Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH TERAPI BERMAIN BERCERITA TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLA


(3-5 TAHUN) AKIBAT HOSPITALISASI
Renty Fetriani, Dharizal, Agung Riyadi

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, Jurusan Keperawatan,


Jalan Indragiri Nomor 03 Padang Harapan Bengkulu
Email : Fetrianirenty@yahoo.co.id

Abstract: Anxiety is the impact of hospitalization experienced by pre-school children


who can disrupt the child's development and healing process. This study aims to
determine the influence of play therapy tells the story of anxiety levels of preschoolers
who undergo hospitalization. Experimental pre experimental method using a pretest-
postest one group design. Sampling technique is accidental sampling with sample of 30
respondents. Paired Test with significance level 95% (α <0,05). The results showed that
the level of anxiety level before the play therapy tells story 28.00 and after the play
therapy tells story 21.77, p value = 0.001 (<0.05) means there is a difference in children
before and after doing play storytelling therapy is 6.33. The conclusion that the play
storytelling therapy should be an alternative to decreasing the level of anxiety in children
who underwent hospitalization In Dr. Rsud. M.Yunus Bengkulu. It is hoped that other
researchers will be able to examine other factors that affect children's anxiety, such as
anxiety due to separation, loss, injury, and pain. The research can be done by multiplying
the sample being studied and using the comparison group, and the way of random
sampling to obtain maximum results

Keywords: Hospitalization, Anxiety, Preschool, Play Therapy

Abstrak : Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak
pra sekolah yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan proses penyembuhan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi bermain bercerita terhadap tingkat
kecemasan anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi. Metode penelitian pra
eksperimental dengan menggunakan desain one group pretest-postest. Teknik
pengambilan sampel yaitu accidental sampling dengan sample sebanyak 30 responden.
Uji Statistik paired t-Test dengan tingkat kemaknaan 95% (α < 0,05). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai tingkat kecemasan sebelum dilakukan terapi bermain bercerita
28.00 dan setelah dilakukan terapi bermain bercerita 21.77, p value = 0,001 (<0,05)
artinya ada perbedaan pada anak sebelum dan setelah dilakukan terapi bermain bercerita
adalah 6.33. Kesimpulan yaitu terapi bermain bercerita harus menjadi alternatif untuk
penurunan tingkat kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi Di Rsud Dr.
M.Yunus Bengkulu. Saran yaitu Diharapkan pada peneliti lain untuk dapat mengkaji
faktor lain yang mempengaruhi kecemasan anak, misalnya kecemasan karena perpisahan,
kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Penelitiannya dapat dilakukan dengan
memperbanyak sampel yang diteliti dan menggunakan kelompok pembanding, dan cara
pengambilan sampel secara random sehingga didapatkan hasil yang lebih maksimal.

Kata kunci : Hospitalisasi, Kecemasan, Prasekolah, Terapi Bermain

Anak merupakan bagian dari al. 2014). Di Amerika Serikat,


keluarga dan masyarakat. Anak yang sakit diperkirakan lebih dari 5 juta anak
dapat menimbulkan suatu stres bagi anak menjalani atau mengalami hospitalisasi
itu sendiri maupun keluarga (Setiawan et karena prosedur pembedahan dan lebih

179
180 Jurnal Media Kesehatan, Volume 10 Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 102-204

dari 50% dari jumlah tersebut, anak menyenangkan. Pengalaman yang tidak
mengalami kecemasan dan stres. menyenangkan pada anak prasekolah
Diperkirakan juga lebih dari 1,6 juta anak memunculkan berbagai respon terhadap
usia antara 2-6 tahun menjalani pengalaman hospitalisasi. Respon yang
hospitalisasi disebabkan karena injury dan paling umum pada anak prasekolah yang
berbagai penyebab lainnya, Disease menjalani hospitalisasi adalah kecemasan.
Control, National Hospital Discharge Reaksi anak pra sekolah ketika
Survey (NHDS), (Apriliawati, 2011). mengalami perawatan di rumah sakit
Angka kesakitan anak di Indonesia adalah dengan menunjukkan reaksi
berdasarkan Survei Kesehatan Nasional perilaku seperti protes, putus asa dan
(SKN) tahun 2010, di daerah perkotaan regresi. Hal ini bisa dibuktikan dengan
menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar anak tampak tidak aktif, sedih, tidak
25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, tertarik pada lingkungan, tidak
usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 komunikatif, mundur ke perilaku
tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan sebelumnya (misalnya: menghisap ibu jari,
anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari mengompol dan lain-lain) dan juga
keseluruhan jumlah penduduk adalah perilaku regresi seperti: ketergantungan,
14,44%. Anak yang dirawat di rumah sakit menarik diri dan ansietas (Wong, 2003).
akan berpengaruh pada kondisi fisik dan Terapi bermain diharapkan mampu
psikologinya, hal ini disebut dengan menghilangkan batasan, hambatan dalam
hospitalisasi. diri, stres, frustasi serta mempunyai
Hospitalisasi merupakan salah satu masalah emosi dengan tujuan mengubah
penyebab stress baik pada anak maupun tingkah laku anak yang tidak sesuai
keluarganya, terutama disebabkan oleh menjadi tingkah laku yang diharapkan dan
perpisahan dengan keluarga, kehilangan anak yang sering diajak bermain akan lebih
kendali, perlukaan tubuh dan rasa nyeri kooperatif dan mudah diajak kerjasama
(Nursalam, 2005). selama masa perawatan (Mulyaman 2006
Kecemasan merupakan kekuatan dalam Yusuf et al, 2013). Untuk
yang besar dalam menggerakkan tingkah mengurangi kecemasan pada anak yang
laku. Baik tingkah laku normal maupun menjalani hospitalisasi dapat dilakukan
tingkah laku yang menyimpang, atau yang diantaranya dengan terapi bermain,
terganggu, kedua-duanya merupakan relaksasi, terapi musik, aktivitas fisik, dan
pernyataan, penampilan, penjelmaan dari terapi seni.
pertahanan terhadap kecemasan (Gunarsa Berdasarkan penelitian yang
dkk. 2012). dilakukan oleh Wijayanto (2008),
Anak prasekolah adalah anak yang menunjukkan bahwa terapi bermain
masih dalam usia 3-6 tahun, mereka merupakan terapi yang efektif untuk
biasanya sudah mampu mengikuti program menghilangan kecemasan anak yang
prasekolah atau Taman Kanak–kanak. sedang sakit. Karena pada saat dirawat di
Dalam perkembangan anak prasekolah rumah sakit, anak akan mengalami
sudah ada tahapan-tahapanya, anak sudah berbagai perasaan yang sangat tidak
siap belajar kususnya pada usia sekitar 4-6 menyenangkan seperti cemas, takut, dan
tahun memiliki kepekaan menulis dan sakit. Berdasarkan hal tersebut, dengan
memiliki kepekaan yang bagus untuk melakukan permainan maka akan
membaca. Perkembangan kognitif anak mengurangi dampak hospitalisasi yang
masa prasekolah berbeda pada tahap dialami anak, karena dengan melakukan
praoperasional. Anak prasekolah yang permainan maka anak akan dapat
sakit dan harus dirawat di rumah sakit mengalihkan rasa sakitnya pada permainan
dapat mengalami pengalaman yang tidak dan relaksasi melalui kesenangannya
Fetriani dkk, Pengaruh Terapi Bermain Bercerita Terhadap … 181

melakukan permainan. Anak yang sedang jumlah anak yang dirawat berjumlah 18
dirawat di rumah sakit, perlu diberikan orang, 11 orang anak mengalami cemas
terapi bermain agar anak tidak merasa dengan menunjukkan reaksi menangis
cemas. Untuk itu perlu diperhatikan jenis ketika dilakukan tindakkan keperawatan
permainan yang sesuai dengan situasi dan seperti pemasangan infus, dan injeksi, anak
kondisi yang ada (Wong, 2003). bersandar pada orang tuanya, dan
Melalui cerita, emosi anak selain memalingkan wajah dari perawat. Selain
dapat disalurkan juga dilatih, emosi dapat itu juga factor yang membuat anak cemas
diajak mengarungi berbagai perasaan menurut orang tua anak yakni pakaian
manusia. Anak dapat dididik untuk putih petugas kesehatan, bau khas obat,
menghayati kesedihan, kemalangan, derita dan alat-alat medis kesehatan.
nestapa, anak dapat juga diajak untuk Dari hasil observasi yang dilakukan
berbagi kegembiraan, kebahagiaan, peneliti terhadap perawat di ruang
keberuntungan, dan keceriaan. Melalui Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu,
cerita perasaan atau emosi dapat dilatih didapatkan hasil bahwa tidak adanya ruang
untuk merasakan dan menghayati berbagai khusus yang digunakan sebagai tempat
peran dalam kehidupan (Sudarmadji et al. untuk terapi bermain bagi anak yang
2010). menjalani perawatan, selain itu juga belum
Dengan bercerita, anak melepaskan ada perlakuan atau tindakan keperawatan
ketakutan, kecemasan, mengekspresikan untuk mengatasi masalah hospitalisasi
kemarahan dan permusuhan sehingga serta tidak adanya Standart Prosedur
bercerita adalah media komunikasi antar Operasional (SPO) terhadap pasien anak
anak dengan orang lain, termasuk dengan yang mengalami dampak hospitalisasi.
perawat atau petugas kesehatan dirumah
sakit. BAHAN DAN CARA KERJA
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Jenis penelitian yang digunakan
Putu dkk, dengan Paried t Test yaitu nilai t adalah pra eksperimental dengan
hitung sebesar 22.306 dan t tabel sebesar menggunakan desain one group pretest-
2.045 dengan p value sebesar 0,000 (< postest, kelompok subjek di observasi
0,05) Jadi t hitung > t tabel maka ada uji sebelum dilakukan intervensi, kemudian di
beda nyata (signifikan) antara sebelum observasi lagi setelah intervensi. Tempat
dilakukan terapi bermain menggunakan penelitian dilakukan di ruang Edelweis
tehnik bercerita dengan sesudah terapi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dan waktu
bermain menggunakan cerita terhadap penelitian dilaksanakan pada bulan
anak yang sedang dirawat inap, sehingga Januari-Maret 2017, dalam penelitian ini
mendukung hipotesis. sampel diambil menggunakan accindental
Ada pun data yang diperoleh dari sampling dengan sample sebanyak 30
rekam medik RSUD Dr. M. Yunus responden. Sampel yang digunakan adalah
Bengkulu pada tiga tahun terakhir, jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi
anak yang menjalani perawatan/rawat inap dan eksklusi. Pada penelitian ini yang
pada tahun 2013 sebanyak 225 orang, menjadi kriteria inklusi yaitu anak usia 3-5
pada tahun 2014 sebanyak 325 orang dan tahun, anak dapat diajak komunikasi, anak
pada tahun 2015 sebanyak 461 orang. kooperatif, anak yang di rawat 1-6 hari,
Berdasarkan hasil studi pendahuluan anak yang mengalami kecemasan ringan,
yang dilakukan oleh peneliti di Ruang sedang, dan berat.Kriteria eksklusi pada
Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, penelitian ini yaitu, anak mengalami
jumlah pasien anak dari bulan Januari- gangguan mental, gangguan tumbuh
Desember sebanyak 525 orang. Pada saat kembang atau kelainan yang
observasi tanggal 24 November 2016 mempengaruhi hasil observasi. anak
182 Jurnal Media Kesehatan, Volume 10 Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 102-204

dengan kondisi penurunan kesadaran, HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)


dalam penelitian ini penulis menggunakan yang sudah dimodifikasi.
instrumen penelitian berupa kuesioner

HASIL
Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Rata-Rata Tingkat Kecemasan Pada Anak Sebelum dilakukan Terapi Bermain Bercerita Di
Instalasi Rawat Inap Ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Variabel N Mean Standar Deviasi Min Max 95% CI of mean


Kecemasan pada anak sebelum 30 28 2.959 21 32 26.89-29.11
dilakukan terapi bermain
bercerita

Hasil analisis rata-rata tingkat tindakan terapi bermain bercerita adalah


kecemasan pada anak sebelum dilakukan diantara 20.26 sampai dengan 23.28
terapi bermain bercerita adalah 28.00 (kategori kecemasan ringan sampai
dengan kategori kecemasan berat, standar kecemasan sedang).
deviasi 2.959. Nilai kecemasan pada anak
sebelum dilakukan terapi bermain terkecil Analisis Bivariat
21 (kecemasan sedang), dan tertinggi 32
(kecemasan berat). Dari hasil estimasi Analisis bivariat bertujuan untuk
interval dapat disimpulkan bahwa sebelum mengetahui adanya perbedaan kecemasan
dilakukan tindakan terapi bermain sebelum dan sesudah dilakukan terapi
bercerita adalah diantara 26.89 sampai bermain bercerita yaitu dengan menguji
dengan 29.11 (kategori kecemasan sedang paired t-test pada alfa 5%. Untuk melihat
sampai kecemasan berat). kemaknaan, apabila nilai P < 0,5% ada
perbedaan rata-rata tingkat kecemasan
Tabel 2. Distribusi Rata-Rata Tingkat Kecemasan pada anak prasekolah akibat hospitalisasi
Pada Anak Setelah dilakukan Terapi
Bermain Bercerita Di Instalasi Rawat Inap
sebelum diberikan terapi bermain
Ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus bercerita, sebaliknya jika nilai P > 0,5%
tidak ada perbedaan rata-rata tingkat
95% kecemasan pada anak prasekolah akibat
Standar
Variabel N Mean Min Max CI of
Deviasi hospitalisasi sebelum diberikan terapi
mean
Kecemas bermain bercerita.
an pada
anak
setelah 20.26- Tabel 3. Distribusi Rata-Rata Tingkat Kecemasan
30 21.77 4.040 13 26
dilakuka 23.28 Pada Anak Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
n terapi Terapi Bermain Bercerita Di Instalasi Rawat
bermain Inap Ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus
bercerita Bengkulu

Hasil analisis rata-rata tingkat Tingkat N Mean SD SE T P


kecemasan Median (df)
kecemasan pada anak setelah dilakukan
Sebelum 30 28.00 2.9 540 14.3 0,001
terapi bermain bercerita adalah 21.77 intervensi 29.00 59 85
dengan kategori kecemasan sedang, (29)
Setelah 30 21.77 4.0 738
standar deviasi 4.040. Nilai kecemasan intervensi 23.00 40
pada anak setelah dilakukan terapi bermain
bercerita terkecil 13 (tidak ada
kecemasan), dan tertinggi 26 (kecemasan Rata-rata tingkat kecemasan pada
berat). Dari hasil estimasi interval dapat pasien anak sebelum dilakukan terapi
disimpulkan bahwa sebelum dilakukan bermain bercerita adalah 28.00 dengan
kategori kecemasan berat, standar deviasi
Fetriani dkk, Pengaruh Terapi Bermain Bercerita Terhadap … 183

2.959, sedangkan tingkat kecemasan pada Hasil observasi selama penelitian


anak setelah dilakukan terapi bermain responden yang mengalami kecemasan
bercerita adalah 21.77 dengan kategori ditandai dengan beberapa hal, diantaranya
kecemasan sedang, standar deviasi 4.040. cemas, mudah tersinggung, gelisah, merasa
Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai tegang, lesu, tidak dapat istirahat tenang,
p value=0,001, artinya ada perbedaan takut pada gelap, pada orang asing,
tingkat kecemasan sebelum dan sesedah ditinggal sendiri, sukar masuk tidur,
terapi bermain bercerita sehingga dapat terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak,
disimpulkan ada pengaruh terapi bermain bangun dengan lesu, sukar kosentrasi, daya
bercerita terhadap tingkat kecemasan pada ingat menurun, daya ingat buruk, mudah
anak usia prasekolah (3-5 tahun) akibat lupa, hilangnya minat, berkurangnya
hospitalisasi. kesenagan pada hobi, sedih, bangun dini
hari, suara tidak stabil, muka merah, pucat
PEMBAHASAN merasa lemas, sulit menelan muntah, mulut
Gambaran Kecemasan Pada Anak Usia kering, mudah berkeringat.
Prasekolah Sebelum Dilakukan Terapi Hal ini sesuai dengan pendapat Siti
Bermain Sundari (2004) kecemasan pada anak
Sebelum pelaksanaan perlakuan ditandai dengan gejala yang bersifat fisik
(intervensi) dengan tindakan terapi diantaranya adalah jari tangan dingin,
bermain bercerita untuk melihat detak jantung makin cepat, berkeringat
pengaruhnya terhadap tingkat kecemasan dingin, kepala pusing, nafsu makan
pada anak dilakukan pengukuran pertama berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak.
kecemasan terhadap seluruh responden Gejala yang bersifat mental adalah
dengan menggunakan “lembar observasi ketakutan merasa akan ditimpa bahaya,
berdasarkan skala HARS yang sudah tidak dapat memusatkan perhatian, tidak
dimodifikasi”. tenteram, ingin lari dari kenyataan.
Hasil penelitian didapatakan nilai Perawat dapat mengkaji perasaan dan
rata-rata tingakat kecemasan pada anak pikiran anak melalui ekspresi non verbal
sebelum dilakukan tindakan terapi bermain yang ditunjukkan selama melakukan
bercerita adalah 28.00 dengan kategori permainan atau melalui interaksi yang
kecemasan berat (95% CI: 26.89-29.11). ditunjukan anak. Dengan bermain anak
Hal ini menunjukan bahwa setiap pasien melepaskan ketakutan, kecemasan,
akan mengalami kecemasan. Dalam mengekspresikan sikap marah dan
penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto permusuhan.
(2008), menunjukkan bahwa terapi
bermain merupakan terapi yang efektif Perbedaan Rata-Rata Kecemasan Pada
untuk menghilangkan kecemasan anak Anak Sebelum Dan Setelah Dilakukan
yang sedang sakit. Karena pada saat Terapi Bermain.
dirawat di rumah sakit, anak akan Hasil penelitian ini menunjukan rata-
mengalami berbagai perasaan yang sangat rata perbedaan kecemasan pada anak
tidak menyenangkan seperti cemas, takut, sebelum dan setelah dilakukan terapi
dan sakit. Berdasarkan hal tersebut, dengan bermain bercerita adalah 6.33. hasil uji
melakukan permainan maka akan statistik menunjukan bahwa nilai p
mengurangi dampak hospitalisasi yang value=0,001, artinya ada perbedaan tingkat
dialami anak, karena dengan melakukan kecemasan sebelum dan sesudah terapi
permainan maka anak akan dapat bermain bercerita. Keadaan ini
mengalihkan rasa sakitnya pada permainan menunjukan semua responden mengalami
dan relaksasi melalui kesenangannya penurunan kecemasan setelah dilakukan
melakukan permainan. tindakan terapi bermain bercerita.
184 Jurnal Media Kesehatan, Volume 10 Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 102-204

Penelitian ini sejalan dengan untuk mengalihkan perhatian anak,


penelitian yang dilakuan oleh Inggrith dkk sehingga anak akan suka pada permainan
(2015) didapatkan Ada pengaruh terapi itu dan faktor-faktor penyebab kecemasaan
bermain puzzle dan bercerita terhadap akan dilupakan. Dalam aktivitas ini anak
kecemasan anak usia prasekolah selama diajari teknik mengatasi kecemasan
hospitalisasi, skor kecemasan anak sebagai mekanisme koping, misalnya
sebelum dan sesudah pemberian terapi teknik distraksi atau mengalihkan
bermain puzzle dan terapi bercerita. Pada perhatian anak pada aktivitas yang
kelompok terapi bermain puzzle disukainya (Wong, 2001).
didapatkan rata-rata sebelum penerapan Terapi bermain adalah media
34,71 dan sesudahnya 28,71 dan pada komunikasi antara anak dan orang lain,
kelompok terapi bercerita didapatkan rata- termasuk dengan perawat atau petugas
rata sebelum penerapan 37,71 dan kesehatan dirumah sakit (Supartini, 2004).
sesudahnya 31,12. Perawat dapat mengkaji perasaan dan
Penelitian ini sejalan dengan pikiran anak melalui ekspresi non verbal
penelitian yang dilakuan oleh Lenny yang ditunjukan selama melakukan
Irmawaty (2013) didapatkan ada pengaruh permainan atau melalui interaksi yang
pemberian story telling terhadap tingkat ditunjukan anak dengan orang tua atau
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak kelompok bermainnya.
usia prasekolah di RSUD Kota Bekasi
2013, sebelum dilakukannya story telling KESIMPULAN
sebagian besar anak 56.4% (22 responden) Rata-rata tingkat kecemasan pada
berada pada tingkat kecemasan sedang. anak sebelum dilakukan tindakan terapi
Setelah diberikannya story telling sebagian bermain bercerita 28.00 dengan kategori
besar anak 53.8% (21 responden) berada kecemasan berat. Rata-rata tingkat
pada tingkat kecemasan ringan. kecemasan pada anak setelah dilakukan
Hasil penelitian ini juga sejalan tindakan terapi bermain bercerita 21.77
dengan pendapat Supartini (2012) yang dengan kategori kecemasan sedang. Ada
menyatakan bermain memungkinkan anak perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan
terlepas dari ketegangan dan stres yang sesudah dan setelah dilakukan terapi
dialami anak selama hospitalisasi. Terapi bermain bercerita.
bermain ini juga merupakan salah satu cara

DAFTAR RUJUKAN Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi Dan


Anak. Jakarta. Salemba Medika.
Apriliawati, A. 2011. Pengaruh biblioterapi Setiawan dkk. 2014. Keperawatan anak & tumbuh
terhadap tingkat kecemasan anak usia sekolah kembang (pengkajian dan pengukuran).
yang menjalani hospitalisasi di Rumah Sakit Yogyakarta: Nuha Medika.
Islam Jakarta. Thesis. Depok: Universitas Sudarmadji, dkk. 2010. Teknik Bercerita.
Indonesia. Yogyakarta: PT Kurnia Kalam Semesta.
Gunarsa, dkk . 2012. Keperawatan Maternitas. Supartini, Y. 2012. Konsep dasar keperawaatan
Jakarta : EGC anak. Jakarta: EGC.
Jovan.2007. Hospitalisasi. Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS). 2010.
http://jovandc.multiply.com. Diakses tanggal Jumlah anak usia prasekolah di indonesia.
12 September 2016 Diakses pada 11 November 2016
Lenny Irmawaty. 2013. Pengaruh Pemberian Story Widjajanto, Nugroho. 2008. Sistem Informasi
Telling Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat Akuntiansi. Jakarta: Erlangga, PT Gelora
Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah di Aksara Pratama.
RSUD Kota Bekasi. Diakses tanggal 12 Wong, D, I. 2001. Buku Ajar Pediatrik. Jakarta.
September 2016 EGC
Nursalam,dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Wong., & Donna L. 2003. Pedoman Klinis
dan Anak .Jakarta : Salemba Medika Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai