KELOMPOK 3 :
1. Monika K. Maarebia ( 1814201005 )
2. Nadya Pillot ( 1814201026 )
3. Cintika F. Mamuko (1814201020 )
4. Ricky R. Ungkey (1814201012)
MATA KULIAH :
Keperawatan Medikal Bedah III
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
limpahan rahmat dan karunia dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “STROKE”
Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah memberi masukan untuk
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan semoga apa yang ada di makalah ini dapat di terapkan dan di
gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR
ISI..........................................................................................................
BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK:
A. ANATOMI OTAK.......................................................................................
B. FISIOLOGI OTAK.......................................................................................
BAB II TEORI STROKE NON HEMORAGIK :
A. DEFINISI.....................................................................................................
B. EPIDEMOLOGI..........................................................................................
C. ETIOLOGI...................................................................................................
D. PATOFISILOGI..........................................................................................
E. MANIFESTASI KLINIS.............................................................................
F. KLASIFIKASI.............................................................................................
G. KOMPLIKASI.............................................................................................
H. PENANGANAN STROKE ........................................................................
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................
J. PENATALAKSANAAN.............................................................................
K. PATHWAY................................................................................................
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. STUDI
KASUS.............................................................................................
B. RENCANA KEPERAWATAN...................................................................
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK
A. ANATOMI OTAK
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100 - 200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita.
Otak terdiri dari sel - sel otak yang disebut neuron. Otak merupakan organ yang
sangat mudah beradaptasi meskipun neuron - neuron di otak mati tidak
mengalami regenerasi kemampuan adaptif atau plastisitas. Pada otak dalam
situasi tertentu bagian - bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-
bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan
mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke.
B. FISIOLOGI OTAK
Secara garis besar sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla
spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST). Fungsi dari
SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan bagian
tubuh lainnya. Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf dengan
komponen bagiannya adalah :
1. Cerebrum :
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri serta tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan
sulkus (celah) dan girus. Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
a) Lobus Frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca
di hermisfer kiri), pusat penghidit dan emosi. Bagian ini mengandung
pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik
primer) dan terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini
terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga
mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif.
b) Lobus Temporalis
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke
bawah dari fisura lateral dan sebelah posterior dari fisura parieto-
oksipitalis. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
pendengaran dan berperan dalam pembentukan dan perkembangan emosi.
c) Lobus Parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
post sentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
d) Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari
nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf
lain dan memori.
e) Lobus Limbik
Lobus limbik untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan
bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian
atas susunan endokrin dan susunan autonom.
2. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi
yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi
somatosensori yang diterima inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan
output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang
menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf
pusat. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot - otot volunter secara optimal.
Bagian - bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan
lobus fluccolonodularis.
3. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan
medulla spinalis dibawahnya. Struktur - struktur fungsional batang otak yang
penting adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara
medulla spinalis dan bagian - bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang
saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu
mesensefalon, pons dan medulla oblongata.
BAB II TEORI STROKE
A. DEFINISI
Penyakit stroke adalah sindrom klinis yang menurut WHO terdiri dari
tanda-tanda klinis yang berkembang dengan cepat dari gangguan fungsi
serebral yang bersifat fokal (bersifat global dalam kasus koma) dari fungsi
serebral yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian
tanpa penyebab lain selain penyebab vaskular. Stroke dibagi menjadi dua
jenis:
1. Stroke Iskemik
2. Stroke Hemorrhagik
Stroke Iskemik merupakan stroke yang disebabkan adanya sumbatan pada
pembuluh darah di otak atau di luar otak yang menyebabkan infark di bagian
otak. Stroke iskemik dapat disebabkan oleh plak aterosklerosis atau emboli,
dan dapat diperparah dengan hipertensi, diabetes, dan berbagai faktor risiko
lainnya.
Stroke hemorrhagik merupakan stroke yang disebabkan oleh penekanan otak
akibat perdarahan. Pada stroke hemorrhagik, stroke disebabkan oleh
pecahnya aneurisma, atau adanya malformasi arterio-venosa.
Diagnosis stroke dapat dilakukan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium, pencitraan, dan menggunakan skor.
B. EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi stroke di dunia terdapat pada laporan WHO, sedangkan di
Indonesia, jumlah pasien dengan stroke ditemukan dalam Riset Kesehatan
Dasar oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Global :
Setiap tahun, 15 juta orang di dunia menderita stroke. Dari 15 juta orang
tersebut, 5 juta orang meninggal, dan 5 juta orang lainnya mengalami
kecacatan permanen. Stroke jarang ditemukan pada orang di bawah 40
tahun. 70% kasus stroke ditemukan di negara dengan penghasilan rendah
dan menengah, 87% kematian akibat stroke juga ditemukan pada negara-
negara tersebut. Sedangkan pada negara dengan penghasilan tinggi, insidensi
stroke telah berkurang sebanyak 42% dalam beberapa dekade terakhir.
Indonesia :
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 oleh Kementrian Kesehatan RI,
7% atau sebesar 1.236.825 orang menderita stroke. Jawa Barat merupakan
provinsi dengan angka kejadian stroke terbanyak di Indonesia, yaitu sebesar
238.001 orang, atau 7,4% dari jumlah penduduknya. Selain itu, penderita
ditemukan paling banyak pada kelompok umur 55-64 tahun. Laki-laki juga
lebih banyak mengidap stroke di Indonesia dibandingkan perempuan.
Menurut Sample Registration System (SRS) Indonesia 2014, Stroke
merupakan penyakit yang paling banyak diderita, yaitu sebesar 21,1%.
Mortalitas :
Berdasarkan WHO, stroke merupakan penyakit dengan angka kematian
tertinggi kedua di dunia, dan ketiga dalam menyebabkan kecacatan.
Berdasarkan laporan pola penyebab kematian di Indonesia dari analisis data
kematian 2010, penyebab kematian tertinggi adalah stroke, sebesar 17,7%.
C. ETIOLOGI
Stroke biasanya disebabkan oleh:
a. Trombosis Serebral.
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk dalam 48
jam setelah terjadinya thrombosis. Beberapa keadaaan di bawah ini dapat
menyebabkan thrombosis otak :
- Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis aterosklerosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut; lumen arteri menyempit
dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah, oklusi mendadak
pembuluh darah karena terjadi thrombosis, merupakan tempat
terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus
(embolus) dan dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
- Hiperkoagulasi pada Polisitema. Darah bertambah kental,
peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan
aliran darah serebri.
- Arteritis (radang pada arteri) maupun Vaskulitis : arteritis
temporalis, poliarteritis nodosa.
- Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
- Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel
sabit).
a. Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa
keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli, yaitu:
- Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit jantung reumatik,
infark miokardium, fibrilasi, dan keadaan aritmia menyebabkan
berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah membentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali
mengeluarkan embolus-embolus kecil. Endokarditis oleh bakteri
dan nonbakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan
pada endokardium. Sumber di jantung fibrilasi atrium (tersering),
infark miokardium, penyakit jantung reumatik, penyakit katup
jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik.
- Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis
komunis, arteri vertrebralis distal.
- Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
b. Hemoragik. Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di
dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan
ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang
dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan
sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab
otak yang paling umum terjadi:
- Aneurisma berry, biasanya defek congenital
- Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis
- Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis
- Malformasi asteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh
darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
- Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalam dan degenerasi pembuluh darah.
c. Hipoksia umum. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
umum adalah:
- Hipertensi yang parah
- Henti jantung paru
- Curah jantung turun akibat aritmia.
d. Hipoksia lokal. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
setempat adalah:
- Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
1. FAKTOR RESIKO STROKE
Faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan
kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak (nonmodifiable, modifiable, atau
potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented atau less well
documented) :
1. Non modifiable risk factors :
a. Usia
Insidensi stroke sebanding dengan meningkatnya usia di atas umur 55
th, insidensinya meningkat 2 kali lipat. Hal ini berkaitan dengan adanya
proses penuaan (degenerasi) yang terjadi secara alamiah dan pada
umumnya pada orang lanjut usia pembuluh darahnya lebih kaku karena
adanya plak (atheroscelorsis).
b. Jenis kelamin
Insidensi pada pria 19% lebih tinggi daripada wanita. Hal ini mungkin
terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Dan, rokok ternyata dapat
nerusak lapisan dari pembuluh darah tubuh.
c. Berat badan lahir rendah
Risiko stroke meningkat dua kali pada orang dgn berat badan yg rendah
(< 2500 g) ketika lahir
d. Ras/etnis
Dari beberapa penelitian dikemukakan bahwa ras kulit putih memiliki
peluang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan ras kulit hitam.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada
tahun 2004 di Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang
berkulit putih sebesar 37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9%
sedangkan pada wanita yang berkulit putih sebesar 41,3% dan yang
berkulit hitam sebesar 58,7%.
e. Genetik / Hereditas
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan
riwayat stroke pada keluarga, memiliki resiko yang lebih besar untuk
terkena stroke dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada
keluarganya. Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke,
misalnya hipertensi, jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah.
Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota
keluarga pernah mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun,
meningkatkan risiko stroke.
• Perilaku / Behaviour
o Gunakan Tembakau. Merokok melukai pembuluh darah dan
mempercepat pengerasan arteri. Karbon monoksida dalam asap rokok
mengurangi jumlah oksigen yang dapat membawa darah Anda.
Canincrease asap rokok risiko stroke bagi orang yang tidak merokok.
o Alkohol Gunakan. Minum terlalu banyak alkohol meningkatkan tekanan
darah Anda, yang meningkatkan risiko stroke. Hal ini juga meningkatkan
kadar trigliserida, suatu bentuk kolesterol, yang bisa mengeras arteri
Anda.
o Ketidakaktifan fisik. Tidak mendapatkan cukup latihan bisa membuat
Anda mendapatkan berat badan, yang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah dan kadar kolesterol. Ketidakaktifan juga merupakan
faktor risiko untuk diabetes.
• Keturunan/Heredity
o Riwayat keluarga. Memiliki riwayat keluarga stroke meningkatkan
kemungkinan stroke. Cari tahu lebih lanjut tentang jenis risiko pada
genomik CDC dan penyakit situs Web pencegahan.
o Usia dan jenis kelamin. Semakin tua Anda, semakin besar kemungkinan
Anda untuk mengalami stroke. Untuk usia 65 dan lebih tua, laki-laki
berada pada risiko yang lebih besar daripada wanita untuk mengalami
stroke.
o Ras dan etnis. Kulit hitam, Hispanik, dan Indian / Alaska Amerika
Pribumi memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami stroke
daripada non-Hispanik kulit putih atau Asia. Lihat peta interaktif CDC
untuk mempelajari lebih lanjut tentang ras dan risiko stroke.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi stoke berbeda. Berdasarkan jenis stroke, iskemik dan
hemorhagik
Stroke Iskemik
Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral Blood Flow
(CBF) yang menyebabkan suplai oksigen ke otak akan berkurang. Nilai
kritis CBF adalah 23 ml/100 gram per menit, dengan nilai normal 50
ml/100 gram per menit. Penurunan CBF di bawah nilai normal dapat
menyebabkan infark. Suatu penelitian menyebutkan bahwa nilai CBF
pada pasien dengan infark adalah 4,8-8,4ml/100 gram per menit. [2-
3]Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi dua bagian: vaskular dan
metabolisme. Iskemia terjadi disebabkan oleh oklusi vaskular. Oklusi
vaskular yang menyebabkan iskemia ini dapat disebabkan oleh emboli,
thrombus, plak, dan penyebab lainnya. Iskemia menyebabkan hipoksia
dan akhirnya kematian jaringan otak. Oklusi vaskular yang terjadi
menyebabkan terjadinya tanda dan gejala pada stroke iskemik yang
muncul berdasarkan lokasi terjadinya iskemia. Sel-sel pada pada otak
akan mati dalam hitungan menit dari awal terjadinya oklusi. Hal ini
berujung pada onset stroke yang tiba-tiba.Gangguan metabolisme terjadi
pada tingkat selular, berupa kerusakan pompa natrium-kalium yang
meningkatkan kadar natrium dalam sel. Hal ini menyebabkan air tertarik
masuk ke dalam sel dan berujung pada kematian sel akibat edema
sitotoksik. Selain pompa natrium-kalium, pertukaran natrium dan kalsium
juga terganggu. Gangguan ini menyebabkan influks kalsium yang
melepaskan berbagai neurotransmiter dan pelepasan glutamat yang
memperparah iskemia serta mengaktivasi enzim degradatif. Kerusakan
sawar darah otak juga terjadi, disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah
oleh proses di atas, yang menyebabkan masuknya air ke dalam rongga
ekstraselular yang berujung pada edema. Hal ini terus berlanjut hingga
tiga sampai 5 hari dan sembuh beberapa minggu kemudian. Setelah
beberapa jam, sitokin terbentuk dan terjadi inflamasi.Akumulasi asam
laktat pada jaringan otak bersifat neurotoksik dan berperan dalam
perluasan kerusakan sel. Hal ini terjadi apabila kadar glukosa darah otak
tinggi sehingga terjadi peningkatan glikolisis dalam keadaan iskemia.
Stroke Hemorrhagik
Stroke hemorrhagik dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan
perdarahan subaraknoid. Perdarahan Intraserebral Pada perdarahan
intraserebral, perdarahan masuk ke dalam parenkim otak akibat pecahnya
arteri penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superficial
dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya
berupa anyaman kapiler. Hal ini dapat disebabkan oleh diathesis
perdarahan dan penggunaan antikoagulan seperti heparin, hipertensi
kronis, serta aneurisma.Masuknya darah ke dalam parenkim otak
menyebabkan terjadinya penekanan pada berbagai bagian otak seperti
serebelum, batang otak, dan thalamus. Darah mendorong struktur otak
dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau
ke rongga subaraknoid yang akan bercampur dengan cairan serebrospinal
dan merangsang meningen. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial yang menimbulkan tanda dan gejala seperti nyeri kepala
hebat, papil edema, dan muntah proyektil. Perdarahan SubaraknoidLokasi
perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons,
serebelum dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas
hingga mengenai kapsula interna dan kadang-kadang ruptur ke dalam
ventrikel lateral lalu menyebar melalui sistem ventrikuler ke dalam
rongga subaraknoid. Adanya perluasan intraventrikuler sering berakibat
fatal.
E. KLASIFIKASI STROKE
1. Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subaraknoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak
tertentu. Biasanya kejadiaannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istorahat. Kesadaran klien umumnya
menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara
spontan bukan oleh trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi menjadi
dua, yaitu
a. Perdarahan intraserebri (PSI)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
edema otak. Peningktan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebri yang
disebabkan hipertensi sering dijumpai didaerah putamen, talamus,
pons dan serebellum
b. Perdarahan subaraknoid (PSA)
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal adari pembuluh darah sirkulasi
Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar perenkim otak.
Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid menyebabkan
TIK meningkat mendadak , meregangnya struktur peka nyeri, dan
vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak
global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lainnya).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri sehingga nyeri kepala hebat. Sering
juga dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak
lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan
perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesdaran.
Perdarahan subaraknoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh
darah serebri. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah
timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5 sampai dengan
ke-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke-2 sampai dengan ke-5.
Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan
yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinal
dengan pembuluh arteri di ruang subaraknoid. Vasospasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global maupun fokal.
Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:
a. Stroke hemisfer kanan
o Hemiparese sebelah kiri tubuh
o Penilaian buruk
o Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan
terjatuh kesisi yang berlawanan
b. Stroke hemisfer kiri
o Mengalami hemiparese kanan
o Perilaku lambat dan sangat berhati-hati
o Kelainan bidang pandang sebelah kanan
o Disfagia global
o Afasia
o Mudah frustasi
G. KOMPLIKASI
H. PENANGANAN STROKE
Penanganan stroke bergantung dari jenis stroke yang dialami, apakah itu
merupakan stroke iskemik atau stroke hemoragik.
Stroke iskemik
Pada stroke iskemik, dokter harus segera membuat aliran darah ke otak kembali
lancar. Dokter akan memberikan obat yang dapat memecah sumbatan di aliran
darah, yang dikenal dengan intravenous tissue plasminogen activator (tPA).
Obat ini biasanya disuntikan melalui pembuluh vena di lengan, dan bekerja
dengan mengencerkan bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah di otak
pada keadaan stroke.
Selain itu, pada beberapa kasus dokter juga bisa mengatasi penyumbatan
dengan langsung memasukkan obat ke area penyumbatan dengan bantuan
selang (kateter). Kateter ini dimasukan melalui pembuluh darah di lipatan paha
dan terus sampai ke area pembuluh darah yang tersumbat. Prosedur ini dikenal
dengan istilah intra-arterial thrombolysis.
Pada kasus stroke dengan bekuan darah yang besar, dokter juga bisa
memasukan alat yang dapat membuka jalan di pembuluh darah yang tersumbat
(stent). Namun, biasanya prosedur ini tetap dikombinasikan dengan tPA.
Stroke hemoragik
Pada kondisi stroke hemoragik, penting untuk mengontrol perdarahan yang
terjadi dan menurunkan tekanan di dalam otak. Beberapa kasus stroke
hemoragik yang mengalami perdarahan luas, perlu dilakukan operasi. Namun,
sebelum melakukan operasi, dokter juga perlu mempertimbangkan efek terapi
dan efek samping dari operasi itu sendiri, tergantung dari keparahan stroke yang
dialaminya.
Pemberian beberapa obat juga dapat dilakukan seperti obat pengencer darah,
obat penurun tekanan di dalam otak, obat penurun tekanan darah, hingga obat
pencegah kejang. Pada beberapa kasus, transfusi darah perlu dilakukan untuk
mencegah efek pengenceran darah.
Jika perdarahan di dalam otak sudah berhenti, biasanya penanganannya bersifat
suportif. Tubuh secara alami dapat menyerap darah dari hasil perdarahan di
otak. Namun, bila perdarahan yang terjadi memang menyebabkan perdarahan
yang hebat, maka tetap perlu dilakukan operasi untuk mengeluarkan darah
tersebut dan mengurangi tekanan di dalam otak.
Pada kasus stroke hemoragik yang berhubungan dengan kelainan pembuluh
darah di otak, seperti arterivenous malformation (AVM), maka perlu dilakukan
operasi perbaikan pembuluh darah, yang lagi-lagi tergantung dari tingkat
keparahannya.
Stroke merupakan keadaan darurat yang membutuhkan pertolongan medis
secara cepat dan tepat. Ya, penanganan stroke memang berlomba dengan waktu.
Oleh karena itu, bila Anda mengetahui ada seseorang yang mengalami gejala
stroke, segera panggil ambulans agar mendapatkan penanganan medis di rumah
sakit.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Singkatan E_V_M
1. Eye (Mata), E 4
2. Verbal (Suara), V 5
Nilai (5) terorientasi
Nilai (4) disorientasi
Nilai (3) kata-kata tidak jelas
Nilai (2) mengerang
Nilai (1) tidak ada respon
3. Motor (Motorik), M 6
Nilai (6) mengikuti perintah
Nilai (5) menjangkau atau menepis terhadap (nyeri)
Nilai (4) menghindari atau menarik terhadap (nyeri)
Nilai (3) dekortikasi (abnormal flexion) terhadap (nyeri)
Nilai (2) deserbasi (abnormal extension) terhadap (nyeri)
Nilai (1) tidak ada respons
?
Nyeri mata terbuka
Bicara kebingungan
Menghindari sumber nyeri
GCS?
E V M
? ? ?
Pembahasan soal
Nyeri mata terbuka 2
Bicara kebingungan 4
Menghindari sumber nyeri 4
GCS? 10
E V M
6. mengikuti perintah
5. terorientasi 5. menjangkau atau menepis
4. spontan 4. disorientasi 4. menghindari atau menarik
3. suara 3. kata-kata tidak jelas 3. abnormal flexion
2. nyeri 2. mengerang 2. abnormal extension
1. tidak ada respon 1. tidak ada respon 1. tidak ada respon
?
Pembahasan soal
1. Mata suara 3
Suara kata-kata tidak jelas 3
Perintah abnormal flexi 3
GCS? 9
K. PATHWAY
Pathway Stroke Non Hemoragik
Penyakit yang mendasari stroke
Tirah baring
Defisit perawatan diri
Contoh kasus:
Seorang pria berusia 56th di bawah ke rumah sakit oleh keluarga dalam
keadaan lemah dengan tingkat kesadaran CM. Menurut penjelasan
anaknya, klien tiba tiba jatuh dan sulit untuk bergerak.
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
4. Oksigenasi:
Sebelum sakit Normal, setelah sakit klien menggunakan alat bantu
pernapasan.
5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur,posisi tidur)
Klien tidur ± 10 jam sehari, posisi Semi Fowlers 450°
6. Pola persepsual
Penglihatan: Klien mengalami gangguan penglihatan setelah sakit
R : 22 ×/Menit
N : 70 ×/Menit
S : 37 C°
BB/TB : 70 kg / 163 cm
2. Kepala
Inspeksi
Rambut klien Nampak mulai memutih, bagian atas kening klien Nampak
mengkilat dan membengkak
Palpasi
Bagian atas kening klien teraba lembek
3. Leher
Inspeksi
Leher klien terlihar biasa saja
Palpasi
Leher klien tidak mengalami perubahan/normal
4. Thorak
Inspeksi
Bentuk dada simetris
Palpasi
Vebrasi sama
5. Abdomen
Inspeksi
Tidak ada bekas operasi
Palpasi
Tidak ada pembesaran hepar
6. Ekstrimitas
Inspeksi
Terpasang infus di tangan sebelah kiri, dan NGT di hidung klien.
7. Program terapi
IVFD NS 14 TPN
OKSIGEN 10 L/M masker
RANITIDIN 2.1 AMP
CEFTRAXONE 2.1
AMLODIPINE 1,5 mg
ASPILET 1.100 mg
INFUS RL 20 tetes/menit
8. Hasil pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal
Hematologic, paket
darah rutin :
Hemoglobin 14,5(g/dL) 14 – 18 (g/dL)
Leukosit 10,7 (103/µl) 4,80 – 10,8 (103/µl)
Hematokrit 45% 34-45 %
Trombosit 286 (103/µl) 150 -450 (103/µl)
MCH 29,8 pg 27-31
MCHC 32,4 g/dl 33-37
MCV 91,8 fl 77-99
UREUM 16, 9 mg/dl 14,98-38,52
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Keluarga klien mengatakan, klien nanpak lemah
klien tidak bisa menggerakkan klien Nampak lebih banyak
kaki dan tangan tidur
Keluarga klien mengatakan, TD : 258/160 mmHg
klien sebelumnya belum pernah
R : 22 ×/Menit
di rawat di rumah sakit
N : 70 ×/Menit
S : 37 C°
BB/TB : 70 kg / 163 cm
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No TUJUAN
. DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1. Perfusi 1. Setelah Pemantauan Tekanan 1. Untuk mengetahui
jaringan dilakukan Intrakranial : tingkat kesadaran
serebral tidak tindakan klien
1. Monitor 2. Untuk mengetahui
efektif keperawatan
peningkatan keadaan intracranial
berhubungan selama …
tekanan darah klien
dengan ×24 jam,
2. Monitor penurunan
sumbatan diharapkan
frekuensi jantung
pembuluh dara perfusi
3. Monitor penurunan
otak jaringan dan
tingkat kesadaran
TTV pada
4. Monitor tekanan
batas normal
nadi ( selisih TDS
dan TDD)
5. Pertahankan
sterilitas system
pemantauan
6. Pertahankan posisi
kepala dan leher
netral
7. Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
2. Gangguan Mengidentifik S :
mobilitas asi adanya
fisik nyeri atau klien
berhubunga keluhan fisik mengataka
n dengan lainnya n kaki
penurunan Memonitor terasa
kekuatan kondisi umum ringan dan
otot selama sudah bisa
ambulasi digerakkan.
Memfasilitasi
aktivitas
ambulasi
dengan alat
bantu
Memfasilitasi Klien
melakukan mengataka
mobolitas n Nyeri tak
fisik, jika terasa
perlu (skala 0)
Melibatkan
keluarga untuk
membantu
klien dalam
meningkatkan O:
Ambulasi
Menjelaskan TD:120/80
tujuan dan N:85×/mnt
prosedur S: 36 c°
ambulasi RR:22x/mn
Menganjurkan t
melakukan A:
ambulasi dini
Mengajarkan maslah
ambulasi sudah terat
sederhana asi
yang harus P:
dilakukan(mis.
intervensi
Berjalan dari
di hentikan
tempat tidur ke
kursi roda,
berjalan sesuai
toleransi)
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa
dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA)
atau streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan
dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke. Stroke biasanya tidak berdiri
sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus diobati
misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi
dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan
suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi
psikis.
DAFTAR PUSTAKA