Anda di halaman 1dari 17

BERMAIN TERAPEUTIK MELIPAT ORIGAMI

UNTUK MENGURANGI STRES HOSPITALISASI


PADA ANAK USIA PRESCHOOL (3-6 TAHUN)
DI RUANG ANAK LANTAI DASAR RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Praktik Klinik Stase Keperawatan Anak

Pembimbing Klinik : Ns. Danar, S.Kep


Pembimbing Akademik : Ns. Elsa Naviati, M.Kep.,Sp.Kep.An

Oleh:

Ivo Trias Nugraeni

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXX


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak adalah individu yang bergantung pada orang tua yang
membutuhkan lingkungan sekitar dalam mencapai kebuthuan dasarnya sera
untuk belajar secara mandiri. (Supartini, 2004). Anak usia pra sekolah adalah
anak berusia 3-7 tahun dimana mereka dapat mengikuti program prasekolah
(Soemartini, 2008).
Anak usia prasekolah rentan mengalami masalah kesehatan karena
kekuatan pertahanan diri belum optimal (Papalia, 2009). Masalah kesehatan
yang terjadi pada anak pra sekolah akan menimbulkan hospitalisasi ada anak
dimana anak harus tinggal di rumah sakit, menjalani terapi sampai
diperbolehkan pulang. Anak pra sekolah yang mengalami hospitalisasi akan
mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal ini akan
mengakibatkan respon kecemasan pada anak (Supartini, 2004).
Kecemasan akan menimbulkan respon fisiologis dan psikologis (Stuart,
2006). Jika hal ini tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan
terhambatnya proses penyembuhan anak karena anak akan menolak
perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani. Selain itu anak akan sulit
makan, minum dan tidur sehingga akan membuat kondisi anak menurun
(Wong, 2008). Kecemasan juga dapat merangsang hormon dimana akan
mengakibatkan penurunan sistem imun (Putra, 2011).
Kecemasan pada anak harus segera ditangani oleh perawat agar klien
lebih kooperatif dan tidak mengalami penurunan sistem imun. Intervensi yang
dapat dilakukan adalah melakukan terapi bermain pada anak pra sekolah.
Terapi bermain merupakan terapi yang paling efektif dalam menurunkan
kecemasan (Wong, 2008). Tugas perkembangan yang paling menonjol pada
anak pra sekolah adalah motorik halus sehingga terapi yang dipilih harus
mempertimbangkan motorik halus anak usia pra sekolah (Supartini, 2004).
Perkembangan motorik halus usia prasekolah ditandai dengan mampu
menilai benda asing, manusia lain dan memahami dunia mereka sendiri
namun mereka belum mampu mendeskripsikan dengan tulisan maupun kata-
kata (Soetjiningsih, 2012). Kemampuan motorik halus usia pra sekolah antara
lain adalah berpikir secara logis tentang objek atau kejadian. Anak juga
mampu dalam mengklasifikasikan benda sesuai ukuran, berat atau bentuk
(Santrock, 2007).
Pada anak usia pra sekolah motorik halus sebaiknya dikembangkan.
Motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus seperti
menggenggam mainan atau melakukan apapun yang merangsang
keterampilan tangan. Perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah
harus dikembangakan karena untuk memusakan fikiran anak dan
mengarahkan anak untuk mencari berbagai macam penyelesaian masalah.
Salah satu yang dapat merangsang motorik halus adalah origami (Apriliyana,
2005).
Origami adalah seni dalam melipat kertas sehingga menghasilkan
berbagai macam bentuk. Origami dapat mengasah kemampuan motorik halus
melalui keterampilan tangan saat melipat kertas. Kedua tangan bergerak dan
gerakan otot akan merangsang neuron mengirimkan sinyal ke SSP
(Apriliyana, 2005).
Peran perawat dalam proses hospitalisasi pada anak adalah penting demi
tercapainya perawatan dan pengobatan pada anak. Hal ini disebabkan karena
perawat mendampingi anak selama 24 jam. Perawat diharapkan dapat
menerapkan kebutuhan reksreasi pada anak yang pada penerapannya sering
dilupakan ketika berada di lapangan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan program bermain terapeutik melibat origami untuk
mengurangi kecemasan hospitalisasi pada anak usia preschool.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui prinsip bermain
b. Mengetahui karakteristik usia preschool
c. Mengetahui prinsip bermain pada usia preschool
d. Mengetahui karakteristik permainan menurut usia preschool
e. Menerapkan bermain terapeutik untuk mengurangi kecemasan
hospitalisasi pada usia preschool

C. SASARAN
Sasaran pada bermain terapeutik melipat origami adalah anak berusia 3-6
tahun dengan masalah kecemasan hospitalisasi.
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN
Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-6 tahun yang sistem tubuh telah
stabil dan mulai menyesuaikan diri pada perubahan lingkungan sekitar
(Wong, 2008).Anak usia prasekolah adalah anak berusia 3-6 tahun yang
merupakan sosok individu, makhluk sosial kultural yang sedang mengalami
suatu proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan
selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi dan karakteristik tertentu. Usia
pra sekolah adalah usia keemasan (the golden age). Dikatakan golden age
karena anak mengalami perubahan fisik dan mental yang signifikan
contohnya yaitu berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa
ingin tahu, imajinasi, belajar menimbang rasa, munculnya kontrol internal
(tubuh), belajar dari lingkungannya, berkembangnya cara berfikir,
berkembangnya kemampuan berbahasa, dan munculnya perilaku (Wong,
2008).
Ciri-ciri anak pra sekolah adalah (Hurlock, 2006):
a. Otot-otot lebih kuat dan pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras.
b. Anak prasekolah mempergunakan gerak kasar seperti berlari, berjalan,
memanjat, dan melompat sebagai bagian dari permainan mereka
c. Kemudian secara motorik anak mampu memanipulasi obyek kecil,
menggunakan balok-balok dengan berbagai ukuran dan bentuk.
d. Selain itu juga anak mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri, dan
cemburu.
e. Anak mulai berani untuk bermain dan bersosialisasi di luar rumah
B. ANALISA KASUS
Kasus pada program bermain adalah anak prasekolah yang mengalai stress
hospitalisasi karena anak-anak diharuskan tinggal di rumah sakit untuk
menjalani perawatan medis. Masalah yang timbul akibat hospitalisasi ini
adalah kecemasan dan ketakutan. Ciri-ciri anak yang mengalami stress
hospitalisasi adalah rewel, pendiam, sulit makan dan minum, serta takut
untuk pada dokter atau perawat yang merawatnya. Hal ini harus segera diatasi
untuk memudahkan petugas kesehatan dalam menjalankan terapi medis dan
perawatannya.
C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI
1. Definisi Bermain
Salah satu aspek yang penting dalam mengatasi stress pada anak
adalah bermain karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan
anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka
anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang
mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress (Wong,
2009). Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan/kepuasan (Supartini, 2004).Bermain dapat
dijadikan sebagai suatu terapi karena berfokus pada kebutuhan anak untuk
mengekspresikan diri mereka melalui penggunaan mainan dalam aktivitas
bermain dan dapat juga digunakan untuk membantu anak mengerti
tentang penyakitnya.
Pada penjelasan diatas,mahasiswa menyimpulkan bahwa bermain
merupakan kegiatan yang penting bagi anak. Bermain dan masa anak-
anak merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bermain sebagai
sarana berekspresi dan mencapai kesenangan. Salah satu cara untuk
merendam stress hospitalisasi pada anak adalah terapi bermain.
2. Tujuan Bermain
Anak bermain pada dasarnya agar memperoleh kesenangan,
sehingga ia tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi
waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan dan cinta kasih. Bermain adalah unsur yang penting untuk
perkembangan fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial
(Wong, 2009)
Anak dengan bermain dapat mengungkapkan konflik yang
dialaminya, bermain cara yang baik untuk mengatasi kemarahan,
kekuatiran dan kedukaan. Anak dengan bermain dapat menyalurkan
tenaganya yang berlebihan dan ini adalah kesempatan yang baik untuk
bergaul dengan anak lainnya.
3. Fungsi Bermain
a. Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak sehingga
kemampuan penginderaan anak dimulai meningkat dengan adanya
stimulasi-stimulasi yang diterima anakseperti: stimulasi visual,
stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi
kinetik.
b. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu
anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar
memecahkan masalah dari hubungan sosial dan belajar memecahkan
masalah dari hubungan tersebut.
d. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar
mengembangkan kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-
idenya.
e. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain.
f. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas
bermain, anak akanmendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-
nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam
lingkungannya.
4. Kategori Bermain
Menurut Wong (2008), bahwa permainan dapat diklasifikasikan:
a. Berdasarkan isinya
1) Bermain afektif sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orangtua atau orang lain. Permainan yang
biasa dilakukan adalah cilukba, berbicara sambil
tersenyum/tertawa atau sekedar memberikan tangan pada bayi
untuk menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil
tersenyum dan tertawa.
2) Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan
rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya,
dengan menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunung
atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuk dengan pasir. Bisa
juga dengan menggunakan air anak akan melakukan bermacam-
macam permainan seperti memindahkan air ke botol, bak atau
tempat lain.
3) Permainan ketrampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak,
khususnya motorik kasar dan halu. Misalnya, bayi akan terampil
akan memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu
tempat ke tempat lain dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi
keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang dilakukan.
4) Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play role)
Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain
melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru
orang dewasa. Misalnya, ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya
yang sebagai yang ia ingin ditiru. Apabila anak bermain dengan
temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran
orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk
memproses/mengidentifikasi anak terhadap peran tertentu.
b. Berdasarkan jenis permainan (Supartini, 2004):
1) Permainan (Games)
Yaitu jenis permainan dengan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan
oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini yang dimulai dari sifat tradisional maupun moderen
seperti ular tangga, congklak, puzzle dan lain-lain.
2) Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied
behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir,
tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan
kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak
melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya
anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau
objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat
permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang
menarik perhatiannya. Peran ini berbeda dibandingkan dengan
onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas anak lain.
c. Berdasarkan karakteristik sosial
1) Solitary play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan
jenispermainan sendiri atau independent walaupun ada orang lain
di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik
dan kognitif.
2) Pararel play
Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau
prasekolahyang masing-masing mempunyai permainan yang sama
tetapi satu sama lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling
tergantung. Dan karakteristik khusus pada usia toddler.
3) Associative play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok.
Yangmulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia
prasekolah dan merupakan permainan dimana anak dalam
kelompok dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir
secara formal.
4) Cooperative play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok,
adatujuan kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia
prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan
remaja.
5) Onlooker play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain
tetapitidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan
permainan itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.
6) Therapeutic play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan,
khususnyauntuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak
selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres,
memberikan instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis
(Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat
medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran
perawatan diri. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus
diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk
melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan
melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi,
memasang infus dan sebagainya.
D. KARAKTERISTIK PERMAINAN MENURUT TEORI
Permainan anak usia36-72 bulan memiliki tujuan
1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
2. Mengembangkan kemampuan berbahasa
3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
4. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara)
5. Membedakan benda dengan perabaan
6. Menumbuhkan sportivitas
7. Mengembangkan kepercayaan diri
8. Mengembangkan kreativitas
9. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll)
10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus
11. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang di luar
rumahnya
12. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan misalnya
pengertian mengenai terapung dan tenggelam
13. Memperkenalkan suasana kompetisi, gotong royong

Alat permainan yang dianjurkan :


1. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll
2. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tuan, orang lain di luar rumah
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN

A. JUDUL PERMAINAN
Permainan Melipat Origami
B. DESKRIPSI PERMAINAN
Anak-anak usia preschool, 3-6 tahun diajak untuk membuat suatu bentuk
dari kertas origami dan mengenal warna melalui pembuatan origami.
Permainan diawali dengan memperkenalkan warna-warna dengan kertas
origami lalu anak diminta memilih warna yang diinginkannya. Setelah itu
anak dibimbing untuk membuat ikan dari kertas origami. Untuk
memberikan apresiasi pada anak maka diberikan hadiah berupa topeng
hewan.
C. TUJUAN PERMAINAN
Tujuan program bermain untuk preshool (usia 3-6 tahun) yang sedang di
rawat di rumah sakit adalah :
1. Memberikan ketenangan selama proses hospitalisasi
2. Melancarkan proses perawatan dan pengobatan
3. Membuat klien kooperatif dengan tenaga kesehatan
4. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
5. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal seperti:
a) Gerakan kasar, dilakukan dengan member kesempatan anak melakukan
permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan
b) Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar
menggambar
c) Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak
mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue
d) Bergaul dan mandiri dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya
bermain ke tetangga.
6. Dapat membantu anak dalam mengekspresikan kesenangan hati
7. Dapat merangsang motorik halus usia pra sekolah
8. Membuat koping adaptif untuk anak-anak
D. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN
1. Kemampuan berkomunikasi terapeutikdengan anak
2. Kemampuan mengajak dan membujuk anak
3. Kemampuan bermain dalam dunia anak-anak
E. JENIS PERMAINAN
Jenis permainan yang dilakukan adalah berkelompok dan teroorganisir serta
merangsang motorik hlus anak pra sekolah.
F. ALAT YANG DIPERLUKAN
Beberapa alat yang diperlukan untuk bermain terapeutik mengenal warna dan
melipat origami ini adalah :
1. Kertas origami
2. Lem jika diperlukan

G. WAKTU PELAKSANAAN
A. Hari/tanggal : Jumat, 22 September 2017
B. Waktu : 10.00-11.00 WIB
C. Tempat :Ruang Bermain Ruang Anak Lantai Dasar
D. Setting tempat :

: anak
v

v : mahasiswa

v
E. Jumlah Peserta : 2 orang
a. Kriteria inklusi
1) Anak kooperatif
2) Anak dapat diajak berkomunikasi
b. Kriteria eksklusi
1) Anak mengalami hambatan mobilitas fisik
2) Anak yang post operasi
F. Metode Bermain:
Memperkenalkan berbagai macam warna dan mengarahkan anak untuk
membentuk ikan dari kertas origami.
H. PROSES BERMAIN
METODE/
NO TAHAPAN KEGIATAN PEMATERI KEGIATAN PESERTA
MEDIA
1 Orientasi a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam Metode:
(5 menit) b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan dan memperhatikan ceramah
c. Menjelaskan tujuan c. Mendengarkan dan memperhatikan Media: kertas
d. Menyampaikan kontrak waktu d. Menyetujui kontrak waktu origami
e. Menyampaikan peraturan selama e. Mendengarkan dan mematuhi
kegiatan terapi bermain
2 Kerja a. Evaluasi perasaan anak-anak a. Menjawab pertanyaan, Metode:
(20menit) mendengarkan dan memperhatikan bermain
b. Evaluasi keinginan untuk bermain b. Menjawab pertanyaan, bersama
anak-anak mendengarkan dan memperhatikan Media:
c. Menyebutkan warna kertas origami c. Menjawab, mendengarkan dan Kertas
yang dibawa oleh mahasiswa memperhatikan origami,
d. Mengarahkan anak untuk memilih d. Menebak kertas origami yang topeng hewan
warna kertas origami diinginkan
e. Mengarahkan anak untuk membuat e. Anak membuat ikan dari kertas
ikan dari kertas origami origami
f. Memberikan apresiasi pada peserta f. Bertepuk tangan dan menerima
yang aktif apreasi yang diberikan
3 Terminasi a. Menanyakan bagaimana perasaan anak- a. Mengekspresikan perasaan setelah Metode:
(10 menit) anak setelah dilakukan program bermain diskusi
bermain Media: -
b. Mengevaluasi pengenalan jenis warna b. Menjawab pertanyaan
kepada anak-anak
c. Menanyakan pendapat tentang c. Menjawab pertanyaan
permainan
d. Memberikan semangat dan d. Mendengarkan dan bertepuktangan
reinforcement positif e. Menyepakati kontrak waktu
e. Melakukan kontrak permainan
selanjutnya f. Menerima hadiah
f. Memberikan hadiah berupa topeng
hewan berwarna g. Menjawab salam penutup
g. Menutup kegiatan dan mengucapkan
salam
B. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI
Hambatan yang mungkin ditemui dalam permainan ini, antara lain :
1. Anak merasa tidak ingin melanjutkan permainan karena sakit yang dirasakan
2. Anak kurang kooperatif pada mahasiswa
3. Anak takut dengan perawat atau dokter karena berpikiran akan dilakukan prosedur
invansif.
4. Kejenuhan audience dalam menyelesaikan permainan
C. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN
1. Kolaborasi dengan orang tua dalam melakukan terapi bermain
2. Distraksi pada anak-anak bahwa anak-anak akan bermain
D. PENGORGANISASIAN
Nama Peran UraianTugas
Ivo MC, penanggung a. Membuka kegiatan bermain
jawab b. Memimpin jalanannya kegiatan bermain
c. Menutup kegiatan bermain
Rainy/ Fasilitator Membantu memfasilitasi anak selama
Nur jalannya kegiatan bermain

E. KRITERIA EVALUASI (STRUKTUR, PROSES DAN HASIL)


1. Struktur
a. Menyiapkan pre planning sebelum pelaksanaan
b. Melakukan kontrak waktu dengan pihak keluarga anak yang menjadi sasaran
c. Menyiapkan alat dan media yang diperlukan
d. Menyiapkan tempat yang akan digunakan
2. Proses
a. Kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat, 22 September 2017
b. Peserta memberikan perhatian penuh ketika kegiatan bermain dilakukan
c. Peserta kooperatif dan aktif dalam bermain
3. Hasil
a. Pesertama mapu merasakan perasaan senangs ecara verbal dan nonverbal
selama mengikuti kegiatan bermain
b. Peserta mengatakan senang mengikuti kegiatan bermain.

Anda mungkin juga menyukai