BERTO NOVIANTO
2021206203124P
TAHUN 2022
Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress (Nursalam, 2005).
menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan
perjalan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit (Posted, 2009). Perasaan tersebut
dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami
sebelumnya, rasa tidak aman dan nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa
pengalaman sakit dan dirawat di rumah sakit, support system, serta keterampilan koping
pengobatan anak. Menurut Laili (2006) apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat
dirawat di rumah sakit maka besar sekali kemungkinanan anak akan mengalami disfungsi
dan psikomotor. Reaksi terhadap penyakit atau masalah diri yang dialami anak seperti
perpisahan, tidak mengenal lingkungan atau lingkungan yang asing, hilangnya kasih
sayang, body image maka akan bereaksi seperti regresi yaitu hilangnya control, agresi,
menarik diri, tingkah laku protes, serta lebih peka dan pasif seperti menolak makanan dan
Ketakutan dan kecemasan anak sangat dipengaruhi oleh peran perawat, dalam hal ini
keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan
keperaatan langsung maupun pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu perawat dapat
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi keluarga yang dapat menentukan pola kehidupan
anak.
Perawat dapat memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua anak
atau dengan menolong orang tua/anak dalam memahami pengobatan dan perawatan
dukungan atau motivasi maka, sebagai konselor, perawat dapat memberikan konseling
keperawatan ketika anak dan orang tuanya membutuhkan, dengan cara mendengarkan
segala keluhan, melakukan sentuhan, dan hadir secara fisik, perawat dapat saling bertukar
pikiran dan pendapat dengan orang tua anak tentang masalah anak dan keluarganya, dan
Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber
stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respons perilaku anak sesuai dengan
tahapannya,yaitu tahap protes, putus asa, dan pengingkaran (denial). Pada tahap protes,
perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau
menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang
ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat
untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku yang
ditunjukkan adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara
dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya. Oleh karena adanya
mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya. Akhirnya, anak akan
kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi. Terhadap perlukaan yang
dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan invasive, seperti injeksi,
Hampir semua bentuk bermain dapat digunakan untuk pengalihan dan relaksasi,
tetapi aktivitas tersebut harus dipilih berdasarkan usia, minat dan keterbatasan anak,
sebab bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa.
Hal yang penting pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit,
bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan perawat harus jeli memilihkan
permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang
sedang dirawat di rumah sakit. Selain itu alat permainan serta ruang untuk bermain
harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif
bagi anak.
Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak.
Seperti kebutuhan perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada
saat anak-anak sakit atau di rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit
memberikan manfaat utama yaitu meminimalkan munculnya masalah
perkembangan anak. Mereka menyadari bahwa mereka tidak diabaikan, dimutilasi,
atau dihukum. Pada kenyataanya mereka dicintai, dirawat, dan diperlakukan dengan
hormat sesuai masalah mereka masing-masing.
Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu
rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka yang
dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari
dan melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai
kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh- kembang pada anak
walaupun sedang dirawat di rumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain anak.
Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diiniasi oleh
perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal
permainan sampai menevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan orang
tua anak lainnya.