Abstrak : Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak
pra sekolah yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan proses penyembuhan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi bermain bercerita terhadap tingkat
kecemasan anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi. Metode penelitian pra
eksperimental dengan menggunakan desain one group pretest-postest. Teknik
pengambilan sampel yaitu accidental sampling dengan sample sebanyak 30 responden.
Uji Statistik paired t-Test dengan tingkat kemaknaan 95% (α < 0,05). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai tingkat kecemasan sebelum dilakukan terapi bermain bercerita
28.00 dan setelah dilakukan terapi bermain bercerita 21.77, p value = 0,001 (<0,05)
artinya ada perbedaan pada anak sebelum dan setelah dilakukan terapi bermain bercerita
adalah 6.33. Kesimpulan yaitu terapi bermain bercerita harus menjadi alternatif untuk
penurunan tingkat kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi Di Rsud Dr.
M.Yunus Bengkulu. Saran yaitu Diharapkan pada peneliti lain untuk dapat mengkaji
faktor lain yang mempengaruhi kecemasan anak, misalnya kecemasan karena perpisahan,
kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Penelitiannya dapat dilakukan dengan
memperbanyak sampel yang diteliti dan menggunakan kelompok pembanding, dan cara
pengambilan sampel secara random sehingga didapatkan hasil yang lebih maksimal.
179
180 Jurnal Media Kesehatan, Volume 10 Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 102-204
dari 50% dari jumlah tersebut, anak menyenangkan. Pengalaman yang tidak
mengalami kecemasan dan stres. menyenangkan pada anak prasekolah
Diperkirakan juga lebih dari 1,6 juta anak memunculkan berbagai respon terhadap
usia antara 2-6 tahun menjalani pengalaman hospitalisasi. Respon yang
hospitalisasi disebabkan karena injury dan paling umum pada anak prasekolah yang
berbagai penyebab lainnya, Disease menjalani hospitalisasi adalah kecemasan.
Control, National Hospital Discharge Reaksi anak pra sekolah ketika
Survey (NHDS), (Apriliawati, 2011). mengalami perawatan di rumah sakit
Angka kesakitan anak di Indonesia adalah dengan menunjukkan reaksi
berdasarkan Survei Kesehatan Nasional perilaku seperti protes, putus asa dan
(SKN) tahun 2010, di daerah perkotaan regresi. Hal ini bisa dibuktikan dengan
menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar anak tampak tidak aktif, sedih, tidak
25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, tertarik pada lingkungan, tidak
usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 komunikatif, mundur ke perilaku
tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan sebelumnya (misalnya: menghisap ibu jari,
anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari mengompol dan lain-lain) dan juga
keseluruhan jumlah penduduk adalah perilaku regresi seperti: ketergantungan,
14,44%. Anak yang dirawat di rumah sakit menarik diri dan ansietas (Wong, 2003).
akan berpengaruh pada kondisi fisik dan Terapi bermain diharapkan mampu
psikologinya, hal ini disebut dengan menghilangkan batasan, hambatan dalam
hospitalisasi. diri, stres, frustasi serta mempunyai
Hospitalisasi merupakan salah satu masalah emosi dengan tujuan mengubah
penyebab stress baik pada anak maupun tingkah laku anak yang tidak sesuai
keluarganya, terutama disebabkan oleh menjadi tingkah laku yang diharapkan dan
perpisahan dengan keluarga, kehilangan anak yang sering diajak bermain akan lebih
kendali, perlukaan tubuh dan rasa nyeri kooperatif dan mudah diajak kerjasama
(Nursalam, 2005). selama masa perawatan (Mulyaman 2006
Kecemasan merupakan kekuatan dalam Yusuf et al, 2013). Untuk
yang besar dalam menggerakkan tingkah mengurangi kecemasan pada anak yang
laku. Baik tingkah laku normal maupun menjalani hospitalisasi dapat dilakukan
tingkah laku yang menyimpang, atau yang diantaranya dengan terapi bermain,
terganggu, kedua-duanya merupakan relaksasi, terapi musik, aktivitas fisik, dan
pernyataan, penampilan, penjelmaan dari terapi seni.
pertahanan terhadap kecemasan (Gunarsa Berdasarkan penelitian yang
dkk. 2012). dilakukan oleh Wijayanto (2008),
Anak prasekolah adalah anak yang menunjukkan bahwa terapi bermain
masih dalam usia 3-6 tahun, mereka merupakan terapi yang efektif untuk
biasanya sudah mampu mengikuti program menghilangan kecemasan anak yang
prasekolah atau Taman Kanak–kanak. sedang sakit. Karena pada saat dirawat di
Dalam perkembangan anak prasekolah rumah sakit, anak akan mengalami
sudah ada tahapan-tahapanya, anak sudah berbagai perasaan yang sangat tidak
siap belajar kususnya pada usia sekitar 4-6 menyenangkan seperti cemas, takut, dan
tahun memiliki kepekaan menulis dan sakit. Berdasarkan hal tersebut, dengan
memiliki kepekaan yang bagus untuk melakukan permainan maka akan
membaca. Perkembangan kognitif anak mengurangi dampak hospitalisasi yang
masa prasekolah berbeda pada tahap dialami anak, karena dengan melakukan
praoperasional. Anak prasekolah yang permainan maka anak akan dapat
sakit dan harus dirawat di rumah sakit mengalihkan rasa sakitnya pada permainan
dapat mengalami pengalaman yang tidak dan relaksasi melalui kesenangannya
Fetriani dkk, Pengaruh Terapi Bermain Bercerita Terhadap … 181
melakukan permainan. Anak yang sedang jumlah anak yang dirawat berjumlah 18
dirawat di rumah sakit, perlu diberikan orang, 11 orang anak mengalami cemas
terapi bermain agar anak tidak merasa dengan menunjukkan reaksi menangis
cemas. Untuk itu perlu diperhatikan jenis ketika dilakukan tindakkan keperawatan
permainan yang sesuai dengan situasi dan seperti pemasangan infus, dan injeksi, anak
kondisi yang ada (Wong, 2003). bersandar pada orang tuanya, dan
Melalui cerita, emosi anak selain memalingkan wajah dari perawat. Selain
dapat disalurkan juga dilatih, emosi dapat itu juga factor yang membuat anak cemas
diajak mengarungi berbagai perasaan menurut orang tua anak yakni pakaian
manusia. Anak dapat dididik untuk putih petugas kesehatan, bau khas obat,
menghayati kesedihan, kemalangan, derita dan alat-alat medis kesehatan.
nestapa, anak dapat juga diajak untuk Dari hasil observasi yang dilakukan
berbagi kegembiraan, kebahagiaan, peneliti terhadap perawat di ruang
keberuntungan, dan keceriaan. Melalui Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu,
cerita perasaan atau emosi dapat dilatih didapatkan hasil bahwa tidak adanya ruang
untuk merasakan dan menghayati berbagai khusus yang digunakan sebagai tempat
peran dalam kehidupan (Sudarmadji et al. untuk terapi bermain bagi anak yang
2010). menjalani perawatan, selain itu juga belum
Dengan bercerita, anak melepaskan ada perlakuan atau tindakan keperawatan
ketakutan, kecemasan, mengekspresikan untuk mengatasi masalah hospitalisasi
kemarahan dan permusuhan sehingga serta tidak adanya Standart Prosedur
bercerita adalah media komunikasi antar Operasional (SPO) terhadap pasien anak
anak dengan orang lain, termasuk dengan yang mengalami dampak hospitalisasi.
perawat atau petugas kesehatan dirumah
sakit. BAHAN DAN CARA KERJA
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Jenis penelitian yang digunakan
Putu dkk, dengan Paried t Test yaitu nilai t adalah pra eksperimental dengan
hitung sebesar 22.306 dan t tabel sebesar menggunakan desain one group pretest-
2.045 dengan p value sebesar 0,000 (< postest, kelompok subjek di observasi
0,05) Jadi t hitung > t tabel maka ada uji sebelum dilakukan intervensi, kemudian di
beda nyata (signifikan) antara sebelum observasi lagi setelah intervensi. Tempat
dilakukan terapi bermain menggunakan penelitian dilakukan di ruang Edelweis
tehnik bercerita dengan sesudah terapi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dan waktu
bermain menggunakan cerita terhadap penelitian dilaksanakan pada bulan
anak yang sedang dirawat inap, sehingga Januari-Maret 2017, dalam penelitian ini
mendukung hipotesis. sampel diambil menggunakan accindental
Ada pun data yang diperoleh dari sampling dengan sample sebanyak 30
rekam medik RSUD Dr. M. Yunus responden. Sampel yang digunakan adalah
Bengkulu pada tiga tahun terakhir, jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi
anak yang menjalani perawatan/rawat inap dan eksklusi. Pada penelitian ini yang
pada tahun 2013 sebanyak 225 orang, menjadi kriteria inklusi yaitu anak usia 3-5
pada tahun 2014 sebanyak 325 orang dan tahun, anak dapat diajak komunikasi, anak
pada tahun 2015 sebanyak 461 orang. kooperatif, anak yang di rawat 1-6 hari,
Berdasarkan hasil studi pendahuluan anak yang mengalami kecemasan ringan,
yang dilakukan oleh peneliti di Ruang sedang, dan berat.Kriteria eksklusi pada
Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, penelitian ini yaitu, anak mengalami
jumlah pasien anak dari bulan Januari- gangguan mental, gangguan tumbuh
Desember sebanyak 525 orang. Pada saat kembang atau kelainan yang
observasi tanggal 24 November 2016 mempengaruhi hasil observasi. anak
182 Jurnal Media Kesehatan, Volume 10 Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 102-204
HASIL
Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Rata-Rata Tingkat Kecemasan Pada Anak Sebelum dilakukan Terapi Bermain Bercerita Di
Instalasi Rawat Inap Ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu