Anda di halaman 1dari 36

Penelitian DESKRIPTIF

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat. Dalam bidang kesehatan
masyarakat, survei deskriptif digunakan untuk memotret masalah kesehatan serta yang terkait
dengan kesehatan sekelompok penduduk, atau orang yang tinggal dalam suatu komunitas
tertentu.
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena
buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,
kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata,
2006:72).
Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan.
Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau
dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.
2.2 Bentuk-bentuk penelitian deskriptif
Bentuk-bentuk penelitian deskriptif adalah:
         Survei
Survei adalah suatu cara penelitian deskriptifyang dilakukan terhadap sekumpulan objek
yang cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk membuat suatu
penilaian terhadap suatu kondisi atau penyelenggaraan program di masa sekarang, dan hasilnya
digunakan untuk membuat suatu perbaikan di masa yang akan datang. Survei tidak dilaksanakan
untuk melihat deskripsi dari suatu keadaan saja, tetapi juga untuk menjelaskan hubungan antar
variabel yang diteliti. Mutu dari survei tergantung atas jumlah sampel, taraf perwakilan tiap
sampel, dan tingkat kepercayaan informasi yang didapat dari sampel itu. Jenis masalah dalam
metode survei digolongkan atas:
1.      Survei rumah tangga (household survey)
Adalah suatu survey deskriptif yang ditujukan pada rumah tangga. Biasanya pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara kepada kepala keluarga. Informasi yang diperoleh dari kepala
keluarga ini tidak saja informasi mengenai kepala keluarga tersebut, tetapi informasi tentang
anggota keluarga lainnya, dan bahkan informasi tentang rumah serta lingkungannya.
2.      Survei morbiditas (morbidity survey)
Adalah suatu survei deskrpitif yang bertujuan untuk mengetahui kejadian dan distribusi penyakit
dalam masyarakat atau populasi. Survei dapat sekaligus digunakan untuk mengetahui insiden
atau kejadian suatu penyakit, maupun prevalensi.
3.      Survei analisis jabatan (functional analysis survey)
Survei ini terutama bertujuan untuk mengetahui tentang tugas dan tanggung jawab para tenaga
kesehatan, serta kegiatan para petugas itu sehubungan dengan pekerjaan mereka. Selain itu,
survei  ini juga dapat mengetahui status dan hubungan antara satu dengan yang lainnya, atau
hubungan antara atasan dan bawahan, kondisi kerja, serta fasilitas yang ada untuk melaksanakan
tugas.
4.      Survei pendapat umum (public opinion survey)
Survei ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang pendapat umum
terhadap suatu program pelayanan kesehatan yang sedang berjalan dan menyangkut semua
lapisan masyarakat.survei ini juga dapat digunakan untuk menggali pendapat masyarakat atau
publik tentang pelayanan kesehatan dan masalah-masalah kesehatan masyarakat.
         Case Study (Studi Kasus)
Merupakan penelitian / penyelidikan yang mendalam (indepth study) tentang suatu aspek
lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya yg dilakukan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap. Case study dapat
dilakukan terhadap seorang individu; sekelompok individu (keluarga, kelompok ibu hamil, ibu
menyusui, manula, balita dsb); segolongan manusia (guru, bidan, perawat, suku Batak dsb)
lingkungan hidup manusia (desa, kota, Pesisir dsb); atau lembaga sosial (perkawinan–perceraian,
pendidikan, agama dsb).
Case Study dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri
dari unit tunggal. Unit tunggal yang dimaksud dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk
yang terkena suatu masalah, atau sekelompok masyarakat di suatu daerah. Unit yang menjadi
kasus tersebut secara mendalam dianalisis, baik dari segi yg berhubungan dengan keadaan kasus
itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul
sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan tertentu.
Meskipun dalam case study ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis
secara mendalam meliputi aspek yang cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik secara
integratif.
Namun demikian, hasil penelitian case study ini masih perlu dikaji ulang dengan menggunakan
jumlah Sampel yang lebih banyak agar data yang dianalisa semakin representatif sehingga lebih
dapat digeneralisasikan.
         Comparative study (studi perbandingan)
Penelitian dengan menggunakan metode studi perbandingan (Comparative Study) dilakukan
dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari faktor–
faktor apa/situasi bagaimana yang dapat menyebabkan timbulnya suatu peristiwa tertentu. Studi
ini dimulai dengan mengadakan pengumpulan fakta tentang faktor – faktor yang menyebabkan
timbulnya suatu gejala tertentu, kemudian dibandingkan. Setelah mengetahui persamaan dan
perbedaan penyebab, selanjutnya ditetapkan bahwa sesuatu faktor yang menyebabkan
munculnya suatu gejala pada objek yang diteliti, itulah yang sebenarnya yang menyebabkan
munculnya gejala tersebut. Atau dengan memperbandingkan faktor atau variabel mana yang
paling berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi pada hasil penelitian yang sedang dilakukan.
Perlu ditekankan di sini, bahwa dalam desain penelitian ini tidak ada perlakuan atau intervensi
sama sekali dari peneliti.
         Correlation study
Penelitian korelasional bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel
walaupun tidak diketahui apakah hubungan tersebut merupakan hubungan sebab–akibat atau
bukan. Yang dimaksud hubungan korelatif adalah hubungan yang menyatakan adanya adanya
perubahan pada satu variabel yang diikuti oleh perubahan pada variabel yang lain. Dalam
hubungan korelatif dilihat keeratan hubungan antara kedua variabel, oleh karenanya dalam
penelitian ini harus melibatkan paling sedikit dua variabel.
Untuk uji statistik, menggunakan analisis korelasi. Dalam analisis ini nantinya akan didapatkan
suatu angka yang dinamakan koefisien korelasi. Angka korelasi yang mendekati angka 1
ditafsirkan sebagai korelasi yang sangat kuat. Sedangkan angka koefisien korelasi yang
mendekati nol ditafsirkan sebagai korelasi yang tidak kuat (lemah), dan angka korelasi sama
dengan nol (= 0) ditafsirkan sebagai tidak ada korelasi.
Disamping itu, dikenal juga Korelasi Positif dan Korelasi Negatif.
Korelasi positif: Diperoleh hubungan yang setara, artinya: kenaikan nilai satu variabel diikuti
dengan kenaikan nilai variabel yang lain.
Korelasi negatif: Diperoleh hubungan yang bertolak belakang, artinya kenaikan nilai pada satu
variabel diikuti Penurunan nilai variabel lain.
         Prediction study (studi prediksi)
Study Prediksi ini digunakan untuk memperkirakan tentang kemungkinan munculnya suatu
gejala berdasarkan gejala lain yang sudah muncul dan diketahui sebelumnya. Contoh:
“Kemungkinan keberhasilan penurunan angka kematian bayi berdasarkan pada besarnya
cakupan imunisasi”.
Dalam bidang Kesehatan, Studi Prediksi digunakan untuk :
a)      Membuat perkiraan terhadap suatu atribut dari atribut lain.
Contoh: Memperkirakan “penurunan angka kematian akibat kecelakaan” dari berlakunya “aturan
penggunaan helm standart” bagi semua pengendara motor.
b)      Membuat perkiraan terhadap auatu atribut dari hasil pengukuran.
Contoh: Memperkirakan kemungkinan “wabah diare” dari hasil “pemeriksaan air minum”
penduduk.
c)      Membuat perkiraan terhadap suatu pengukuran dari suatu atribut.
Contoh: Memperkirakan “Status Gizi Balita” dari “Tingkat Sosial Ekonomi” orang tua mereka.
d)     Membuat perkiraan terhadap pengukuran dari pengukuran lain.
Contoh: Memperkirakan “status gizi” dari “pengukuran berat badan per umur” pada balita.
Untuk uji statistik pada studi prediktif ini biasanya digunakan analisis regresi. Sebagaimana
dalam analisis korelasi, maka dalam analisis regresi ini penafsiran hasil analisa didasarkan pada
angka koefisien yang diperoleh. Dalam analisis regresi ini, akan dilihat apakah munculnya suatu
gejala itu ada hubungannya dengan gejala lain atau tidak dan sampai seberapa besar derajat
hubungan tersebut.
         Evaluation study (studi evaluasi)
Penelitian evaluasi dilakukan untuk menilai suatu program yang sedang atau sudah dilakukan.
Misalnya: penelitian evaluasi tentang perkembangan pelayanan puskesmas, penelitian tentang
program pemberantasan penyakit menular, penelitian evaluasi tentang program perbaikan gizi,
penelitian evaluasi tentang cakupan pelayanan imunisasi balita, penelitian evaluasi tentang mutu
layanan fasilitas kesehatan, dll. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk perbaikan atau
peningkatan program – program tersebut. Dalam mengolah atau menganalisa data pada desain
studi evaluasi ini hanya menggunakan statistik sederhana saja, misalnya analisa presentase saja.

2.3 Langkah-langkah penelitian deskriptif:


a. Memilih masalah yang diteliti
b. Merumuskan dan melakukan pembatasan masalah, kemudian berdasarkan salah satu masalah
tersebut diadakan stud pendahuluan untuk mengumpulkan informasi dan teori-teori yang
digunakan sebagai dasar menyusun kerangka konsep penelitian.
c. Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diamati atau dikumpulkan.
d. Merumuskan dan memilih teknik pengumpulan data.
e. Menentukan kriteria atau kategori untuk mengadakan klasifikasi data.
f. Menentukan teknik dan alat pengumpulan data yang akan digunakan.
g. Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data.
h. Melakukan pengolahan dan analisis data.
i. Menarik kesimpulan atau generalisasi.
j. Menyusun dan mempublikasikan laporan penelitian.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan penelitian deskriptif:
1. Relatif mudah dilaksanakan
2. Tidak memerlukan kelompok kontrol sebagai pembanding
3. Diperoleh banyak informasi penting yang dapat digunakan untuk perencanaan program pelayanan
kesehatan pada masyarakat, memberi informasi kepada masyarakat tentang kesehatan,
mengadakan perbandingan status kesehatan, penelitian deskriptif dapat pula digunakan sebagai
penelitian pendahuluan untuk penelitian analitik atau penelitian eksperimental. Kelemahan utama
penelitian deskriptif adalah kurangnya tanggapan subjek penelitian.

Penelitan survei sering rancu dengan sensus. Padahal perbedaannya cukup


jelas. Penelitian survei adalah pengumpulan data dari suatu populasi dengan
memilih sampel, sedangkan sensus adalah pengumpulan data terhadap seluruh
anggota populasi. Survei tidak selalu identik dengan kuesioner (meski teknik
pengumpulan data survei seringkali menggunakan kuesioner karena
berhubungan dengan sampel berjumlah besar). Dalam praktiknya, terkadang
pelaksanan survei tidak hanya menggunakan kuesioner atau angket, namun
dilengkapi dengan wawancara atau observasi.

Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk melakukan penelitian


survei, antara lain:

1. Penelitian survei dapat digunakan untuk sampel yang besar.

2. Penggunaan kuesioner dapat menghasilkan data/informasi yang


beragam dari setiap responden/individu dengan variabel penelitian
yang banyak.

3. Data yang diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada


populasi.
B. Jenis Survei

Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses pelaksanaannya dan
perlakuan terhadap sampel.

1. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei). Data hanya


dikumpulkan untuk waktu tertentu saja dengan tujuan
menggambarkan kondisi populasi.
2. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei). Survei dilakukan
berulang untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari
waktu ke waktu.
3. Survei Tracking/Trend. Survei dilakukan pada populasi yang sama
namun dengan sampel berbeda untuk mengetahui kecenderungan
suatu fenomena dari waktu ke waktu.
4. Survei Panel. Survei dilakukan terhadap sampel yang sama untuk
memahami suatu fenomena dari waktu ke waktu.
5. Survei Cohort. Survei dilakukan pada sekelompok populasi yang
spesifik untuk mengetahui perkembangan suatu fenomena dari
waktu ke waktu.
C. Tahapan Survei

Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni: 1) Menentukan


masalah penelitian ; 2) Membuat desain survei ; 3) Mengembangkan instrumen
survei; 4) Menentukan sampel; 5) Melakukan pre-test; 6) Mengumpulkan data; 7)
Memeriksa data (editing); 8) Mengkode data; 9) Data entry; 10) Pengolahan
dan analisis data; 11) Interpretasi data; dan 12) Membuat kesimpulan serta
rekomendasi.
Untuk memberikan gambaran lebih lengkap, masing-masing tahapan dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Menentukan Masalah Penelitian

Setiap penelitian diawali dari adanya “masalah”. Masalah Penelitian adalah


konseptualisasi (pemakaian konsep) atas sebuah fenomena atau gejala sosial
yang akan diteliti. Itu berarti, tidak semua masalah dapat dikatakan sebagai
masalah penelitian. Lalu apakah perbedaan
antara Masalah dengan MasalahPenelitian?
Masalah adalah gejala/fenomena/kasus yang terjadi di dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan Masalah Penelitian adalah konseptualisasi terhadap masalah
sosial. Ada peranan teori dalam Masalah Penelitian.
Apakah setiap masalah sosial dapat dijadikan masalah penelitian? Jawabannya,
tidak selalu. Tapi, satu masalah sosial dapat menjadi lebih dari satu masalah
penelitian. Lantas bagaimana mengubah masalah sosial  menjadi masalah
penelitian?
1. Hubungkan masalah sosial dengan konsep (teori).

2. Kaitkan dengan metode penelitian yang dipakai.

3. Hubungkan dengan paradigma penelitian yang dipergunakan.

4. Rumuskan dalam kalimat tanya.


Contoh Masalah Penelitian

1. Pertanyaan Profil Sosiodemografis Audiens:

Dalam survei sosiodemografis, variabel yang akan diketahui misalnya usia, jenis
kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan agama.
Rumusan masalah penelitian bisa disajikan dalam kalimat tanya sebagai berikut.

“Bagaimana karakteristik sosiodemografis  pendengar RRI?”


2. Pertanyaan profil Psikografis Audiens:

Dalam survei psikografis, variabel yang akan diketahui adalah gaya hidup,
perilaku sosial, kepribadian, aktivitas, ketertarikan, dan sebagainya. Rumusan
masalah penelitian bisa disajikan dalam kalimat tanya sebagai berikut.

“Bagaimana karakteristik psikografis  pendengar RRI?”


3. Pertanyaan Asosiatif (Hubungan Keterkaitan)

Masalah penelitian survei yang menggunakan hubungan keterkaitan disebut


sebagai pertanyaan asosiatif. Contoh rumusan masalah penelitian survei dengan
pertanyaan asosiatif disajikan dalam contoh berikut.

“Bagaimana hubungan antara siaran berita RRI  dengan tingkat


partisipasi dalam pilkada?”
4. Pertanyaan Komparatif (Perbandingan)
Masalah penelitian survei yang ingin mengetahui perbadingan disebut
pertanyaan komparatif. Contoh rumusan masalah penelitian survei dengan
pertanyaan komparatif antara lain adalah sebagai berikut.

“Bagaimana perbedaan tingkat kepuasan pendengar RRI di


Jakartadibandingkan/dengan pendengar RRI di Surabaya?”
Dalam praktiknya, variabel pertanyaan penelitian bisa berjumlah banyak.
Variabel seperti ini disebut Multivariat. Berikut adalah contoh rumusan masalah
penelitian dengan lebih dari dua variabel (digarisbawahi):

1. “Adakah Pengaruh Gaya Hidup terhadap Pemilihan dan Kepuasan


Mendengarkan Radio?”

2. “Sejauh Mana Pengaruh Reputasi Radio dan Citra


Brand terhadap Keputusan Mendengarkan Radio?”
Dalam menyusun penelitian survei, ada kalanya peneliti membuat dugaan
sementara atas jawaban pertanyaan penelitiannya. Proses ini
disebut membuat hipotesis. Hipotesis artinya dugaan, asumsi, atau
pernyataan sementara. Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang harus diuji
kebenarannya. Tidak semua penelitian survei harus ada hipotesisnya, penelitian
survei yang sifatnya deskriptif (mengetahui gejala-gejala atau karakteristik data)
umumnya tidak menggunakan hipotesis. Berbeda dengan penelitian survei
eksplanatif (menjelaskan hubungan anatargejala), umumnya menggunakan
hipotesis untuk selanjutnya diuji kebenarnnya. Dalam kaitan ini, survei
eksplanatif dapat diidentifikasi dengan adanya pertanyaan asosiatif (hubungan
keterkaitan) dan atau pertanyaan komparatif (perbandingan).
Berikut ini contoh hipotesis berdasarkan jenis pertanyaan penelitian.

1. Asosiatif (hubungan keterkaitan).


Ada/tidak ada hubungan positif antara siaran berita
RRI  dengan tingkat partisipasi dalam pilkada
1. Komparatif (Perbandingan)
Ada/tidak ada perbedaan tingkat kepuasan pendengar RRI di
Jakarta denganpendengar RRI di Surabaya
Dalam menyusun hipotesis, peneliti perlu memperhatikan tiga jenis hipotesis,
yakni hipotesis teori, hipotesis riset, dan hipotesis statistik. Agar dapat
dilakukan pengujian, hipotesis teori harus diturunkan ke dalam hipotesis
riset dan hipotesis statistik. Hipotesis riset merupakan hipotesis yang bisa
secara langsung diuji dalam penelitian. Hipotesis ini dirancang dengan
menurunkan hipotesis teori berdasarkan kerangka operasional yang ditetapkan
oleh peneliti. Untuk penelitian yang bermaksud menguji hipotesis secara
kuantitatif, hipotesis riset diturunkan ke dalam dan hipotesis statistik yang
bisa secara langsung menunjukkan alat statistik apa yang akan digunakan.
Berikut ini contoh pengembangan hipotesis berdasarkan jenis survei.

 a. Survei Deskriptif
Masalah:

Berapakah rata-rata usia pendengar RRI?


Hipotesis Teori:

Tingkat usia audiens mempengaruhi minat mendengarkan RRI


Hipotesis Riset:

Semakin tinggi usia seseorang, semakin tinggi minat mendengarkan


RRI
Hipotesis Statistik:

Rxy ≥ 0

 b. Survei Eksplanatif
Masalah:
Apakah berita demo dan kekerasan di radio mempengaruhi tingkah
laku agresif masyarakat?
Hipotesis Teori:

Terpaan berita demo dan kekerasan di radio mempengaruhi tingkah


laku agresif masyarakat
Hipotesis Riset:

Jumlah berita demo dan kekerasan yang didengar masyarakat di radio


berkorelasi positif dengan frekuensi  tindak  agresif masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari.
Hipotesis Statistik:

Rxy ≥ 0
2. Membuat Desain Penelitian Survei

Tahap kedua dalam penelitian survei adalah membuat desain penelitian. Desain
penelitian merupakan konseptualisasi atas sebuah fenomena atau gejala sosial
yang akan diturunkan menjadi variabel-variabel penelitian sampai ke tingkat
indikator. Jika digambarkan secara sistematis, maka desain penelitian survei
tampak dalam hierarki sebagai berikut:

Teori
Konsep
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala/Pengukuran
Pertanyaan
Tahapan pembuatan desain penelitian yang meliputi Teori, Konsep, Variabel,
Dimensi, Indikator, Skala/Pengukuran, dan item-
item Pertanyaan selanjutnya harus disederhanakan dalam bentuk isian matriks
operasionalisasi survei seperti berikut.
Variabel Dimensi Indikator Skala

Contoh penerapan matriks operasionalisasi survei:

 Judul Penelitian:
Pengaruh Reputasi Perusahaan dan Citra Merk terhadap Keputusan
Pembelian
 Rumusan Masalah:
1. Apakah ada pengaruh antara reputasi perusahaan terhadap
keputusan pembelian?
2. Apakah ada pengaruh antara citra merek terhadap keputusan
pembelian?
3. Apakah ada pengaruh antara reputasi perusahaan dan citra
merek terhadap keputusan pembelian?
 Teori yang digunakan:
1.  Public Relations
2. Perilaku Konsumen

 Variabel
Reputasi Perusahaan, Citra Merk, Keputusan Pembelian
Selanjutnya untuk dimensi, indikator dan skala dapat dilihat pada matriks
operasionalisasi survei berikut ini.

Variabel Dimensi Indikator Skala

Reputasi a.  Kepercayaan a.  Seberapa besar Ordina


Perusaha terhadap kepercayaan responden l
an perusahaanb.  terhadap perusahaan
Tanggung jawab Unileverb. Bagaimana
perusahaanc. Persepsi penilaian responden
terhadap terhadap tanggung jawab
perusahaand.  perusahaanc.  Bagaimana
Pengetahuan akan responden memandang,
perusahaan memahami dan menerima
perusahaan Unilever
d. Seberapa besar
pengetahuan responden
akan perusahaan Unilever

Citra a.  Persepsi/kesan a.  Bagaimana konsumen


Merk terhadap produkb.  memandang, memahami,
Keuntungan/ dan menerima produk
manfaatc.  Gambaran Pepsodentb.  Seberapa
terhadap produkd. besar keuntungan/
Keyakinan terhadap manfaat yang diperoleh
produk responden dari produk-
Seberapa besar tingkat
e.  Konsistensi produk
keinginan/ harapan yang
dijanjikan oleh suatu
brandc. Bagaimana
konsumen melihat produk Ordina
Pepsodentd. Seberapa l
besar konsumen meyakini
produk Pepsodent
e. Seberapa jauh
kesesuaian dari apa yang
dijanjikan produk dengan
apa yang didapat oleh
konsumen dari produk
tersebut.

Keputusa a. Pengenalan a. Seberapa jauh Ordina


n masalah responden menyadari l
Pembelia b.  Pencarian kebutuhannya terhadap
n informasi suatu produk-  Seberapa
c. Evaluasi jauh responden menyadari
alternatifd.  harapannya terhadap
Keputusan pembelian suatu produk b. –
Seberapa besar tingkat
intensitas responden
dalam mencari informasi-
Seberapa jauh responden
mendapatkan informasi
yang dibutuhkan
– Apa saja media yang
dijadikan sumber dalam
proses pencarian
informasi

c.  Seberapa jauh


tingkat selectivity respond
en terkait alternatif
produk, risiko kesalahan
dalam memilih,
kebutuhan, dan
kemampuan responden
d. – Bagaimana keputusan
responden mengenai jenis
produk

– Bagaimana keputusan
responden mengenai
bentuk produk

– Bagaimana keputusan
responden mengenai
merek produk

– Bagaimana keputusan
responden mengenai
harga

– Bagaimana keputusan
responden mengenai
penjual

– Bagaimana keputusan
responden mengenai
kualitasnya

– Bagaimana keputusan
responden mengenai
waktu pembelian

Pada kolom terakhir matriks operasionalisasi penelitian survei di atas terdapat


kolom “skala”. Skala diperlukan sebagai teknik pengukuran yang sejak awal
dirancang dalam desain penelitian. Terdapat empat jenis skala dalam penelitian
survei, yakni nominal, ordinal, interval, dan rasio. Masing-masing skala
dapat dijelaskan sebagai berikut.

 Skala Nominal
Skala nominal membedakan satu kategori dengan kategori lainnya. Dasar
perbedaannya adalah penggolongan yang tidak saling tumpang tindih antar
kategori.

Contoh:

Jenis kelamin:

1. a. pria      b. wanita


Status kepegawaian:
1. a. Honorer    b. Tetap    c.Kontrak
Sumber informasi utama bagi Anda:

1. a. Radio     b. Televisi    c. Koran    d. Internet


Stasiun radio yang Anda dengarkan:

a.   W FM    b. X FM     c. Y FM    d. Z FM

 Skala Ordinal
Skala ordinal mempunyai sifat membedakan dan  mencerminkan adanya
tingkatan dari tinggi ke rendah.

Contoh:

Jenjang Pendidikan:

1. a. SD      b. SLTP     c. SMA     d. Sarjana


Tingkat kepuasan:

1. a. Sangat Tidak Memuaskan    b. Cukup Memuaskan    c. Sangat


Memuaskan
Kepangkatan dalam militer:

1. a. Brigadir Jendral     b. Mayor  Jendral    c. Letnan  Jendral    d.


Jendra

 Skala Interval
Skala interval mempunyai sifat membedakan, mempunyai tingkatan, dan
mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori dengan kategori lainnya

Contoh:
Tingkat Penghasilan

1. a. < 500.000    b. 500.000 – 999.000   c. 1000.000- 3.000.000 


d. > 3 juta
Frekuensi Mendengarkan radio

1. a. 1-5 jam = sangat rendah


2. b. 6- 10 jam = cukup
3. c. 11-15 jam = tinggi
4. d. 16-20 jam = sangat tinggi

 Skala Rasio
Skala rasio mempunyai sifat membedakan, mempunyai tingkatan dan jarak, dan
setiap nilai variabel diukur dari suatu keadaan atau titik yang sama (titik nol
mutlak).

Contoh:

Umur Manusia (0, 1, 2, 3 dst)

Berat badan dalam kg

Tinggi badan dalam cm,

dan sebagainya.

3. Mengembangkan Instrumen Survei  (Menyusun Kuesioner/Pertanyaan)

Tahap ketiga dari penelitian survei adalah mengembangkan isntrumen penelitian


dari matriks menjadi daftar pertanyaan.
Dalam penelitian survei, data dapat diperoleh dengan berbagai alternatif cara
pengumpulan data. Berikut adalah beberapa teknik pengumpulan data dalam
survei.

1. Kuesioner langsung

2. Kuesioner via pos

3. Wawancara tatap muka

4. Wawancara via telepon

5. Pengisian kuesioner via komputer

6. Wawancara online (chatting, dsb)


7. Polling
Dari sekian banyak teknik, kuesioner merupakan teknik yang dianggap paling
efisien. Meski demikian, kuesioner memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan:

   Relatif hemat biaya dan waktu

   Anonimity (jaminan kerahasiaan)

   Keseragaman kata dan istilah

   Tidak ada bias pewawancara

   Menjangkau banyak responden


Kelemahan:

  Tidak fleksibel

  Tidak ada kendali atas urutan pertanyaan

 Ada pertanyaan tidak terjawab

 Respons rate rendah (terutama bila melalui pos)


 Hanya perilaku verbal yang tercatat

 Tidak bisa merekam jawaban spontan


Tahap akhir dalam menyusun desain penelitian survei dalah menurunkan matriks
operasionalisasi ke dalam item-item pertanyaan. Pertanyaan survei yang baik
dapat menjaring informasi yang lebih tepat. Berikut adalah ciri-ciri pertanyaan
penelitian yang baik:

1. Jelas dan menggunakan bahasa yang sederhana

2. Padat

3. Spesifik

4. Bisa dijawab

5. Memiliki relevansi dengan responden

6. Tidak menggunakan kalimat negatif

7. Hindari menggunakan terminology yang bias

8. Hindari menanyakan dua hal sekaligus dalam suatu pertanyaan


Berikut ini beberapa bentuk kekeliruan yang disebabkan bias dalam menyusun
pertanyaan.

 1. Double barreled question, ada lebih dari 1 pertanyaan


dalam 1 item pertanyaan.
“Apakah Anda menyukai RRI dan gaya penyiarnya?”
 2. Ambiguous  question, yaitu penggunaan istilah yang
rancu .
“Apakah Anda setuju atau tidak bahwa gaya penyiar itu cool?”
 3. Level of wording, penggunaan bahasa yang tidak  sesuai
kemampuan responden.
“Apakah ada anggota keluarga Anda yang termasuk schizofrenia?”
 4. Leading of question, yakni penyusunan yang menggiring
responden ke arah jawaban tertentu.
“Setujukah Anda dengan pendapat orang bahwa acara di RRI itu
bagus?”
 5. Abstract vs factual question, yaitu pertanyaan yang
abstrak vs pertanyaan mengacu pada hal-hal konkret yang spesifik
dan memiliki jawaban spesifik.
”Apakah Anda merasa sudah menjalani hidup yang seimbang?”
 6. Sensitive/threatening question, yaitu pertanyaan yang
mengandung topik sensitif, sehingga cenderung menghasilkan
jawaban normatif.
“Bagaimana pandangan Anda tentang ateisme ?”
“Bagaimana pandangan Anda tentang sex bebas? “

 7. Pertanyaan tidak lengkap


Salah: Jika acara kuis disiarkan hari ini, apakah Anda akan mengikut
iatau tidak?
Benar: Jika acara kuis disiarkan RRI hari ini, apakah Anda akan
mengikut atau tidak?

 8. Periode waktu tidak jelas


Salah: Dalam acara Dialog interaktif yang membahas pemilihan
anggota DPRD Kabupaten Sleman yang lalu, apakah Ibu/Bapak ikut
memilih atau tidak?
Benar: Dalam acara Dialog interaktif yang membahas pemilihan
anggota DPRD Kabupaten Sleman Juni 2004 yang lalu, apakah
Ibu/Bapak ikut memilih atau tidak?

 9. Aspek yang ditanyakan tidak spesifik


Salah: Dalam satu minggu terakhir, berapa kali Ibu/Bapak membaca
suratkabar dan majalah?
Benar: Dalam satu minggu terakhir, berapa kali Ibu/Bapak membaca
suratkabar?

 10. Pemakaian singkatan (akronim)


Salah: Bagaimana penilaian Ibu/Bapak atas kerja polisi dalam
menangani kasus curanmor di DKI Jakarta?
Benar: Bagaimana penilaian Ibu/Bapak atas kerja polisi dalam
menangani kasus pencurian kendaraan bermotor di DKI Jakarta?

 11. Kategori jawaban tumpang tindih


Salah: Berapa usia Ibu/Bapak saat ini? (a) 20-30 (b) 30-40 (c) 40-50 (d)
50-60 (e) Di atas 60 tahun
Benar: Berapa usia Ibu/Bapak saat ini? (a) 20-30 (b) 31-40 (c) 41-50 (d)
51-60 (e) Di atas 60 tahun

 12. Kategori jawaban tidak menampung semua


kemungkinan
Salah: Apa pendidikan terakhir Ibu/bapak? (a) Lulus SD (b) Lulus SLTP
(c) Lulus SLTA (d) Lulus Perguruan Tinggi atau lebih
Benar: Apa pendidikan terakhir Ibu/bapak? (a) Tidak sekolah/Tidak lulus
SD (b) Lulus SD (c) Lulus SLTP (d) Lulus SLTA (e) Lulus Perguruan
Tinggi atau lebih

 13. Pertanyaan tidak seimbang


Salah: Menurut Ibu/Bapak apakah Pemilu merupakan kewajiban yang
harus diikuti oleh warga negara?
Benar: Ada yang berpendapat Pemilu adalah kewajiban warga negara.
Tetapi ada yang mengatakan Pemilu merupakan hak. Menurut
Ibu/Bapak, apakah Pemilu merupakan hak atau kewajiban?

 14. Alternatif jawaban tidak seimbang


Salah: Apakah Ibu/Bapak setuju jika pemerintah menaikkan harga
minyak tanah?
Benar: Apakah Ibu/Bapak setuju atau tidak setuju jika pemerintah
menaikkan harga minyak tanah?

 15. Pertanyaan Memihak
Salah: Apakah Ibu/bapak setuju atau tidak dengan pernyataan Amien
Rais yang meminta Abdurrahman Wahid mundur sebagai presiden
karena telah gagal menjalankan pemerintahan dengan benar?
Benar: Apakah Ibu/bapak setuju atau tidak dengan pernyataan Amien
Rais yang meminta Abdurrahman Wahid mundur sebagai presiden?

 16. Pemakaian Bahasa Berlebihan (Disfemisme)


Salah: Apakah Ibu/Bapak setuju atau tidak jika penjajah Amerika
Serikat secepatnya keluar dari wilayah Irak?
Benar: Apakah Ibu/Bapak setuju atau tidak jika Amerika Serikat
secepatnya keluar dari wilayah Irak?

 17. Pemakaian Bahasa Penghalusan (Eufemisme)


Salah: Apakah Ibu/bapak setuju jika biaya pengurusan Surat Izin
Mengemudi disesuaikan harganya?
Benar: Apakah Ibu/bapak setuju jika biaya pengurusan Surat Izin
Mengemudi dinaikkan harganya dari harga resmi saat ini?

 18. Memakai Asumsi
Salah: Tindakan kejahatan apa yang Ibu/Bapak alami dalam satu bulan
terakhir ini?
Benar: Q1. Dalam satu bulan terakhir ini, apakah Ibu/Bapak pernah
menjadi korban tindakan kejahatan? Q2. Kalau ya, tindakan kejahatan
apa yang Ibu/Bapak alami dalam satu bulan terakhir ini?
Salah: Program acara apa yang biasa Ibu/Bapak tonton di televisi
seminggu ini?
Benar: Q1. Dalam seminggu ini, apakah Ibu/Bapak pernah menonton
televisi? Q2. Kalau ya, program acara apa yang biasa Ibu/Bapak tonton
di televisi seminggu ini?
4. Menentukan Sampel

Tahap keempat dalam penelitian survei adalah menentukan sampel.


Menentukan sampel artinya memilih teknik dan metode yang akan digunakan
untuk mengambil sampel yang didasarkan pada keadaan dan kebutuhan data
penelitian.  Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga untuk meneliti suatu populasi
menyebabkan perlunya dilakukan penentuan sampel. Dalam hal ini, populasi
adalah semua individu/unit-unit yang menjadi target penelitian. Sedangkan
sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih mengikuti prosedur tertentu
sehingga dapat mewakili populasinya. Kerangka sampela dalah daftar anggota
populasi (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007: 37).

Secara umum ada dua macam teknik penentuan sampel, yakni random


sampling atau probability sampling dan non-random sampling atau non
probablity sampling.
Teknik Sampling

Sampling Techniques

Probability Sampling N

Simple System Stratifi Cluster Acciden Judgement/C


Rando atic ed Sampli tal
m Random Rando ng Samplin
Sampli Samplin m g
ng g Sampli
ng
a. Sampel Probabilita

 Penarikan sampel Secara Acak Sederhana (Simple


Random Sampling)
Sampel acak sederhana adalah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga
anggota populasi mempunyai kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih
menjadi sampel.

 Penarikan Sampel Sistematis (Systematic Random


Sampling)
Metode  pengambilan sampel di mana anggota sampel dipilih secara sistematis
dari daftar populasi. Daftar populasi harus berada dalam keadaan acak atau
membaur.

 Penarikan Sampel Stratifikasi (Stratified Random


Sampling)
Metode penarikan sampel berlapis atau berstrata. Suatu kriteria yang jelas harus
ditetapkan untuk membatasi strata. Penarikan sampel dari setiap strata dapat
dilakukan secara proporsional atau tidak proporsional.

 Penarikan Sampel Secara Bergerombol (Cluster Sampling)


Dalam praktek seringkali kita tidak mempunyai daftar populasi yang lengkap. 
Dalam kondisi seperti ini diperlukan “Populasi Mini” yang sifat dan karakternya
sama dengan seluruh Populasi. Populasi mini seperti ini disebut Cluster atau
Gerombol. Setelah cluster ditetapkan, barulah memilih sampel secara acak. 
Kelemahan cara ini adalah sulit mengetahui bahwa setiap gerombol meng-
gambarkan sifat populasi secara tuntas.
b. Sampel Tidak Probabilita
 Penarikan Sampel Secara Kebetulan (Accidental
Sampling)
Peneliti dapat memilih orang atau responden yang terdekat dengannya, atau
yang pertama kali dijumpainya dan seterusnya.

 Penarikan Sampel Secara Sengaja (Purposive Sampling)


Peneliti telah menentukan responden menjadi sampel penelitiannya dengan
anggapan atau menurut pendapatnya sendiri degan suatu argumentasi.

 Penarikan Sampel Jatah (Quota Sampling)


Populasi dibagi menjadi beberapa strata sesuai dengan fokus penelitian.
Penarikan sampel jatah dilakukan kalau peneliti tidak mengetahui jumlah yang
rinci dari  setiap strata populasinya. Dalam kondisi ini peneliti menentukan jatah
untuk setiap strata yang kurang-lebih seimbang.

 Penarikan Sampel Bola Salju (Snowball Sampling)


Bola salju dibuat dengan menggulung salju yang bertebaran di atas rumput, dari
sedikit menjadi banyak dan besar. Pertama kali ditentukan  satu atau beberapa
responden untuk diwawancarai, sehingga berperan sebagai  titik awal penarikan
sampel. Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari responden
sebelumnya. Cara ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian pemasaran.

c. Sampling Error (Tingkat Kesalahan yang Diinginkan) dan Tingkat


Kepercayaan (Derajat Ketelitian)
Dalam penentuan sampel sering dikenal istilah sampling error dan Tingkat
Kepercayaan (derajat ketelitian).
Sampling error menunjukkan tingkat presisi yang diinginkan oleh peneliti
(berapa derajat perbedaan yang diinginkan antara hasil sampel dengan
populasi). Sampling error adalah kesalahan (error) yang terjadi dari tahap
kerangka sampel dan penarikan sampel. Kesalahan ini adalah kesalahan
alamiah yang pasti terjadi karena peneliti menggunakan sampel dan tidak
mewawancarai semua anggota populasi (Tim AROPI, 2007: 61).
Besar kecilnya sampling error sangat tergantung pada jumlah sampel yang
dipakai. Jika peneliti ingin mendapatkan sampling error yang kecil, maka
jumlah sampel harus ditambah. Sebaliknya, jika sampel yang dipakai
kecil, sampling error akan besar.
d.  Menghitung Sampel dengan Rumus

Dalam menghitung sampel dapat digunakan beberapa rumus. Antara lain


dengan rumus Slovin dan Yamane.

e. Menghitung Sampel dengan Tabel

Selain menggunakan rumus, menetukan jumlah sampel juga bisa dilakukan


dengan melihat tabel penentuan jumlah sampel, misalnya:

Sumber: http://www.quirks.com/articles/2006/20061209.aspx?
searchID=148999361&sort=9
5. Melakukan Pre-Test

Tahap kelima dari penelitian survei adalah melakukan tes pendahuluan pra riset
(pre-test) .

Tujuan pre-test:

1. Untuk mengetahui apakah ada beberapa pertanyaan yang perlu


dihilangkan atau ditambah.

2. Untuk mengetahui apakah ada pertanyaan yang sulit dipahami


responden.
3. Untuk mengetahui apakah susunan pertanyaan ada yang pertu
diubah.

4. Untuk mendeteksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk


mengisi satu kuesioner.
Test yang dilakukan meliputi:

1. Jawaban yang salah

2. Jawaban dengan pilihan lebih dari satu

3. Jawaban lain-lain sebutkan

4. Jawaban yang benar


Untuk format kuesioner termasuk: .

1. Perintah pengisian

2. Aliran pertanyaan

3. Layout

Dalam tahapan pretest, seringkali dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas untuk
mengetahui kemantapan dan keshahihan instrumen penelitian.

a. Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mendeteksi apakah alat ukur (butir-butir


pertanyaan dalam suatu kuesioner) yang digunakan untuk mengumpulkan data
itu memang benar-benar alat yang sesungguhnya, artinya alat itu sahih atau
valid. Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes
melakukan fungsi ukurnya terhadap suatu gejala. Untuk menguji validitas dapat
dilakukan dengan pendekatan teknik koreksi produk moment misalnya dengan
rumus Karl Pearson
b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan atau tingat presisi dan tingkat keajegan


konsistensi suatu alat ukur, artinya jawaban responden terhadap pertanyaan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pendekatan yang sering digunakan untuk uji ini adalah dengan mencari koefisien
alpha dari formula Cronbach.
6. Mengumpulkan Data

Tahap keenam dalam rangkaian prosedur penelitian survei adalah


mengumpulkan data. Seperti dipaparkan pada bahasan sebelumnya, dalam
penelitian survei, data dapat diperoleh dengan berbagai alternatif teknik
pengumpulan data. Berikut adalah beberapa teknik pengumpulan data tyang
lazin digunakan dalam penelitian survei.

1. Kuesioner Langsung

2. Wawancara tatap muka

3. Wawancara via telepon

4. Kuesioner via Pos Kota

5. Pengisian kuesioner via komputer

6. Wawancara online (chatting, ds)


7. Polling
Pengumpulan data merupakan aksi langsung ke lapangan yang artinya
mengumpulkan data.  Dalam kaitan ini peneliti dalam riset survei tidak harus
turun sendiri ke lapangan. Sesuai dengan perannya, peneliti dapat  mengambil
salah satu peran, beberapa peran, atau semua peran sekaligus dalam penelitian
survei. Posisi tersebut yakni:

1. Pembuat desain instrumen/konseptor riset

2. Pengumpul data/enumerator

3. Pengolah dan interpreter data/analis

4. Penyusun laporan

7. Memeriksa Data

Tahap ketujuh dalam penelitian survei adalah memeriksa data. Pemeriksaan


data dilakukan dengan beberapa langkah:

1. Menyortir kuesioner yang masuk apakah layak diproses atau


didrop, misalnya untuk jawaban yang tidak lengkap

2. Memberi nomor kuesioner sebagai kendali

3. Memeriksa kelengkapan jawaban dan kejelasan makna jawaban

4. Memeriksa konsistensi antar jawaban dan relevansinya


8. Mengkode Data

Tahap kedelapan dalam penelitian survei adalah mengkode data. Sebagai


bagian dari penelitian kuantitatif, data yang terkumpul dalam penelitian survei
biasanya berupa angka-angka yang merupakan nilai dari variabel-variabel
tertentu. Untuk angket atau kuesioner dengan sistem tertutup maka kode-kode
jawaban yang harus diberikan oleh responden sudah dibuatkan oleh peneliti
(Purwanto dan Sulistyastuti, 2007: 73-74).
Dalam pemberian kode ini peneliti harus selalu ingat tentang prinsip-prinsip
pengukuran atau skala pengukuran. Sebagai contoh dalam kuesioner sering
ditanyakan hal-hal berikut:

 Jenis kelamin responden:


1= laki-laki

2= perempuan

 Penghasilan per bulan responden dari pekerjaan pokok:


1= 0 – 1.000.000

2= 1.000.001- 2.000.000

3= 2.000.001 ke atas

Dalam contoh a, angka 1 dan 2 merupakan kode. Karena jenis kelamin memiliki
skala nominal, maka angka 1 dan 2 tidak memiliki nilai kecuali nilai pembeda
antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sementara pada contoh b, angka
1, 2, dan 3 sedikit berbeda perannya, karena angka tersebut mencerminkan
skala ordinal yang mengurutkan responden berdasarkan besarnya penghasilan
di mana 3>2>1.

Pemberian kode setelah pengumpulan data juga perlu dilakukan ketika


pertanyaan dalam kuesioner bersifat terbuka atau kombinasi antara tertutup dan
terbuka. Sehingga, jawaban-jawaban responden perlu dikode untuk dapat di-
entry dan dianalisis.
Contoh:

 Pekerjaan pokok responden


1= PNS
2= Karyawan swasta

3= Pengusaha

4= Lainnya, sebutkan…

Misalnya responden menjawab “buruh”, maka “buruh” kemudian harus diberi


kode yang baru, misalnya 5= buruh.

9. Memasukkan data ke dalam program komputer (Data Entry)


Tahap kesembilan dari penelitian survei adalah data entry. Data
entry berkaitan dengan memasukkan (input) data ke dalam program
komputer. Setelah seluruh data yang dikumpulkan dari angket atau kuesioner
diberi kode, maka peneliti kemudian memasukkan data-data tersebut dengan
menggunakan softwareyang ada, misalnya program SPSS (singkatan
dari Statistical Package for the Social Sciences) atau yang lebih sederhana
dengan program Excell dari Microsoft Office. Setelah data dimasukkan,
selanjutnya adalah membersihkan data dari salah ketik atau salah mengkode
data. Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007: 75) cara yang dilakukan dalam
mengkode data adalah:

1. Memproses data untuk dilihat misalnya dengan pilihan statistik


deskriptif seperti frekuensi, mean, modus, dan median.

2. Melihat penyimpangan-penyimpangan yang ada.

3. Mencocokkan kembali data dengan data yang ada pada


kuesioner.

4. Membetulkan data entry.
5. Memproses kembali dan kembali ke langkah pertama.
10. Pengolahan dan Analisis Data
Tahap kesepuluh dari penelitian survei adalah pengolahan dan analisis
data.Agar dapat menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesis,
peneliti harus memilih teknik analisis data yang tepat. Karena penelitian survei
menyangkut banyak kasus, maka umumnya teknik analisis data berhubungan
dengan statistik. Ada beberapa prosedur pengujian hipotesis secara statistik
(Djarwanto, 1996: 20-21; dalam Rahayu, 2008: 74)

1. Memilih uji statistik yang sesuai, yaitu teknik uji yang modelnya
paling mendekati asumsi yang memperbolehkan penggunaan uji
tersebut dan syarat pengukurannya dapat dipenuhi oleh ukuran-
ukuran yang digunakan dalam penelitian.

2. Menentukan taraf signifikansi dan besarnya sampel.

3. Mengemukakan distribusi sampling harga statistik, arah


pengujian, daerah penerimaan dan penolakan, serta kriteria
pengujian hipotesis nihil.

4. Menghitung harga uji statistik dengan menggunakan data yang


diperoleh dari sampel, berdasarkan pada uji statistik yang telah
dipilih.

5. Mengambil kesimpulan pengujian, yaitu apakah hipotesis nihil


diterima atau ditolak berdasarkan suatu taraf signifikansi yang telah
dipilih.
Dalam menetukan uji statistik, peneliti perlu mempertimbangkan sejumlah aspek,
misalnya skala pengukuran (nominal, ordinal, interval, dan rasio), kategori
sampel (tunggal, ganda independen, atau ganda berpasangan), jumlah variabel,
serta asumsi apakah populasi digambarkan berdistribusi normal atau tidak.

Variabel yang diukur dengan skala nominal atau ordinal dianalisis dengan uji
statistik nonparametrik, sedangkan yang diukur dengan skala interval atau rasio
dianalisis dengan uji statistik parametrik. Uji statistik parametrik adalah teknik uji
yang mengasumsikan populasi yang diteliti berdistribusi normal. Sementara, uji
nonparametrik tidak memerlukan asumsi tersebut.

Sampel tunggal, ganda independen, dan ganda berpasangan menuntut aplikasi


uji statistik yang berbeda. Sebagai contoh, variabel dengan skala nominal
dengan sampel tunggal menggunakan uji nonparametrik-chi-Square. Sementara,
variabel ordinal dengan sampel independen menggunakan teknik uji Kolmogorof
Smirnov.

Setelah uji statistik ditemukan, selanjutnya peneliti memasuki proses pengolahan


data dilanjutkan oleh analisis data. Analisis data dilakukan tidak hanya dengan
membaca data, tapi juga menghubungkan data yang diperoleh dari hasil
pengolahan data dan sejumlah informasi lainnya. Peneliti perlu melakukan
komparasi teoritis untuk mengkritisi fenomena yang dikaji, atau sebaliknya,
mengkritisi teori yang ada.

Pada suatu uji eksplanatif, analisis yang dilakukan terutama ditujukan untuk
melakukan pengujian terhadap research hypothesis dan statistical
hypothesis. Dalam hal ini, peneliti harus jelas membatasi analisis yang
dilakukannya hanya seputar data empiris (facts) yang telah dikumpulkan, tanpa
mencampuradukkan dengan interpretasi atau opini. Berikut ini beberapa metode
uji statistik dalam olah data.
Pengolahan dan Analisis Data

Jenis Statistik Inferensi


Analisa/Peng
ujian Parametrik Nonparametrik

Uji Komparatif – T-test- ANOVA – Chi Square- Mann


Whitney U Test- Wilcoxin
signed-rank Test-Kruskall-
Wallace Test
Uji Asosiatif – Pearson Correlation – Contingency Coefficient-
Coefficient Rank-difference correlation,
Rho-Kendall’s Tau

Contoh sederhana analisis data survei deskriptif:

…Kepuasan kerja dilihat dari lima indikator, yaitu kebanggaan menjadi reporter
RRI, keuntungan atau manfaat yang besar menjadi reporter RRI, beban kerja
dan penghasilan yang diperoleh (gaji dan tunjangan) sudah seimbang,
mekanisme reward dan punishment/sanksi yang diberikan terhadap reporter
RRI sudah adil dan transparan, serta ada tidaknya keinginan keluar dari RRI
karena menjadi reporter RRI tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Data
kuesioner menunjukkan bahwa tingkat kepuasan kerja di mata responden adalah
sedang dengan persentase 52.3%. Persentase kedua sebesar 37.5%
menunjukkan tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Selanjutnya, kategori kepuasan
kerja sangat tinggi sebanyak 4.5%, dan tingkat kepuasan kerja yang rendah
sebesar 3.4%. Dari data ini, terlihat bahwa kepuasan kerja dalam pandangan
responden belum sepenuhnya baik ditandai dengan dominasi penilaian kategori
sedang, bukan tinggi atau sangat tinggi…
11. Interpretasi Data

Tahap kesebelas dari penelitian survei adalah interpretasi data. Interpretasi


datamenjadi dasar untuk membuat kesimpulan. Dilihat dari proses timbulnya,
analisis data mendahului baru kemudian interpretasi.D ilihat dari sifatnya,
analisis data bersifat objektif, asli, apa adanya sedangkan interpretasi bersifat
subjektif, dan bisa berubah-ubah. Untuk menginterpretasi data yang perlu
dilakukan peneliti adalah mengaitkan temuan dan data dengan teori yang
dibangun di awal. Selanjutnya berikan konteks, makna, atau implikasi data
temuan tersebut dengan kondisi dan situasi atau setting penelitian secara lebih
luas.
Contoh sederhana interpretasi data survei deskriptif:
…Dari data kepuasan kerja reporter RRI, terlihat bahwa kepuasan kerja dalam
pandangan responden belum sepenuhnya baik ditandai dengan dominasi
penilaian kategori sedang, bukan tinggi atau sangat tinggi. Berbagai faktor
memengaruhi tingkat kepuasan kerja. Kemungkinan yang terkait dengan sub-
variabel ini adalah mekanisme ketidakjelasan reward dan punishment serta
relasi beban kerja-penghasilan…
12. Membuat Kesimpulan dan Rekomendasi

Tahap terakhir dari rangkaian penelitian survei adalah Membuat Kesimpulan dan
Rekomendasi. Setelah analisis dan interpretasi data, bagian akhir dari penelitian
survei adalah menyusun kesimpulan dan rekomendasi.

Cara membuat kesimpulan:

1. Perhatikan permasalahan dan tujuan penelitian

2. Perhatikan hipotesis

3. Buat kesimpulan umum

4. Buat kesimpulan-kesimpulan khusus

5. Kesimpulan harus bersandar pada hasil analisis data dan hasil


interpretasi data
Cara membuat rekomendasi:

1. Perhatikan gap antara kebutuhan dan hasil penelitian


2. Temukan rekomedasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian
itu
3. Berikan saran yang realistis!
D. Kelebihan dan Keterbatasan Survei
Sebagaimana umunya sebuah metode penelitian, survei juga memiliki kelebihan
dan kekurangan. Menurut Wimmer dan Dominick (2003: 167-168), kelebihan
survei meliputi sejumlah aspek, yaitu:

1. Dapat digunakan untuk melakukan investigasi masalah


dalam setting yang alamiah tanpa harus dilakukan dalam
laboratorium atau melalui perancangan suatu kondisi tertentu.
Karenanya, survei dapat menguji pola-pola perilaku bermedia,
seperti membaca surat kabar, menonton televisi, mendengarkan
radio, dan sebagainya.
2. Dari sisi pembiayaan, survei paling masuk akal karena dapat
disesuaikan dengan jangkauan informasi yang ingin dikumpulkan.

3. Data yang luas dapat dikumpulkan dari responden yang


bervariasi dengan cara yang relatif mudah, sebab survei
memperbolehkan peneliti memilih dan menguji sejumlah variabel.
Peneliti juga dapat menggunakan beragam statistik untuk
menganalisis data.

4. Survei tidak dihalangi oleh batas-batas gegografi dan dapat


dilakukan di mana saja, tergantung kepentingan dan sumber daya
yang dimiliki oleh peneliti.

5. Data yang telah ada di lapangan memberikan kemudahan survei,


seperti dokumen-dokumen pemerintah, data sensus, rating media,
dan sebagainya.
Di samping kelebihan tersebut, survei pun memiliki sejumlah
keterbatasansebagimana disampaikan Wimmer dan Dominick (2003: 168) dan
Rahayu (2008: 76), yaitu:

1. Variabel independen tidak dapat dimanipulasi seperti halnya


metode eksperimental. Tanpa kontrol pada variabel independen,
peneliti tidak dapat meyakini sepenuhnya apakah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen memiliki hubungan
sebab akibat (causal) atau bukan (noncausal). Survei hanya mampu
memproyeksikan ada-tidaknya hubungan antara kedua variabel
tersebut, sebab untuk menilai hubungan sebab akibat (causal
linked) terdapat sejumlah variabel yang kemungkinan berada di
antara keduanya.
2. Instrumen kuesioner memiliki potensi bias yang cukup besar
karena pertanyaan yang tertuang di dalamnya tidak selalu
menampung persoalan penelitian. Selain itu, ada kemungkinan
kuesioner dipahami secara berbeda oleh responden.

3. Ada kemungkinan responden yang terlibat dalam survei tidak


sesuai dengan karakteristik sampel  yang dituju. Misalnya, dalam
wawancara melalui telepon, responden bisa saja mengklaim dirinya
berkesesuaian dengan karakteristik tertentu (umur, pendidikan,
pekerjaan, dan sebagainya).

4. Beberapa survei dukup sulit dilakukan, terutama terkait dengan


kesediaan berpartisipasi.

5. Survei tak cukup fleksibel menangkap sejumlah perbedaan atau


perubahan sosial yang terjadi karena tidak mampu diprediksi
sebelumnya oleh peneliti.

6. Survei mensyaratkan kerangka operasional yang ketat,


sedangkan tidak semua fenomena dapat diukur atau terukur
sehingga  survei tidak bisa menjangkau semua persoalan.

7. Survei terlalu mengandalkan statistik sehinga mereduksi data-


data kualitatif yang sebenarnya dapat memperkaya penjelasan
sebuah persoalan.

Anda mungkin juga menyukai