Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR

TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN


ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) YANG
MENGALAMI HOSPITALISASI
DI RSU AVISENA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

NURAFIFAH
A622019

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hospitalisasi adalah masuknya individu ke rumah sakit sebagai pasien
dengan berbagai alasan seperti pemeriksaan diagnostik, prosedur operasi dan
perawatan medis, pemberian obat dan menstabilkan atau pemantauan kondisi
tubuh (Saputro & Fazrin 2017). Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi
faktor utama yang harus dihadapi anak. Keadan ini terjadi karena anak berusaha
beradaptasi di lingkungan asing rumah sakit. Anak sangat rentan terhadap krisis
penyakit dan hospitalisasi, antara lain stres akibat perubahan dari keadaan sehat
dan rutinitas lingkungan serta anak memiliki jumlah mekanisme koping yang
terbatas untuk menghadapi stressor (Jannah & Kesuma Dewi 2023).
Pravelansi anak yang dirawat dirumah sakit mengalami peningkatan yang
cukup besar. Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun
2015, Pravalensi anak yang menjalani hospitalisasi sekitar 84% dari jumlah anak
di dunia. Hasil survei Kementrian Kesehatan Republik Indonesia berdasarkan
angka kesakitan ank Indonesia menurut kelompok usia 0-2 tahun sebesar
15,14% usia 3-5 tahun sebesar 25,8%, usia 6-12 tahun sebanyak 13,19% apabila
dihutung dari keseluruhan jumlah penduduk dapat disimpulkan bahwa angka
kesakitan anak pra sekolah yang paling tinggi yaitu 25,8%. Berdasarkan hasil
survei Kesehatan ibu dan anak pada tahun 2015 didapatkan data bahwa dari1425
anak mengalami dampak hospitalisasi, dan 33,2% diantaranya mengalami
dampak hospitalisasi berat 41,6% mengalami dampak hospitalisasi sedang dan
25,2% mengalami dampak hospitalisasi sedang dan 25,2% mengalami dampak
hospitalisasi ringan (KEMENKES RI 2021) Survei Kesehatan nasional
(SUSENAS) tahun 2020 jumlah anak di Indonesia sebesar 72% dari jumlah total
penduduk Indonesia dan diperkirakan dari 35/100 anak menjalani hospitalisasi
dan 45% diantaranya mengalami kecemasan. Selain membutuhkan perawatan
yang spesial dibanding pasien lain, waktu yang digunakan untuk merawat
penderita anak-anak 20% - 45% melebihi waktu untuk merawat orang dewasa.
(Della & Rani 2023)
Perawatan dirumah sakit akan memberikan pengalaman yang berbeda
pada setiap anak. Anak- anak akan menunjukan berbagai perilaku sebagai reaksi
terhadap pengalaman hospitalisasi. Anak dapat bereaksi terhadap stres
hospitalisasi sebelum mereka masuk, selama hospitalisasi, dan setelah
pemulangan. Stresor utama dari hospitalisasi antara lain adalah perpisahan,
kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri. Reaksi anak terhadap krisis-krisis
tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka, pengalaman mereka
sebelumnya dengan penyakit, perpisahan atau hospitalisasi, keterampilan doping
yang mereka miliki dan dapatkan, keparahan diagnosis dan sistem pendukung
yang membuat kecemasan meningkat (Hockenberry dan Wilson, 2015).
Adapun Dampak yang mempengaruhi kecemasan anak dalam hospitalisasi
seperti lingkungan rumah sakit yang sangat berbeda dengan lingkungan di
rumah, perbedaan bentuk ruangan, suasana serta aktivitas yang dipenuhi
berbagai tindakan keperawatan. Dampak dari hospitalisasi pada anak biasanya
mengakibakan anak menjadi cemas dan takut. (Mahesa, 2023)
Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami ole pasien anak
yang sedang mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang sering di alami seperti
menangis dan takut pada orang baru. Banyakya stressor yang dialami anak ketika
menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negative yang menggangu
perkembangan anak (Marni, 2018).
Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi kecemasan akibat dampak
dari hospitalisasi anak yaitu dengan cara terapi bermain. Dunia anak adalah
dunia bermain. Melalui kegiatan bermain, semua aspek perkembangan anak
ditumbuhkan sehingga anak-anak menjadi lebih sehat sekaligus cerdas. Saat
bermain, anak-anak mempelajari banyak hal penting. Dengan bermain bersama
teman, anak-anak akan lebih terasah rasa empatinya, mereka juga bisa mengatasi
penolakan dan dominasi, serta bisa mengelola emosi (Adriana, 2017).
Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan
sarana untuk melepaskan diri dari ketegangan dan stres yang dihadapi di
lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan
melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara yang dapat diterima
masyarakat. Anak-anak mampu untuk mencoba dan menguji situasi yang
menakutkan dan dapat menjalankan dan menguasi peran dan posisi yang tidak
dapat mereka lakukan di dunia nyata. Anak-anak banyak menunjukan diri
mereka sendiri dalam bermain. Dalam bermain anak-anak mampu
mengomunikasikan kebutuhan, rasa takut, dan keinginan mereka kepada
pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan karena keterbatasan ketermpilan
bahasa mereka (Wong 2007 dalam Indah, 2021).
Bermain merupakan aktivitas yang dapat dilakukan anak sebagai upaya
stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya. Bermain pada anak yang dirawat
dirumah sakit menjadi media bagi anak untuk mengekspresikan perasaan,
relaksasi, distraksi perasaan yang tidak nyaman. Salah satu Upaya untuk
menurunkan kecemasan adalah melalui kegiatan terapi bermain yaitu mewarenai
(Aryani & Zaly, 2021)
Terapi bermain mewarnai gambar juga merupakan salah satu jenis terapi
bermain yang efektif untuk merubah perilaku anak dalam menerima perawatan
dirumah sakit. Melalui pemberian terapi bermain mewarnai, anak dapat
mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi, dan dapat mengembangkan
kreativitas anak. Melalui aktivitas mewarnai gambar dapat menjadikan diri anak
lebih senang dan nyaman serta stress dan ketegangan dapat dihindarkan (Rani,
2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tety dkk (2020) dapat
diambil kesimpulan bahwa terapi bermain (mewarnai) pada pasien anak
prasekolah yang mengalami hospitalisasi diperoleh nilai p value = 0,0001 < α
0,05 maka H0 ditolak yang berarti bahwa ada efektivitas terapi bermain
(mewarnai) terhadap peningkatan dampak hospitalisasi positif pada pasien anak
usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di ruang rawat inap matahari
RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Muhammad Idris dkk (2018)
menunjukan persentase tingkat kecemasan berat pada anak usia prasekolah
sebelum diberikan terapi bermain sebesar 46,7% dan setelah diberikan terapi
bermain diperoleh persentase 20,0% yang berarti terjadi penurunan tingkat
kecemasan anak prasekolah dengan persentase sebesar 26,7. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh penurunan tingkat kecemasan anak usia
prasekolah yang mengalami hospitalisasi dari sebelum dan sesudah dilakukan
terapi bermain mewarnai gambar di Ruangan Melati RSUD dr. Abdulmadjid
Kota Bekasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rani (2018) mengemukakan
bahwa hasil penelitian pada terapi menggambar didapatkan nilai pre-test 13
responden (86,7%) berada dalam cemas berat dengan nilai rat-rata 2,13,
sedangkan nilai post-test 9 responden (60%) berada dalam cemas sedang dengan
nilai rata-rata 3,13. Hasil penelitian dari terapi bermain mewarnai didapatkan
nilai pre-test 11 responden (73,4%) berada dalam cemas berat dengan nilai rata-
rata 2,0 sedangkan nilai post-test 10 responden (66,7 %) berada dalam cemas
ringan dengan nilai rata-rata 3,36. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
efektifitas terapi menggambar dan mewarnai gambar terhadap penurunan
kecemasan pada anak usia prasekolah di Rumah Sakit RSUD dr. H. Andi
Abdurrahman Noor.

Rumah Sakit Umum Avisena yang berada di Kota Cimahi, mempunyai


peranan penting dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. RSU Avisena sebagai salah satu rumah sakit swasta type c terbaik
daerah cimahi dengan memiliki persentase paisen anak yang cukup tinggi. RSU
Cimahi mempunyai instalasi pelayanan kesehatan rawat inap, salah satunya
rawat inap anak di Safir. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat yang
bertugas pada tanggal 19september 2023, terdapat 34 tempat tidur yang tersebar
di kelas VIP, I, II dan III di ruang Safir.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di ruangan anak
Safir d RSU avisena , selama 3 bulan terakhir dari bulan juli 2023 sampai dengan
september 2023 didapatkan data jumlah pasien anak usia 3-5 tahun sebanyak
399 pasien. Hasil observasi menemukan anak yang menangis terutama saat
dilakukan tindakan perawatan. Selain menangis, pasien anak juga tidak mau
berpisah dengan orangtua/walinya dan menghindar ketika akan dilakukan
tindakan perawatan. Di ruangan anak Safir RSU Avisena perawat mengatakan
belum ada program terapi bermain untuk mengurangi kecemasan pada anak,
sehingga tindakan perawatan menjadi tidak maksimal. Dengan tidak adanya
program terapi bermain mewarnai gambar untuk mengurangi kecemasan pada
anak di RSU AVisena menarik peneliti untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-5 tahun) Akibat Hospitalisasi di RSU
Avisena.

1.2 Identifikasi Masalah


Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus
dihadapi anak. Anak sangat rentan terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi,
antara lain stres akibat perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan
serta anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk menghadapi
stresor. Anak-anak dapat bereaksi terhadap stres hospitalisasi sebelum mereka
masuk, selama hospitalisasi, dan setelah pemulangan (Hockenberry, 2007 dalam
Indah 2021).
Kecemasan akibat perpisahan merupakan stres terbesar yang timbul oleh
hospitalisasi selama masa kanak-kanak awal. Kecemasan adalah rasa takut yang
tidak jelas disertai dengan perasaan ketidakpastian, ketidak berdayaan, isolasi
dan ketidakamanan (Stuart, 2016).
Terapi bermain adalah usaha mengubah tingkah laku bermasalah, dengan
menempatkan anak dalam situasi bermain. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial. Bermain merupakan media
yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan berkata-kata
(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukannya dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Adriana,
2017).
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh terapi
bermain mewarnai gambar terhadap penurunan tingkat kecemasan anak usia
prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSU Avisena?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang
pengaruh terapi bermain terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia
pra sekolah (3-5 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSU Avisena.
1.4.2 Tujuan Khusus
a) Mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-
5 tahun) yang mengalami hospitalisasi sebelum diberikan terapi bermain.
b) Mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-
5 tahun) yang mengalami hospitalisasi sesudah diberikan terapi bermain.
c) Mengetahui penurunan tingkat kecemasan pada anak prasekolah (3-5
tahun) yang mengalami hospitalisasi sebelum dan sesudah dilakukan
terapi bermain mewarnai.

1.5 Hipotesis Penelitian


Terrdapat pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap penurunan
tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami
hospitalisasi di RSU Avisena.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan Asuhan Keperawatan pada anak yang mengalami kecemasan
pada saat hospitalisasi di RSU AVisena.
1.6.2 Manfaat praktis
1. Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan tentang manfaat terapi bermain bagi anak yang mengalami
kecemasan akibat hospitalisasi.
2. Bagi RSU Avisena
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan informasi bagi RSU Avisena
tentang pentingnya terapi bermain sebagai salah satu intervensi terapi
komplementer dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
membantu menurunkan kecemasan anak usia prasekolah yang
mengalami hospitalisasi .
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya bisa mengkaji faktor-faktor lainnya
berhubungan dengan terapi bermain pada anak prasekolah yang
mengalami hospitaliasi.

Anda mungkin juga menyukai