OLEH :
NINI FITRIANI
14420201030
CI INSTITUSI
(Suhermi, S.Kep,Ns.,M.Kes)
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA MAKASSAR
2020/2021
PROPOSAL TERAPI BERMAIN BERNYAYI DAN MENARI
PADA ANAK USIA < 3 TAHUN DI RS BHAYANGKARA MAKASSAR DI
RUANGAN ANAK PADA TANGGAL 06 MARET 2021
A. Latar Belakang
Anak yang masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman trauma pada anak, yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi.
Stress ini dengan orang tua, kehilangan control dan perlakuan akibat tindakan invasive yang
menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya pada anak akan menimbulkan berbagai reaksi seperti
menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tindakan tidak kooperatif terhadap
aktivitas sehari-hari serta menolak tindakan keperawatan yang diberikan oleh petugas
kesehatan.
Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani merupakan rumah sakit rujukan yang
memfasilitasi pemeriksaan lebih modern dan beragam jenisnya yang juga merupakan
penyebab stress bagi anak-anak yang berada di rumah sakit, orang tua atau pengasuh anak
yang mendampinginya untuk dilakukan pemeriksaan. Dalam hal ini rumah sakit juga
memfasilitasi dan berupaya kearah yang positif sehingga anak mersa lebih nyaman, dapat
beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit, begitu juga orang tua atau pengasuh yang
medampingi anak. Upaya yang dilakukan adalah meminimalkan pengaruh negative
hospitalisasi yaitu melakukan kegiatan “Play Theraphy Program”. Manfaat play therahy
program dalam penanganan anak yang dirawat di rumah sakit maka akan memudahkan anak
menyatakan rasa kecemasan dan ketakutan lewat permainan, mempercepat proses adaptasi,
anak mudah diajak bekerja sama dengan metode pendekatan proses keperawatan di rumah
sakit.
Karena pentingnya manfaat terapi bermain dalam penanganan anak yang mengalami
hospitalisasi maka dalam hal ini perawat melaksanakan program terapi bermain pada anak-
anak yang sedang dirawat di Ruang Abimanyu RSUD Sanjiwani Denpasar.
B. Konsep Terapi Bermain
1. Pengertian Terapi Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Thompson dan Henderson, 2007).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum
dan sesudah tindakan operatif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam
perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan
asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, 2005).
International Assosiation for Play Theraphy dalam Mashito (2017) menyebutkan
bahwa terapi bermain adalah penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk
bersifat reproduktif atau produktif yang bentuknya sering disebut kreatif. Dalam
permainan drama reproduktif dan produktif, anak sendiri yang memainkan peran
penting, menirukan karakter yang dikaguminya dalam kehidupan nyata atau
dalam media massa, atau ingin menyerupainya.
3) Musik merupakan bermain aktif atau pasif, bergantung bagaimana
penggunaannya. Musik dapat berbentuk reproduktif atau produktif. Apabila anak
memproduksi kata-kata dan nada yang dihasilkan orang lain atau jika mereka
berdansa mengiringi irama musik seperti yang telah diajarkan, bentuknya
reproduktif. Sebaliknya bila menyusun sendiri kata-kata sebuah lagu atau
menghasilkan nada untuk kata-kata yang ditulis orang lain, atau melakukan
langkah dansa baru untuk menyertai musik, bentuknya menjadi produktif dan
karenanya merupakan bentuk kreativitas. Menyanyi merupakan bentuk paling
umum dari ekspresi musical karena tidak membutuhkan latihan teknis.
4) Mengumpulkan adalah kegiatan bermainn yang umum di kalangan anak-anak
dari semua latar belakang semua ras, agama dan sosioekonomis. Biasanya
dimulai
pada tahun-tahun prasekolah, yakni pada anak usia 3 tahun. Pada mulanya anak
mengumpulkan segala sesuatu yang menarik perhatiaannya, tanpa mempersoalkan
tersebut dengan cara yang diinginkan, dan tidak untuk kesenangan yang
diperolehnya. Istilah olah raga biasanya dikaitkan dengan pertandingan antar tim
yang sangat terorganisasi, misalnya sepak bola, atau bola basket dll.
b) Bermain Pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Dalam kegiatan
bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila
terdapat hal-hal seperti dibawah ini:
1) Kesehatan anak menurun.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain.
Hiburan merupakan bentuk bermain pasif, tempat anak memperoleh
kegembiraan dengan usaha yang minimum dari kegiatan orang lain. Bentuk hiburan
yang paling umum di kalangan anak adalah sebagai berikut: Membaca sebagai
kesenangan tidak merupakan bentuk hiburan yang populer, dan anak-anak
meneruskan kegembiraan dibacakan, seperti ketika mereka masih kecil. Jauh sebelum
anak mampu membaca dan sebelum mereka mampu mengerti arti setiap kata kecuali
yang sederhana, mereka ingin dibacakan. Sampai mereka dapat membaca dengan
usaha minimum dan bagi kebanyakan anak hal ini tidak terjadi sebelum kelas tiga
atau empat. Membaca Komik merupakan cerita kartun yang unsur ceritanya kurang
penting ketimbang gambarnya. Kebanyakan komik yang dicetak sekarang berkaitan
dengan petualangan ketimbang komedi dan daya tariknya timbul dari aspek
emosional.
3. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
a) Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi
yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak
usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik
baik kasar maupun halus.
b) Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih
diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian
bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini,
anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
c) Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat
melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami
bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler
dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
d) Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya,
dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di
tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.
Kedua, permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat
permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan (Supartini, 2004).
Ketiga, permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil
perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka
yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam
hari (Wong, et al, 2009).
Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai
kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak
walaupun sedang dirawat di rumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain anak. Perawat
hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diiniasi oleh perawat,
orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan
sampai mengevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan orang tua anak
lainnya (Wong, et al, 2009).
5. Klasifikasi Bermain
anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya yang berbeda
denga
n teman yang lain, tidak ada kerja sama atau komunikasi dengan teman
sepermainannya.
3) Paralel play
Anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara anak satu
dengan anak yang lain tidak terjadi kontak. Biasanya permainan ini dilakukan
pada usia toddler.
4) Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak
yangla in tetapi tidak terorganisir, tidak ada pemimpin dan tujuan
permainan tidak jelas.Misalnya, bermain boneka atau masak-masakan.
5) Cooperative play
Aturan permaian dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Misalnya, bermain sepak bola.
berlangsung.
- Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta
Karakteristik anak.
8. Rencana Kegiatan
a. Rencana Kegiatan
F
F
F
Keterangan :
a. L : L eader
C
b. : Co-Leader
O
c. : O bserver
d. F : F asilitator
e. : A nak
f. : O rang T ua
10. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
• Sarana yang sudah disiapkan sebelum acara di mulai yaitu music sebagai panduan
anak untuk bernyanyi dan menari
• Media yang akan dipakai sudah disiapkan 1 hari sebelum proses pelaksanaan
kegiatan dilaksanankan.
• Struktur peran sudah ditentukan yaitu Ni Kadek Sri Damayanti sebagai Leader, Ni
Made Nila Warsiki sebagai Co-Leader, I Gede Dwi Yasa Sugiharta Sebagai
Observer, Luh Gede Yuniasti Widhiasih Jorareis, Meindha Nurrintan, Ni Kadek
Asri Yastiti, Ni Putu Sukma Pratiwi, I Kadek Surya Mahardika sebagai Fasilitator.
• Kontrak waktu dengan keluarga sudah dilakukan satu hari sebelum terapi bermain
yaitu tanggal 28 Maret 2019.
2. Evaluasi Proses
• Leader sudah memandu jalannya permainan dari permainan dimulai hingga selesai.
• Anak-anak dapat merespon dengan baik apa yang diberikan leader saat bermain.
Alimul. 2009. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Mashito. 2017. Pengertian Terapi Bermain. Termuat dalam:
digilib.uinsby.ac.id/15165/8/Bab%202.pdf diakses pada tanggal 14 Mei 2018
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayidan Anak (Perawat dan Bidan) Edisi 1.
Jakarta: Salemba Medika.
Purnajaya, H. 2014. Proposal Terapi Bermain pada Anak. [online]. Termuat dalam:
https://www.academia.edu/6573544/PROPOSALTERAPI-BERMAIN-ANAK.
diakses pada tanggal 14 Mei 2018.
Sudono. 2000. Sumber BElajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak . Jakarta: EGC
Thompson and Henderson. 2007. Counseling Children. Seventh Edition. Belmont:
Thompson Coporation.
Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC