Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hospitalisasi didefinisikan oleh Merriam-Webster Dictionary sebagai

suatu tindakan/proses perawatan di rumah sakit atau suatu keadaan seseorang

dirawat di rumah sakit (Merriam-Webster, 2015). Dalam terminologi

keperawatan anak, hospitalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi

dimana anak harus dirawat dirumah sakit dalam periode waktu tertentu

dikarenakan kondisi kritis maupun terencana. Terdapat banyak hal yang terjadi

pada anak dalam proses hospitalisasi yang harus diperhatikan oleh perawat

anak.

Berdasarkan data world health organization (WHO) tahun 2018 bahwa

3-10% anak yang dirawat di Amerika Serikat mengalami stress selama

hospitalisasi, sekitar 3-7% dari anak umur sekolah yang dirawat di Jerman juga

mengalami hal yang serupa, 5-10% anak di Kanada dan Selandia baru juga

mengalami tanda stress selama hospitalisasi. Menurut data Every Women

Every Child tahun 2015 dari 200 juta anak di dunia 5,9 juta penyebab anak

yang paling sering mengeluhkan masalah kesehatan adalah karena penyakit

infeksi seperti pneumonia, dalam diare, sepsis dan malaria sehingga secara

global menyebabkan 25% anak-anak mengalami pertumbuhan terhambat. Pada

tahun 2013-2018 data anak yang melakukan perawatan dengan penyakit seperti

ISPA di Afghanistan 62% anak yang dirawat, Coloumbia 64% anak yang
dirawat dan di Haiti 37% anak yang dirawat sedangkan penyakit seperti malaria

di Afghanistan 63% anak dirawat, Coloumbia 54%, dan di Haiti 40% anak

yang dirawat (World Health Organization et al. 2019).

Data Survei Kesehatan Nasional tahun 2020 menyampaikan angka

kesakitan anak di Indonesia pada daerah perkotaan berdasarkan kelompok usia

dilaporkan sebesar 43,73% pada usia 0-4 tahun, 34,81% pada usia 5-9 tahun,

25,45% pada usia 10-14 tahun, 20,79% pada usia 15-17 tahun. Anak yang

dirawat di rumah sakit berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini

disebut dengan hospitalisasi. Anak yang dirawat di rumah sakit mengalami

krisis perubahan status kesehatan dan lingkungan. Dan Data kesehatan

Indonesia 2021 menunjukan data kesehatananak usia <1 tahun 15,1%, 1-4

tahun terkena kasus campak 26,7%, 5-9 tahun 18,2%, 10-14 tahun 10,8% lebih

dari 14 tahun 29,3%, kasus TB anak 0-14 tahun 9,7%, kasus pneumonia pada

balita sebesar 31,4%, kasus diare pada semua usia sebesar 33,6% dan pada

balita sebesar 23,8% dan 39.96% menjalani rawat inap dirumah sakit swasta,

38,49% dirawat dirumah sakit pemerintah, 0,21% praktik pengobatan

tradisional/alternatif, 0,26% lainnya, 3,57% praktik bidan, 6,26% praktik klinik

atau dokter bersama, 13,78% menjalani rawat inap dipuskesmas (Profil

Kesehatan Indonesia, 2021).

Data Susenas Maret 2021 menunjukkan sebanyak 11,75 persen anak

usia 0-17 tahun mempunyai keluhan kesehatan dan mengakibatkan

terganggunya kegiatan sehari-hari atau yang bisa disebut mengalami sakit.

Angka kejadian anak yang mengalami hospitalisasi tahun 2021 2,03%


mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, tahun 2019 yaitu 3,94%. Angka

rawat inap 0-17 tahun pada tahun 2019 3,84%, 2020 3,94% dan 2021 2,03%

(Profil Statistik Kesehatan, Dinkes Kota Tangerang 2021).

Pasien anak yang menjalani rawat inap bulan September 2022 dirumah

sakit melati ada 158 anak, ruang anak dirumah sakit melati ada 2 ruangan, yaitu

ruang bougenville dan anggrek. Pasien anak yang menjalani rawat inap diruang

bougenville ada 55, dengan jenis kelamin laki-laki ada 40, anak perempuan 15.

Usia anak yang menjalani rawat inap diruang bougenville dari anak usia 10

bulan sampai dengan 15 tahun, angka rawat inap usia sekolah, anak usia

sekolah yang menjalani rawat inap diruang bougenville ada 15 pasien, dengan

masalah kesehatan paling banyak yaitu bakteri infeksi 18 kasus dan febris

thypoid 18 kasus. Dan pasien yang menjalani rawat inap diruang anggrek ada

116 pasien pada bulan September 2022, laki-laki lebih banyak dibandingkan

perempuan, pasien anak usia sekolah yang menjalani rawat inap ada 25 anak,

dengan kebanyakan kasus 42 kasus bakteri infeksi, yang kedua febris thypoid

dengan 19 kasus (Data pasien September RS Melati, 2022).

Pada anak yang sedang menjalankan rawat inap dirumah sakit dapat

menimbulkan stress. Faktor yang menimbulkan stress ketika anak saat

menjalani hospitalisasi yaitu faktor lingkungan rumah sakit, faktor berpisah

dengan orang yang sangat berarti, faktor kurangnya informasi, faktor

kehilangan kebebasan dan kemandirian, faktor pengalaman yang berkaitan

dengan pelayanan kesehatan, faktor perilaku atau interaksi dengan petugas

rumah sakit (Hulinggi, 2018). Anak yang mengalami stress akan mengalami
gangguan perkembangan. Stress yang dialami anak mempengaruhi tingkat

kesembuhan anak saat dirumah sakit. Stress yang dirasakan seorang anak dapat

memberikan efek negatif dalam perkembangan hidup anak. Perubahan yang

terjadi dapat berupa psikis atau fisik.

Dalam menurunkan tingkat stress pada anak hospitalisasi dapat

menggunakan terapi bermain. Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan

pada anak yang mengalami kecemasan, ketakutan dan mengenal

lingkungannya. Tujuan dari terapi bermain ini adalah menciptakan suasana

aman bagian anak untuk mengekspresikan diri mereka, memahami bagaimana

sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka

serta memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba

sesuatu hal yang baru, selain itu dengan terapi bermain diharapkan anak dapat

melajutkan fase tumbuh kembangnya secara optimal, mengembangkan

kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress

(Saputro, 2017).

Terapi bermain sendiri terbagi menjadi terapi bermain modern dan

terapi tradisional. Terapi bermain, permainan tradisional memiliki nilai besar

dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak. Permainan tradisional

merupakan warisan leluhur, mengandung nilai moral, dan ikut serta

melestarikan budaya bangsa (Syamsurrijal, 2020). Namun demikian terapi

bermain dengan jenis permainan tradisional belum diterapkan di rumah sakit.

Jenis permainan yang sering dilakukan dirumah sakit antara lain bola, puzzle,
musik, play dough, menggambar dan mewarnai. Permainan tradisional yang

dapat dilakukan di rumah sakit salah satunya adalah congklak.

Permainan congklak merupakan permainan tradisional yang dilakukan

oleh dua orang dengan menggunakan papan congklak dan 98 biji congklak

(Mulyani, 2013). Permainan congklak memiliki aspek-aspek perkembangan

pada anak, yaitu psikomotorik (melatih kemampuan motorik halus, emosional

(melatih kesabaran dan ketelitian), kognitif (melatih kemampuan menganalisa

dan menyusun strategi), sosial (menjalin kontak sosial dengan teman bermain),

serta melatih jiwa sportifitas (Mulyani, 2013).

ketika anak mulai bermain congklak anak akan belajar menghitung

jumlah biji yang ada pada setiap lubang. Dengan terbiasa bermain anak akan

mudah dalam hitung-menghitung, sehingga mereka belajar sambil bermain

dalam suasana yang menyenangkan. Hal ini dapat merangsang keluarnya

hormon kebahagiaan yaitu endorphin. Endorphin tidak hanya digunakan untuk

merilekskan bagian otot dan saraf, atau sebagai zat imun kita, melainkan juga

mampu mengurangi rasa sakit. Endorphin ini dihasilkan oleh kelenjar pituitary

dan hipotalamus ketika kita bergembira. Endorphin mampu melepaskan sinyal

rasa sakit yang berlebihan. Setelah cedera, dengan endorphin kita dapat

melakukan kontrol atas diri kita, sehingga memungkinkan kita untuk

melakukan aktivitas sepanjang waktu.

Selain endorphin, ada zat lain yang membantu menumbuhkan perasaan

bahagia dalam diri kita yaitu serotonin. Serotonin merupakan zat yang

membantu menjaga suasana hati kita dibawah kontrol pikiran, menenangkan


kecemasan dan mengurangi depresi. Kekurangan kadar serotonin juga dapat

menyebabkan kecemasan, apatis, rasa takut, perasaan tak berharga, insomnia

(sulit tidur) dan kelelahan. Apabila semua hormon tersebut dihasilkan maka

stress pada anak yang menjalani hospitalisasi akan menurun.

Telah dilakukan studi pendahuluan di RS Melati tanggal 20 Desember

- 27desember 2022 dari 7 pasien anak usia sekolah, anak yang menjalani rawat

inap ada 5 anak yang menjalani hospitalisasi yang mengalami stress, 1 stress

berat usia 6 tahun, 2 stress sedang usia 7 tahun dan 2 pasien anak stress ringan

usia 8 tahun, didapatkan hasil anak mudah marah karena hal sepele seperti

disentuh, diperintah untuk makan dan minum, merasa ketakutan dan panik saat

perawat atau tenaga medis yang mendekatinya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Terapi Bermain Congklak terhadap Tingkat

Stress Anak Sekolah selama Hospitalisasi di RS Melati Kota Tangerang”.

B. Perumusan Masalah

Pada anak yang sedang menjalankan rawat inap dirumah sakit dapat

menimbulkan stress. Faktor yang menimbulkan stress ketika anak saat

menjalani hospitalisasi yaitu faktor lingkungan rumah sakit, faktor berpisah

dengan orang yang sangat berarti, faktor kurangnya informasi, faktor

kehilangan kebebasan dan kemandirian, faktor pengalaman yang berkaitan

dengan pelayanan kesehatan, faktor perilaku atau interaksi dengan petugas

rumah sakit (Hulinggi, 2018). Anak yang mengalami stress akan mengalami
gangguan perkembangan. Stress yang dialami anak mempengaruhi tingkat

kesembuhan anak saat dirumah sakit. Stress yang dirasakan seorang anak dapat

memberikan efek negatif dalam perkembangan hidup anak. Perubahan yang

terjadi dapat berupa psikis atau fisik.

Terapi bermain sendiri terbagi menjadi terapi bermain modern dan

terapi tradisional. Terapi bermain, permainan tradisional memiliki nilai besar

dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak. Permainan tradisional

merupakan warisan leluhur, mengandung nilai moral, dan ikut serta

melestarikan budaya bangsa (Syamsurrijal, 2020). Namun demikian terapi

bermain dengan jenis permainan tradisional belum diterapkan di rumah sakit.

Jenis permainan yang sering dilakukan dirumah sakit antara lain bola, puzzle,

musik, play dough, menggambar dan mewarnai. Permainan tradisional yang

dapat dilakukan di rumah sakit salah satunya adalah congklak.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RS Melati tanggal 20 desember

– 27 desember 2022 dari 7 pasien anak usia sekolah, anak yang menjalani rawat

inap ada 5 anak yang menjalani hospitalisasi yang mengalami stress, 1 stress

berat usia 6 tahun, 2 stress sedang usia 7 tahun dan 2 pasien anak stress ringan

usia 8 tahun. Penyebab stress dari anak yang menjalani hospitalisasi

disebabkan karena trauma atas tindakan invasive, lingkungan rumah sakit yang

membosankan, jenuh tidak ada teman bermain dan tidak ada permainan yang

bisa dimainkan

Berdasarkan masih banyaknya kasus stress pada anak akibat

hospitalisasi. Maka, peneliti merumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah


ada pengaruh terapi bermain bermain congklak terhadap tingkat stress

anak sekolah selama hospitalisasi di RS Melati Kota Tangerang”.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, lama

perawatan, pengalaman perawatan di RS Melati Kota Tangerang ?

2. Bagaimana pengaruh perubahan tingkat stress anak selama hospitalisasi

sebelum diberikan terapi bermain congklak di RS Melati Kota Tangerang?

3. Bagaimana pengaruh perubahan tingkat stress anak selama hospitalisasi

sesudah diberikan terapi bermain congklak di RS Melati Kota Tangerang?

4. Bagaimana pengaruh terapi bermain congklak pada anak sekolah yang di

rawat di RS Melati Kota Tangerang ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh terapi

bermain terhadap tingkat stress anak sekolah selama hospitalisasi di RS

Melati Kota Tangerang.


2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis

kelamin, lama perawatan, pengalaman perawatan di RS Melati Kota

Tangerang

2. Mengidentifikasi perubahan tingkat stress anak sekolah sebelum

dilakukan terapi bermain congklak di RS Melati Kota Tangerang.

3. Mengidentifikasi perubahan tingkat stress anak sekolah setelah

dilakukan terapi bermain congklak di RS Melati Kota Tangerang.

4. Mengidentifikasi pengaruh terapi bermain congklak pada anak

sekolah yang di rawat di RS Melati Kota Tangerang

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi Pendidikan

Mengembangkan teori dan meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa

STIKes Widya Dharma Husada Tangerang dan sebagai bahan

pertimbangan bagi mahasiswa yang akan dan sedang penelitian

keperawatan anak.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan

dirumah sakit dan bisa menambahkan intervensi keperawatan untuk

mengurangi tingkat stress anak sekolah selama hospitalisasi.


3. Bagi peneliti

Diharapkan peneliti mampu membuktikan secara ilmiah tentang pengaruh

terapi bermain congklak terhadap tingkat stress anak sekolah selama

hospitalisasi di RS Melati Kota Tangerang.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau referensi

penelitian selanjutnya tentang tingkat stress anak sekolah selama

hospitalisasi.

5. Bagi responden

Memberikan informasi, pengetahuan dan keterampilan tentang

penanganan tingkat stress anak sekolah selama hospitalisasi bisa

menggunakan terapi bermain tradisional.

Anda mungkin juga menyukai