Anda di halaman 1dari 111

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hospitalisasi adalah suatu proses yang mengharuskan anak untuk

tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

pemulangannya kembali ke rumah (Hockenberry & Wilson, 2013). Data

dari national center for health statistics (2018) angka kesakitan anak yang

dirawat dirumah sakit berdasarkan usia dan penyebab pada usia 1-9 tahun

sebanyak 1.024 juta. yang dapat dikelompokkan terdapat beberapa

penyakit seperti respiratoric 34%, injuri 12%, tanda dan gejala 10, asma

10%, tonsil 10%, dan kasus pneumonia sebanyak 5%.

Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun.

Perkembangan pada anak prasekolah yaitu keterampilan motorik kasar dan

halus serta kekuatan meningkat, kemandirian, kemampuan mengontrol diri

dan merawat diri meningkat, bermain, kreativitas, dan imajinasi menjadi

lebih berkembang, imaturitas kognitif mengakibatkan pandangan yang

tidak logis terhadap dunia sekitarnya, perilaku pada umumnya masih

egosentris, tetapi pengertian terhadap pandangan orang lain mulai tumbuh

(Soetjiningsih & Gde Ranuh, 2016). Pada tahun 2018 jumlah anak

prasekolah di indonesia sebanyak 9.647.997, sedangkan di Kota Bengkulu

sebanyak 73.276 (KEMENKES RI, 2018).


2

Respon utama yang paling umum terjadi pada anak usia prasekolah

yang menjalani hospitalisasi adalah kecemasan yang akhirnya akan

1
menimbulkan suatu perilaku maladaptive, dikarenakan anak merasa takut

kalau bagian tubuhnya akan cidera atau berubah akibat tindakan yang

dilakukan kepada anak. Pada masa prasekolah perilaku maladaptif yang

timbul pada anak yang menjalani hospitalisasi adalah menolak makan dan

minum, sulit tidur, menangis terus menerus, tidak kooperatif terhadap

petugas kesehatan. hal itu mengakibatkan kondisi anak akan semakin

buruk dan proses penyembuhan anak akan semakin lama (supartini dalam

Amallia, 2018).

Dampak jangka pendek dapat berupa ketakutan dan kecemasan

sehingga bila tidak ditangani segera maka anak akan melakukan penolakan

terhadap perawatan dan pengobatan yang diberikan. Selain itu, dampak

jangka pendek yang mungkin muncul adalah susah tidur, sering menangis,

takut terhadap tim kesehatan sehingga anak akan melakukan penolakan

terhadap tindakan keperawatan yang diberikan kepada anak. Keadaan ini

akan berpengaruh terhadap lamanya hari rawat, memperberat kondisi

anak, dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak (niven, 2002

dalam Amallia, 2018).

Dampak jangka panjang dari anak usia prasekolah yang mengalami

kecemasan akibat hospitalisasi adalah terhambatnya tumbuh kembang

anak, karena pada masa ini, anak sedang dalam masa golden age atau usia

emasan. pada masa ini anak mengalami banyak perkembangan.


3

Perkembangan ini dapat dicapai anak secara maksimal jika anak diberikan

stimulus yang baik dari keluarga dan lingkungan sekitar. perkembangan

ini akan terhambat jika anak mengalami kecemasan akibat hospitalisasi

(Niven, 2002 dalam Amallia, 2018). Hasil penelitian menunjukan bahwa

perlakuan dengan menggunakan storytelling (bercerita) lebih signifikan

menurunkan ansietas pada anak usia pra sekolah dibandingkan dengan

menonton animasi kartun, dilihat dari nilai hasil Uji t 2 sampel

Independent didapatkan nilai rata-rata hasil postest ke 5 antara terapi

storytelling dan menonton animasi kartun yaitu 2,00 dan 8,00. Sehingga

sangat direkomendasikan bagi perawat yang bekerja di ruang rawat inap

anak untuk mengimplementasikan terapi storytelling (bercerita) dalam

mengatasi masalah kecemasan (ansietas) pada anak usia pra sekolah

(Padila 2019).

Ada beberapa intervensi yang dapat menurunkan kecemasan

hospitalisasi anak prasekolah salah satunya adalah dengan, musik klasik,

Mewarnai Gambar, bermain puzzle dan bercerita (storytelling) (koller

dalam Amallia, 2018). Pemberian terapi musik klasik mozart terhadap

tingkat kecemasan pada Anak di RSUD Banyumas. Hasil yang didapatkan

Setyaningsih Rahayu (2014), tingkat kecemasan pada anak yang dirawat di

Ruang Teratai Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta sebelum diberi terapi

musik didapatkan dari kategori tingkat kecemasan berat dengan rentang

nilai (28-41) menjadi tingkat kecemasan sedang dengan rentang nilai (21-

27) sebanyak 4 responden dengan persentase 13.3 %, dari tingkat


4

kecemasan sedang dengan rentang nilai (21-27) menjadi tingkat

kecemasan ringan dengan rentang nilai (14-20) sebanyak 20 responden

dengan persentase 66.7 %, dan dari tingkat kecemasan sedang dengan

rentang nilai (21-27) menjadi tidak ada kecemasan dengan rentang nilai

(<14) sebanyak 6 responden dengan persentase 20 %. Dari hasil penelitian

pengaruh terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak

yang dirawat di Ruang Teratai Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta diperoleh

hasil uji dengan Dependent Paired Sample T-test program SPSS versi

18.0 dengan α = 5% (0.05) diperoleh p value sebesar 0.00. Sehingga p <

0.05, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada anak yang dirawat di Ruang Teratai Rumah Sakit Dr. Oen

Surakarta. Kelemahan dari terapi musik ini adalah tidak semua anak

menyukai musik klasik dan dari penelitian ini sebagian anak menyukai

musik yang cepat dan riah.

Mewarnai Gambar adalah sebagai suatu permainan yang

”nondirective” memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi.

Mengekspresi “feeling”nya dengan mewarnai gambar, berarti

memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa

menggunakan kata (Liliek Pratiwi, 2015). Berdasarkan Hasil penelitian

Liliek Pratiwi (2015), Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value =

0,000 (<0,05) yang berarti terdapat pengaruh terapi bermain mewarnai

gambar terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah


5

akibat hospitalisasi di Ruang Kemuning RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

kelemahan pada terapi ini anak memerlukan energy untuk menggambar

sedangkan anak sedang sakit tidak dapat beraktifitas seperti biasanya

misalnya karena terpasangnya infuse di tangan dan itu membuat kesulitan

untuk anak ketika mewarnai gambar.

Berdasarkan hasil penelitian dari Kaluas,I.,Ismanto.Y.A &

Kundre,M.R. (2015), analisa data menggunakan uji statistik paired sample

t-Test dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) didapatkan nilai p value

= 0,000 < α = 0,05 (Ho ditolak). Kesimpulan yaitu ada perbedaan terapi

bermain puzzle dan bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah (3-

5 tahun) selama hospitalisasi di ruang anak RS.TK.III R.W.Mongisidi

Manado. Saran pemberian terapi bermain puzzle dan bercerita dapat

diterapkan sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk menurunkan

kecemasan anak usia prasekolah (3 – 5 tahun) selama hospitalisasi..

kelemahan penelitian ini tidak semua anak menyukai bermain fuzzle

karena fuzzle yang digunakan dengan potongan kecil-kecil ataupun terlalu

rumit anak perlu berpikir,membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak

dalam merangkainya.

Selain intervensi diatas maka Storytelling bisa dijadikan untuk

menurunkan kecemasan hospitalisasi anak prasekolah. Terapi storytelling

yaitu kegiatan bercerita melalui kata-kata, suara dan gambar Storytelling

termasuk salah satu cara distraksi untuk mengurangi kecemasan (Legi,

2019). Secara fisiologis ketika anak mendengarkan cerita akan


6

merangsang (CRF) corticotropin releasing factor Substansi tersebut akan

menstimulasi hipofisis untuk meningkatkan sekresi hormon endorphine

dan pro opioid melano cortin (POMC) yang akan meningkatkan produksi

ensefalin oleh medula adrenal sehingga mempengaruhi suasan hati

menjadi senang dan memberikan perasaan rileks. Dengan meningkatnya

endorpin maka terjadi penurunan kerja saraf simpatis, meningkatkan

pengaktifan saraf parasimpatis yang bekerja dengan cara menstimulasi

medula adrenal untuk menurunkan pengeluaran epinefrin, noreepinefrin,

kortisol (hormon yang terlibat dalam kecemasan) serta nitric oxide dalam

darah, kemudian terjadi penurunan denyut nadi, tekanan darah, konsumsi

oksigen, metabolisme tubuh, produksi laktat sehingga seseorang akan

merasa nyaman. Perubahan fisik tersebut menyebabkan psikis juga akan

merasa tenang dan terjadi pengontrolan

perilaku/kecemasan menurun (Yamamoto & Nagata, 2011).

Berdasarkan hasil dari penelitian padila & Agusramon (2019)

sebelum dan setelah dilakukan terapi Storytelling signifikan karena adanya

penurunan nilai rata-rata kecemasan, di lihat dari hasil statistik rata-rata

pretest antara 23,00 – 27,03, sedangkan rata-rata setelah posttest ke 5

antara 1,41-3,00, terlihat selisih menurunnya rerata sebanyak 21,59 -24,03.

Berdasarkan hasil dari penelitian Susanti (2017), anak usia

prasekolah yang menjalani hospitalisasi di ruang akut dan kronik di RSUP

Dr.M.DJAMIL Padang. Sebelum terapi didapatkan hasil 40% anak

mengalami tingkat kecemasan tinggi, 60.0% anak mengalami tingkat


7

kecemasan sedang dan sesudah terapi Storrytelling ditemukan 20.0% anak

mengalami tingkat kecemasan sedang dan 80.0% anak mengalami tingkat

kecemasan rendah. Ada pengaruh storytelling terhadap tingkat kecemasan

anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi di RSUP Dr.M.DJAMIL

Padang Tahun 2017 (p = 0,007).

Berdasarkan data yang diperoleh, dari Rekam Medis di RSUD

Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan Tahun 2019 jumlah pasien

anak usia prasekolah terhitung dari bulan Januari sampai dengan

Desember 2019, jumlah anak usia prasekolah usia 3-6 tahun yang di rawat

inap sebanyak 219 anak (Rekam Medis RSUD Hasanuddin Damrah

Manna Bengkulu Selatan, 2019).

Berdasarkan hasil survey yang peneliti lakukan (25 Juni 2020),

pada 7 orang anak prasekolah yang di rawat di Ruangan Anak RSUD

Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan, diketahui bahwa 4 orang

anak dalam memiliki kecemasan sedang yaitu 31, 31, 34, 37 dan 3 orang

anak dengan kecemasan ringan yaitu 25, 27, 28 dengan melakukan

observasi tanda dan gejala. Misalnya jari tangan dingin, detak jantung

makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang,

tidur tidak nyenyak, dada sesak, ketakutan merasa akan ditimpa bahaya,

tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari

kenyataan (Tamisa, 2016). Hasil wawancara dengan orang tua bahwa

selama anak dirawat, perawat hanya melakukan intervensi rutin dan


8

standar. Untuk perawatan anak tidak ada intervensi khusus kecemasan

anak seperti terapi storytelling.

Berdasarkan Latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Pengaruh terapi storytelling terhadap

kecemasan hospitalisasi anak usia prasekolah di RSUD Hasanuddin

Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah

penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh terapi storytelling terhadap

kecemasan hospitalisasi anak usia prasekolah di RSUD hasanuddin

damrah manna kabupaten bengkulu selatan tahun 2020 ? ”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Pengaruh terapi storytelling terhadap kecemasan

hospitalisasi anak usia prasekolah di RSUD Hasanuddin Damrah

Manna Bengkulu Selatan Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui nilai rata-rata kecemasan hospitalisasi anak prasekolah

sebelum melakukan terapi storytelling di RSUD Hasanuddin

Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020.

b. Diketahui nilai rata-rata kecemasan hospitalisasi anak usia

prasekolah sesudah melakukan terapi storytelling di RSUD


9

Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun

2020.

c. Diketahui pengaruh terapi storytelling terhadap kecemasan

hospitalisasi anak usia prasekolah di RSUD Hasanuddin Damrah

Manna Bengkulu Selatan Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian iini diharapkan dapat menjadi referensi atau

masukkan bagi perkembangan ilmu keperawatan anak dan menambah

kajian ilmu keperawatan anak mengetahui manfaat terapi storytelling

dengan kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah.

2. Praktis

a. Bagi RSUD Hasanuddin Damrah

Hasil Penelitian ini mampu menjadi landasan pelaksanaan

program kegiatan bimbingan, pembinaan, dan konseling dalam

upaya peningkatan pengetahuan tentang terapi storytelling terhadap

penurunan kecemasan hospitalisasi anak prasekolah. Serta hasil

penelitian ini menjadi masukan bagi rumah sakit dalam pemenuhan

kebutuhan fasilitas pasien dengan anak yang mengalami

hospitalisai.

b. Fikes Dehasen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada institusi pendidikan dalam melakukan proses belajar


10

mengajar kepada mahasiswa mengenai terapi storytelling dengan

kecemasan hospitalisasi anak usia prasekolah.

c. Peneliti Lain

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan-

bahan referensi dan masukan untuk peneliti selanjutnya tentang

terapi storytelling dengan kecemasan hospitalisasi anak usia

prasekolah.

d. Responden

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan pasien

dan keluarga mengenai terapi storytelling untuk mengurangi

kecemasan saat hospitalisasi pada anak agar dapat mempercepat

proses penyembuhan anak.


11
a.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perkembangan Anak Usia Prasekolah

1. Pengertian Anak Usia Prasekolah

Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun.

Perkembangan pada anak prasekolah yaitu keterampilan motorik kasar dan

halus serta kekuatan meningkat, kemandirian, kemampuan mengontrol diri

dan merawat diri meningkat, bermain, kreativitas, dan imajinasi menjadi

lebih berkembang, imaturitas kognitif mengakibatkan pandangan yang

tidak logis terhadap dunia sekitarnya, perilaku pada umumnya masih

egosentris, tetapi pengertian terhadap pandangan orang lain mulai tumbuh

(Soetjiningsih & Gde Ranuh, 2016).

Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun Anak

prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi.

Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak

tersebut berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya

pengembangan potensi-potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah

(Tamisa, 2016).

11
12
a.

2. Perkembangan Anak Usia Prasekolah

a. Motorik kasar (grossmotor)

Keterampilan motorik kasar melibatkan otot-otot besar tubuh

dan mencakup fungsi-funsi lokomotor seperti duduk tegak, berjalan,

menendang, dan melempar bola (Upton, 2012).

b. Motorik halus (fine motorSkills)

Keterampilan-keterampilan motorik halus (fine motor Skills)

melibatkan otot kecil yang memungkinkan fungsi-fungsi seperti

menggenggam, dan memanipulasi objek-objek kecil,seperti menulis,

menggambar, dan mengenakan pakaian (Upton, 2012).

c. Bahasa anak(lenguage)

Sementara anak tumbuh dan berkembang, produk bahasa

mereka meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya.

Mempelajari perkembangan bahasa biasanya ditunjukkan dalam

rangkaian dan percepatan perkembangan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemerolehan bahasa sejak usia bayi dan dalam

kehidupan selanjutnya(Upton, 2012).

perkembangan bahasa terdapat 3 butir yang perlu dibicarakan,

yaitu: Pertama, ada perbedaan bahasa dan kemampuan berbicara.

Bahasa biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang rumit dan

bersifat semantik, sedangkan kemampuan bicara terdiri dari ungkapan

dalam bentuk kata-kata.Walaupun bahasa dan kemampuan berbicara


13
a.

sangat dekat hubungannya, keduanya berbeda. Kedua, terdapat dua

daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat pengertian/

reseptif (Understanding) dan pernyataan/ ekspresif (Producing).

Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan membaca)

menunjukkan kemapuan anak untuk memahami dan berlaku terhadap

komunikasi yang ditunjukkan kepada anak tersebut. Bahasa ekspresif

(bicara dan tulisan) menunjukkan ciptaan bahasa yang

dikomunikasikan kepada orang lain.

Ketiga, komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus

dibahas. Anak akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila

berkhayal, pada saat merencanakan menyelesaikan masalah, dan

menyerasikan gerakan mereka (Upton, 2012).

d. Perilaku sosial (personal social)

Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu yang dipelajari, bukan

sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial seorang anak

diperoleh selain dari proses kematangan juga melalui kesempatan

belajar dari respons terhadap tingkah laku anak. Diharapkan melalui

kegiatan dikelas, anak praskeolah dapat dikembangkan minat dan

sikap terhadap orang lain. Tatanan sosial yang sehat akan mampu

mengembangkan perkembangan konsep dan yang positif,

keterampilan sosial dan kesiapan untuk belajar secara formal. Diantara

berbagai ragam kegiatan dikelas ini, bermain merupakan kegiatan


14
a.

yang sangat mendukung perkembangan anak (Upton, 2012).

B. Konsep Hospitalisasi Anak

1. Pengertian Hospitalisasi Anak

Hospitalisasi adalah suatu proses yang mengharuskan anak untuk

tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

pemulangannya kembali ke rumah (Hockenberry & Wilson, 2013).

Hospitalisasi merupakan keadaan yang mengharuskan anak tinggal di

rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan karena suatu alasan yang

berencana maupun kondisi darurat. Tinggal di rumah sakit dapat

menimbulkan kecemasan bagi anak-anak dan keluarga mereka (Hulinggi,

2018).

Hospitalisasi adalah memasuki suatu lingkungan baru yang belum

anak kuasai, berpisah dengan keluarga, teman, tertekan terhadap

keberadaan dokter atau perawat yang tidak familier, prosedur tindakan

medis yang menyakitkan, terasing dari kebiasaan harian yang selalu

dijalani, menghadapi kebosanan terhadap aturan-aturan yang ketat dan lain

sebagainya. Semua hal tersebut merupakan pengalaman sensori emosional

yang tidak menyenangkan yang menimbulkan kecemasan (Santosa, 2018).


15
a.

2. Reaksi Terhadap Hospitalisasi Anak

Reaksi anak prasekolah terhadap hospitalisasi dapat ditunjukkan

dengan dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun

secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.

Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah

sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut.

Ketakutan menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak,

ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja

sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua (Ilmiah Reni,

2012)

C. Konsep Kecemasan Pada Anak

1. Pengertian

Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif

dari seseorang, pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat

seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi cemas

berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya

(Kusumawati, 2010). Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada

sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas pada saat anak

dirumah sakit (Padila, 2019).


16
a.

2. Gejala Kecemasan

a. Gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak

jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan

berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak (Tamisa, 2016).

b. Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa

bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari

dari kenyataan (Tamisa, 2016).

3. Macam-macam Kecemasan

a. Kecemasan realistik

Merupakan rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya

nyata yang ada di dunia luar atau lingkungannya (Tamisa, 2016).

b. Kecemasan neurotik

Merupakan rasa takut jangan-jangan insting-insting (dorongan

Id) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang

bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan

terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan ketakutan terhadap

hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting dilepaskan.

Kecemasan neurotik berkembang berdasarkan pengalaman yang

diperolehnya pada masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan

ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas,

jika dia melakukan perbuatan impulsive.


17
a.

c. Kecemasan moral

Merupakan rasa takut terhadap suara hati (super ego). Orang-

orang yang memiliki super ego yang baik cenderung merasa bersalah

atau malu jika mereka berbuat atau berfikir sesuatu yang bertentangan

dengan moral.

4. Tahap Respon Perilaku Kecemasan Anak

Menurut (Hockenberry & Wilson, 2011) Respon perilaku anak

terhadap kecemasan yaitu sebagai berikut:

a. Tahap protes (Phase of Protest)

Tahap ini ditandai dengan anak menangis kuat, menjerit,

memanggil orang terdekatnya misalnya ibu. Secara verbal anak akan

menyerang dengan rasa marah seperti anak mengatakan “pergi”.

Perilaku protes anak tersebut akan terus berlanjut dan hanya berhenti

jika anak merasa lelah dan orang terdekatnya mendampinginya .

b. Tahap Putus Asa (Phase of Despair)

Pada tahap ini anak tampak tegang, menangis berkurang, anak

kurang akitf, kurang minat untuk bermain, tidak ada nafsu makan,

menarik diri, tidak kooperatif, perilaku regresi seperti mengompol atau

menghisap jari.
18
a.

c. Tahap Menolak (Phase of Dennial)

Pada tahap ini anak akan mulai menerima perpisahan, mulai

tertarik dengan lingkungan sekitar, mulai membina hubungan dengan

orang lain.

5. Tingkatan Kecemasan

a. Kecemasan Ringan (Mild Anxiety)

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,

kecemasan dalam tingkat ringan ini menyebabkan seseorang menjadi

waspada, sehingga persepsinya meluas dan memiliki indra yang tajam.

Kecemasan ringan masih mampu memotivasi individu untuk belajar

dan memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas (Donsu, 2017)

b. Kecemasan Sedang (Moderate Anxiety)

Memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. perhatian seseorang menjadi selektif,

namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah lewat arahan orang

lain (Donsu, 2017)

c. Kecemasan Berat (Severe Anxiety)

Kecemasan berat ditandai lewat sempitnya persepsi seseorang.

Selain itu, memiliki perhatian terpusat pada hal yang spesifik dan tidak

dapat berpikir tentang hal-hal lain.dimana semua perilaku ditujukan

untuk menguranggi ketegangan (Donsu, 2017)


19
a.

d. Panik

Setiap orang memiliki kepanikan hanya saja kesadaran dan

kepanikan itu memiliki kadarnya masing-masing. Kepanikan muncul

disebabkan karena kehilangan kendali diri dan detail perhatian kurang .

ketidakmampuan melakukan apapun meskipun dengan perintah

menambah tingkat kepanikan seseorang. Adapun hal lain,misalnya

peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan

dengan orang lain, penyimpangan persepsi, dan hilangnya pikiran

rasional, disertai dengan disorganisasi keperibadian. Contoh individu

dengan keperibadian pecah/ depersonlisasi (Donsu, 2017).

6. Mekanisme coping kecemasan

Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka

secara otomatis muncul upaya untuk mengatasi dengan berbagi

mekanisme koping. penggunaan mekanisme koping akan efektif bila

didukung dengan kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang

bersangkutan bahwa mekanisme yang digunakan dapat mengatasi

kecemasannya. kecemasan harus segera ditangani untuk mencapai

homeostatis pada diri individu,baik secara fisiologis maupun psikologis

(Donsu, 2017).
20
a.

7. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kecemasan Hospitalisasi Anak

Prasekolah

Kecemasan anak prasekolah karena hospitalisasi dapat disebabkan

oleh beberapa faktor internal dan eksternal yaitu :

a. Kecemasan karena perpisahan

Anak usia prasekolah memiliki koping yang lebih baik dari

pada anak usia toddler. Anak usia prasekolah dapat mementolerir jika

mereka harus berpisah dengan orang tua mereka walaupun anak

prasekolah mentolerir perpisahan dalam waktu sebentar dan anak

prasekolah mulai untuk belajar mempercayai orang lain selain orang

terdekat mereka. Reaksi yang umum terjadi pada anak prasekolah

adalah menolak untuk makan, mengalami kesulitan tidur, menangis

pelan ketika anak bersama orang tua, marah, merusak mainan, tidak

kooperatif terhadap pengobatan (Hockenberry & Wilson, 2011).

Hasil penelitian Subardiah (2015), didapatkan bahwa pada

kelompok anak prasekolah yang diberikan permainan terapeutik

didapatkan rata-rata skor kecemasan perpisahan sebelum pemberian

permainan teraputik 36,37, dan setelah pemberian permainan terapeutik

skor kecemasan perpisahan menurun menjadi 29,93. Hal ini berarti

terjadi penurunan kecemasan perpisahan pada anak prasekolah yang

dirawat di rumah sakit setelah pemberian permainan terapeutik pada

kelompok anak prasekolah yang diberikan permainan terapeutik, yang


21
a.

dapat dilihat pada rata-rata penurunan skor kecemasan perpisahan 6,43.

Penurunan kecemasan perpisahan pada kelompok ini bermakna secara

statistik (p value = 0,000, α = 0,05) yang artinya bahwa ada hubungan

pemberian permainan terapeutik terhadap penurunan kecemasan

perpisahan.

b. Kehilangan kontrol (Loss of Control)

Anak usia prasekolah kehilangan kontrol karena pembatasan

aktifitas fisik yang menyebabkan anak ketergantungan dengan bantuan

dari orang lain. Respon yang biasa terjadi pada anak prasekolah seperti

rasa malu, rasa bersalah, dan rasa takut (Hockenberry & Wilson, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian Subardiah (2015), yang

didapatkan pada kelompok anak prasekolah yang tidak diberikan

permainan terapeutik didapatkan rata-rata skor perasaan kehilangan

kontrol sebelum periode pemberian permainan terapeutik 25,70 , dan

setelah periode pemberian permainan terapeutik skor perasaan

kehilangan kontrol mengalami peningkatan, yaitu 27,10. Hal ini berarti

terjadi peningkatan perasaan kehilangan kontrol pada anak prasekolah

yang dirawat di rumah sakit setelah periode pemberian permainan

terapeutik pada kelompok anak yang tidak diberikan permainan

terapeutik, yang dapat terlihat pada rata-rata peningkatan skor perasaan

kehilangan kontrol yaitu 1,40. Peningkatan perasaan kehilangan kontrol

bermakna secara statistik (p value = 0, 023, α = 0,05) yang artinya


22
a.

bahwa dengan tanpa pemberian permainan terapeutik dapat terjadi

peningkatan perasaan kehilangan kontrol.

c. Luka pada tubuh dan nyeri

Reaksi anak terhadap luka dan nyeri dengan menyeringaikan

wajah, menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata

dengan lebar atau anak melakukan tindakan agresif seperti menggigit,

menendang, memukul (Hockenberry & Wilson, 2011).

Hasil penelitian Subardiah (2015), didapatkan bahwa pada

kelompok anak prasekolah yang diberikan permainan terapeutik

didapatkan rata-rata skor ketakutan terhadap cidera sebelum pemberian

permainan teraputik 41,73, dan setelah pemberian permainan terapeutik

skor ketakutan terhadap cidera menurun menjadi 35,30. Hal ini berarti

terjadi penurunan ketakutan terhadap cidera pada anak prasekolah yang

dirawat di rumah sakit setelah pemberian permainan terapeutik pada

kelompok anak prasekolah yang diberikan permainan terapeutik, yang

dapat dilihat pada rata-rata penurunan skor ketakutan terhadap cidera

6,43. Penurunan ketakutan terhadap cidera pada kelompok ini bermakna

secara statistik (p value = 0,000, α = 0,05) yang artinya bahwa ada

pengaruh pemberian permainan terapeutik terhadap penurunan

ketakutan terhadap cidera.


23
a.

d. Pola Asuh Keluarga

Pola asuh keluarga yang terlalu protektif dan selalu

memanjakan anak juga dapat mempengaruhi reaksi takut dan cemas

anak dirawat di rumah sakit. Beda dengan keluarga yang suka

memandirikan anak untuk aktivitas sehari-hari anak akan lebih

kooperatif bila di rumah sakit (Hockenberry & Wilson, 2011).

Berdasarkan penelitian Saputri (2018), Mayoritas orang tua

menerapkan tipe pola asuh otoritatif yaitu sebesar 80%. Mayoritas anak

leukemia mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu sebesar 73,3%.

Hasil menunjukkan nilai r sebesar 0,412 dengan nilai signifikansi (p-

value) 0,029. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh

dengan tingkat kecemasan anak di RSUD Dr. Moewardi.

e. Peran Keluarga

Keluarga yang terlalu khawatir pada stres anaknya yang

dirawat di rumah sakit akan menyebabkan anak menjadi stres dan takut

(Hockenberry & Wilson, 2011). Hasil penelitian Syafriani (2018),

menunjukkan adanya hubungan antara peran keluarga dengan

kecemasan akibat hospitalisasi pada anak prasekolah dimana nilai p-

value = 0,012 <a = 0,05.

f. Support System

Yang tersedia anak mencari dukungan yang ada dari orang lain

untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritannya, anak


24
a.

biasanya akan minta dukungan kepada orang terdekat dengannya

misalnya orang tua atau saudaranya. Perilaku ini biasanya ditandai

dengan permintaan anak untuk ditunggu selama dirawat di rumah sakit,

didampingi saat dilakukan treatment padanya, minta dipeluk saat merasa

takut dan cemas bahkan saat merasa kesakitan (Hockenberry & Wilson,

2011).

Berdasarkan hasil penelitian Harahap (2018) di ketahui bahwa dari

32 orang responden dengan support system keluarga baik sebanyak 4

responden (12,4%) dengan kecemasan ringan 2 orang (6,25%),

kecemasan sedang 1 orang (3,1%), dan kecemasan berat 1 orang (3,1%).

support system keluarga cukup baik sebanyak 10 responden dengan

kecemana ringan 1 orang (3,1%), kecemasan sedang 9 orang (28,1%).

support system keluarga kurang baik sebanyak 18 responden (56,3%)

dengan kecemasan ringan 1 orang (3,1%), kecemasan sedang 10 orang

(31,3%), kecemasan berat 7 orang (21,8%).Hasil uji Chi-squere pada

tingkat kepercayaan 95% dengan α = 0,05di dapatkan nilai p value

0.023 (p<α), sehingga memperlihatkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara support system keluarga dengan tingkat kecemasan

pada anak pra sekolah akibat hospitalisasi.


25
a.

8. Dampak hospitalisasi

Dampak hospitalisasi adalah tertunda dan membutuhkan waktu

yang lama dalam tindakan/prosedur medis (Legi, 2016). Keadaan ini

membuat waktu yang dibutuhkan untuk merawat anak 20% - 45% melebihi

waktu untuk merawat orang dewasa. Dampak hospitalisasi juga akan

mempengaruhi perilaku (emosional) anak bahkan sampai anak pulang

kerumah, Sebanyak 67% perilaku dan emosi kecemasan anak selama

prosedur invasive dapat menetap sampai 6 bulan dan dampaknya berupa

perilaku aggressive.

9. Tindakan Menurunkan Kecemasan Anak Hospitalisasi

a. Musik

Pemberian terapi musik klasik mozart terhadap tingkat

kecemasan pada Anak di RSUD Banyumas. Hasil yang didapatkan

Setyaningsih Rahayu (2014), ). Pemberian terapi musik klasik mozart

terhadap tingkat kecemasan pada Anak di RSUD Banyumas. Hasil

yang didapatkan Setyaningsih Rahayu (2014), tingkat kecemasan pada

anak yang dirawat di Ruang Teratai Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta

sebelum diberi terapi musik didapatkan dari kategori tingkat

kecemasan berat dengan rentang nilai (28-41) menjadi tingkat

kecemasan sedang dengan rentang nilai (21-27) sebanyak 4 responden

dengan persentase 13.3 %, dari tingkat kecemasan sedang dengan

rentang nilai (21-27) menjadi tingkat kecemasan ringan dengan


26
a.

rentang nilai (14-20) sebanyak 20 responden dengan persentase 66.7

%, dan dari tingkat kecemasan sedang dengan rentang nilai (21-27)

menjadi tidak ada kecemasan dengan rentang nilai (<14) sebanyak 6

responden dengan persentase 20 %. Dari hasil penelitian pengaruh

terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak yang

dirawat di Ruang Teratai Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta diperoleh

hasil uji dengan Dependent Paired Sample T-test program SPSS versi

18.0 dengan α = 5% (0.05) diperoleh p value sebesar 0.00. Sehingga p

< 0.05, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap penurunan

tingkat kecemasan pada anak yang dirawat di Ruang Teratai Rumah

Sakit Dr. Oen Surakarta. Kelemahan dari terapi musik ini adalah tidak

semua anak menyukai musik klasik dan dari penelitian ini sebgian

anak menyukai musik yang cepat dan riah.

b. Mewarnai

Gambar adalah sebagai suatu permainan yang ”nondirective”

memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi. Mengekspresi

“feeling”nya dengan mewarnai gambar, berarti memberikan pada

anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata (Liliek

Pratiwi, 2015). Berdasarkan Hasil penelitian Liliek Pratiwi (2015),

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 (<0,05)

yang berarti terdapat pengaruh terapi bermain mewarnai gambar


27
a.

terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah

akibat hospitalisasi di Ruang Kemuning RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon. kelemahan pada terapi ini anak memerlukan energy untuk

menggambar sedangkan anak sedang sakit tidak dapat beraktifitas

seperti biasanya misalnya karena terpasangnya infuse di tangan dan itu

membuat kesulitan untuk anak ketika mewarnai gambar.

c. Bermain puzzle

Terapi bermain mampu menghilangkan batasan, hambatan

dalam diri, stres, frustasi serta mempunyai masalah emosi dengan

tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah

laku yang diharapkan dan anak yang sering diajak bermain akan lebih

kooperatif dan mudah diajak kerjasama selama masa perawatan

Kaluas,I.,Ismanto.Y.A & Kundre,M.R. (2015),.

Berdasarkan Hasil penelitian dari Kaluas,I.,Ismanto.Y.A &

Kundre,M.R. (2015), analisa data menggunakan uji statistik paired

sample t-Test dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) didapatkan

nilai p value = 0,000 < α = 0,05 (Ho ditolak). Kesimpulan yaitu ada

perbedaan terapi bermain puzzle dan bercerita terhadap kecemasan

anak usia prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi di ruang anak

RS.TK.III R.W.Mongisidi Manado. Saran pemberian terapi bermain

puzzle dan bercerita dapat diterapkan sebagai salah satu intervensi


28
a.

keperawatan untuk menurunkan kecemasan anak usia prasekolah (3 –

5 tahun) selama hospitalisasi.. kelemahan penelitian ini tidak semua

anak menyukai bermain fuzzle karena fuzzle yang digunakan dengan

potongan kecil-kecil ataupun terlalu rumit anak perlu

berpikir,membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam

merangkainya.

d. Bercerita

Terapi storytelling yaitu bercerita melalui kata-kata, suara dan

gambar Storytelling termasuk salah satu cara distraksi untuk

mengurangi kecemasan (Legi, 2019). Dengan dilakukan terapi

storytelling anak akan merasa nyaman, senang dan terhibur sehingga

tidak lagi memikirkan proses hospitalisasi sehingga dapat menurunkan

tingkat kecemasan anak. Berdasarkan hasil dari penelitian (Susanti,

2017)

Berdasarkan hasil penelitian Susanti (2017), Sebelum

diberikan terapi Storrytelling ditemukan lebih dari separuh dari anak

yang menjalani hospitalisasi yaitu 6 orang (60.0%) anak mengalami

tingkat kecemasan sedang di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun

2017. Sesudah diberikan terapi Storrytelling ditemukan sebagian

besar anak yang menjalani hospitalisasi yaitu sebanyak 8 orang

(80.0%) anak mengalami tingkat kecemasan ringan di RSUP Dr. M.

Djamil Padang tahun 2017. Ada pengaruh storytelling terhadap tingkat


29
a.

kecemasan anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi di RSUP

Dr.M.DJAMIL Padang Tahun 2017 (p = 0,007).

10. Pengukuran Kecemasan Pada Anak

Kuesioner yang dipakai pada penelitian ini mengunakan kuesioner

skala likert dari hasim (2013). Dengan pilihan jawaban TP: Tidak pernah

KD: kadang-kadang SR: sering SL: selalu, Jawaban selalu berarti hal

tersebut rutin dilakukan setiap hari maupun terjadwal. Sering berarti hal

yang dilakukan terus menerus namun tidak tiap hari. Kadang-kadang

berarti hal yang dilakukan hanya kalau lagi mau saja. Tidak pernah berarti

hal tersebut tidak pernah dilakukan sama sekali. Penelitian ini

menggunakan 25 pernyataan lasung kepada responden sesuai dengan

lembar kuesioner. Dan kuesioner ini memiliki 5 pertanyaan positif dan 20

pertanyaan negatif, dengan pertanyaan favorable (nilai sikap yang positif)

yang meliputi : 0=selalu, 1= sering, 2= kadang-kadang, 3= tidak pernah.

Sedangkan dengan pertanyaan unfavorable (nilai sikap yang negatif)

nilainya kebalikan dari pertanyaan favorable yang meliputi: 3= selalu, 2=

sering , 1= kadang-kadang 0= tidak pernah. Dengan interpretasi hasil bila

nilai kecemasan <15: tidak cemas 16-30: kecemasan ringan 31-45:

kecemasan sedang 46-60: kecemasan berat 61-75: panik.


30
a.

D. Konsep Terapi Strorytelling

1. Pengertian

Storytelling terdiri atas dua kata yaitu story berarti cerita dan telling

berarti penceritaan. Penggabungan dua kata storytelling berarti penceritaan

cerita atau menceritakan cerita (padila, 2019 ). Terapi storytelling yaitu

bercerita melalui lisan, kata-kata, suara dan gambar Storytelling termasuk

salah satu cara distraksi untuk mengurangi kecemasan (Legi, 2019). Terapi

storytelling merupakan salah satu teknik bercerita dalam menyampaikan isi

perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada anak-anak melalui lisan

(padila, 2019). storrytelling merupakan sebuah terapi non farmakologi

atau disebut juga dengan terapi tanpa menggunakan obat, yang bertujuan

untuk membuat anak menjadi senang atau dijadikan suatu hiburan pada

saat dirawat di rumah sakit selain itu storry telling bisa membantu

perkembangan berbahasa dan berinteraksi dengan orang lain (Latif dkk,

2014).

2. Jenis-jenis storytelling

a. Dongeng

Dongeng merupakan cerita hayalan dan imajinasi yang tidak

benar benar terjadi dari pemikiran seseorang, yang kemudian diceritakan

secara turun temurun. terkadang kisah dongeng dapat membuat

pendengarnya terhanyut kedalam dunia fantasi yang tergantung pada


31
a.

cara penyampaian yang disampaikan. contoh : cinderella, putri salju,

rapunzel (Sutomo, 2019).

b. Fabel

Fabel adalah cerita tentang kehidupan binatang yang

digambarkan dapat bicara seperti manusia. Cerita-cerita fabel sangat

luwes digunakan untuk menyindir perilaku manusia tanpa membuat

manusia tersinggung. Misalnya; kancil dan siput, semut dan burung,

kancil dan buaya dll (Sutomo, 2019).

c. Cerita Rakyat (Legenda)

Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan

berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri

khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam

mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing

bangsa (Sutomo, 2019).

3. Manfaat Storytelling

Manfaat dari kegiatan mendongeng ini adalah mengembangkan

fantasi, empati dan berbagai jenis perasaan lain, membangun kedekatan

dan keharmonisan, media pembelajaran. Adapun manfaat lain bagi anak

dengan mendongeng antara lain adalah mengembangkan daya pikir dan

imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbicara anak,

mengembangkan daya sosialisasi anak, sarana komunikasi anak dengan

orangtuanya (Nursalam, 2013).


32
a.

4. Pengaruh Terapi Storytelling

Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan

terjadi dengan penyebab yang tidak jelas pada saat anak dirumah sakit

(Padila, 2019). Secara fisiologis ketika anak mendengarkan cerita akan

merangsang (CRF) corticotropin releasing factor, Substansi tersebut akan

menstimulasi hipofisis untuk meningkatkan sekresi hormon endorphine dan

pro opioid melano cortin (POMC) yang akan meningkatkan produksi

ensefalin oleh medula adrenal sehingga mempengaruhi suasan hati menjadi

senang dan memberikan perasaan rileks. Dengan meningkatnya endorpin

maka terjadi penurunan kerja saraf simpatis, meningkatkan pengaktifan

saraf parasimpatis yang bekerja dengan cara menstimulasi medula adrenal

untuk menurunkan pengeluaran epinefrin, noreepinefrin, dan kortisol

(hormon yang terlibat dalam kecemasan) serta nitric oxide dalam darah,

kemudian terjadi penurunan denyut nadi, tekanan darah, konsumsi oksigen,

metabolisme tubuh, produksi laktat sehingga seseorang akan merasa

nyaman . Perubahan fisik tersebut menyebabkan psikis juga akan merasa

tenang dan terjadi pengotrolan perilaku/kecemasan menurun (Yamamoto &

Nagata, 2011).

Terapi storytelling adalah kegiatan bercerita melalui kata-kata, suara

dan gambar Storytelling termasuk salah satu cara distraksi untuk

mengurangi kecemasan (Legi, 2019). storrytelling merupakan sebuah

terapi non farmakologi atau disebut juga dengan terapi tanpa menggunakan
33
a.

obat, yang bertujuan untuk membuat anak menjadi senang atau dijadikan

suatu hiburan sehingga dapat mengurangi kecemasan pada anak.

Kelebihan dari pemberian storytelling ini adalah dapat memberikan

kesenangan kepada anak, secara naluri anak usia prasekolah memiliki

kesenangan dalam mendengarkan cerita. Selain itu terapi storytelling

sangat efektif diberikan kepada anak yang memiliki keterbatasan energi

untuk bermain. Terapi story telling dapat menciptakan suasana akrab antara

anak dengan pencerita sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan anak

dan dapat menjadi penyaluran emosi yang terbendung pada diri anak

(Supartini, 2010). Berdasarkan hasil dari penelitian padila (2019) sebelum

dan setelah dilakukan terapi Storytelling signifikan karena adanya

penurunan nilai rata-rata kecemasan, di lihat dari hasil statistik rata-rata

pretest antara 23,00 – 27,03, sedangkan rata-rata setelah posttest ke 5

antara 1,41-3,00, terlihat selisih menurunnya rerata sebanyak 21,59 -24,03.

Berdasarkan hasil penelitian Susanti (2017), Sebelum diberikan terapi

Storrytelling ditemukan lebih dari separuh dari anak yang menjalani

hospitalisasi yaitu 6 orang (60.0%) anak mengalami tingkat kecemasan

sedang di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017. Sesudah diberikan

terapi Storrytelling ditemukan sebagian besar anak yang menjalani

hospitalisasi yaitu sebanyak 8 orang (80.0%) anak mengalami tingkat

kecemasan ringan di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017. Ada

pengaruh storytelling terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah yang


34
a.

menjalani hospitalisasi di RSUP Dr.M.DJAMIL Padang Tahun 2017 (p =

0,007).

E. Penelitian Sebelumnya Kecemasan Dan Storytelling

Berdasarkan hasil dari penelitian Marlenis Liza, Pawiliyah (2019), di

ketahui pada saat sebelum dilakukan terapi bermain kecemasan anak sebagain

besar adalah kecemasan berat yaitu 85%. Sedangkan setelah dilakukan terapi

bermain skor kecemasan anak sebgain besar turun menjadi cemas sedang

sebanyak 60% anak. rata-rata penurunan skor kecemasan adalah sebesar

10,50. Hasil uji diketahui Asymp. Sig (2tailed) bernilai 0,000 < 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa “Hipotesis diterima” artinya ada perbedaan antara

skor kecemasan pre test sebelum dilakukan terapi bermain mendongeng dan

skor kecemasan post test setelah terapi bermain Ada pengaruh terapi bermain

mendongeng terhadap skor kecemasan anak usia pra sekolah yang dirawat di

RSUD Dr. Sobirin Lubuklinggau.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Lumbansiantar Rupdi

(2012), Hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa

sebelum diberikannya intervensi story telling tingkat kecemasan terbesar

berada pada kecemasan ( 56.4%), sedangkan sesudah diberikannya intervensi

storytelling tingkat kecemasan terbesar berada pada kecemasan (53. 8 %),

Pengaruh pemberian story telling dapat dilihat dari hasil analisa uji bivariat

dengan metode uji Paired T-test diperoleh nilai t sebesar 15.022 dengan nilai
35
a.

p sebesar 0. 00 dimana p < 0.05, selisih rerata (mean) tingkat kecemasan.

anak prasekolah sebelum dan sesudah diberikannya storytelling diperoleh

penurunan sebesar 1.128 dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum dan sesudah

diberikannya storytelling.

F. Kerangka teori

Faktor Internal dan


Anak prasekolah Kecemasan Faktor Eksternal
hospitalisasi
a. Kecemasan karena
perpisahan
b. Kehilangan kontrol
Hospitalisasi c. Luka pada tubuh dan
sakit atau nyeri
d. Pola Asuh Keluarga
e. Keluarga
Terapi storytelling f. Support System

Keterangan:

Tidak Diteliti

Diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Dimodifikasi dari Hockenberry & Wilson (2011), Subardiah (2015), Saputri

(2018), Syafriani (2018), Padila (2019)


36

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan bagan atau skema yang

menerangkan tentang hubungan antar konsep-konsep yang berhubungan dengan

variabel yang akan diteliti, kerangka konsep setidaknya berisi tentang faktor

penyebab atau resiko timbulnya masalah yang akan diteliti (Sulistyaningsih,

2011). Dalam penelitian ini variabel independen adalah storytelling, sedangkan

variabel dependen kecemasan hospitalisasi anak prasekolah . Berdasarkan tujuan

penelitian yang telah dikerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan pada

bagan 3.1 berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Kecemasan Hospitalisasi
Terapi Storytelling Anak Prasekolah

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

36
37

B. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Defenisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur

1. Terapi Intervensi dalam Mendenga Buku - -


storytelling bentuk cerita rkan cerita
yang dilakukan
pada anak
dirumah sakit.

2. Kecemasan Kecemasan Wawancar Kuesioner 16-30= Ringan Interval


hospitalisasi adalah a
31-45= Sedang
kebingungan,
kekhawatiran
pada sesuatu
yang akan
terjadi dengan
penyebab yang
tidak jelas pada (Hasim, 2013)
saat anak
dirumah sakit.
38

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan pada penelitian ini yaitu:

Ha: ada Pengaruh storytelling terhadap kecemasan hospitalisasi anak prasekolah

di RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun

2020.

Ho: tidak ada Pengaruh storytelling terhadap penurunan kecemasan hospitalisasi

anak prasekolah di RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu

Selatan Tahun 2020.


39

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini yang dugunakan adalah Quasi eksperimental dengan

menggunakan rancangan One Group Pretest-Posttest dimana rancangan ini tidak

menggunakan kelompok pembanding tetapi sudah dilakukan observasi pertama

yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya

eksperiment (Notoatmodjo, 2010).

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

O1: kuesioner kecemasan sebelum diberi terapi storytelling

X : Perlakuan pemberian terapi storytelling

O2: kuesioner kecemasan setelah pemberian terapi storytelling

39
40

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Bangsal Anak RSUD Hasanuddin

Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini rencananya telah dilakukan pada 29 juni- 20 juli tahun 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan sekelompok subjek yang akan menjadi sasaran

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia

prasekolah 3-6 yang dirawat Di Ruangan Bangal Anak RSUD Hasanuddin

Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan dengan menggunakan data

estimasi kunjungan rawat inap tahun 2019 dengan jumlah populasi 219 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau seluruh dari anggota populasi yang

diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi yang ada (Notoatmodjo, 2010). dalam penelitian ini populasi adalah

seluruh anak usia prasekolah Tahun 2019 yang menjalani rawat inap berjumlah

219 orang.

Jika besar populasi lebih dari 100, bisa menggunakan rumus 10-15%

atau 20-25% sampel diambil dari populasi. Jumlah sampel yang diteliti

ditetapkan menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2013):


41

10× n
N=
100

Keterangan :

n = jumlah populasi

N= Populasi

Cara perhitungan sampel:

10× n
n=
100

10× 219
n=
100
n = 22
Berdasarkan penghitungan sampel diatas dapat diketahui jumlah

sampel dalam penelitian ini berjumlah 22

responden. Teknik pembilan sampel accidental sampling yaitu

pengambilan sampel secara aksidental (accidental) dengan mengambil

kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian, selain itu peneliti mempersiapkan

kemungkinan responden droup out dengan pengambilan 10% dari jumlah

sampel 22 orang, sehingga sampel yang terlibat dalam penelitian ini

berjumlah 24 orang (Notoadmojo, 2010) kriteria Sampel sebagai

berikut:

a. Kriteria Inklusi

1. Anak usia prasekolah 3-6 tahun

2. Anak yang dirawat < 3 hari.


42

3. Anak yang di dampingi orang tua/keluarga

4. Anak yang mendengarkan cerita diminta untuk mendengarkan cerita

kancil dan buaya, cinderella, rapunzel dengan waktu 20 menit dilakukan

selama 2 hari menggunakan boneka dan buku cerita judul kumpulan

dongeng si kancil penulis Rahimsyah AR. MB Tahun 2017 dan buku

cerita judul kumpulan anak sedunia terbaik penulis Maulana Gibran

Tahun 2017.

5. orang tua/keluarga yang bersedia menjadi responden.

6. Pasien anak yang mau diajak komunikasi.

7. Anak yang mengalami kecemasan ringan dan sedang.

b. Kriteria Eksklusi

1) Anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam keadaan tidak sadar dan anak

yang mengalami nyeri.

D. Instrumen Penelitian

Kuesioner yang dipakai pada penelitian ini mengunakan kuesioner skala

likert dari Hasim (2013). Dengan pilihan jawaban TP: tidak pernah KD: kadang-

kadang SR: sering SL: selalu, Jawaban selalu berarti hal tersebut rutin dilakukan

setiap hari maupun terjadwal. Sering berarti hal yang dilakukan terus menerus

namun tidak tiap hari. Kadang-kadang berarti hal yang dilakukan hanya kalau

lagi mau saja. Tidak pernah berarti hal tersebut tidak pernah dilakukan sama

sekali, memiliki pertanyaan positif dan negative, dengan pertanyaan favorable

(nilai sikap yang positif) yang meliputi : 0=selalu, 1= sering, 2= kadang-kadang,

3= tidak pernah. Sedangkan dengan pertanyaan unfavorable (nilai sikap yang


43

negatif) nilainya kebalikan dari pertanyaan favorable yang meliputi: 3= selalu,

2= sering , 1= kadang-kadang 0= tidak pernah. kuesioner terdiri dari 25

pertanyaan , 5 pertanyaan positif dan 20 pertanyaan negatif. Dengan

interpretasi hasil bila nilai kecemasan <15: tidak cemas 16-30: kecemasan ringan

kecemasan sedang: 31-45 kecemasan berat: 46-60 panik 61-75.

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita

susun mampu mengukur apa yang hendak kita ukur (Notoatmodjo, 2010). Uji

Reliabilitas yaitu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur data dapat

dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan hasil uji reliabiltas 25

item pertanyaan kuesioner bahwa nilai r table >0,312 sehingga dinyatakan valid.

E. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisis Data

1. Sumber data

a. Data primer

Data yang diperoleh secara langsung pasien dengan melakukan terapi

pada pasien anak prasekolah yang dirawat di Ruang Anak RSUD

Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun. Data

primer berupa data kecemasan pasien sebelum dan sesudah terapi

storytelling.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari register di Ruang Anak RSUD Hasanuddin

Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2019, yang berupa

jumlah pasien anak prasekolah 219 orang.


44

2. Tahap Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan 5 tahap

sebagai berikut.

a. Peneliti mengurus surat izin untuk pengambilan data terlebih dahulu

b. Peneliti menanyakan kepada responden mengenai kriteria yang telah

ditetapkan.

c. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian

d. Peneliti meminta persetujuan dengan cara menandatangani lembar

persetujuan sebagai responden.

e. Sebelum diberikan terapi storytelling, peneliti meminta responden untuk

mengisi kuisioner kecemasan (pretest).

f. Setelah itu responden diminta untuk mendengarkan cerita kancil dan

buaya, cinderella, rapunzel dengan waktu 20 menit dilakukan selama 2

hari menggunakan boneka dan buku cerita judul kumpulan dongeng si

kancil penulis Rahimsyah AR. MB Tahun 2017 dan buku cerita judul

kumpulan anak sedeunia terbaik penulis Maulana Gibran Tahun 2017.

g. setelah mendengarkan terapi storytelling ukur kembali mengisi kuisioner

kecemasan (pretest).

3. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dianalisa dan selanjutnya diolah kembali.

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan program


45

komputer, adapun langkah-langkah awal yang penulis gunakan dalam

pengolahan data tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Pengeditan Data (Editing)

Tahap editing peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang ada.

Editing bertujuan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh benar-

benar sesuai dengan kriteria penelitian.

b. Scoring

Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor pada

pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responden dan peran

petugas kesehatan.

c. Pengkodean Data (Coding)

Merupakan suatu metode untuk mengkonversikan data yang

dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol/kode yang cocok untuk

keperluan analisis. Pemberian kode terhadap data bertujuan untuk

mempermudah proses pengolahan data untuk di tabulasi dan

dikelompokkan sesuai tujuan penelitian.

d. Memasukan Data (Entry)

Data yang sudah dikode kemudian masukkan dalam program

komputer untuk diolah, cara pengolahan data dengan menggunkan SPSS

pada komputer.

e. Memproses Data (Processing)

Prosesing yaitu memasukan seluruh data dari semua kuesioner ke

program komputer. Data yang dimasukkan sudah diberi kode dan skor.
46

Pemasukan data dilakukan jika peneliti sudah yakin bahwa data yang ada

sudah benar, baik dari kelengkapan maupun pengkodeannya.

f. Pengecekan dan Pembersihan Data (Cheking And Cleaning)

Setelah data disusun sesuai maka dilaksanakan pemeriksaan kembali

agar data-data tersebut bebas dari kesalahan.

4. Analisa Data Penelitian

a. Analisa Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,

2010). Analisa univariat menggunakan statistic deskriptif seperti mean,

median, modus, dan ukuran varian (varians, standard deviasi).

Selanjutnya penulis melakukan langkah-langkah penghitungan sebagai

berikut dengan rumus :

P= × 100 %

Keterangan :

P = Persentase yang dicari

F = Frekuensi jawaban klien

N = Jumlah responden

Dari rumus diatas kualitas proporsi didapat dalam bentuk persentase yang

dapat diinterprestasikan dengan menggunakan skala :

0% = Tidak satupun dari responden


47

1 % - 25% = Sebagian kecil dari responden

26 % -49 % = Hampir sebagian dari responden

50 % = Sebagiandari responden

51 % -75 % = Lebih dari sebagian dari responden

76 % - 99 % = Hampir seluruh responden

100 % = Seluruh responden

Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

masing-masing variabel penelitian dan menggunakan statistik:

1. Mean yaitu nilai rata-rata dari satu set data observasi dan

digunakan untuk keperluan tes statistik.

2. Maxsimum danminimum yaitu nilai tertinggi dan terendah dari

suatu data

3. 95% CI Of Mean yaitu dengan derajat kepercayaan 95% dari hasil

estimasi internal rata-rata data suatu variabel.

4. Standar devisiasi yaitu suatu penghitung dengan cara semua

devisiasi positif dan devisiasi negatifnya di kuadratkan sehingga

semua devisiasinya menjadi positif dan semua deviasi yang

bertanda positif itu dijumlahkan lalu mencari rata-ratanya dan

akarnya.

b. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisa bivariat, dilakukan uji normalitas yang

merupakan syarat untuk uji t dependen dan independen. untuk mengetahui


48

suatu data berdistribusi normal atau tidak, ada tiga cara untuk

mengetahuinya yaitu:

1) Dilihat dari grafik histogram dan kurve normal, bila bentuknya

menyerupai bel shape, berarti distribusi normal.

2) Menggunakan nilai skwekness dan standar erornya, bila skwekness dibagi

standar erornya menghasilkan angka lebih dari atau sama dengan 2, maka

distribusi normal.

3) Uji Shapiro wilk, bila hasil signifikan (p value > 0,05) maka distribusi

normal dan jika (p value < 0,05) tidak berdistribusi normal. pada

penelitian ini Uji shapiro wilk karena kurang dari 50 orang. jika besar

sampel lebih dari 50 orang digunakan Kolmogorov-Smirnov. Pada

penelitian ini Uji Shapiro wilk karena jumlah sampel yang akan di ambil

22 responden.

c. Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

adanya hubungan antar variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat pada

penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel

independent dan variabel dependent. Dalam penelitian ini digunakan uji

analisa data dengan menggunakan Uji T dependen, sering kali disebut Uji T

Paried/Related atau pasangan. Uji T dependen sering digunakan pada

analisis data penelitian eksperimen. Jika data berdistribusi normal maka

menggunakan Uji t dependen Adapun ketentuan yang berlaku adalah :


49

a) Bila nilai p ≤ 0,05, Maka keputusannya adalah Ho ditolak, artinya ada

pengaruh yang signifikan terapi storytelling terhadap kecemasan

hospitalisasi anak prasekolah di RSUD Hasanuddin Damrah Manna

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020.

b) Bila nilai p > 0,05, Maka keputusannya adalah Ho diterima, artinya tidak

ada pengaruh yang signifikan terapi storytelling terhadap kecemasan

hospitalisasi anak prasekolah di RSUD Hasanuddin Damrah Manna

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020.

5. Etika Penelitian

Menurut Notoadmojo (2010), dalam melakukan penelitian menggunakan

prinsip-prinsip etika sebagai berikut:

1. Informed Consent (Persetujuan)

Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti

dan memenuhi kriteria agar pasien mengerti maksud dan tujuan penelitian,

Manfaat dan mengetahui dampaknya, dan meminta persetujuan klien

bersedia atau tidaknya untuk dikaji.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan

subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama responden dan

hanya menuliskan kode nomor pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)
50

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil

penelitian.
51

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

RSUD Hasanuddin Damrah Manna Mempunyai Layanan Unggulan

dalam Bagian. RSUD Kepunyaan Pemkab Bengkulu Selatan ini Mempunyai

Luas Tanah 8000 dengan Luas Bangunan 3000. RSUD Hasanuddin Damrah

Manna adalah salah satu RSUD milik Pemkab Bengkulu Selatan yang

berwujud RSUD, diurus oleh Pemda Kabupaten dan tercantum kedalam

RSUD Kelas C. RSUD ini telah terdaftar semenjak 31/12/2013 dengan

Nomor Surat Izin 445/495/Tahun 2011 dan Tanggal Surat Izin 17/09/2011

dari Bupati Kab. Bengkulu Selatan dengan Sifat Tetap, dan berlaku sampai-

Setelah melaksanakan Proses AKREDITASI RSUD Seluruh Indonesia

dengan proses Pentahapan I (5 Pelayanan) akhirnya diberikan status Lulus.

RSUD ini beralamat di Jl. Raya Padang Panjang Manna, Bengkulu Selatan,

Indonesia. (Profil RSUD Hasanudin Damrah, 2019).

RSUD Hasanudin Damrah Kabupaten Bengkulu Selatan berkapasitas

242 tempat tidur dengan 13 ruang rawat inap. Jumlah tempat tidur akan

dikembangkan secara bertahap hingga memenuhi seluruh kapasitas yang

direncanakan sesuai dengan demand masyarakat. Ketersediaan tempat tidur

ditunjang dengan fasilitas penunjang yang memadai agar pelayanan bisa

dilaksakan secara optimal. RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten

50
52

Bengkulu selatan telah bekerjasama dengan beberapa BUMN dan Bank milik

pemerintah seperti PDAM, BRI, BNI, dan BPD. Kerjasama ini merupakan

peluang menarik, karena secara sigifikan RSUD Hasanuddin Damrah Manna

Kabupaten Bengkulu selatan memiliki captive market yang bervariatif.

Kondisi keuangan setiap tahunnya telah memperlihatkan sinyal yang

menggembirakan karena mampu meningkatkan cost recovery, meskipun

belum menunjukkan profit yang diharapkan. Berdasar analisa pembiayaan

diharapkan biaya operasional akan semakin efisien sehingga mampu

memperlihatkan profit yang diharapkan. Upaya pengembangan manajemen

dititikberatkan kepada pembelajaran dan pengembangan SDM, memperkuat

proses bisnis internal, pendekatan pelanggan dan efektifitas pengelolaan

keuangan. Pendekatan ini dimaksudkan agar dengan SDM yang

berkompetensi tinggi mampu meningkatkan kinerja keuangan secara

bermakna.

2. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Hasanudin Damrah pada tanggal

29 Juni s.d. 20 Juli 2020. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui Pengaruh

terapi storytelling terhadap kecemasan hospitalisasi anak usia prasekolah di

RSUD Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan Tahun 2020. Desain

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi eksperimental.

Adapun langkah-langkah sebelum melaksanakan penelitian, peneliti

terlebih dahulu melengkapi syarat-syarat dokumen izin penelitian. Adapun


53

langkah-langkah yang dilakukan adalah mendapatkan rekomendasi dari

kampus untuk melaksanakan penelitian, selanjutnya melapor ke kantor

DPMTSP, setelah itu melapor ke RSUD Hasanudin Damrah Kabupaten

Bengkulu Selatan, kemudian baru melakukan penelitian dengan memberikan

kuesioner kepada responden dan memberikan terapi di ruang Bangsal Anak.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kunjungan pasien di

instalasi rawat inap anak usia prasekolah pada bulan Januari – Desember

tahun 2019 yang berjumlah 219 orang. Sampel dalam penelitian ini diketahui

berjumlah 22 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu

teknik subyektif yang ditemui saat itu (pada saat penelitian berlangsung) dan

dalam jumlah secukupnya. Dengan kriteria : Anak usia prasekolah 3-6 tahun,

Anak yang dirawat < 3 hari, Anak yang di dampingi orang tua/keluarga, Anak

yang mendengarkan cerita diminta untuk mendengarkan cerita kancil dan

buaya, cinderella, rapunzel dengan waktu 20 menit dilakukan 2 selama hari

menggunakan boneka dan buku cerita judul kumpulan dongeng si kancil

penulis Rahimsyah AR. MB Tahun 2017 dan buku cerita judul kumpulan

anak sedunia terbaik penulis Maulana Gibran Tahun 2017, orang tua/keluarga

yang bersedia menjadi responden, pasien anak yang mau diajak komunikasi,

Anak yang mengalami kecemasan ringan dan sedang.

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer

yang diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada responden di

Ruang Bangsal Anak. Data sekunder diperoleh dari rekam medik yaitu data
54

jumlah kunjungan pasien diruang penyakit dalam tahun 2019. Data yang

diperoleh, diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis univariat untuk

mengetahui Distribusi rata-rata kecemasan sebelum dan sesudah diberi terapi

storytelling dan analisis bivariat untuk melihat pengaruh antara dua variabel

menggunakan Uji T Paried.

3. Analisa Univariat

Analisis univariat untuk memperoleh gambaran variabel, yang di

gambarkan dalam bentuk tabel dengan tujuan mengetahui Untuk mengetahui

nilai rata-rata kecemasan hospitalisasi anak prasekolah di RSUD Hasanuddin

Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020.

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden Kecemasan Hospitalisasi di


RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu
Selatan Tahun 2020.
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase(%)
responden
Usia anak
3 tahun 5 22.7
4 tahun 6 27.3
5 tahun 6 27.3
6 tahun 5 22.7
Jenis kelamin
Laki-laki 7 31.8
perempuan 15 68.2
Hari rawat
1 hari 16 72.7
2 hari 6 27.3
Usia orang tua
20-30 12 54.3
31-40 8 36.1
41-45 2 9
Pendidikan orang tua
PT 1 4.5
SD 4 18.2
SMA/SMK 9 40.9
55

SMP 8 36.4

Pekerjaan orang tua


PNS 1 4.5
IRT 8 36.4
Pedagang 3 13.6
Tani 10 45.5
Jumlah 22 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui karateristik hampir sebagian dari

responden (27.3%) dengan usia anak 4-5 tahun, lebih dari sebagian dari (68%)

responden berjenis kelamin perempuan, lebih dari sebagian dari (72.7%)

responden hari ke 1 dirawat, lebih dari sebagian dari responden (54.3%)

dengan usia orang tua 20-30 tahun, hampir sebagian dari responden (40.9%)

dengan pendidikan SMK/SMA, hampir sebagian dari responden (45.5%)

dengan pekerjaan Tani.

Tabel 5.2 Nilai Rata-Rata Kecemasan Hospitalisasi Anak Prasekolah


Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Storytelling di RSUD
Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan
Tahun 2020.

N Mean SD Maxsimum Minimum


Kecemasan 22 32.55 4.867 40 24
hospitalisasi
sebelum
Kecemasan 22 23.50 4.285 31 15
hospitalisasi
sesudah
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa nilai rata-rata kecemasan

hospitalisasi anak prasekolah sebelum diberikan terapi storytelling di RSUD

hasanuddin damrah manna kabupaten bengkulu selatan yaitu 32.55 dan


56

diketahui bahwa nilai rata-rata kecemasan hospitalisasi anak prasekolah

sesudah diberikan terapi storytelling yaitu 23.50.

Tabel 5.3 Nilai Perbedaan Rata-Rata Kecemasan Hospitalisasi Anak


Prasekolah Sebelum dan Sesudah di RSUD Hasanuddin
Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020.
N Mean SD
Kecemasa 22 9.045 2.516
n
hospitalisa
si sebelum
dan
sesudah
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui nilai mean sebelum dan sesudah

diberikan terapi Storytelling terdapat nilai perbedaan mean yaitu 9.045 .

4. Uji Normalitas

Tabel 5.4 Normalitas Data Kecemasan Hospitalisasi Sebelum dan


Sesudah diberikan Terapi Storytelling di RSUD Hasanuddin
Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020.

Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig.
Kecemasan Hospitalisasi
.154 22 .306
(Sebelum)
Kecemasan Hospitalisasi
.136 22 .561
(Sesudah)

Dari tabel 5.4 diketahui bahwa nilai Kecemasan Hospitalisasi Sebelum

diberikan terapi storytelling signifikan yaitu 0.306 (p >0,05) artinya

terdistribusi normal dan diketahui bahwa nilai Kecemasan Hospitalisasi

Sesudah diberikan terapi storytelling signifikan yaitu 0. 561 ( p >0,05) artinya

terdistribusi normal.
57

5. Analisa bivariat

Tabel 5.5 Pengaruh Terapi Storytelling di RSUD Hasanuddin Damrah


Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020.

Variabel N Mean SD P Value 95% Ci


Kecemasan 22 32.55 4.867 0.000 7.930`
Hospitalisasi
Sebelum
Kecemasan 22 23.50 4.285
Hospitalisasi
Sesudah
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui nilai mean sebelum diberikan

terapi Storytelling adalah 32.55 dan sesudah diberikan terapi Storytelling

adalah 23.50 berdasarkan hasil uji t-test didapatkan bahwa nilai p=0, 000.

maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi storytelling terhadap

kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUD Hasanuddin

damrah manna kabupaten bengkulu selatan tahun 2020.

B. Pembahasan

1. Nilai Rata-Rata Kecemasan Hospitalisasi Anak Prasekolah Sebelum

diberikan Terapi Storytelling.

Hasil penelitian diketahui bahwa Rata-rata kecemasan hospitalisasi

anak prasekolah sebelum diberikan terapi storytelling di RSUD Hasanuddin

damrah manna kabupaten bengkulu selatan yaitu 32.55.


58

Terapi storytelling yaitu bercerita melalui kata-kata, suara dan gambar

Storytelling termasuk salah satu cara distraksi untuk mengurangi kecemasan

(Legi, 2019). Dengan dilakukan terapi storytelling anak akan merasa nyaman,

senang dan terhibur sehingga tidak lagi memikirkan proses hospitalisasi

sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan anak. Berdasarkan hasil dari

penelitian (Susanti, 2017).

Storrytelling merupakan sebuah terapi non farmakologi atau disebut

juga dengan terapi tanpa menggunakan obat, yang bertujuan untuk membuat

anak menjadi senang atau dijadikan suatu hiburan pada saat dirawat di rumah

sakit selain itu storry telling bisa membantu perkembangan berbahasa dan

berinteraksi dengan orang lain (Latif dkk, 2014).

Pada penelitian ini diberikan terapi storytelling pada anak prasekolah

yang mengalami kecemasan yaitu dengan mendengarkan cerita salah satu

diantaranya cerita si kancil dan buaya, cinderella, rafunzell dengan buku cerita

anak yang mendengarkan cerita diminta untuk mendengarkan cerita, kancil

dan buaya, cinderella, rapunzel dengan waktu 20 menit dilakukan selama 2

hari menggunakan boneka dan buku cerita judul kumpulan dongeng si kancil

penulis Rahimsyah AR. MB Tahun 2017 dan buku cerita judul kumpulan

anak sedeunia terbaik penulis Maulana Gibran Tahun 2017.

2. Nilai Rata-Rata Kecemasan Hospitalisasi Anak Prasekolah Sesudah

diberikan Terapi Storytelling.


59

Hasil penelitian ini bahwa nilai Rata-rata kecemasan hospitalisasi anak

prasekolah sesudah diberikan terapi storytelling di RSUD Hasanuddin

damrah manna kabupaten bengkulu selatan yaitu 23.50.

Kecemasan hospitalisasi anak prasekolah setelah diberikan terapi

storytelling mengalami penurunan. Menurunkan kecemasan hospitalisasi anak

prasekolah dapat diberikan terapi storytelling dengan mendengarkan cerita

salah satu diantaranya cerita si kancil dan buaya, cinderella, rafunzell dengan

buku cerita anak yang mendengarkan cerita diminta untuk mendengarkan

cerita si kancil dan siput, kancil dan buaya, cinderella, rapunzel dengan waktu

20 menit dilakukan selama 2 hari menggunakan boneka dan buku cerita Judul

Kumpulan dongeng si kancil penulis Rahimsyah AR. MB Tahun 2017 dan

buku cerita judul kumpulan anak sedunia terbaik penulis Maulana Gibran

Tahun 2017.

Secara fisiologis ketika anak mendengarkan cerita akan merangsang

(CRF) corticotropin releasing factor Substansi tersebut akan menstimulasi

hipofisis untuk meningkatkan sekresi hormon endorphine dan pro opioid

melano cortin (POMC) yang akan meningkatkan produksi ensefalin oleh

medula adrenal sehingga mempengaruhi suasan hati menjadi senang dan

memberikan perasaan rileks. Dengan meningkatnya endorpin maka terjadi

penurunan kerja saraf simpatis, meningkatkan pengaktifan saraf parasimpatis

yang bekerja dengan cara menstimulasi medula adrenal untuk menurunkan

pengeluaran epinefrin, noreepinefrin, kortisol (hormon yang terlibat dalam

kecemasan) serta nitric oxide dalam darah, kemudian terjadi penurunan


60

denyut nadi, tekanan darah, konsumsi oksigen, metabolisme tubuh, produksi

laktat sehingga seseorang akan merasa nyaman. Perubahan fisik tersebut

menyebabkan psikis juga akan merasa tenang dan terjadi pengontrolan

perilaku/kecemasan menurun (Yamamoto & Nagata, 2011).

Pemberian terapi selama 20 menit pada terapi storytelling adalah

kegiatan bercerita merupakan sebuah terapi non farmakologi atau disebut juga

dengan terapi tanpa menggunakan obat, yang bertujuan untuk membuat anak

menjadi senang atau dijadikan suatu hiburan sehingga dapat mengurangi

kecemasan pada anak (Legi, 2019).

Pemberian terapi storytelling pada anak prasekolah bertujuan untuk

menurunkan kecemasan, dimana dari hasil penelitian diketahui anak yang

mengalami kecemasan setelah diberikan terapi storytelling menunjukan

adanya penurunan kecemasan hospitalisasi. Adanya penurunan kecemasan

hospitalisasi diberikan terapi storytelling membuat anak rileks dan terlarut

dalam dunia cerita yang diberikan sehingga dapat menurunkan tingkat

kecemasan (Lumbansiantar Rupdi, 2012).

Dari 22 anak yang diberikan terapi storytelling semua anak

menunjukan perbedaan kecemasan setelah diberikan terapi storytelling selama

20 menit, dan diketahui rata-rata perbedaan kecemasan hospitalisasi yaitu

9.045.

Hal ini ditunjang dengan teori bahwa terapi storytelling merupakan

pemberian menurunkan kecemasan hospitalisasi tehnik yang efektif dalam

mengalihkan perhatian anak dari keadaan cemas, dengan storytelling dapat


61

tersampaikan pesan tertentu pada anak dan cerita dapat bermanfaat sebagai

obat untuk menyembuhkan sakit (supartini, 2004).

3. Pengaruh Terapi Storytelling Terhadap Kecemasan Hospitalisasi Anak

Usia Prasekolah di RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten

Bengkulu Selatan Tahun 2020.

Hasil penelitian diketahui nilai Rata-rata tingkat kecemasan pada

pasien anak sebelum diberikan terapi Storytelling adalah 32.55 dengan

kategori kecemasan sedang dan sesudah diberikan terapi Storytelling adalah

23.50 dengan kategori kecemasan ringan berdasarkan hasil uji t-test

didapatkan bahwa nilai p=0, 000. maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh terapi storytelling terhadap kecemasan hospitalisasi pada anak usia

prasekolah di RSUD Hasanuddin damrah manna kabupaten bengkulu selatan

tahun 2020.

Dalam penelitian ini terdapat anak yang mengalami kecemasan sedang

berjumlah 2 orang sebelum dan sesudah diberikan terapi storytelling 2 orang

anak ini tidak mengalami penurunan, peneliti berasumsi banyak faktor yang

mempengaruhi kecemasan pada anak diantaranya kecemasan karena

perpisahan, kehilangan kontrol, luka pada tubuh dan sakit/nyeri, pola asuh

keluarga, keluarga, support system.

Penelitian ini terdapat perbedaan kecemasan sesudah responden

diberikan terapi storytelling si kancil dan siput, kancil dan buaya, cinderella,
62

rapunzel dengan waktu 20 menit maka menurut peneliti disimpulkan bahwa

terjadi perubahan kecemasan yang bermakna sebelum dan sesudah diberikan

terapi storytelling kepada anak usia prasekolah yang mengalami kecemasan

hospitalisasi, yang mana terjadi perubahan kecemasan sebelum dan sesudah

yang berarti ada 22 orang hasil kecemasan hospitalisasi mengalami penurunan

dari pada sebelum diberikan terapi.

Pada penelitian ini terdapat karakteristik usia anak dalam pemberian

storytelling adalah anak usia prasekolah yaitu anak yang berusia 3- 6 tahun.

usia terbanyak pada penelitian ini yaitu berusia 4 dan 5 tahun 54,6.%. karena

dia tertarik dengan cerita Penelitian ini didukung oleh Legi Rosalia Julita

(2019) dengan judul pengaruh storytelling dan guided-imagery terhadap

tingkat perubahan kecemasan anak usia prasekolah yang dilakukan

tindakan invasif. Hasil yang didapat usia anak yaitu (37,5%) dan hasil uji

statistik menunjukkan (p value = 0.000) artinya ada pengaruh storytelling dan

guided imagery terhadap penurunan tingkat kecemasan anak usia prasekolah

yang dilakukan tindakan invasif (pemasangan infus).

Pada penelitian ini jenis kelamin proporsi terbesar pada karakteristik

jenis kelamin adalah perempuan (68,2%). Hal ini berhubungan dengan jumlah

responden yang masuk ke ruang rawat anak lebih banyak perempuan. Reaksi

anak terhadap hospital dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin Meskipun jenis

kelamin bukan faktor dominan terhadap munculnya kecemasan, tetapi ada

penelitian yang mengatakan bahwa tingkat kecemasan yang tinggi terjadi pada

perempuan dibanding dengan laki-laki (Suryanti, 2012). Penelitian ini


63

didukung oleh Legi Rosalia Julita (2019) dengan judul pengaruh storytelling

dan guided-imagery terhadap tingkat perubahan kecemasan anak usia

prasekolah yang dilakukan tindakan invasif. Hasil yang didapat jenis kelamin

perempuan yaitu (54,2%) dan hasil uji statistik menunjukkan (p value =

0.000) artinya ada pengaruh storytelling dan guided imagery terhadap

penurunan tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang dilakukan tindakan

invasif (pemasangan infus).

Berdasarkan karakteristik hari rawat terbanyak adalah hari pertama

yaitu (72.7%) penelitian ini menunjukkan bahwa lama rawat anak didapatkan

hasil bahwa sebagian besar anak dirawat dalam kategori lama yaitu > 3 hari.

penelitian ini didukung oleh Asmayanty (2010) pada penelitian ini

karakteristik responden berdasarkan lama rawat anak sebagian besar anak

dirawat dalam kategori lama yaitu sebanyak 18 orang (82%) . Dari hasil

dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa nilai Correlation Coefficient

adalah 0,027 ada hubungan antara lama hospitalisasi dengan tingkat

kecemasan perpisahan akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di RSU

PKU Muhammadiyah Bantul Yoogyakarta tahun 2009.

Berdasarkan penelitian terdapat karakteristik usia orang tua

terbanyak adalah usia 20-30 (54.3%) karena tidak tergantung dengan usia

untuk orang tua dapat mengetahui cara menguranggi kecemasan anak

karena pendidkan orang tua pun berbeda-beda. Penelitian ini didukung oleh

Winarsih Dwi Biyanti (2012) dengan judul hubungan peran serta orang tua
64

dan dampak hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUD RA kartini

jepara. Hasil didapatkan nilai p value sebesar 0,799 artinya tidak ada

perbedaan yang signifikan antara usia orang tua dengan dampak negatif

maupun positif dari hospitalisasi.

Pada penelitian ini terdapat karakteristik pendidikan orang tua

tebanyak di SMA/SMK sama-sama berjumlah 9 orang atau (40.9%)

karena tidak tergantung dengan pendidikan dapat mengetahui cara

menguranggi kecemasan anak. Penelitian ini didukung oleh Winarsih Dwi

Biyanti (2012) dengan judul hubungan peran serta orang tua dan dampak

hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUD RA kartini jepara. Hasil

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pendidikan orang tua dan

dampak hospitalisasi. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar dampak

hospitalisasi positif terjadi pada anak dengan pendidikan orang tua dari

SD sampai SMU yaitu SD sebesar 62,5%, SMP sebesar 78,6 dan SMA

sebesar 65,7%. Dan hasil didapatkan p-value 0,985. Artinya tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara pendidikan orang tua dan dampak

hospitalisasi pada anak prasekolah yang dirawat di RSUD RA Kartini

Jepara.

Pada penelitian ini terdapat karakteristik Pekerjaan Orang tua

terbanyak yaitu Tani 10 orang atau (45.5%) karena di kabupaten bengkulu

selatan mayoritas Tani Penelitian ini didukung oleh Winarsih Dwi Biyanti

(2012) dengan judul hubungan peran serta orang tua dan dampak

hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUD RA kartini jepara. Hasil


65

menunjukkan bahwa taraf signifikansi 5% didapatkan nilai pearson

dengan p value 0,000 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan

antara pekerjaan orang tua dan dampak hospitalisasi pada anak prasekolah

yang dirawat di RSUD RA Kartini Jepara.

Berdasarkan penelitian lain oleh Lumbansiantar Rupdi (2012),

kecemasan hospitalisasi mengalami perbedaan 1.128 dengan nilai p-value=

0.00 setelah anak cemas diberikan terapi storytelling dengan cara dengan

mendengarkan cerita salah satu diantaranya cerita si kancil dan buaya,

cinderella, rafunzell dengan waktu 20 menit terjadi penurunan kecemasan

hospitalisasi sebelum dan sesudah pada anak usia prasekolah yang berjumlah

23 orang. Sebagian besar responden mengatakan bahwa sesudah diberikan

terapi storytelling mereka merasa senang dan tenang.

Hal ini menunjukan pemberian terapi storytelling Secara fisiologis

ketika anak mendengarkan cerita akan merangsang (CRF) corticotropin

releasing factor Substansi tersebut akan menstimulasi hipofisis untuk

meningkatkan sekresi hormon endorphine dan pro opioid melano cortin

(POMC) yang akan meningkatkan produksi ensefalin oleh medula adrenal

sehingga mempengaruhi suasan hati menjadi senang dan memberikan

perasaan rileks. Dengan meningkatnya endorpin maka terjadi penurunan kerja

saraf simpatis, meningkatkan pengaktifan saraf parasimpatis yang bekerja

dengan cara menstimulasi medula adrenal untuk menurunkan pengeluaran

epinefrin, noreepinefrin, kortisol (hormon yang terlibat dalam kecemasan)


66

serta nitric oxide dalam darah, kemudian terjadi penurunan denyut nadi,

tekanan darah, konsumsi oksigen, metabolisme tubuh, produksi laktat

sehingga seseorang akan merasa nyaman. Perubahan fisik tersebut

menyebabkan psikis juga akan merasa tenang dan terjadi pengontrolan

perilaku/kecemasan menurun (Yamamoto & Nagata, 2011).

Hasil penelitian ini didapatkan nilai perbedaan antara sebelum dan

sesudah adalah 9.045 sedengkan hasil penelitian sejalan dengan penelitian

Marlenis Liza, Pawiliyah (2019), di ketahui pada saat sebelum dilakukan

terapi bermain kecemasan anak sebagian besar adalah kecemasan berat yaitu

85%. Sedangkan setelah dilakukan terapi bermain skor kecemasan anak

sebagian besar turun menjadi cemas sedang sebanyak 60% anak. rata-rata

perbedaan skor kecemasan adalah sebesar 10,50. Hasil uji diketahui Asymp.

Sig (2 tailed) bernilai 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa “Hipotesis

diterima” artinya ada perbedaan antara skor kecemasan pre-test sebelum

dilakukan terapi bermain mendongeng dan skor kecemasan post-test setelah

terapi bermain ada pengaruh terapi bermain mendongeng terhadap skor

kecemasan anak usia pra sekolah yang dirawat di RSUD Dr. Sobirin Lubuk

Linggau.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Lumbansiantar Rupdi

(2012), Hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa

sebelum diberikannya intervensi storytelling tingkat kecemasan terbesar

berada pada kecemasan ( 56.4%), sedangkan sesudah diberikannya intervensi

storytelling tingkat kecemasan terbesar berada pada kecemasan (53. 8 %),


67

Pengaruh pemberian story telling dapat dilihat dari hasil analisa uji bivariat

dengan metode uji Paired T-test diperoleh nilai t sebesar 15.022 dengan nilai

p sebesar 0. 00 dimana p < 0.05, seih rerata (mean) tingkat kecemasan. anak

prasekolah sebelum dan sesudah diberikannya storytelling diperoleh

perbedaan sebesar 1.128 dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum dan setelah

diberikannya story telling.

Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan berperan dalam

meningkatkan kesehatan anak. Dalam hal ini perawat dapat berperan sebagai

educator yaitu member pendidikan kesehatan pada ibu yang memiliki anak

mengenai cara menurunkan kecemasan hospitalisasi, tidak hanya dengan obat-

obatan tetapi dapat dilakukan dengan terapi non farmakologi seperti terapi

storytelling. Perawat dapat memberikan contoh pada ibu tentang bagaimana

melakukan terapi storytelling dalam menurunkan kecemasan hospitsalisasi

pada anak prasekolah.


68

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian didapatkan beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai Rata-Rata Sebelum Kecemasan Hospitalisasi di RSUD Hasanuddin

Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020 adalah 32.55

2. Nilai Rata-Rata Sesudah Kecemasan Hospitalisasi di RSUD Hasanuddin

Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020 adalah 23.50

3. Adanya Pengaruh Pemberian Terapi Storytelling dalam Menurunkan

Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah di RSUD Hasanuddin

Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti member

saran kepada:

1. Teoritis
69

hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi bagi

perkembangan ilmu keperawatan tentang kecemasan hospitalisasi pada anak

usia prasekolah.

2. Praktis 67

a. Bagi RSUD Hasanuddin Damrah

Bagi RSUD mampu menjadi landasan pelaksanaan program

kegiatan bimbingan, pembinaan, dan konseling dalam upaya

peningkatan pengetahuan tentang factor yang mempengaruhi kecemasan

hospitalisasi, tentang terapi storytelling agar kecemasan pada anak usia

prasekolah menurun.

b. Fikes Dehasen

Bagi fikes dehasen hasil penelitian ini menjadi bahan masukkan

dalam melakukan pembelajaran dan praktik klinik lapangan dalam

memberikan terapi storytelling dengan kecemasan hospitalisasi anak

prasekolah.

c. Peneliti Lain

Bagi peneliti lain hasil penelitian ini dapat menjadi panduan dalam

melakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan metode yang

lebih spesifik lagi dengan sampel bisa lebih banyak.

d. Responden
70

Bagi responden hasil penelitian dapat menambah pengetahuan

pasien dan keluarga mengenai terapi storytelling untuk mengurangi

kecemasan saat hospitalisasi pada anak agar dapat mempercepat proses

penyembuhan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Amallia Agieska, Oktaria Dwita, Oktafani. 2018. Pengaruh Terapi Bermain terhadap
Kecemasan Anak Usia Prasekolah selama Masa Hospitalisasi.lsmpung.
Majority Volume 7 Nomor 2 Maret 2018. Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung.
Apriza, 2017. Pengaruh Biblioterapi Dengan Buku Cerita Bergambar Terhadap
Tingkat Kecemasan Efek Hospitalisasi pada Anak Prasekolah. Volume 1 Issue
2 (2017) Pages 105 – 110. Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka


Cipta.

Asmayanty. 2010. Hubungan Lama Hospitalisasi Dengan Tingkat Kecemasan


Perpisahan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Rsu Pku
Muhammadiyah Bantul. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ’Aisyiyah Yogyakarta.

Donsu Doli Tine Jenita. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru

Fadilah anita. 2018. Pengaruh terapi bermain bercerita metode boneka terhadap
kemampuan komonikasi pada anak prasekolah. Kabupaten jombang. Sekolah
tinggi ilmu kesehatan insane cendekia medika.
Harahap Minta Ito. 2018. Hubungan Support System Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Anak Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di Rsu. Imelda
Pekerja Indonesia Medan. Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia, Medan,
Indonesia.

Hasim Mariyani. 2013. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan


Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Cendana Rsud
Sleman Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata.
71

Hockenberry , J. M., & Wilson, D. 2013. Wong's Essentiala of pediatric Nursingninth


Edition. St. Lois Missouri : Elsevier.

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2011). Wong's Nursing Care of Infants and
Children Edition 9. St. Louis, Missouri: ELSEVIER MOSBY.
Hulinggi Ismanto, Gresty Masi, Dan Amatus Yudi Ismanto. 2018. Hubungan Sikap
Perawat Dengan Stress Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah Di Rsud
Pancaran Kasih Gmim Manando.

Ilmiasih Reni. 2012. Pengaruh Seragam Perawat: Rompi Bergambar Terhadap


Kecemasan Anak Pra Sekolah Akibat Hospitalisasi. Universitas Indonesia.
Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan. Depok

Kaluas, I., Ismanto.Y.A, & Kundre, M.R. 2015. Pebedaan terapi bermain puzzle dan
bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah (3-5 tahun) selama
hospitalisasi di ruang anak RS.TK.III.R. W. Mongsidi Manado.manado:
eJournal Keperawatan (e-Kp).Volume 3 Nomor 2 mei 2015. Universitas Sam
Ratulangi Manado.

Kemenkes RI. 2018. Hasil utama riset kesehatan dasar. Badan penelitian dan

pengembangan kesehatan.

Kusumawati Farida & Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta:Selemba Medika

Latif, M, dkk. 2014. Orientasi baru pendidikan anak usia dini, Jakarta : Kencana

Legi Rosalia Julita. 2019. Sulaiman Suhendar, Purwanti heny nyimas, Pengaruh
Storytelling Dan Guided-Imagery Terhadap Tingkat Perubahan Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Yang Dilakukan Tindakan Invasif. Journal Of
Telenursing (Joting).Volume 1, Nomor 1, Juni 2019. Universitas Pembangunan
Indonesia Manado.

Liliek Pratiwi, Wulandari Yeni Rizki. 2014. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
Gambar terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun) yang dirawat di Ruang Kemuning RSUD Gunung Jati Kota
Cirebon. FIKES Universitas Muhammadiyah Cirebon.

Lumbansiantar Rupdi. 2012. Pengaruh Story Telling Terhadap Tingkat Kecemasan


Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah Di Rsud Kota Bekasi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Bekasi
72

Maulana Gibran. 2017. Kumpulan anak sedeunia terbaik. Surabaya: Karya gemilang
utama.
Marlenis Liza, Pawiliyah. 2019. Pengaruh Terapi Bermain Mendongeng Dengan
Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat
Hospitalisasi. Jurnal Keperawatan Silampari Volume 3, Nomor 1, Desember
2019. STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.

Nursalam. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba medika.

National center for health ststistics. 2018.leading couses of hospitaliation, simcoe


moskoka residents, age group (ICD -10). www.simcoemuskoks.healthstats.
org/topics/leading,-causesc/leading-causes-of-hospitalitazations.

Notoadmojo. 2010. Metode penelitian kesehatan. Jakarta: rineka cipta.

Padila. Agusramon. Year. 2019. Terapi Story Telling Dan Menonton Animasi Kartun
Terhadap Ansietas. Journal Of Telenursing (Joting) Volume 1, Nomor 1, Juni
2019. Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Rahimsyah AR. MB. 2017. Kumpulan dongeng si kancil. Surabaya: Zahra book.

Rekam medis Rs Bhayangkara. 2019. Data Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
Rumah Sakit Bhayangkara.

Santosa Eka Made 1, Putra Ageng Abadi. 2018. Pengaruh Tehnik Story Telling
Terhadap Penurunan Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Pra Sekolah Yang
Dirawat Di Ruang Anak Rsud Selong Lombok Timur. Vol. 4 No. 2 September-
Desember 2018 | 07-13. )Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mataram.

Setyaningsih Rahayu. 2014. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat


Kecemasan Pada Anak Yang Dirawat Di Rumah Sakit Dr.Oen Surakarta.
Subardiah Ida. 2015. Pengaruh Permainan Terapeutik Terhadap Kecemasan,
Kehilangan Kontrol Dan Ketakutan Anak Prasekolah Selama Dirawat Di Rsud
Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung. Universitas Indonesia.
Supartini. (2010). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. EGC
Suryaningsih, I. 2014. Etika Beriwisata di Hutan. http://www.readersdigest.co.id
/travel/traveler/etika.berwisata.di.hutan/006/002/70. Diakses pada 29 Juni
2014.
Soetjiningsih & Gde Ranuh. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2.Jakarta:EGC

Sugihartiningsih. (2016). Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta: EGC


73

Sulistyaningsih. 2012. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryanti, Sodikin, Yulistiani M. 2012. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan


Origami Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak
Usia Pra Sekolah Di Rsud Dr. R. Goetheng Taruna Di Brata Purbalingga.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan.

Susanti Amelia dan Safitri Hendika. 2017. Pengaruh Story Telling Terhadap Tingkat
Kecemasan Anak Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Rsup
Dr.M.Djamil Padang Tahun 2017. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Oktober 2017
Volume 1 Nomor 1 P-ISSN : 2597-8594. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
Alifah Padang.

Sutomo. 2019. Storytelling Dan Manfaat Dari Storytelling. Dinas Perpustakaan Dan
Kearsipan: Pekan baru.

Syafriani dan Kurniawan Ayudi. 2018. Hubungan Peran Keluarga dengan


Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Prasekolah. Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 1 (Juni 2018). 1Program Studi Sarjana Kesehatan
Masyarakat Universitas Pahlawan

Tamisa Aslam. 2016. Latar Belakang Kecemasan Anak Pra Sekolah Kasus A (Im)
Siswa Taman Kanak-Kanak Ar-Rahmah Palembang. Psikis-Jurnal Psikologi
Islami Vol 2 No. 2. Sekolah Tinggi Ilmu Psikologi (Stipsi) Abdi Nusa
Palembang.

Upton, P. 2012. Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Winarsih Dwi Biyanti. 2012. Hubungan Peran Serta Orang Tua Dan Dampak
Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah Di Rsud Ra Kartini Jepara. Fakultas
Ilmu Keperawatan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan.

Yamamoto,K & Nagata, S. 2011. Physiological and psychological evaluation of the


wrapped warm footbath as a complementary nursing therapy to induce
relaxation in hospitalized patients with incurable cancer: a pilot study. Cancer
Nurs. 2011 May-Jun;34(3):18592. doi: 10.1097/NCC.0b013e3181fe4d2d.

Yuniarti Sri. 2015. Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi-Balita Dan Anak
Prasekolah. Bandung: Pt Refika Aditama .
74

PENGARUH TERAPI STORYTELLING TERHADAP


KECEMASAN HOSPITALISASI ANAK USIA
PRASEKOLAH DI RSUD HASANUDDIN
DAMRAH MANNA KABUPATEN
BENGKULU SELATAN
TAHUN 2020

SKRIPSI

Disusun Oleh
ELLA GUSTIKA
NPM :172426179 SPP

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


75

FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)


UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2020

PENGARUH TERAPI STORYTELLING TERHADAP


KECEMASAN HOSPITALISASI ANAK USIA
PRASEKOLAH DI RSUD HASANUDDIN
DAMRAH MANNA KABUPATEN
BENGKULU SELATAN
TAHUN 2020

SKRIPSI

Disusun Oleh
ELLA GUSTIKA
NPM :172426179 SPP

Diajukan Seagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


76

FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)


UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH TERAPI STORYTELLING TERHADAP


KECEMASAN HOSPITALISASI ANAK USIA
PRASEKOLAH DI RSUD HASANUDDIN
DAMRAH MANNA KABUPATEN
BENGKULU SELATAN
TAHUN 2020

SKRIPSI

OLEH :
(ELLA GUSTIKA)
NPM : 172426179 SPP

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama, Pembimbing


Pendamping

Ns. Elsi Rahmadani,S.Kep.,M.Kep Ns. Handi Rustandi, S.Kep,MAN


NIDN : 02-0305-7802 NIDN : 02-1309-7902

Mengetahui,
77

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)

Ns. Murwati, S.Kep.,M.Kes


NIDN : 02-2109-8001

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


ii

MOTTO

 Siapa yang menanam maka ia akan memetik

 Siapa yang berbuat baik maka allah akan memberikan ganjaran yang baik,

begitupun jika manusia berbuat buruk maka allah akan memberikan

keburukan untuknya.

PERSEMBAHAN

 Puji syukur ku panjaatkan kepada allah, penguasa dari segala penguasa,

keberhasilan ini ada hanya dengan izinMu.

 Kupersembahkan keberhasilan ini untuk ayahanda dan ibunda bersama Do’a,

yang selalu kupanjatkan untuk kedua orang tuaku.

 Saudaraku yang telah memberikan Do’a dan semangat untuk menyelesaikan

skripsi penelitian ini.

 Dosen-dosenku

 Teman-temanku

 Agama dan almamaterku.


78

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU


FAKULTASiiiILMU KESEHATAN
Jalan Merapi Raya No.43 Kebun Tebeng Kota Bengkulu 38228 Telp
(0736) 21977 Fax. (0736) 20598

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN


Saya bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ella Gustika
Npm : 172426179 SPP
Program Studi : Ilmu Keperawatan (S-1)
Institusi : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Penelitian yang saya tulis ini adalah benar-
benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut,
maka saya bersedia menerima sannksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu termasuk (pencabutan gelar
kesarjanaan/sanksi) yang telah saya peroleh.
Bengkulu, 13 Agustus 2020
Pembuat Pernyataan

Ella Gustika
NPM : 172426179 SPP

Mengetahui,
79

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Elsi Rahmadani,S.Kep.,M.Kep Ns. Handi Rustandi, S.Kep,MAN


NIDN : 02-0305-7802 NIDN : 02-1309-7902

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Suban Kec. Tanjung

Sakti Pumu Kab. Lahat, pada tanggal 14 Aguatus 1998.

Anak ke 1 (satu) dari 2 bersaudara dari seorang ayah

yang bernama In Harman dan Ibu yang bernama

Iismawati penulis tinggal di Desa Suban Kec. Tanjung

Sakti Pumu Kab. Lahat,Bangku pendidikan yang telah

pendidik tempuh sampai saat ini adalah : Tingkat Sekolah Dasar (SD) Negeri 06

yang beralamat di Jalan Suban Kec. Tanjung Sakti Pumu Kab. Lahat, dimana penulis

menamatkannya pada tahun 2010, Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kec. Tanjung Sakti Pumu yang diselesaikan pada

tahun 2013, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri 1 yang diselesaikan pada tahun 2016, dengan keinginan yang keras,

maka pada tahun 2016 penulis melanjutkan ke tingkat Perguruan Tinggi yaitu Pada

Universitas Dehasen Bengkulu mengambil Program Studi Ilmu Keperawatan (strata-

1) Fakultas Ilmu Kesehatan dan alhamdulilah dapat saya selesaikan pada tahun 2020.
80

KATA PENGANTAR
v
Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini, dengan judul “Pengaruh Terapi Storytelling
Terhadap Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah Di RSUD

Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020”.


skripsi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan atau merupakan rangkaian
kegiatan akademik yang merupakan syarat yang diwajibkan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata-1 (S-1) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.

Selanjutnya, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak


yang telah banyak membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan
terimakasih khususnya penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. agr. Ir. Johan Setiantov selaku Rektor Universitas Dehasen
Bengkulu
2. Ibu Dr. Ida Samidah, SKp.,M.Kes, selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Bengkulu.
3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep., M.Kes, selaku Wakil Dekan I
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
4. Ibu Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes, selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Kesehatan Dehasen Bengkulu
81

5. Ibu Ns. Murwati, S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Prodi Prodi Ilmu Keperawatan
(S-1) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
6. Ibu Ns. Elsi Rahmadani.S.Kep.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing Utama
yang dengan sabar dan keprofesionalannya telah memberikan saran,
bimbingan, membantu, dorongan dan petunjuk dan sangat berharga dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Ns. Handi Rustandi, S.Kep.,MAN selaku Dosen Pembimbing
Pendamping yang juga dengan sabar dan keprofesionalannya telah
memberikan saran, bimbingan, membantu, dorongan dan petunjuk dan sangat
berharga dalam penyusunan skripsi ini.
vi
8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu yang telah banyak
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung demi kelancaran
dalam penyusunan skripsi ini.
9. Pemimpin RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan
Bapak Dr. Emrusmadi, Sp,B
10. Rekan-rekan satu angkatan 2016 Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) di
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
11. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis selama pengerjaan penelitian ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang
disebabkan oleh keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini sehingga akan lebih bermanfaat.

Bengkulu, Agustus 2020

Penulis,
82

Ella Gustika

ABSTRAK

PENGARUH TERAPI STORYTELLING TERHADAP


KECEMASAN HOSPITALISASI ANAK USIA
PRASEKOLAH DI RSUD HASANUDDIN
DAMRAH MANNA KABUPATEN
BENGKULU SELATAN
TAHUN 2020

Oleh :
Ella Gustika1
Elsi Rahmadani 2
Handi Rustandi 2

Berdasarkan data dari national center for health statistics (2018) angka
kesakitan anak yang dirawat dihospitalisasi berdasarkan usia dan penyebab pada
usia 1-9 tahun sebanyak 1.024 juta. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh
terapi storytelling terhadap kecemasan hospitalisasi anak usia prasekolah.
Metode yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan pendekatan One
Group Pretest-Posttes. Jumlah sampel sebanyak 22 orang. teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik accidental
sampling. Analisa data dilakukan univariat dan bivariat dilakukan dengan uji t-test
menggunakan spss versi 22.
Nilai rata-rata sebelum diberikan terapi storytelling yaitu 32.55 sedangkan
rata-rata sesudah diberikan terapi storytelling yaitu 23.59. Uji analisa bivariat
pengaruh terapi storytelling terhadap kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah
di RSUD Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan 2020 dianalisis dengan uji
statistik paried t-test didapatkan p=0,000 dari p ≤ 0,05.
Disarankan kepada perawat ruangan ataupun bidan ruangan penelitian ini
dapat menjadi landasan pelaksanaan program kegiatan bimbingan, pembinaan dan
83

konseling dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang factor yang


mempengaruhi kecemasan hospitalisasi anak, terapi storyteling agar kecemasan
hospitalisasi pada anak usia prasekolah menurun.

Kata kunci : Anak prasekolah, kecemasan, Storytelling

Keterangan : 1: Calon Sarjana Keperawatan


2: Pembimbing ABSTRACT

vii
84

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .....................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
ABSTRAK ..............................................................................................................vi
ABSTRACT...........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN.................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................8
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep perkembangan anak usia prasekolah..........................................11


1. Pengertian anak usia prasekolah.........................................................11
2. Perkembangan anak usia prasekolah..................................................12
B. Konsep hospitalisasi anak.......................................................................14
85

1. Pengertian...........................................................................................14
2. Reaksi terhadap hospitalisasi pada anak.............................................15
C. Konsep kecemasan..................................................................................15
1. Pengertian...........................................................................................15
2. Gejala kecemasan...............................................................................16
3. Macam-macam kecemasan.................................................................16
4. Tahap respon perilaku kecemasan anak.............................................17
5. Tingkat kecemasan.............................................................................18
6. Mekanisme coping kecemasan...........................................................19
7. Faktor-faktor mempengaruhi kecemasan hospitalisasi Anak
prasekolah...........................................................................................20
vii
8. dampak kecemasan hospitalisasi ......................................................25
9. Tindakan menurunkan kecemasan anak hospitalisasi........................25
10. Pengukuran kecemasan.....................................................................29
D. Konsep terapi storytelling ......................................................................30
1. Pengertian ..........................................................................................30
2. Jenis-jenis terapi storytelling..............................................................30
3. Manfaat terapi storytelling.................................................................31
4. Pengaruh terapi storytelling..............................................................32
E. Penelitian Sebelumnya Kecemasan Dan Storytelling ............................34
F. Kerangka teori.........................................................................................35

BAB III Kerangka konsep, Variabel penelitian, dan Difinisi operasional

A. Kerangka Konsep ...................................................................................36


B. Definisi Operasional ...............................................................................37
C. Hipotesis..................................................................................................38
BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian.....................................................................................39
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ...............................................................40
C. Populasi Dan Sampel..............................................................................40
86

D. Instrumen Penelitian................................................................................42
E. Teknik Pengumpulan Data, Pengumpulan Data Dan Analisis Data.......43
F. Etika Penelitian.......................................................................................48
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ......................................................................................50


1. Gambaran Lokasi Penelitian ...............................................................50
2. Jalannya Penelitian .............................................................................51
3. Analisa Univariat ................................................................................53
4. Uji Normalitas.....................................................................................55
5. Analisa Bivariat ..................................................................................56

B. Pembahasan ............................................................................................56

BAB VI HASIL PENELITIAN

A. Kesimpulan .............................................................................................67
B. Saran .......................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA
87

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul lampiran
1. Surat Penelitian dari Fikes
2. Permohonan Menjadi Responden
3. Persetujuan Menjadi Responden
4. Protokol Penelitian Storytelling
5. Kuisioner Penelitian
6. Surat dari rekomendasi/surat izin penelitian dari DMPTSP
7. Surat izin penelitian dari RSUD
8. Surat keterangan selesai penelitian dari RSUD
9. Master Tabel
10. Hasil Analisa Data
88

DAFTAR TABEL

Nomor xi
Judul Tabel Halaman
3.1 Difinisi Operasional Terapi Storytelling Dan 37
Kecemasan
5.1 Distribusi Katateristik Responden 52
5.2 Nilai Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Kecemasan 54
Hospitalisasi di Berikan Terapi Storytelling Terhadap
Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah di
RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten
Bengkulu Selatan Tahun 2020
5.3 Nilai selisih Rata-Rata Sebelum dan Sesudah 55
Kecemasan Hospitalisasi di Berikan Terapi
Storytelling Terhadap Kecemasan Hospitalisasi
Anak Usia Prasekolah di RSUD Hasanuddin Damrah
Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020
5.4 Uji Normalitas Kecemasan Hospitalisasi Sebelum 55
dan Sesudah di Berikan Terapi Storytelling Terhadap
Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah di
RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten
Bengkulu Selatan Tahun 2020
Pengaruh Terapi Storytelling Terhadap Kecemasan 56
5.5 Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah di RSUD
Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu
Selatan Tahun 2020
89

DAFTAR BAGAN
x
Nomor Judul Bagan Halaman
3.1 Kerangka Teori 35
3.2 Kerangka Konsep 36
90

xii

LAMPIRAN
91
92

Lampiran 1
93

Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Bapak/Ibu Di RSUD Hasanuddin Damrah Manna

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah mahasiswa ilmu keperawatan FIKes

Universitas Dehasen Bengkulu

Nama : ELLA GUSTIKA

NPM : 172426179 SPP

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi storytelling Terhadap


Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah Di RSUD Hasanuddin Damrah
Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2020”.
Bersama ini peneliti mohon kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden dan

menandatangani lembar persetujuan. Kerahasiaan akan dijaga dan dipergunakan

untuk kepentingan penelitian. Atas kesediaan menjadi responden dan kerjasamanya

saya ucapkan terimakasih.

Bengkulu,.............2020

TTD

Peneliti
94

Lampiran 3

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, setelah membaca dan memahami

surat pengantar responden, menyatakan bersedia menjadi responden untuk penelitian

yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan S1 Keperawatan FIKes Dehasen Bengkulu

dengan judul : “Pengaruh Terapi Storytelling Terhadap Kecemasan Hospitalisasi

Anak Usia Prasekolah Di RSUD Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu

Selatan Tahun 2020”.

Kesediaan saya menjadi responden atas kesediaan saya sendiri dan tanpa ada

paksaan dari pihak manapun karena saya memahami bahwa data dan informasi yang

saya berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan

penelitian demi pengembangan ilmu keperawatan serta tidak akan merugikan bagi

saya.

Bengkulu,...................... 2020

Responden

(.........................................)
95

Lampiran 4

PROTOKOL PENELITIAN

STORYTELLING

Pengertian Terapi storytelling merupakan salah satu teknik bercerita dalam

menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita

kepada anak-anak melalui lisan (Lumbansiantar Rupdi, 2012)

Tujuan Menurunkan kecemasan pada anak prasekolah yang mengalami

kecemasan hospitalisasi.

Persiapan klien 1. Memberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan

2. Atur posisi klien dalam posisi senyaman mungkin

3. Atur ruang tenang dan nyaman

Persiapan Alat 1. Buku cerita

2. Boneka

3. Lembar kuesioner

4. Alat tulis

Langkah-langkah 1. Cuci tangan

pelaksanaan 2. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan kedatangan

4. Menjelaskan langkah dan prosedur

5. Mempersiapkan lingkungan

6. Lakukan pengukuran dengan menggunakan kuesioner

kecemasan (pretest)
96

7. Pasien diminta untuk mendengarkan cerita si kancil dan siput,

kancil dan buaya, cinderella, rapunzel dengan waktu 20 menit

menggunakan boneka dan buku cerita Judul Kumpulan

dongeng si kancil penulis Rahimsyah AR. MB Tahun 2017

dan Buku cerita judul Kumpulan anak sedeunia terbaik

penulis Maulana Gibran Tahun 2017.

8. Jika pasien merasa jenuh maka hentikan cerita.

9. Berikan kesempatan pada anak untuk menceritakan cerita

10. Mengakhiri cerita

11. Lakukan pengukuran dengan menggunakan kuesioner

kecemasan (posttest)

12. Menanyakan perasaan anak

13. Merapikan alat

14. Mengakhiri kegiatan dengan mengucapkan salam

15. Dokumentasikan

(Lumbansiantar Rupdi, 2012)


97

Lampiran 5

KUESIONER
PENGARUH TERAPI STORYTELLING TERHADAP KECEMASAN

HOSPITALISASI ANAK USIA PRASEKOLAH DI RSUD

HASANUDDIN DAMRAH MANNA KABUPATEN

BENGKULU SELATAN TAHUN 2020

No Responden:

A. Biodata
1. Data Anak
Nama : Jenis Kelamin:
Usia : Hari Rawat :
2. Data Orang Tua/keluarga
Nama :
Alamat :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan
B. Petunjuk pengisian
1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan. Kemudian jawablah pertanyaan
sesuai dengan keadaan anda yang sesungguhnya. Apabila terdapat
pertanyaan yang tidak dimenngerti, anda dapat menanyakannya kepada
pihak kami.
2. kriteria jawaban dalam lembar kuesioner ini, sebagai berikut
TP :Tidak Pernah (hal yang tidak pernah dilakukan sama sekali)
KD :Kadang-kadang (hal yang dilakukan hanya kalau lagi mau saja)
SR :Sering (hal yang dilakukan terus menerus namun tidak tiap hari )
SL :Selalu (hal tersebut rutin dilakukan setiap hari maupun terjadwal)
98

Berilah tanda ceklist (√) pada jawaban yang anda pilih!


No. Pernyataan TP KD SR SL
1 Anak mengatakan ingin bermain
2 Anak tidak marah jika harus dirawat di rumah sakit
3 Anak dapat dengan cepat beradaptasi dengan perawat
atau dokter
4 Anak akrab dengan perawat atau dokter
5 Anak tidak bertanya saat akan dilakukan tindakan
pengobatan
6 Anak mengatakan takut bila melihat perawat membawa
alat suntik
7 Anak memeluk ibu/keluarga saat akan diperiksa oleh
perawat atau dokter
8 Anak mengatakan takut apabila ada bekas luka akibat
di suntik
9 Anak mengatakan hanya ingin tiduran
10 Anak tidak ingin diajak mengobrol dengan teman
sekamarnya
11 Anak mengatakan bermimpi buruk
12 Anak menolak untuk minum obat
13 Anak menolak untuk di suntik
14 Anak berteriak-teriak saat akan disuntuk
15 Anak membentak-bentak perawat atau dokter
16 Anak cemas saat akan disuntik
17 Anak mengatakan takut jika tidak dapat sembuh
18 Anak memaksa agar segera keluar dari rumah sakit
19 Anak mengompol saat di rumah sakit
20 Anak menangis ketika diperiksa oleh perawat atau
dokter
99

21 Anak mengatakan tidak suka dengan perawat atau


dokter
22 Anak mengusir perawat atau dokter saat akan masuk ke
ruangan
23 Anak mengatakan tidak suka dengan lingkungan rumah
sakit
24 Anak tidak ingin melihat teman sekamarnya
25 Anak sulit makan saat dirawat di rumah sakit
(Hasim, 2013)
100

Lampiran 6
101

Lampiran 7
102

Lampiran 8
103

Lampiran 9

MASTER TABLE

Data Anak Data Orang Tua


No Jenis Hari
Usi Usi
Nama Kelami Rawa Nama Pendidika
a a
n t Alamat n Pekerjaan
Ny.A Air Nipis
1 An.Da 3 P 2 n 34 SMA Tani
2 An. li 4 P 2 Ny.Ki 23 Matang Bangaw SMK IRT
3 An. Sa 4 P 1 Ny. Ti 41 Pagar Dewa Manna SMA IRT
Ny.Y Rukis
4 An. Al 4 L 2 u 32 SMP Tani
An. Tanjung Aur
5 Za 5 L 1 Ny.Be 28 SMP Tani
6 An.Wi 3 P 2 Ny.Ze 28 Air Nipis SMP Pedagang
An.M Ketaping
7 e 3 P 2 Ny. Si 30 SD Tani
8 An. El 3 P 1 Ny.Ka 29 Air Babatan SD Tani
9 An. Di 5 L 1 Ny.Mi 33 Rukis SMA IRT
10 An. Li 5 P 1 Ny. Li 40 Kembang Ayun S1 PNS
11 An. Je 4 L 1 Ny.Ed 20 Talang Panjang SD Tani
12 An. Ni 6 P 1 Ny. El 25 Ibul SD IRT
Ny.W Ulu Manna
13 An.Be 6 P 1 i 25 SMP IRT
14 An.Va 6 P 1 Ny.Ce 28 Matang Bangaw SMP Pedagang
Ny. Air Nipis
15 An.Ro 4 L 2 Ri 35 SMP Tani
16 An. Fa 6 L 1 Ny.Se 35 Padang Kapok SMA Tani
17 An.He 4 L 1 Ny.Ly 27 Simpang Rukis SMA Pedagang
18 An. Se 5 P 1 Ny.Di 45 Sekunyit SMA Tani
19 An. Ri 5 P 1 Ny.Ra 31 Penindaian Kedurang SMA IRT
An.M Sekunyit
20 a 5 P 1 Ny.As 37 SMP IRT
21 An. Si 6 P 1 Ny.Ta 30 Padang Serai SMA IRT
22 An.Ek 3 P 1 Ny. Si 24 Seginim SMP Tani
104

Analisa Kateristik
Frequencies
Statistics
Usia Jenis_Kelamin Hari_Rawat Usia _Ortu Pendidikan Pekerjaan
N Valid 22 22 22 22 22 22
Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Usia_Anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 5 22.7 22.7 22.7
4 6 27.3 27.3 50.0
5 6 27.3 27.3 77.3
6 5 22.7 22.7 100.0
Total 22 100.0 100.0

Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 7 31.8 31.8 31.8
P 15 68.2 68.2 100.0
Total 22 100.0 100.0

Hari_Rawat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 16 72.7 72.7 72.7
2 6 27.3 27.3 100.0
Total 22 100.0 100.0

Usia_Ortu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
105

Valid 20 1 4.5 4.5 4.5


23 1 4.5 4.5 9.1
24 1 4.5 4.5 13.6
25 2 9.1 9.1 22.7
27 1 4.5 4.5 27.3
28 3 13.6 13.6 40.9
29 1 4.5 4.5 45.5
30 2 9.1 9.1 54.5
31 1 4.5 4.5 59.1
32 1 4.5 4.5 63.6
33 1 4.5 4.5 68.2
34 1 4.5 4.5 72.7
35 2 9.1 9.1 81.8
37 1 4.5 4.5 86.4
40 1 4.5 4.5 90.9
41 1 4.5 4.5 95.5
45 1 4.5 4.5 100.0
Total 22 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid S1 1 4.5 4.5 4.5
SD 4 18.2 18.2 22.7
SMA 8 36.4 36.4 59.1
SMK 1 4.5 4.5 63.6
SMP 8 36.4 36.4 100.0
Total 22 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PNS 1 4.5 4.5 4.5
IRT 8 36.4 36.4 40.9
Pedagang 3 13.6 13.6 54.5
TANI 10 45.5 45.5 100.0
Total 22 100.0 100.0
106

MASTER TABLE

PENURUNAN KECEMASAN HOSPITALISASI

Data Orang
Kecemasan Hospitalisasi
Data Anak Tua
No Sebelum Sesudah
Nama Umur Nama Umur
Skor Kategori Skor Kategori

1 An. Da 3 Ny. A 34 28 Ringan 22 Ringan

2 An. li 4 Ny. K 23 30 Ringan 20 Ringan

3 An. Sa 4 Ny. T 41 29 Ringan 19 Ringan

4 An. Al 4 Ny. Y 32 32 Sedang 25 Ringan

5 An. Za 5 Ny. B 28 34 Sedang 24 Ringan

6 An. Wi 3 Ny. Z 28 37 Sedang 24 Ringan

7 An. Me 3 Ny. S 30 30 Ringan 22 Ringan

8 An. El 3 Ny. K 29 38 Sedang 25 Ringan

9 An. Di 5 Ny. M 33 34 Sedang 22 Ringan

10 An. Li 5 Ny. L 40 30 Ringan 25 Ringan

11 An. Je 4 Ny. E 20 25 Ringan 20 Ringan

12 An. Ni 6 Ny. E 25 39 Sedang 31 Sedang

13 An. Be 6 Ny. W 25 27 Ringan 20 Ringan

14 An. Va 6 Ny. Ce 28 33 Sedang 26 Ringan

15 An. Ro 4 Ny. Ri 35 33 Sedang 24 Ringan


107

16 An. Fa 6 Ny. Se 35 40 Sedang 29 Ringan

17 An. He 4 Ny. Ly 27 47 Sedang 25 Ringan

18 An. Se 5 Ny. Di 45 28 Ringan 21 Ringan

19 An. Ri 5 Ny. Ra 31 38 Sedang 30 Ringan

20 An. Ma 5 Ny. As 37 30 Ringan 17 Ringan

21 An. Si 6 Ny. Ta 30 40 Sedang 31 Sedang

22 An. Ek 3 Ny. Si 24 24 Ringan 15 Ringan

Lampiran 10
HASIL ANALISA DATA

A. Distribusi Statistik Nilai Rata-Rata Kecemasan Hospitalisasi Sebelum dan


Sesudah diberikan Terapi Storytelling.

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kecemasan
Hospitalisasi 22 100.0% 0 0.0% 22 100.0%
(Sebelum)
Kecemasan
Hospitalisasi 22 100.0% 0 0.0% 22 100.0%
(Sesudah)

Descriptives
Statistic Std. Error
Kecemasan Mean 32.55 1.038
108

Hospitalisasi 95% Confidence Lower


30.39
(Sebelum) Interval for Mean Bound
Upper
34.70
Bound
5% Trimmed Mean 32.60
Median 32.50
Variance 23.688
Std. Deviation 4.867
Minimum 24
Maximum 40
Range 16
Interquartile Range 9
Skewness .037 .491
Kurtosis -1.088 .953
Kecemasan Mean 23.50 .913
Hospitalisasi 95% Confidence Lower
(Sesudah) 21.60
Interval for Mean Bound
Upper
25.40
Bound
5% Trimmed Mean 23.55
Median 24.00
Variance 18.357
Std. Deviation 4.285
Minimum 15
Maximum 31
Range 16
Interquartile Range 5
Skewness .120 .491
Kurtosis -.281 .953

B. Uji Normalitas Data Kecemasan Hospitalisasi Sebelum dan Sesudah


diberikan Terapi Storytelling.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kecemasan Hospitalisasi
.154 22 .190 .949 22 .306
(Sebelum)
Kecemasan Hospitalisasi
.136 22 .200* .963 22 .561
(Sesudah)
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
109

HASIL ANALISA DATA


PENGARUH TERAPI STORYTELLING TERHADAP
KECEMASAN HOSPITALISASI ANAK USIA
PRASEKOLAH DI RSUD HASANUDDIN
DAMRAH MANNA KABUPATEN
BENGKULU SELATAN
TAHUN 2020

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 Kecemasan
32.55 22 4.867 1.038
Hospitalisasi (Sebelum)
Kecemasan
23.50 22 4.285 .913
Hospitalisasi (Sesudah)

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
110

Pair 1 Kecemasan
Hospitalisasi (Sebelum)
22 .856 .000
& Kecemasan
Hospitalisasi (Sesudah)

Paired Samples Test


Pair 1
Kecemasan Hospitalisasi
(Sebelum) - Kecemasan
Hospitalisasi (Sesudah)
Paired Mean 9.045
Differences Std. Deviation 2.516
Std. Error Mean .536
95% Confidence Lower 7.930
Interval of the Upper
Difference 10.161
T 16.862
Df 21
Sig. (2-tailed) .000
111

Anda mungkin juga menyukai