Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS BERMAIN (TAB)

“MENJAHIT BERPOLA DENGAN KERTAS KARTON”


UNTUK ANAK USIA PRA SEKOLAH

Disusun oleh:

JULIANA Br. SINURAYA


NURSYAFITRI
PALUPI WISNU HARDANI
RONA ERVA ROSANA
SRI KHAYANI
SRI LESTARI
SRI UTAMI WIDIASTUTI
TENTY WULANDARI
YOSICA PUTRI
YUDI YANTO

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan
social dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan
mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2008).

Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik
fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat
kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah
berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain( Soetjiningsih, 2004). (artikel
yang telah melakukan TAB ini), referensi terlalu jauh, ganti

Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi perkembangan dan


pertumbuhan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas
keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang,
sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan
proses belajar pada anak. Anak-anak belajar melalui permainan. Pengalaman
bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan dukungan
orang dewasa membantu anak-anak berkembang secara optimal (Diana,
2010).

Dalam bermain dirumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan


kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang
tidak dapat dihindarkan. Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang
menakutkan bagi anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang
kemampuannya beradaptasi sehingga menimbulkan hal yang menakutkan dan
semakin lama anak mengalami hospitalisasi, maka dampak psikologis yang
terjadi salah satunya adalah peningkatan kecemasan yang berhubungan erat
dengan perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat
pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (penulis
wong)

Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah
satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah
kecemasan selama perawatan, sebelum dan sesudah tindakan operatif .
Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak,
terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan
keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
( kenapa milih terapi menjahit blm tergambar)
(Kenapa memilih ini fenomena terapi bermain ini alenia 1)
(apa manfaat kebutuhan terapi bermain untuk anak sekolah alenia 2)
(alasan kenapa membuat TAB Ini sebutkan sesuai judul alenia3 )

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengurangi atau menghilangkan rasa takut anak terhadap rumah sakit
sebagai dampak hospitalisasi pada anak dan mengembangkan kreatifitas
pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan kesenangan kepada anak yang sedang sakit
b. Dapat merangsang rasa kreatif anak
c. Dapat mengekspresikan perasaan anak
d. Dapat mengembangkan kepercayaan dirinya
e. Agar anak dapat lebih efektif untuk beradaptasi terhadap stress karena
sakit dan lingkungan baru
3. Sasaran
Sasaran dari program terapi aktivitas bermain “Menjahit berpola dengan
kertas karton untuk anak usia prasekolah” adalah anak pra sekolah (yang
berusia 3 tahun sampai dengan 5 tahun) di sekitar lingkungan mahasiswa
yang secara pengobatan tidak ada pengaruh saat melakukan kegiatan terapi
bermain anak.
BAB II
KONSEP TEORI

A. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Pra-Sekolah


1. Pengertian Anak Usia Pra-Sekolah
Anak usia prasekolah, sakit merupakan sesuatu yang menakutkan. Selain
itu, perawatan dirumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak
merasa kehilangan lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih
sayang dan menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan rumah dan
lingkungan yang dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya
(Supartini, 2010).

Anak usia prasekolah atau awal masa kanak-kanak adalah anak yang
berusia antara 3-6 tahun. Usia prasekolah dikatakan sebagai masa bermain,
karena setiap waktu diisi dengan bermain. Mainan merupakan alat yang
sangat penting dari aktivitas bermain (Amida,2012).

Anak prasekolah merupakan anak yang berusia 3-6 tahun yang memiliki
kemampuan berinteraksi dengan social dan lingkungannya sebagai tahap
menuju perkembangan selanjutnya. Anak prasekolah adalah anak yang
berusia 3-6 tahun yang pada masa ini anak memiliki kemapuan
mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain dan sebagai dasar menuju
tahap perkembangan selanjutnya, yaitu tahap sekolah (Astarani, 2017).

2. Perkembangan Anak Pra-sekolah


Perkembangan anak prasekolah menurut (Potts dan Mandleco, 2012)
dibagi menjad lima yaitu :
a) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik pada anak prasekolah meliputi berat badan
mengalami kenaikan pertahunnya rata-rata 2 kg, kelihatan kurus akan
tetapi aktivitas motorik yang tinggi, dimana sistem tubuh sudah
mencapai kematangan seperti bejalan, melompat, dan lain-lain. Pada
pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akn bertambah rata-
rata 6,75-7,5 meter setiap tahunnya.
b) Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan
halus. Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan
keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan
menggunakan oot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh.
Motorik halus merupakan pengorganisasian pengunaan otot-otot kecil
seperti jari jemari dan tangan yang sering menumbuhkan kecermatan
dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup
pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk menggunakan suatu objek.
c) Perkembangan Psikososial
Pada usia 3 sampai 6 tahun anak secara normal telah menguasai rasa
otonomi dan memindahkan untuk menguasai rasa inisiatif.
Perkembangan rasa bersalah terjadi pada waktu anak dibuat merasa
bahwa imajinasi dan aktifitasnya tidak dapat diterima. Anak
prasekolah mulai menggunakan bahasa sederhana dan dapat
bertoleransi terhadap keterlambatan pemusatan dalam periode yang
lama.
d) Perkembangan Moral
Anak prasekolah berada pada tahap pre konvensional pada tahap
perkembangan moral yang berlangsung sampai usia 10 tahun. Pada
fase ini, kesadaran timbul dan penekanannya pada control eksternal.
Standar moral anak berada pada orang lain dan ia mengobservasi untuk
menghindari hukuman dan mendapatkan ganjaran.
e) Tugas Perkembangan
Usia Prasekolah Periode ini berasal sejak anak dapat bergerah sambil
berdiri sampai mereka masuk sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang
tinggi dan penemuan-penemuan. Periode ini merupakan saat
perkembangan fisik dan kepribadian yang besar.Perkembangan
motorik berlangsung terus menerus. Pada usia ini, anak membutuhkan
bahasa dan hubungan social yang lebih luas, mempelajari standart
peran, memperoleh control dan penguasaan diri, semakin menyadari
sifat ketergantungan dan kemandirian, dan mulai membentuk konsep
diri.
3. Ciri – Ciri Anak Usia Pra Sekolah
Ciri-ciri anak prasekolah 3 sampai 6 tahun meliputi aspek fisik, emosi,
social dan kognitif anak (Oktiawati, dkk, 2017) adalah :
a) Ciri fisik
Anak prasekolah dalam penampilan maupun gerak gerik
prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam
tahapan sebelumnya anak sangat aktif, mereka telah memiliki
penguasaan terhadap tumbuhnya dan sangat menyukai kegiatan
yang dilakukan sendiri, seperti memberikan kesempatan kepada
anak untuk lari memanjat dan melompat.
b) Ciri sosial
Anak prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang di
sekitarnya. Biasanya mereka mampunyai sahabat yang berjenis
kelamin sama. Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak
terlalu terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut
cepat berganti-ganti. Anak menjadi sangat mandiri, agresif secara
fisik dan verbal.
c) Ciri emosional
Anak prasekolah yaitu cenderung mengekspresikan emosinya
dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh
anak pada usia tersebut, dan iri hati sering terjadi. Mereka sering
kali mempeributkan perhatian guru.
d) Ciri kognitif
Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam bahasa. Sebagian
besar dari mereka senang bicara, kususnya dalam kelompoknya.
Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bicara. Sebagian mereka
perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
B. Konsep Terapi Bermain
1. Pengertian Bermain
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas
keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang,
sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan
proses belajar pada anak (Diana, 2010). Bermain merupakan stimulasi
yang tepat bagi anak.bermain dapat meningkatkan daya pikir anak
sehingga anak mendayagunakan aspek emosional, social, serta fisiknya.
Bermain juga dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman dan
pengetahuannya, serta berkembangnya keseimbangan menta anak
(Andriana, 2017)

Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik fisik,
emosi mental, intelektual, kreativitas maupun sosial (Soetjiningsih, 2014).
Terapi merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar
terhadap suatu kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang
dengan tujuan melakukan perubahan. Terapi bermain adalah usaha
mengubah tingkah laku yang bermasalah dengan menempatkan anak
dalam situasi bermain (Adriana, 2011).

Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi perkembangan dan


pertumbuhan anak. Diharapkan dengan melakukan Terapi Bermain Anak
ini dapat mengurangi dampak hospitalisasi pada anak.

2. Fungsi Bermain
Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk merangsang
perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi,
kreativitas, kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik.
a. Perkembangan sensorimotor:
Aktivitas sensorimotor adalah komponen utama bermain pada semua
usia. Permainan aktif penting untuk perkembangan otot dan
bermanfaat untuk melepaskan kelebihan energi. Melalui stimulasi
taktil, auditorius, visual dan kinestetik, bayi memperoleh kesan. Todler
dan prasekolah sangat menyukai gerakan tubuh dan mengeksplorasi
segala sesuatu di ruangan.

b. Perkembangan intelektual
Melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar mengenal warna,
bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi objek-objek. Ketersediaan materi
permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah dua variabel
terpenting yang terkait dengan perkembangan kognitif selama masa
bayi dan prasekolah.
c. Sosialisasi
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui bermain, anak belajar membentuk hubungan
sosial dan menyelesaikan masalah, belajar pola perilaku dan sikap
yang diterima masyarakat.
d. Kreativitas
Anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain.
Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas tunggal, meskipun
berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok. Anak merasa
puas ketika menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
e. Kesadaran diri
Melaui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuan
diri dan membandingkannya dengan orang lain. Kemudian menguji
kemampuannya dengan mencoba berbagai peran serta mempelajari
dampak dari perilaku mereka terhadap orang lain.
f. Nilai moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama
dari lingkungan. Melalui aktivitas bermain anak memperoleh
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat
diterima di lingkungannya. Anak juga akan belajar nilai moral dan
etika, belajar membedakan sesuatu dan bertanggung jawab.
g. Manfaat terapeutik
Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan
sarana untuk melepaskan diri dari ketegangann dan stress yang
dihadapi di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan
emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara
yang dapat diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu
mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan keinginan
mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan.

3. Kategori Bermain
Menurut Saputro dan Intan (2017), terapi bermain dikategorikan menjadi 2
yaitu:
a. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukaan anak,
apakah dalam bentuk kesenangan bemain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami dan menempel gambar. Bermain aktif
juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter -
dokteran dan bermain dengan menebak kata.
b. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan
orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati
temannya bermain atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain
tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama
dengan bermain aktif.
4. Macam-Macam Permainan
Ada dua sifat bermain pada anak yaitu sifat aktif dan pasif. Bermain aktif
jika anak berperan secara aktif dalam permainannya memberikan
rangsangan dan melaksanakannya. Bermain pasif anak akan memberi
respon pasif terhadap permainan dan orang atau lingkungan yang
memberikan respon secara aktif (Hidayat , 2005). Bermain aktif antara lain
:
a. Bermain dengan mengamati atau menyelidiki (Exploratory) dimana
perhatian pertama anak tertuju pada alat bermain memeriksa alat
tersebut, memperhatikan, mengocok ngocok apakah ada bunyi,
mencium, meraba, menekan dan kadang membongkar.
b. Bermain Konstruktif (construction play)
c. Bermain drama bermain peran sesuai dengan tokoh idola, main boneka
bonekaan, mainan dokter-dokteran, bermain masak- masakan dengan
teman. Sedangkan bermain pasif melihat gambar di buku atau majalah,
mendengarkan cerita atau musik, menonton telivisi dan lain-lain.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bermain
Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak
dalam bermain yaitu:
a. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus sesuai dengan
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya
permainan merupakan salah satu alat stimulasi untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak
Untuk dapat melakukan suatu permainan diperlukan energi, namun
bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak
Semua jenis alat permainan dapat digunakan oleh anak lakilaki
maupun anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi,
kreativitas, dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan dapat
dijadikan salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri
(laki-laki atau perempuan).
d. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang mendukung dapat menstimulasi imajinasi anak dan
kreativitas anak dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan
Alat dan jenis permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak agar apa yang didapat anak dari kegiatan bermain tersebut dapat
diaplikasikan ke dalam dirinya.
6. Manfaat Dari Program Bermain Pada Anak Usia Pra Sekolah
a. Mengembangkan kreativitas anak
Manfaat bermain bagi anak balita yaitu mengasah otak kanannya, yang
dapat meningkatkan kreativitas, untuk mencoba hal-hal baru. Melalui
permainan, kemampuan berimajinasi anak akan terus berkembang.
Ketika anak dapat melakukan hal-hal yang baru dengan sendirinya,
berarti kreativitasnya mulai berkembang.
b. Mengenal diri sendiri
Sejak dini anakpun harus dilatih untuk mengenal dirinya sendiri yang
salah satunya bisa dilakukan melalui bermain. Dari permainan yang ia
lakukan, anak akan mengenal permainan apa yang ia sukai dan tidak
sukai. Dari situ ia akan mulai tahu apa saja hal-hal yang disukai dan
tidak disukai.
c. Meningkatkan rasa percaya diri
Jagan melarang anak untuk bermain selama permainan yang dilakukan
tidak berbahaya. Bermain dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri
pada diri anak, karena mereka memutuskan sendiri apa yang akan
dilakukan.
d. Melatih bersosialisasi
Bermain juga penting dilakukan untuk melatih bersosialisasi anak
sejak dini. Selama ini kebanyakan orang tua mendidik anaknya agar
menjadi anak yang berprestasi akademik. Hal tersebut memang bukan
hal yang salah, namun ketika anaknya hanya dituntut belajar sepanjang
waktunya, kemampuan bersosialisasi anak dengan banyak orang dan
lingkungan akan berkurang. Bermain sangat penting dilakukan, untuk
itu berilah waktu anak untuk bermain dan biarkan anak bermain
dengan teman sebayanya. Pentingnya bermain yaitu agar ia dapat
bersosialisasi dengan teman dan lingkungan.
e. Mengajarkan berbagi
Ketika anak bermain bersama, biarkan anak membagikan mainannya
dengan teman bermainnya, sehingga akan mengurangi sikap egois
dalam diri anak, dan menanamkan sikap berbagi sejak kecil. Bermain
merupakan salah satu cara penanaman nilai moral sejak dini. Anak
yang suka menyendiri, cenderung memiliki sikap individualis dan
egois dibandingkan anak yang suka bermain bersama teman-temannya.
Akrena dengan bermain bersama, mereka akan saling berbagi dan
menghargai.
f. Melatih beradaptasi dan berkomunikasi
Ketika bermain, khususnya ketika ia bermain diluar rumah, maka ia
akan mengenal lingkungan dan berusaha bergaul dengan anak-anak
lain. Ini dapat menjadi ajang untuk melatih anak beradaotasi dan
berkomunikasi dengan teman-temannya. Melalui permainan, mereka
akan saling bertanya dan mengobrol yang dapat melatihnya
kemampuan berbicara.
G. Melatih sensori Motik halus

7. Prinsip Bermain Dirumah Sakit


a. Tidak boleh bertentangan dengan terapis dan perawatan yang
sedang di jalankan
b. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
c. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
d. Kelompok umur sama
e. Melibatkan keluarga/orang tua.
8. Tujuan Permainan Menyusun Angka Pada Anak Pra Sekolah
a. Tujuan Permainan
1) Melatih kemampuan motorik halus anak
2) Melatih kemampuan Konsentrasi anak
3) Meningkatkan Interasi anak
4) Meningkatkan Kreatifitas anak
b. Manfaat Permainan
1) Untuk melatih pengembangan pada anak
2) Untuk melatih perkembangan kognitif anak
3) Untuk melatih perkembangan fisik dan motorik anak
BAB III
SATUAN ACARA PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

A. Pengertian
Suatu kegiatan yang menyenangkan untuk anak usia pra sekolah dengan
menggunakan koordinasi mata dan tangan terutama melatih motorik halus
anak.
B. Tujuan
1. Melatih anak untuk bersabar dan memecahkan masalah
2. Melatih koordinasi mata dan ketrampilan tangan
3. Anak mampu mengembangkan kemampuan berfikir dan konsentrasi

4. Anak dapat melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan dengan teman sesamanya
5. Menurunkan perasaan hospitalisasi.
6. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat
7. Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan.
8. Melanjutkan perkembangan ketrampilan motorik halus

C. Karakteristik sasaran
1. Anak Sakit usia pra sekolah ( 5-6 th)
2. Keadaan umum mulai membaik
3. Klien dapat duduk
4. Tidak bertentangan jenis penyakit dipandang dari sudut penularan
D. Waktu dan tempat pelaksanaan
1. Tempat : Ruang Cempaka
2. Hari/ Tanggal : Kamis, 07 Oktober 2021
3. Waktu : 09.00-09.25 WIB
E. Setting tempat

Ket :
= Anak

= Perawat

= Meja
F. Jenis aktivitas
Menjahit dengan menggunakan pola baju dari kertas karton dan pita.
G. Metode
Metode yang digunakan antara lain: urutan yg dilakukan
1. Perkenalan antara pendemonstrasi dengan anak-anak yang akan melakukan TAB
2. Menjelaskan tujuan dilakukan Tab ini
3. Memperagakan langkah-langkah menjahit menggunakan kertas karton yang sudah
berpola dengan pita
4. Anak memperhatikan langkah-langkah yang di demonstrasikan oleh perawat
5. Anak-anak melakukan menjahit menggunakan kertas karton yang sudah berpola
dengan pita
6. Anak dapat memasukan pita kelubang karton sampai selesai
7. Anak-anak dapat menyelesaikan menjahit selesai 1 pola karton
8. Anak-anak terlihat senang
H. Media
1. Kertas karton yang sudah berpola
2. Pita berwarna

I. Proses Pelaksanaan

N Waktu Fase Terapis Subjek terapis


o
1 09.00- 1. Menjawab salam
09.10 menit Pembuka 1. Membuka acara dengan
mengucapkan salam dan
an memperkenalkan diri
2. Mendengarkan
2. Menjelaskan kepada orang tua penyuluh menyampaikan
dan anak tentang terapi bermain topik dan tujuan.
yang akan di laksanakan

3. Kontrak waktu untuk


kesepakatan pelaksanaan 3. Menyetujui
kesepakatan waktu
pelaksanaan bermain
2 09.10-09.20 Ice
menit breking
3 09.20- Kegiatan 1. Menyiapkan mainan
09.40 inti 2. Menjelaskan pada anak dan
menit keluarga tentang tujuan dan
manfaat bermain, menjelaskan
cara permainan
3. Mengajak anak bermain
4. Bermain menjahit berpola Mengikuti
dengan kertan karton dan pita.
5. Meminta anak untuk
memasukkan pita ke dalam
lubang pada karton berpola. Menanggapi -
6. Anak dapat menjahit pita Mengikuti
kepola karton dengan selesai.
7.Memberikan Reinfocement
positif jika anak bisa mengikuti
permainan.

3 09.40- Penutup Mengakhiri permainan Memperhatikan -


09.45 a. Melakukan evaluasi Menanggapi

J. Evaluasi Yang Diharapkan


Perawat berharap peserta terapi bermain mampu :
1. Evaluasi Struktur yang Diharapkan
a. Alat-alat yang digunakan lengkap.
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana.
2. Evaluasi Proses yang Diharapkan
a. Perkenalan antara pendemonstrasi dengan anak-anak yang akan melakukan
TAB.
b. Menjelaskan tujuan dilakukan Tab ini.
c. Memperagakan langkah-langkah menjahit menggunakan kertas karton yang
sudah berpola dengan pita.
d. Anak memperhatikan langkah-langkah yang di demonstrasikan oleh perawat
e. Anak-anak melakukan menjahit menggunakan kertas karton yang sudah
berpola dengan pita.
f. Anak dapat memasukan pita kelubang karton sampai selesai.
g. Anak-anak dapat menyelesaikan menjahit selesai 1 pola karton
h.Anak-anak terlihat senang.
3. Evaluasi Hasil yang Diharapkan (prosentasenya)
a. Anak merasa senang.
b. Anak tidak merasa tidak takut lagi terhadap perawat.
Daftar pustaka

Adriana, Dian, 2011. Tumbuh Kembang dan Therapy Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba
Medika.

Astrani, K. 2017. Hospitalisasi & Terapi Bermain Pada Anak . Nganjuk : Adjie Media
Nusantara

Diana Mutiah. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana

Donna L. Wong. ...... et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama.
Jakarta :
EGC.

Hockenberry , J.M. & Wilson, D. 2007. Wong’s nursing care of infant and children. (8 th
edition). Canada: Mosby Company.

Hockenberry , J.M. & Wilson, D. 2009. Essentials of pediatric nursing. St.Louis: Mosby An
Affilite of Elsevier inc.

Rohmah, N. 2013. Terapi Bermain. Jember: LPPM Universitas Muhammadiyah Jember

Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, A. Juntika. 2005. Landasan Bimbingan & Konseling.
Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai