Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL KEGIATAN

TERAPI BERMAIN ANAK USIA TODDLER DENGAN


BERMAIN MEMASUKAN BOLA KEDALAM KERANJANG
DI RUANG KEMUNING RSUD BAYU ASIH
PURWAKARTA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I
1. NENCI NIK : 010518371
2. FITRIE MARYAM NIK : 010518355
3. DESI NURHANIFAH NIK :
4. INDRI SOPIYANI NIK :
5. DALIM NIK :
6. NALIM NIK : 010518370
7. ABDUL SUBUR NIK :

PROGRAM STUDY NERS


INSTITUT MEDIKA DRG SUHERMAN ( IMDS )
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi
Bermain Memasukkan Bola Ke Dalam Keranjang pada Anak Usia Toddler di
Rumah Sakit “ Makalah ini berisikan tentang preplaining terapi bermain yang
akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia toddler di rumah sakit.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain
memasukan bola kedalam keranjang. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin.

Purwakarta, 08 Februari 2019

penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi
anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak
juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Bermain memasukan bola ke dalam keranjang menggunakan objek yang


dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk
berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif
dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu
seperti bermain dalam melempar bola ke dalam keranjang, disini anak selalu
dipacu untuk selalu konsetrasi dalam melakukan pelemparan .

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh-kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b) Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawat.
c) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d) Beradaptasi dgn lingkungan dan mempererat hubungan perawat dan
klien.
e) Mengurangi dehidrasi akibat kehilangan energi pada saat therapi
bermain.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul,
2009)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Alat permainan hendaknya disesuikan dengan jenis kelamin dan usia anak
sehingga dapat merangsang perkembangan anak dengan optimal.

B. Tujuan Bermain
Tujuan brmain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak
akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang
kreatif, cerdas dan penuh inovatif.

C. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan
untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat
permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak
akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-
mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia
telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan
untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan
imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan
eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada
anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan
prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas
sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang
satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin
berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak
tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan
temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan
diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang
tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya
dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain
anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala
tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman
merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan
sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media
yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan
memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk
mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan
nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
D. Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
a. Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa
alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan,
mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan
kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
c. Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
d. Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.
Contohnya:
a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b) Mendengarkan cerita atau musik
c) Menonton televisi
d) Dll
E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

F. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


Usia 1 – 3 Tahun ( Usia Toddler )
Tujuannya adalah ;
1. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
3. Melatih motorik halus dan kasar.
4. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
5. Melatih kerjasama mata dan tangan.
6. Melatih daya imajinansi.
7. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Alat-alat untuk menggambar.
2. Lilin yang dapat dibentuk
3. Pasel (puzzel) sederhana.
4. Manik-manik ukuran besar.
5. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
6. Bola.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan, lokasi, negara, kultur

H. Tahap Perkembangan Bermain


a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
e. Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan
J. Cara Bermain
1. Sediakan bola plastik ukuran kecil
2. Sediakan kotak tempat keranjang bola saat di lempar
3. Siapkan bola di depan anak masing- masing kurang lebih 10 bola
4. kasih aba-aba saat melempar bola
5. Berikan hadiah bagi anak yang lebih banyak memasukan bola ke dalam
keranjang.
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak
memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan atau intake yang kurang
dapat menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas
bermain yang bervariasi,baik bermain aktif maupun bermain pasif. Pada
anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya menurun karena
energy yang ada digunakan untuk mengatasi penyakitnya.
BAB III
KEGIATAN BERMAIN

A. Rancangan Bermain
Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini terdiri dari
dua sesi yaitu sesi pertama menceritakan tentang teori permainan sesuai
dengan usia dan menjelaskan cara bermain , sesi kedua anak diajak untuk
melakukan permainan , kemudian hasil bermain diberikan kepada pasien
untuk digunakan kembali.

B. Media Dan Alat


1. Media
 Bola pastik ukuran kecil
 keranjang bola
2. Alat
 Ruangan tempat bermain
 Tikar untuk duduk
C. Sasaran
Pasien di Ruang Kemuning yang memenuhi kriteria :
1. Anak usia 1–3 tahun
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif
5. Peserta terdiri dari : anak usia todler sebanyak 3-5 orang didampingi
keluarga
D. Waktu Pelaksanaan
1. Hari / Tanggal : Jum’at / 08 Februari 2019
2. Waktu / Durasi : Pukul 14 .30 wib / 30 menit
3. Tempat : Ruang tunggu Kemuning

E. Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 4 orang dan 1 orang
observer dengan susunan sebagai berikut:
Leader : Nenci
Co.leader : Fitrie maryam
Observer : Nalim
Fasilitator : Desi Nurhanifah
Indri Sopiyani
Dalim
Abdul Subur
Pembagian Tugas
Peran Leader
Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengancara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan.
Peran Co Leader
Mengidentifikasi issue penting dalam proses
Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau
kelompok yang akan datang
Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
Peran Fasilitator
Mempertahankan kehadiran peserta
Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
Peran Observer
Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
F. Susunan Kegiatan
No Waktu Terapy Anak Ket
1 5 menit Pembukaan :
 Co-Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri terapi Mendengarkan
 Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
 Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan saling
persatu dan anak saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
 Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
 Mempersilahkan Leader Mendengarkan

2 20 menit Kegiatan bermain :


 Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
 Menanyakan pada anak, anak Menjawabpertanyaan
mau bermain atau tidak
 Membagikan permainan Menerima permainan
 Leader ,co-leader, dan Bermain
Fasilitator memotivasi anak
 Fasilitator mengobservasi anak Bermain
 Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan

3 5 menit Penutup :
 Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
 Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
Mendengarkan
 Menyampaikan hasil permainan Senang
 Memberikan hadiah pada anak
yang cepat menyelesaikan Senang
 Membagikan souvenir/kenang-
kenangan pada semua anak yang
bermain Mengungkapkan perasaan
 Menanyakan perasaan anak
Mendengarkan

 Co-leader menutup acara Menjawab salam

 Mengucapkan salam
2.
Peta lokasi bermain :

Tikar

Keterangan:

= Pembimbing

= Leader

= Co Leader

= Observer

= Fasilitator

= Orang tua

= Klien / anak
G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
Alat-alat yang digunakan lengkap
Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
Terapi dapat berjalan dengan lancar
Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan
menghasilkan satu gambar yang telah dibongkar dan dipasang
kembali
Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
Anak merasa senang
Anak tidak takut lagi dengan perawat
Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan
aktifitas bermain

H. Hambatan
Hambatan Yang Mungkin Muncul
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu
yang bersamaan.
I. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga
kesehatan lainnya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut.
Salah satunya adalah memasukan bola kedalam keranjang..
Berdasarkan pengertian tentang bermain,, maka dapat disimpulkan bahwa
memasukan bola kedalam keranjang merupakan alat permainan edukatif yang
dapat merangsang kemampuan konsentrasi anak, dalam melakukan pelamparan
bola kedalam keranjang.

B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak
agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut.
Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.Sebaiknya di RS juga
disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah
sakit.Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat
menerapkan terapi di rumah dan di rumah sakit.

3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat
terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Tehnik Analisa Data,
Jakarta : Salemba Medika

Anggani, Sudono ( 2000 ). Sumber Belajar Dan Alat Permainan, Jakarta:


Grasindo

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Rima Nurul Azmi. (2012). Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Alat Peraga
Edukatif Puzzle. Tersedia:
http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/09/10030220-Rima-Nurul-
Azmi.pdf (7 Agustus 2015).
LAPORAN HASIL KEGIATAN
TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA TODDLER
DENGAN BERMAIN MEMASUKAN BOLA KEDALAM KERANJANG
DI RUANG KEMUNING
RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA

Hasil pengkajian pada hari jum’at tanggal 08 Februari 2019 pada awal
interaksi dengan mahasiswa anak tampak takut, sehingga sebagai salah satu
intervensi yang perlu diberikan adalah terapi bermain, selain untuk
mempertahankan kontak periodik juga untuk tetap menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Maka pre planning disusun sekaligus menentukan jenis
bermain yang akan dilakukan disesuaikan dengan usia anak toddler, jenis
permainan yang dipilih adalah bermain bermain memasukan bola ke dalam
keranjang..
Tujuan Umum terapi ini adalah agar anak diharapkan dapat melanjutkan
tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui
pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan
dirawat. Adapun Tujuan Khususnya adalah Setelah mengikuti permainan selama
30 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
Pelaksanaan terapi bermain ini dilakukan pada hari jum’at tanggal 08
Februari 2019 pada pukul 14 .30 wib bertempat di ruang tunggu Kemuning
dengan 7 rangkaian acara sesuai dengan proposal. Evaluasi struktural sebelum
pelaksanaan kegiatan telah disiapkan sehari sebelumnya. Evaluasi proses terapi
bermain, untuk waktu sesuai yang telah direncanakan yaitu 30 menit, pasien dan
keluarga cukup kooperatif. Setelah dilakukan terapi bermain tadi anak-anak
kelihatan senang dan Ibu-ibunya juga mengatakan senang sekali dengan adanya
terapi bermain ini.Sehingga kelompok kami menganjurkan kepada Ibu-Ibu semua
untuk tidak melarang anak-anaknya untuk bermain,walaupun kondisi anak sedang
sakit, karena bermain merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi bagi
anak-anak.
Hambatan yang dialami pada saat pelaksanaan berlangsung :
1. Kurangnya jumlah pasien karena sudah pulang perawatan,
sehingga tidak sesuai dengan kelompok usia.
2. ada dua pasien karena usia nya tidak dalam satu kelompok usia
sehingga dapat menyelesaikan permainan dengan cepat, tetapi
pada dasar nya setelah diberikan terapi ini pasien terlihat senang
begitupun orang tuanya.
3. Ada satu anak rewel dan merasa bosan karena sudah menjalani
terapi bermain sebelumnya di waktu yang bersamaan, meskipun
dapat mengikuti permainan sampai selasai dan pasien merasa
senang.
Kesimpulan secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan terapi bermain ini
berjalan dengan lancar.
ABSENSI KEHADIRAN TERAPI BERMAIN
DI RUANG KEMUNING RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA
TANGGAL 08 FEBRUARI 2019

NO NAMA ANAK NAMA ORANG TUA PARAF


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
ABSENSI KEHADIRAN MAHASISWA
TERAPI BERMAIN DIRUANG KEMUNING
RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA
TANGGAL 08 FEBRUARI 2019

NO NAMA MAHASISWA PERAN PARAF


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
INFORMED CONSENT
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ........................................................................
Jenis kelamin : ........................................................................
Alamat : ........................................................................
Orang Tua dari : ........................................................................

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan SETUJU dan


BERSEDIA untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam proses terapi bermain
yang diselenggarakan oleh mahasiswa IMDS Cikarang selaku penyelenggara
program. Dalam kegiatan ini, saya telah menyadari, memahami, dan menerima
bahwa:
1. Saya bersedia terlibat penuh dan aktif selama proses terapi berlangsung.
2. Identitas dan informasi yang saya berikan akan DIRAHASIAKAN dan tidak
akan disampaikan secara terbuka kepada umum.
3. Saya menyetujui adanya perekaman/pemotretan proses terapi bermain dengan
jaminan informasi pribadi saya dirahasiakan.
Dalam menandatangani pernyataan ini, Saya TIDAK ADA PAKSAAN
dari pihak manapun sehingga saya bersedia untuk mengikuti proses terapi ini dari
awal hingga selesai serta menerima segala hal terkait dengan pelaksanaan
kegiatan ini

.
Purwakarta, 08 Februari 2019

Partisipan

Anda mungkin juga menyukai