Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TERAPI BERMAIN BERNYANYI DAN MENARI RS

BHAYANGKARA MAKASSAR DI RUANGAN ANAK

OLEH :
NINI FITRIANI
14420201030

CI INSTITUSI

(Suhermi, S.Kep,Ns.,M.Kes)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA MAKASSAR
2020/2021
PROPOSAL TERAPI BERMAIN BERNYAYI DAN MENARI
PADA ANAK USIA < 3 TAHUN DI RS BHAYANGKARA MAKASSAR DI
RUANGAN ANAK PADA TANGGAL 06 MARET 2021
A. Latar Belakang
Anak yang masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman trauma pada anak, yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi.
Stress ini dengan orang tua, kehilangan control dan perlakuan akibat tindakan invasive yang
menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya pada anak akan menimbulkan berbagai reaksi seperti
menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tindakan tidak kooperatif terhadap
aktivitas sehari-hari serta menolak tindakan keperawatan yang diberikan oleh petugas
kesehatan.
Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani merupakan rumah sakit rujukan yang
memfasilitasi pemeriksaan lebih modern dan beragam jenisnya yang juga merupakan
penyebab stress bagi anak-anak yang berada di rumah sakit, orang tua atau pengasuh anak
yang mendampinginya untuk dilakukan pemeriksaan. Dalam hal ini rumah sakit juga
memfasilitasi dan berupaya kearah yang positif sehingga anak mersa lebih nyaman, dapat
beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit, begitu juga orang tua atau pengasuh yang
medampingi anak. Upaya yang dilakukan adalah meminimalkan pengaruh negative
hospitalisasi yaitu melakukan kegiatan “Play Theraphy Program”. Manfaat play therahy
program dalam penanganan anak yang dirawat di rumah sakit maka akan memudahkan anak
menyatakan rasa kecemasan dan ketakutan lewat permainan, mempercepat proses adaptasi,
anak mudah diajak bekerja sama dengan metode pendekatan proses keperawatan di rumah
sakit.
Karena pentingnya manfaat terapi bermain dalam penanganan anak yang mengalami
hospitalisasi maka dalam hal ini perawat melaksanakan program terapi bermain pada anak-
anak yang sedang dirawat di Ruang Abimanyu RSUD Sanjiwani Denpasar.
B. Konsep Terapi Bermain
1. Pengertian Terapi Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Thompson dan Henderson, 2007).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum
dan sesudah tindakan operatif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam
perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan
asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, 2005).
International Assosiation for Play Theraphy dalam Mashito (2017) menyebutkan
bahwa terapi bermain adalah penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk
memantapkan proses interpersonal dimana terapis bermain menggunakan kekuatan
teraupetik permainan untuk membantu konseling mencegah atau menyelesaikan
kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal.
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (Alimul, 2009)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan
alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak (Sudono, 2000).
2. Macam-macam terapi bermain
a) Bermain aktif
Bermain aktif adalah bermain dengan kegembiraan yang timbul dari apa yang
dilakukan anak itu sendiri. Kebanyakan anak melakukan berbagai bentuk bermain
aktif, tetapi banyaknya waktu yang digunakan dan banyaknya kegembiraan yang akan
diperoleh dari setiap permainan sangat bervariasi. Berbagai bentuk bermain aktif
yang popular dikalangan anak adalah:
1) Bermain Bebas dan Spontan merupakan bentuk bermain aktif yang merupakan
wadah untuk melakukan apa, kapan, dan bagaimana mereka ingin melakukannya.
Anak-anak terus bermain selama kegiatan itu menimbulkan kegembiraan dan
kemudian berhenti bila perhatian dan kegembiraan dari permainan itu berkurang.
Terdapat tiga alasan berkurangnya minat anak dalam bermain bebas dan spontan.
Pertama, kebanyakan permainan itu bersifat menyendiri, anak berkurang
minatnya pada saat timbul keinginan mempunyai teman. Kedua, karena
kegembiraan dari jenis bermain ini terutama timbul dari eksplorasi, ketika rasa
ingin tahu mereka telah terpenuhi dengan apa yang tersedia. Ketiga, karena
cepatnya pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak.
2) Permainan Drama adalah bentuk bermain aktif di masa anak-anak, melalui prilaku
dan bahasa yang jelas, berhubungan dengan materi atau situasi seolah-olah hal itu
mempunyai atribut yang lain ketimbang yang sebenarnya. Jenis bermain ini dapat
bersifat reproduktif atau produktif yang bentuknya sering disebut kreatif. Dalam
permainan drama reproduktif dan produktif, anak sendiri yang memainkan peran
penting, menirukan karakter yang dikaguminya dalam kehidupan nyata atau
dalam media massa, atau ingin menyerupainya.
3) Musik merupakan bermain aktif atau pasif, bergantung bagaimana
penggunaannya. Musik dapat berbentuk reproduktif atau produktif. Apabila anak
memproduksi kata-kata dan nada yang dihasilkan orang lain atau jika mereka
berdansa mengiringi irama musik seperti yang telah diajarkan, bentuknya
reproduktif. Sebaliknya bila menyusun sendiri kata-kata sebuah lagu atau
menghasilkan nada untuk kata-kata yang ditulis orang lain, atau melakukan
langkah dansa baru untuk menyertai musik, bentuknya menjadi produktif dan
karenanya merupakan bentuk kreativitas. Menyanyi merupakan bentuk paling
umum dari ekspresi musical karena tidak membutuhkan latihan teknis.
4) Mengumpulkan adalah kegiatan bermainn yang umum di kalangan anak-anak dari
semua latar belakang semua ras, agama dan sosioekonomis. Biasanya dimulai
pada tahun-tahun prasekolah, yakni pada anak usia 3 tahun. Pada mulanya anak
mengumpulkan segala sesuatu yang menarik perhatiaannya, tanpa mempersoalkan
kegunaannya. Sejak anak memasuki sekolah hingga mencapai masa puber,
mengumpulkan benda yang menarik perhatiannya pada saat itu atau yang serupa
dengan benda yang dikumpulkan temannya merupakan salah satu bentuk bermain
yang terpopuler bagi anak laki-laki dan perempuan. Kegiatan ini memiliki rasa
bangga karena memiliki koleksi yang lebih banyak ketimbang temannya, dan
mereka sering terlibat dalam musim tukar-menukar atau barter yang panjang.
5) Mengeksplorasi seperti halnya bayi yang memperoleh kegenbiraan besar dari
mengeksplorasi apa saja yang baru atau berbeda, demikian pula halnya dengan
anak yang lebih besar. Akan tetapi, permaianan eksplorasi anak yang lebih besar
berbeda dari kegiatan eksplorasi bayi yang sifatnya bebas dan spontan.
6) Permainan dan Olah Raga adalah perlombaan dengan serangkaian peraturan, yang
dilakukan sebagai hiburan atau taruhan. Bettelheim menjelaskan mereka
merupakan kegiatan yang dicirikan oleh peraturan yang disetujui dan mempunyai
persyaratan dan peraturan yang diadakan oleh luar untuk memanfaatkan kegiatan
tersebut dengan cara yang diinginkan, dan tidak untuk kesenangan yang
diperolehnya. Istilah olah raga biasanya dikaitkan dengan pertandingan antar tim
yang sangat terorganisasi, misalnya sepak bola, atau bola basket dll.
b) Bermain Pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Dalam kegiatan
bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila
terdapat hal-hal seperti dibawah ini:
1) Kesehatan anak menurun.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain.
Hiburan merupakan bentuk bermain pasif, tempat anak memperoleh
kegembiraan dengan usaha yang minimum dari kegiatan orang lain. Bentuk hiburan
yang paling umum di kalangan anak adalah sebagai berikut: Membaca sebagai
kesenangan tidak merupakan bentuk hiburan yang populer, dan anak-anak
meneruskan kegembiraan dibacakan, seperti ketika mereka masih kecil. Jauh sebelum
anak mampu membaca dan sebelum mereka mampu mengerti arti setiap kata kecuali
yang sederhana, mereka ingin dibacakan. Sampai mereka dapat membaca dengan
usaha minimum dan bagi kebanyakan anak hal ini tidak terjadi sebelum kelas tiga
atau empat. Membaca Komik merupakan cerita kartun yang unsur ceritanya kurang
penting ketimbang gambarnya. Kebanyakan komik yang dicetak sekarang berkaitan
dengan petualangan ketimbang komedi dan daya tariknya timbul dari aspek
emosional.
3. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
a) Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang
mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia
toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik
kasar maupun halus.
b) Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya
terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini,
anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
c) Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan
aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler
dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
d) Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya,
dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e) Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak
akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini
penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam
kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain
f) Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada
dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral
dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut
mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang
efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat.
Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan
aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
4. Prinsip Bermain di Rumah Sakit
Menurut Supartini (2004), terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap
harus memperhatikan kondisi kesehatan anak. Ada beberapa prinsip permainan pada anak
di rumah sakit.
Pertama, permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang
dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat
dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di
tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.
Kedua, permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat
permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan (Supartini, 2004).
Ketiga, permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil
perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka yang
dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari
(Wong, et al, 2009).
Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai
kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak
walaupun sedang dirawat di rumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain anak. Perawat
hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diiniasi oleh perawat,
orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan
sampai mengevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan orang tua anak
lainnya (Wong, et al, 2009).
5. Klasifikasi Bermain
a) Berdasarkan isi permainana.
1) Sosial Affective PlayInti
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara
anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan
dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain.
2) Sense of Pleasure Play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak.
Misalnya, bermain dengan pasir.
3) Skill Play
Permainan ini meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan
halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda kecil, anak akan
terampil bermain sepeda.
4) Games atau Permainan
Jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan
atau skor. Misalnya, ular tangga, puzzle
5) Unoccupied Behaviour
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
memainkan kursi, meja atau apa yang ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak
tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada
disekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak tampak senang dan
asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut.
6) Dramatic Play
Dalam permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain
melalui permainannya. Misalnya, anak memerankan sebagai ibu guru, ayahnya
atau ibunya
b) Ditinjau dari karakter
1) Social anlooker play
Anak hanya akan mengamati temannya yang sedang bermain tanpa ada inisiatif
untuk ikut berpartisipasi dalam permainan.
2) Solitary play
Pada pemainan ini anak tampak berada dalam kelompok permaian, tetapi
anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya yang berbeda denga
n teman yang lain, tidak ada kerja sama atau komunikasi dengan teman
sepermainannya.
3) Paralel play
Anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara anak satu
dengan anak yang lain tidak terjadi kontak. Biasanya permainan ini dilakukan
pada usia toddler.
4) Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak yangla
in tetapi tidak terorganisir, tidak ada pemimpin dan tujuan permainan
tidak jelas.Misalnya, bermain boneka atau masak-masakan.
5) Cooperative play
Aturan permaian dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Misalnya, bermain sepak bola.
C. Konsep Bernyanyi dan Menari
1. Pengertian
Bernyanyi adalah merupakan kegiatan dimana kita mengeluarkan suara secara
beraturan dan berirama baik diiringi oleh iringan musik ataupun tanpa iringan musik.
Bernyanyi berbeda dengan berbicara bernyanyi memerlukan teknik-teknik tertentu
sedangkan berbicara tanpa perlu menggunakan teknik tertentu. Bagi anak kegiatan
bernyanyi adalah kegiatan yang menyenangkan bagi mereka, dan pengalaman bernyanyi
ini memberikan kepuasan kepadanya. Bernyanyi juga merupakan alat bagi anak untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya. (Jamalus, 1988:46)
Menari adalah ungkapan persaaan atau ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan
melalui gerak yang ritmis dan indah. Menari berarti memainkan tari (menggerak-
gerakkan tubuh dengan irama). Menari merupkan keterampilan khusus, bahkan bakat itu
menentukan kualitas tarinya. Namun, demikian bukan berarti bahwa seseorang yang
kurang berbakat tidak mempunyai peluang untuk menjadi penari yang berkulitas. Karena
semua ketrampilan bisa dipelajari, dilatih, dan dibiasakan.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan permainan, diharapkan pada anak dapat mengembangkan
mental dan kreativitasnya melalui pengalaman, dapat beradaptasi efektif terhadap
stress, serta dapat meningkatkan optimalisasi kemampuan diri.
b. Tujuan Khusus
Setelah bermain anak diharapkan:
1) Dapat mengembangkan social, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar.
2) Dapat beradaptasi dengan stress dalam diri
3) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
4) Kooperatif perawatan dan pengobatan
5) Memfasilitasi anak untuk mengekpresikan perasaannya
6) Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak
7) Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat
8) Menigkatkan kreatifitas bermain
3. Waktu Kegiatan
Hari/Tanggal : SABTU, 06 MARET 2021
Pukul : 10.00 – 10.30 WITA
Tempat : RS Bhayangkara Makassar Di Ruangan Anak
4. Sasaran
a. Anak usia < 3 tahun yang dirawat di RS Bhayangkara Makassar Di Ruangan Anak
Jumlah peserta minimal 3 orang anak dan didampingi oleh orang tua
b. Keadaan umum mulai membaik
c. Pasien dapat duduk
d. Pasien kooperatif
5. Metode
Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung dengan
menggunakan iringan musik. Setiap anak akan bernyanyi dan menari bersama, kemudian
leader memimpin jalannya permainan dengan menginstruksikan pada anak-anak untuk
bernyanyi dan menari bersama. Fasilitator ikut berperan dalam pendampingan anak
ketika bernyanyi sambil menari, kemudian, observer menilai jalannya permainan.
6. Media
Media yang digunakan adalah musik
7. Pengorganisasian
a. Leader : NINI FITRIANI

Tugas :- Membuat proposal


- Membuka jalan bermain
- Menjelaskan tujuan
- Memperkenalkan perangkat
b. Co Leader : PUTRI AFIA
Tugas :- Menjelaskan alur pelaksanaan bermain
- Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai
- Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
c. Fasilitator : Riveni Wajdi, Ria Reskiyanti, Annisa Nurul
d. Tugas : - Memfasilitasi anak yang kurang aktif.
- Berperan sebagai role model bagi anak selama kegiatan
berlangsung.
- Membantu anak bila anak mengalami kesulitan.
- Mempersiapkan alat dan tempat bermain.
e. Observer : Nurul Hasanah
Tugas : - Mengobservasi jalannya atau proses kegiatan
- Mencatat perilaku verbal nonverbal anak selama kegiatan
berlangsung.
- Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta
Karakteristik anak.

8. Rencana Kegiatan
a. Rencana Kegiatan

No Waktu Terapi Anak Ket


1 10 menit Mengatur posisi
Pembukaan:
a. Co-Leader membuka Menjawab salam
dan mengucapkan
salam
b. Memperkenalkan diri Mendengarkan
terapis
c. Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing
d. Memperkenalkan anak Mendengarkan dan saling
satu persatu dan anak berkenalan
saling berkenalan
dengan temannya
e. Kontrak waktu
dengan anak Mendengarkan
f. Mempersilahkan
Leader Mendengarkan

2 15 menit Kegiatan Bermain:


a. Leader menjelaskan Mendengarkan
cara permainan
b. Membagikan Menerima permainan
permainan
c. Leader, co-leader, dan Bermain
Fasilitator memotivasi
anak
d. Fasilitator Bermain
mengobservasi
anak Mengungkapkan perasaan
e. Menanyakan perasaan
anak
3 5 menit Penutup:
a. Leader menghentikan Selesai bermain
permainan
b. Menanyakan perasaan Mengungkapkan perasaan
anak
c. Memperlihatkan hasil Menunjukkan hasil
permainan permainan
d. Membagikan Senang
souvenir/kenang-
kenangan pada semua
anak yang bermain
e. Menanyakan perasaan
anak Mengungkapkan perasaan
f. Co-leader menutup Mendengarkan
acara
g. Mengucapkan salam Menjawab salam

b. Alur permainan
1) Leader membagikan alat peraga sesuai dengan tema nyanyian
2) Minta anak untuk mengikuti arahan fasilitator dalam gerakan tarian
sambil bernyanyi
3) Berikan waktu 15 menit untuk bermain dengan bentuk bernyanyi dan menari

9. Posisi Tempat Bermain

O L C

F F

F
F

Keterangan :

a. L : Leader

b. C : Co-Leader

c. O : Observer

d. F : Fasilitator
e. : Anak

f. : Orang Tua

10. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Sarana yang sudah disiapkan sebelum acara di mulai yaitu music sebagai panduan
anak untuk bernyanyi dan menari
 Media yang akan dipakai sudah disiapkan 1 hari sebelum proses pelaksanaan
kegiatan dilaksanankan.
 Struktur peran sudah ditentukan yaitu Ni Kadek Sri Damayanti sebagai Leader, Ni
Made Nila Warsiki sebagai Co-Leader, I Gede Dwi Yasa Sugiharta Sebagai
Observer, Luh Gede Yuniasti Widhiasih Jorareis, Meindha Nurrintan, Ni Kadek
Asri Yastiti, Ni Putu Sukma Pratiwi, I Kadek Surya Mahardika sebagai Fasilitator.
 Kontrak waktu dengan keluarga sudah dilakukan satu hari sebelum terapi bermain
yaitu tanggal 28 Maret 2019.
2. Evaluasi Proses
 Leader sudah memandu jalannya permainan dari permainan dimulai hingga selesai.
 Anak-anak dapat merespon dengan baik apa yang diberikan leader saat bermain.
 Anak-Anak dapat mengikuti nyanyian dan gerakan yang dicontohkan
 Kegiatan bernyanyi dan menari dapat berjalan dengan lancar.
 Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan perannya.
3. Evaluasi Hasil
 Jangka Pendek
Anak mampu mengikuti kegiatan terapi bermain serta tidak adanya anak yang
menangis ataupun ingin meninggalkan kegiatan terapi bermain sebelum selesai.
 Jangka Panjang
Anak dapat meningkatkan kreatifitas, imajinasi dan keterampilannya dalam
merangkai gerakan dan bernyanyi
LAMPIRAN

NAMA ANAK EVALUASI EVALUASI NON HASIL


VERBAL VERBAL
DAFTAR NAMA PESERTA TERAPI BERMAIN

NO NAMA PESERTA UMUR


DAFTAR PUSTAKA

Alimul. 2009. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Mashito. 2017. Pengertian Terapi Bermain. Termuat dalam:
digilib.uinsby.ac.id/15165/8/Bab%202.pdf diakses pada tanggal 14 Mei 2018
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayidan Anak (Perawat dan Bidan) Edisi 1.
Jakarta: Salemba Medika.
Purnajaya, H. 2014. Proposal Terapi Bermain pada Anak. [online]. Termuat dalam:
https://www.academia.edu/6573544/PROPOSALTERAPI-BERMAIN-ANAK.
diakses pada tanggal 14 Mei 2018.
Sudono. 2000. Sumber BElajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Thompson and Henderson. 2007. Counseling Children. Seventh Edition. Belmont:
Thompson Coporation.
Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai