Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa kanak-kanak adalah tahap awal pertumbuhan dan perkembangan yang terdiri
usia 1-3 tahun (toddler) dan usia 3-6 tahun (pra sekolah). Anak yang di rawat di rumah sakit
akan mengalami suatu krisis karena anak mencoba beradaptasi denan lingkungan rumah sakit.
Keadaan ini dapat menjadi stressor bagi anak dan orang tua (Wong, 2009). Selain itu,
tindakan yang akan di lakukan kepada anak juga dapat menjadi stressor dan menyebabkan
perasaan cemas, gangguan tidur, rasa nyeri atau ketidaknyamanan fisik sehingga anak akan
memberikan reaksi selama di rawat di rumah sakit seperti menangis, marah dan tidak
kooperatif dengan perawat. Keadaan tersebut dapat menjadi salah satu penghambat dalam
keberhasilan pelaksanaan prosedur keperawatan (Potter & Perry, 2009).
Kondisi lingkungan rumah sakit merupakan salah satu penyebab kecemasan bagi
anak-anak baik lingkungan sosial seperti sesama anak yang dirawat seperti sikap atau
interaksi petugas dan lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruangan perawatan,
peralatan rumah sakit, bau khas rumah sakit, petugas rumah sakit, dan pakaian putih petugas
(Supartini, 2012). Kecemasan merupakan suatu respon dari anak yang tidak menyenangkan
yang terjadi setiap anak yang mengalami sakit khususnya usia 4-6 tahun yang mengalami
hospitalisasi. Hal yang membuat seorang anak mengalami hospitalisasi seperti perpisahan
pada lingkungan yang dirasa aman dan nyaman, perubahan fisik/status kesehatan yang dapat
menimbulkan kecemasan dan memperparah keadaan anak selama mengalami perawatan di
rumah sakit (Sutrisno, 2017).
Hospitalisasi merupakan suatu proses bagi anak untuk berada di rumah sakit
menjalani pengobatan dan perawatan sampai keadaan pulih dan dapat dipulangkan kembali ke
rumah.Selama proses hospitalisasi, anak-anak akan mengalami berbagai pengalaman
perawatan yang dapat menyebabkan stress dan trauma. Kecemasan dan ketakutan merupakan
salah satu dampak dari hospitalisasi, rasa cemas saat menjalani hospitalisasi yang dirasakan
oleh anak disebabkan karena menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit yang
asing bagi anak . Perasaan itu timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah
dialami sebelumnya serta tidak nyaman karena merasakan sesuatu yang menyakitkan
(Aliyah& Rusmariana, 2021).
Berdasarkan data WHO pada tahun 2018 menjelaskan bahwa anak yang mengalami
perawatan di rumah sakit sebesar 27% mengalami hospitalisasi (WHO,2018). Angka
kesakitan anak di Indonesia mencapai lebih dari 45% dari jumlah populasi anak di Indonesia.
Sehingga peningkatan hospitalisasi pada anak sebesar 13% dibandingkan pada tahun 2017
(Kemenkes, 2017).
Pada anak yang mengalami hospitalisasi di sebabkan karena perpisahan, ketakutan
tentang tubuh yang akan di sakiti dan nyeri. Dampak dari hospitalisasi pada anak pra sekolah
dapat menganggu tumbu kembang anak, proses penyembuhan dan trauma pada anak setelah
keluar dari rumah sakit (Ihsan dkk, 2018). Pada kondisi ini dapat menimbulkan ketakutan dan
kecemasan bagi anak dampak kecemasan bagi anak yang dapat menyebabkan perubahan
fisiologis dan psikologis pada anak jika anak tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan
tersebut (Saputro & Fazrin, 2017).
Meningkatnya angka kejadian hospitalisasi anak di Indonesia Perawat merupakan
anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan anak dan orang tuanya. Peran dan fungsi
perawat anak sangatlah diperlukan terutama dalam bentuk pemberi perawatan, sebagai
advocate keluarga, pencegahan penyakit, pendidik, konseling, kolaborasi, pengambil
keputusan etik (Hidayat, 2012). Upaya yang dilakukan salah satunya ialah perawat sebagai
pembinaan hubungan terapeutik yaitu dengan cara memberikan terapi bermain dengan
bercerita sehingga mampu dipercaya sebagai penurunan kecemasan akibat dampak
hospitalisasi.
Peran perawat dalam proses hospitalisasi anak antara lain membangun hubungan
yang mendukung antar tim perawatan kesehatan anak, menerapkan intervensi pencegahan
ansietas untuk orang tua dari anak-anak yang menjalani hospitalisasi, menilai apakah orang
tua menunjukan faktor resiko ansietas dan juga menerapkan intervensi untuk mengurangi
faktor resiko ansietas (Ayu, 2018).
Terapi bermain merupakan salah satu teknik yang akan membantu menurunkan
ketegangan emosional yang dirasakan anak. Secara bertahap respon psikis maupun fisiologis
kecemasan dan ketakutan akan berkurang dan kepercayaan diri anak akan berkembang
optimal. Kesempatan bermain bagi anak seharusnya didapatkan dimana saja, termasuk ketika
anak dirawat di rumah sakit .Mendongeng merupakan salah satu dari teknik bermain
sederhana yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan anak usia pra sekolah yang
menjalani hospitalisasi. Mendongeng merupakan metode tepat yang mampu membuat anak-
anak memahami situasi yang terjadi, mengenali dan mengekspresikan emosinya dengan benar
dan meminimalkan dampak negatif dari situasi yang dihadapi.Selain itu, mendongeng
memungkinkan anak-anak untuk berpartisipasi, bereksperimen dan merefleksikan emosi dan
strategi yang diperlukan dalam mengembangkan.
Bermain adalah cara efektif untuk mengatasi dampak selama proses rawat inap.
Melalui bermain anak dapat mengekspresikan semua yang mereka harapkan,
mengembangkan keterampilan dan kemampuan motorik anak, mereka dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anak (Pawiliyah, 2019).
Terapi bercerita dan mendongeng dapat menurunkan kecemasan pada anak 4-6 tahun karena
mendongeng dapat membuat anak menjadi tenang dengan bercerita yang disajikan dapat
membuat anak menyesuaiakan diri dengan lingkungan rumah sakit (Seyedah, 2018).
Prevalensi gangguan kecemasan yang terjadi pada anak saat dirumah sakit berkisar
pada angka 60-80% dari populasi umum (Rikesdas, 2018). Masalah kecemasan pada anak
merupakan masalah yang perlu di tangani dengan baik oleh perawat, mengingat efek negatif
yang bisa di timbulkan dari perasaan cemas itu sendiri. Selain terapi farmakologis, terapi non
farmakologis sering menjadi terapi komplementer yang di gunakan untuk menangani
permasalahan terkait ansietas, penyebab kecemasan pada anak sendiri berbeda-beda terkait
dengan perkembangan usia anak seperti usia toodler 1-3 tahun anak akan merasa asing
dengan suasana dan lingkungan yang berada di rumah sakit, hal tersebut dapat menimbulkan
kecemasan pada anak. Pada usia pra sekolah 4-6 tahun penyebab utama kecemasannya yaitu
khawatir di tinggal sendiri, takut akan kegelapan serta takut mengalami cidera atas sakit yang
di alaminya. Saat anak usia sekolah 6-12 tahun penyebab yang muncul adalah anak masih
takut untuk di tinggal sendiri dan pada usia ini anak sangat membutuhkan dukungan serta
dampingan dari orang tua (Kartika et al, 2021).
Data World Health Organization (2019), di Amerika menyebutkan sebanyak 50%
anak mengalami kecemasan yang di akibatkan oleh hospitalisasi saat melakukan perawatan.
Anak yang menjalani hospitalisasi sebagian besar mengalami kecemasan tingkat ringan
sebanyak 68,3% dan mengalami kecemasan tingkat sedang sebanyak 31,7%. Sehingga
prevalensi anak yang mengalami kecemasan saat hospitalisasi mencapai 75%. Selain itu, data
dari Survei Ekonomi Nasional pada tahun 2011 terdapat sebanyak 30,82% penduduk
Indonesia yang di perkirakan dari 35 per 100 anak mengalami kecemasan saat melakukan
perawatan di rumah sakit (Saputro et al, 2017).
Berdasarkan data Riskesdas (2018), bronkopneumonia berkontribusi terhadap 14%
kematian pada anak di dunia. Prevalensi bronkopneumonia berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan adalah 2% dan 4% berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala. Penelitian
yang dilakukan oleh Lemos et al (2016), menunjukan bahwa persentase anak usia pra sekolah
(3-6 tahun) yang dirawat di rumah sakit sebanyak 52,38% sedangkan persentase anak usia
sekolah (7-11 tahun) yakini 47,62%. Hal ini menunjukan bahwa anak usia pra sekolah lebih
rentan terkena penyakit serta takut dan cemas mendapatkan perawatan saat di rumah sakit.
Anak usia pra sekolah belum mampu mengenal, memahami dan mengatasi masalah
yang di hadapinya. Perawatan anak usia pra sekolah di rumah sakit dapat menimbulkan
dampak terhadap anak yang di rawat ada berbagai kejadian selama dampak hospitalisasi yang
memimbulkan stressor dan trauma sehingga dampak perilaku pada anak pra sekolah saat di
rawat di rumah sakit dapat di lihat dari perilaku anak tersebut adalah penolakan terhadap
suatu tindakan, menghindar dari situasi yang membuatnya tertekan dan bersikap tidak
kooperatif terhadap petugas (Nursalam, 2017). Dampak hospitalisasi secara umum pada anak
kehilangan kontrol, luka pada tubuh dan rasa nyeri. Maka keterlibatan orang tua senantiasa di
butuhkan untuk mendampingi anak, memberi dukungan secara fisik meupun emosional
(Susilaningrum, 2013).
Terapi bermain mendongeng merupakan salah satu dari teknik bermain sederhana
yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan anak usia pra sekolah yang menjalani
hospitalisasi. Mendongeng merupakan metode tepat yang mampu membuat anak-anak
memahami situasi yang terjadi, mengenali dan mengekspresikan emosinya dengan benar dan
meminimalkan dampak negatif dari situasi yang dihadapi. Selain itu, mendongeng
memungkinkan anak-anak untuk berpartisipasi, bereksperimen dan merefleksikan emosi dan
strategi yang diperlukan dalam mengembangkan solusi yang berkelanjutan terhadap masalah
yang dihadapi.
Berdasarkan hasil studi penelitian yang dilakukan di RS Nurhidayah Bantul pada
bulan Mei 2023 didapatkan data yaitu sebanyak di dapatkan data sebanyak 58% kasus
bronkopneumonia dari jumlah seluruh kasus di ruang anak yaitu Ruang Arafah menduduki
selama 3 bulan terakhir dan dari hasil wawancara yang dilakukan kepada perawat jaga di
dapatkan data bahwa banyak anak yang mengalami ansietas yang disebabkan oleh
pengalaman pertama di rawat di rumah sakit. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di RS Nurhidayah Bantul.
Keterkaitan dengan kecemasan yang di hadapi seseorang dalam menghadapi penyakit
di jelaskan di dalam hadist yang berbunyi “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan
atau penyakit atau kekhawatiran (cemas) atau kesedihan atau gangguan, bahkan dari yang
melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan karena nya” (Hadist
Riwayat Bukhari no.5642 dan Muslim no. 2573). Berdasarkan fenomena yang telah di
paparkan di atas, dan di dukung dengan adanya data-data beserta dengan hadist yang ada
akurat hal ini tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
penerapan intervensi terapi mendongeng pada anak usia pra sekolah yang mengalami
hospitalisasi dengan masalah keperawatan ansietas.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah ”Bagaimana Penerapan Terapi Mendongeng


Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Dengan Masalah Keperawatan
Ansietas?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis penerapan terapi mendongeng pada anak usia pra
sekolah yang mengalami hospitalisasi dengan masalah keperawatan ansietas.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan masalah ansietas sebelum
di lakukan intervensi
b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada anak dengan masalah keperawatan
ansietas
c. Memaparkan dan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
perencanaan keperawatan terhadap anak dengan masalah keperawatan ansietas
d. Melakukan penerapan terapi mendongeng untuk masalah keperawatan ansietas.
e. Memaparkan evaluasi keperawatan sesuai dengan outcome yang di capai.
f. Melakukan penerapan terapi mendongeng untuk masalah keperawatan ansietas.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan laporan kasus ini diharapkan memberikan manfaat antara lain bagi:
1) Manfaat Teoritis Bagi Keperawatan Anak
Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan sebagai acuan untuk memberikan
intervensi dalam masalah keperawatan anak.
2) Manfaat Praktisi
a. Bagi Responden dan Orang Tua Responden
Hasil penelitian terapi mendongeng pada klien dengan masalah keperawatan
ansietas ini di harapkan dapat di terapkan di rumah oleh orang tua dan keluarga.
b. Bagi Perawat
Sebagai salah satu masukan bagi Perawat untuk meningkatkan efesiensi dan
efektifitas kinerja sebagai perawat dalam menjalankan tugas melayani para klien
dengan masalah ansietas pada anak di ruang rawat inap.
c. Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi bagi pembaca untuk meningkatkan pengetahuan
tentang asuhan keperawatan serta tanda dan gejala dari masalah ansietas pada
anak hospitalisasi.

E. Keaslian Penelitian
1. Jumasing, dkk (2020), melakukan penelitian dengan judul “Terapi Mendongeng Si Kancil
Terhadap Penurunan Kecemasan Anak Hospitalisasi Di RSUD Haji Makasar”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui terapi dongeng si kancil terhadap penurunan
kecemasan anak.Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan desain pre
eksperimen one grup pre-post and post-test design dengan melakukan pre-test terlebih
dahulu pada responden, melakukan pengukuran tingkat kecemasan menggunakan
kuesioner Dass 42 yang telah di modifikasi, kemudian selanjut post-test diberikan
perlakuan dongeng si Kancil menggunakan boneka tangan dan buku. Populasi dalam
penelitian ini adalah anak prasekolah usia 4-6 tahun yang sedang menjalani perawatan di
Haji Provinsi Makassar dengan jumlah 6 responden. Sampel penelitian diambil
menggunakan porposive sampling sehingga di dapatkan sebanyak 16 responden. Hasil
penelitian menggunakan uji alternatif wilcoxon yang mendapatkan hasil dongeng si
Kancil mendapat hasil p=0,000 atau (<0,05) yang berarti memiliki hasil yang bermakna.
Dapat di simpulkan bahwa dongeng si kancil memiliki hasil yang signifikan terhadap
penurunan kecemasan pada hospitalisasi. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-
sama mengangkat permasalahan kecemasan pada anak yang mengalami hospitalisasi,
perbedaan dalam penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah
desain pre eksperimen one grup pre-post and post-test design sedangkan penelitian ini
menggunakan metode studi kasus.
2. Pawiliyah & Liza (2019), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Bermain
Mendongeng Dengan Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat
Hospitalisasi”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
bermain mendongeng dengan penurunan tingkat kecemasan pada anak usia pra sekolah di
RSUD Dr. Sobirin Lubuklinggau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan desain penelitian Pre Eksperimental One Group Pre-Post Test Design.
Hasil penelitian ini di dapatkan hasil mean 10,50 Wilcoxon Test Asym 0,000 < 0,005.,
sehingga dari penelitian ini terdapat pengaruh terapi bermain mendongeng terhadap skor
kecemasan anak usia pra sekolah yang dirawat di RSUD Dr. Sobirin Lubuklinggau.
Persamaan dalam penelitian ini adalah terdapat pada variable penggunaan terapi
mendongeng dengan variable kedua ialah kecemasan. Perbedaan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian, analisa data, jenis penelitian dan desain penelitian.
3. Ramadhan (2022), melakukan penelitian dengan judul “Terapi Storytelling Berpengaruh
Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Saat Menjalani
Hospitalisasi Di Rumah Sakit”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh terapi storytelling terhadap penurunan kecemasan pada anak usia pra sekolah
yang menjalani hospitalisasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre
eksperimental dengan jenis one group pre test post test yang bertujuan untuk melihat
pengaruh antara pemberian terapi storytelling terhadap tingkat kecemasan anak usia pra
sekolah. Hasil dalam penelitian ini adalah uji statistik T-Test diperoleh angka signifikan
atau nilai probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standar signifikan dari 0,05 atau (p < α),
maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh terapi storytelling terhadap
penurunan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun).
Persamaan dalam penelitian ini adalah terdapat pada variable penggunaan terapi
mendongeng dengan variable kedua ialah kecemasan. Perbedaan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian, analisa data, jenis penelitian dan desain penelitian.

Anda mungkin juga menyukai