Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK

HOSPITALISASI USIA PRESCHOOL DI RUANG ANAK LANTAI DASAR

RSUP DR. KARIADI SEMARANG

OLEH :

KELOMPOK 26

1. Millisani G3A017189
2. Kasio Widianto G3A017190
3. Dory Asti Septianingrum G3A017201
4. Rheina Aullyasari G3A017232
5. Tri Juvita Sari G3A017233

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga dapat jatuh sakit dan

membutuhkan hospitalisasi untuk diagnosis dan pengobatan

penyakitnya(Adriana, 2011). Muniarsih (2007) hampir empat juta

anakdalam satu tahun mengalami hospitalisasi. Sumaryoko (2008)

menyatakan prevalansi kesakitan anak di Indonesia yang dirawat di rumah

cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100 anak, yang ditunjukan dengan selalu

penuhnya ruangan anak baik di rumah sakit pemerintah ataupun rumah

sakit swasta.

Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan di Rumah

Sakit dan dapat menimbulkan trauma dan stres pada klien yang baru

mengalami rawat inap di Rumah Sakit. Hospitalisasi adalah suatu proses

oleh karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak

untuk tinggal di Rumah Sakit menjalani terapi dan perawatan sampai

pemulangannya kembali ke rumah (Jovan, 2008).

Wright (2008) dalam penelitiannya tentang efek hospitalisasi pada

perilaku anak menyebutkan bahwa reaksi anak pada hospitalisasi secara

garis besar adalah sedih, takut dan rasa bersalah karena menghadapi suatu

yang belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak

nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang bisa dialami dan sesuatu yang

dirasakan menyakitkan. Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi

sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Ketika anak menjalani


perawatan di Rumah Sakit, biasanya ia akan dilarang untuk banyak

bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal tersebut akan mengecewakan

anak sehingga dapat meningkatkan kecemasan pada anak (Samiasih,

2007).

Reaksi anak usia prasekolah yang menjalani stres akibat

hospitalisasi disebabkan karena mereka belum beradaptasi dengan

lingkungan di Rumah Sakit, masih merasa asing sehingga anak tidak dapat

mengontrol emosi dan mengalami stres, reaksinya berupa menolak makan,

sering bertanya, menangis, dan tidak kooperatif dengan petugas kesehatan.

Banyak metode menurunkan stres hospitalisasi pada anak. Perawat harus

peka terhadap kebutuhan dan reaksi klien untuk menentukan metode yang

tepat dalam melaksanakan intervensi keperawatan dalam menurunkan

tingkat kecemasan (Kozier, 2010).

Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh

pasien anak yang mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang sering

dialami seperti menangis, dan takut pada orang baru. Banyaknya stresor

ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang

menggangu perkembangan anak. Lingkungan Rumah Sakit dapat

merupakan penyebab stres dan kecemasan pada anak (Utami, 2014).

Kecemasan hospitalisasi pada anak dapat membuat anak menjadi susah

makan, tidak tenang, takut, gelisah, cemas, tidak mau bekerja sama dalam

tindakan medikasi sehingga menggangu proses penyembuhan anak (Stuart,

2007).
Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang dijadikan

sarana untuk menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses

penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif dalam program

pengobatan serta perawatan. Bermain dapat dilakukan oleh anak sehat

maupun sakit. Walaupun anak sedang dalam keadaan sakit tetapi

kebutuhan akan bermainnya tetap ada. Melalui kegiatan bermain, anak

dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui

kesenangannya melakukan permainan (Evism, 2012).

Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit.

Walaupunanak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain

tetap ada(Katinawati, 2011). Bermain merupakan salah satu alat

komunikasi yangnatural bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar

pendidikan dan aplikasiterapeutik yang membutuhkan pengembangan

pada pendidikan anak usia dini(Suryanti, 2011). Bermain dapat digunakan

sebagai media psiko terapi ataupengobatan terhadap anak yang dikenal

dengan sebutan terapi bermain(Tedjasaputra, 2007). Bermain juga menjadi

media terapi yang baik anak-anak bermasalah selain berguna untuk

mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008),

bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak sangat penting. Melalui

bermain akan semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan

motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia

nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih

banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008).


Menurut Wong (2009) bentuk permainan yang sesuai dengan anak

usia 3-6 tahun antara lain : bermain menyusun puzzle, bermain game

sederhana, bermain musik, bermain peran, mendengarkan cerita, melihat

buku-buku bergambar, menggambar dan mewarnai gambar. Dengan

menggambar anak anak dapat mengekspresikan perasaannya, ini berarti

menggambar bagi anak merupakan suatu cara untuk berkomunikasi tanpa

menggunakan kata-kata, menggambar juga dapat membantu menyalurkan

bentuk-bentuk emosi yang dirasakan anak melalui gambar (Muhammad,

2009).

Mewarnai gambar merupakan kegiatan memberikan warna pada

gambar atau tiruan barang yang dibuat dengan coretan pensil pewarna

pada kertas. Menurunkan tingkat kecemasan anak selama perawatan

dengan mengajak mereka bermain menggunakan alat permainan yang

tepat. Melalui menggambar dan mewarnai gambar, seorang dapat

menuangkan simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya

kedalam coretan dan pemilihan warna. Melalui menggambar dan

mewarnai gambar, seseorang secara tidak sadar telah mengeluarkan

muatan amigdalanya, yaitu mengekspresikan rasa sedih, tertekan, stres,

menciptakan gambaran-gambaran yang membuat kita kembali merasa

bahagia, dan membangkitkan masa-masa indah yang pernah kita alami

bersama orang-orang yang kita cinta. Melalui aktifitas menggambar dan

mewarnai gambar, emosi dan perasaan yang ada didalam diri bisa

dikeluarkan, sehingga dapat menciptakan koping yang positif. Koping

positif ini ditandai dengan perilaku dan emosi yang positif. Keadaan
tersebut akan membantu dalam mengurangi stres yang dialami anak

(Hidayah, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik untuk mengaplikasikan

terapi bermain mewarnai gambar untuk menurunkan tingkat kecemasan

karena hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUP Dr. Kariadi

Semarang.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan tindakan pemberian terapi bermain mewarnai gambar

untuk menurunkan tingkat kecemasan karena hospitalisasi pada anak

usia prasekolah di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada anak prasekolah sebelum

diberikan terapi bermain mewarnai gambar di RSUP Dr. Kariadi.

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada anak prasekolah sesudah

diberikan terapi bermain mewarnai gambar di RSUP Dr. Kariadi.

C. Sasaran

1. Pasien usia prasekolah di ruanganak Lt Dasar RSUP Dr. KARIADI


BAB II

DESKRIPSI KASUS

A. Karateristik Sasaran

Kriteria sasaran pada terapi yang akan dilakukan ini adalah pasien

anak usia pra sekolah, perkembangan dari anak usia prasekolah adalah

perilau sensorimotor sebagai alat pembelajaran dan berinteraksi. Anak

juga belajar berpartisipasi dalam aktifitas bermain

Teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa setiap

organism hidup dilahirkan dengan dua kecenderungan fundamental,

yaitu kecenderungan adaptasi dan organisasi (Monks et al, 2006).

Kecenderungan adaptasi mempunyai dua komponen, yaitu

asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yaitu kecenderungan organisme

untuk mengubah lingkungan guna menyesuaikan dengan dirinya

sendiri. Akomodasi yaitu kecenderungan organisme untuk mengubah

dirinya guna menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

Kecenderungan organisasi, dapat digambarkan sebagai kecenderungan

bawaan setiap organisme untuk mengitergrasi proses – proses sendiri

menjadi system – system yang koheren ( Monks et al, 2006)

Pada usia anak prasekolah, memasuki stadium perkembangan

praoperasional, yang dimulai dengan penguasaan bahasa yang

sistematis, permainan simbolis, imitasi serta bayangan dalam mental

(Monks et al, 2006). Berpikir pada tahap praoperasional masih sangat


egosentris anak belum mampu ( secara persepsual, emosional-

motivational, dan konsepsual) untuk mengambil perspekstif orang lain.

Anak Pra Sekolah adalah anak yang berumur antara 3-6 tahun,

pada masa ini anak-anak senang berimajinasi dan percaya bahwa

mereka memiliki kekuatan. Pertumbuhan anak usia pra sekolah

cenderung lambat, tetapi pada usia ini kemampuan kognitif dan sosial

yang terjadi selama masa toddler mengalamii penyempurnaan. Pada

usia pra sekolah, anak membangun kontrol sistem tubuh seperti

kemampuan ke toilet, berakaian, dan makan sendiri (Potts &

Mandeleco, 2012) Anak pra sekolah juga dapat berjauhan lebih lama

dengan orang tua dan dapat berinteraksi dengan orang lain.

B. Prinsip Bermain

1. Tidak boleh bertentangan dengan terapi perawatan yang sedang

dijalankan. Apabila anak harus tirah baring, permainan yang

dilakukan cukup di tempat tidur. Dan anak tidak boleh diajak bermain

dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada diruang

rawat. Misalnya, saat anak tiduran di tempat tidur, dan anak dapat

dibacakan buku cerita, atau komik khusus anak, mobil-mobilan yang

tidak pakai remote control, robot-robotan, dan permainan lain yang

dapat dimainkan anak dan orang tuanyasambil tiduran.

2. Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan sederhana. Pilih

jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat

permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan.

Kalaupun akan membuat permainan sendiri, pilih yang sederhana agar


tidak melelahkan anak. Misalnya, menggambar atau mewarnai,

bermain boneka, dan membaca buku cerita.

3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak. Alat permainan

yang digunakan harus aman bagi anak, tidak tajam, tidak merangsang

anak untuk berlari-lari dan bergerak secara berlebihan.

4. Permainan dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila

permainan dilakukan khusus diruangan bermain secara berkelompok,

permainan dilakukan pada kelompok umur yang sama. Misalnya, pada

anak prasekolah diberikan permainan mewarnai.

5. Permainan melibatkan orang tua anak atau keluarga. Orangtua

berkewajiban untuk tetap memperhatikan tumbuh kembang anak

walaupun anak dirawat di rumah sakit, termasuk dalam aktivitas

bermain anaknya. Perawat sebagai fasilitator sehingga apabila

permainan diinisiasi oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif

dan mendampingi anak mulai dari awal permainan sampai

mengevaluasi hasil permainananak bersama dengan perawat dan orang

tua anak lainnya.


BAB III

METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi Permainan

Terapi bermain yang dilakukan menggunakan teknik mewarnai suatu

gambar, dan perawat yang akan membimbing pasien untuk mewarnai

berbagai macam gambar menggunakan pensil warna yang telah

disediakan.

B. Tujuan Permainan

Tujuan dilakukan terapi bermain dengan teknik ini adalah

1. Sebagai media ekspresi

2. Membantu mengenal perbedaan warna

3. Mewarnai meningkatkan konsentrasi

C. Ketrampilan Yang Diperlukan

1. Kreativitas mewarnai

2. Konsentrasi

3. Motorik halus

4. Mengatahui warna dan bidang

D. Jenis Permainan

Kegiatan yang akan dilakukan adalah mewarnai gambar dengan

menggunakan pensil warna.

E. Alat Bermain

Buku bergambar dan pensil warna


F. Proses Bermain

1. Tahap I

Membuka acara dengan kalimat salam dan menanyakan kabar pasien

dan keluarga, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan proses

dari terapi yang akan dilakukan.

2. Tahap II

Mengarahkan anak-anak untuk mewarnai gambar yang telah

disediakan, mendampingi pasien dan mengamati. Catat dan evaluasi

tingkat kooperativ pasien dala mengikuti terapi bermain.

3. Tahap III

Menutup acara dan memberikan pujian pada pasien terhadap terapi

yang telah dilakukan.

G. Waktu Pelaksanaan

Terapi bermain dilakukan pada:

Hari/tanggal : Rabu, 26 September 2018

Waktu : 10.00-10.30 WIB

H. Hal-hal Yang Perlu Diwaspadai

Waktu penyampaian tujuan dengan mempertimbangkan daya pikir,

kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak.

I. Antisipasi Meminimalkan Hambatan

1. Melibatkan keluarga supaya anak kooperativ sehingga terapi bermain

dapat dilakukan.

2. Menggunakan gambar yang menarik bagi anak.

3. Menggunakan warna-warna yang menarik perhatian anak.


J. Sistem Evaluasi

Kriteria evaluasi yang dilakukan :

1. Evaluasi struktural

a. Terapi bermain dilaksanakan pada tanggal 26 September 2018

pukul 10.00, sesuai yang disepakati oleh mahasiswa dengan pihak

ruangan anak lantai dasar RSUP Dr. Kariadi dengan Institusi

Universitas Muhammadiyah Semarang.

b. Media yang digunakan untuk terapi bermain adalah buku gambar

dan pensil warna.

c. Sebelum pelaksanaan pihak mahasiswa melewati berbagai proses

yaitu :

1. Proses pembuatan proposal yang telah mendapatkan


persetujuan dari pihak institusi dan mendapatkan persetujuan
dari pihak ruangan.
2. Pengorganisasian sesuai dengan pembuatan proposal
3. Persiapan fasilitas yang akan digunakan dalam terapi bermain,
yaitu buku gambar dan pensil warna untuk peserta usia
prasekolah 3-6 tahun.
d. Melakukan setting dan alur acara, yaitu mengumpulkan peserta di
dalam ruangan bermain dan memberikan kertas gambar dan pensil
mewarnai, memotivasi peserta untuk mewarnai .
2. Evaluasi proses

a. Mahasiswa yang mengikuti berjumlah 5 orang, sesuai dengan


tugasnya masing-masing
b. Peserta yang mengikuti terapi bermain berjumlah 3 orang, dengan
pembagian usia prasekolah sebanyak 2 orang yaitu An.Putra : 4th,
An.Andiasta : 2th, dan usia sekolah An.Egi : 9th
c. Saat terapi bermain, peserta mengikuti dengan gembira sampai
acara terapi bermain selesai
d. Terapi bermain berlangsung ± 1 jam, dan selesai pada jam 11.00
e. Saat terapi bermain berlangsung, kendalanya adalah peserta
bermain yang direncanakan 5 orang tetapi yang bisa hadir 3 orang
karena 2 orang lagi sedang tidur, setelah itu di pertengahan acara 1
peserta kembali ke ruangan rawat dan bermain di tempat tidur.
Peserta mengikuti terapi bermain dengan gembira, di motivasi
dengan orang tua dan mahasiswa.
f. Setelah itu mahasiswa mengajak peserta untuk bernyanyi bersama,
dan peserta ikut bernyanyi bersama.
g. Di akhir acara bermain, peserta diberikan buku gambar dan pensil
warna yang bermanfaat bagi peserta.

3. Evaluasi hasil

Setelah terapi bermain dilakukan, didapatkan:

a. Peserta dapat mengikuti terapi bermain

b. Peserta dapat membedakan warna dan menyebutkan bentuk

gambar

c. Peserta dapat mengikuti ajakan dengan baik

d. Peserta dapat merespon dengan ekspresi wajah senang, dan dapat

menerima kedatangan petugas (mahasiswa dan teman-teman baru

seusianya).

e. Selamat terapi bermain mewarnai anak mengatakan senang. terapi

mewarnai dapat mengurangi kesemasan saat hospitalisasi

f. Orang tua peserta antusias sebelum, saat, dan setelah acara

berlangsung.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut,
tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dimana dalam
bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya,
serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak adalah
suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di
rumah sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang
diasakan oleh anak. Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya tanpa terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.

B. Saran
1. Orang tua

Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.

2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi


dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak
dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC


Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Hospitalisasi

Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Usia Prasekolah

Tujuan :Untuk mengurangi kecemasan

Tanggal/jam : 26 September 2018/10.00-10.30

Tempat Bermain : Ruang Bermain Anak Lt. Dasar

Peserta : Anak Usia Prasekolah

Kriteria : 1. Inklusi

- Pasienberusia 3-6 tahun

- GCS 13-15

- Mobilisasi

- Compos metis

2. Ekslusi

- Gcs> 12

- Koma

- Usiasekolah

- Anakusia 1-2 tahun

Sarana dan media : Ruangan Bermain, Kertas berisi gambar dan pensil

Warna

Pengorganisasian :

- Leader : Kasio Widianto

- Observer : Rheina Aullyasari


- Fasilitator :

1. Millisani

2. Dory Asti Septianingrum

3. Tri Juvita Sari

Pembagian tugas :

- Leader

a. Membuka acara terapi

b. Mengatur jalannya terapi dari awal sampai akhir

c. Mengarahkan permainan

d. Memandu proses terapi

- Observer

a. Mengawasi jalannya permainan

b. Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir

c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung

proses terapi

- Fasilitator

a. Membimbing anak bermain

b. Memberi motivasi dan semangat pada anak dalam

mewarnai

c. Memperhatikan respon saat bermain

Rancangan Bermian :

Setiap anak diberikan kertas yang berisi gambar dan pensil warna. Kemudian

leader memimpin jalannya permainan dengan mengintruksikan kepada anak-anak

untuk mewarnaigambar sesuai keinginan.


Susunan Acara Bermain

No Waktu Kegiatan Bermain Kegiatan Peserta


1 5 menit Pembukaan :
 Leader membuka  Menjawab salam
kegiatan dengn
mengucapkan salam.
 Leader memperkenalkan  Mendengarkan
nama.
 Leader menjelaskan  Memperhatikan
tujuan dari permainan.
 Kontrak waktu.  Memperlihatkan
2. 25 menit Pelaksanaan:
 Leader dibantu oleh  Berpindah posisi
fasilitator untuk
mengatur posisi anak
dan orang tua.  Menerima kertas dan
 Fasilitator membagikan pensil warna
kertas bergambar dan
pensir warna.  Menjawab
 Fasilitator mengajak dan
memotivasi anak untuk
mengungkapkan gambar
apa yang ada dikertas.  Mewarnai gambar
 Memulai mewarnai
gambar fasilitator.
 Fasilitator memotivasi
anak untuk memilih
warna yang disukai.
 Apabila anak tidak mau
aktif, libatkan orangtua
untuk membantu.
3. 10 Menit Evaluasi : Menjawab pertanyaan
 Menanyakan tentang
perasaan anak setelah
diberikan terapi bermain
mewarnai gambar.
4. 5 Menit Terminasi : Memperhatikan dan
 Leader menutup acara menjawab salam.
permainan dengan
salam.

Anda mungkin juga menyukai