga menyukai