PANGKALPINANG
DISUSUN OLEH :
HADIVA AULIA
NIM : 18.01.0019
AKADEMI KEPERAWATAN
PANGKALPINANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Demam Thypoid Dengan Masalah Hipertermi di Rumah Sakit Umum
Depati Hamzah” ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini untuk memenuhi tugas praktek
metodologi keperawatan pada jurusan Keperawatan di Akademi Keperawatan Pangkalpinang.
Bersama ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati
yang tulus kepada :
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dan nantinya akan digunakan untuk perbaikan di masa mendatang.
Penulis
Hadiva aulia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1.2 Etiologi………………………………………………………………………………………………………………
2.1.4 Patofisiologi………………………………………………………………………………………………………
2.1.5 Komplikasi…………………………………………………………………………………………………………
2.1.6 Penatalaksanaan……………………………………………………………………………………………….
2.2.2 Etiologi…………………………………………………………………………………………………………….
2.3.1 Pengkajian……………………………………………………………………………………………………….
2.3.4 Implementasi…………………………………………………………………………………………………..
2.3.5 Evaluasi …………………………………………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN
Demam thyfoid merupakan kuman yang disebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhi.
Salmonella typhi mampu hidup dalam tubuh manusia, karena manusia sebagai natural resevior.
Manusia yang terinfeksi oleh salmonella thypi ini mampu mengeluarkan melalui urin dan tinja
dalam jangka yang bervariasi (Sodikin, 2014).
Penyakit ini sangat erat dengan sanitasi lingkungan, seperti sumber air yang bersih, hygiene
makanan dan minuman, lingkungan yang kumuh ,serta kehidupan masyarakat yang kurang
mendukung hidup sehat (Cita, 2014).Anak kecil lebih rentan terkena demam tifoid karena daya
tahan tubuhnya tidak sekuat orang dewasa atau bisa juga karena angka kurang menjaga
kebersihan saat makan dan minum, tidak mencuci tangan dengan baik saat setelah buang air
kecil maupun buang air besar (Nuruzzaman, 2015).
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan atau memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia pendidik, membantu pasien
meningkatkan pengetahuan tentang penkes dalam menangani pasien sebagai perawat anak dalam
hal ini , intervensi farmakologi dan nonfarmakologi di antaranya hand hygiene. Profesi
keperawatan berorientasi pada pelayanan masalah kesehatan yang diderita oleh pasien dalam
upaya pasien mendapatkan kesembuhan atas pelayanan masalah kesehatan yang di derita pasien.
Angka kejadian demam tifoid menurut Word Health Organisation (WHO) insidensi di
seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam tifoid mencapai
600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Angka penderita demam tifoid di Indonesia mencapai 81%
per 100.000 (Depkes RI, 2015).Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2 2016, angka kejadian demam tifoid atau
paratifoid menurut Departemen Kesehatan RI (2016),menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit
terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2016 yaitu sebanyak 41.081 kasus. Di Jawa
Timur angka kejadian demam tifoid sebanyak 483 kasus,menurut Departemen Kesehatan (2016),
di Kota Malang sebanyak 1,2% dari 10.966 sampel pada tahun 2015.
Menurut data yang didapatkan dari rekam medik di Rumah Sakit didapatkan 153 klien anak
yang terdiagnosa demam tifoid. Salah satu tanda dan gejala demam tifoid yaitu Hipertermi.
Demam yang biasanya disebabkan oleh tifoid karena adanya bakteri yang masuk kealiran darah,
kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan limfe selanjutnya bakteri berkembangbiak di
organ tersebut dan masuk kembali kealiran darah dan bakteri mengeluarkan endotoksin sehingga
ada peningkatan peradangan lokaldan terjadi gangguan pada pusat termogulasi (pusat pengaturan
suhu tubuh) dan menjadi hipertermi. Peningkatan suhu badan pada klien tifoid akan
menunjukkan suhu diatas normal yang diukur melalui Suhu rektal >37,5oC (100,4 F) dan suhu
aksila >37,5oC.(Setiawati, 2014).
Kejadian demam tifoidpada anak biasanyadiawali dengan demam selama 7 hari atau
lebih .Demamtifoid jika tidak ditangani dapat menyebabkan dehidrasi yang akan mengganggu
keseimbangan elektrolit dan dapat menyebabkan kejang. Kejang berulang dapat menyebabkan
kerusakan sel otak yang mengakibatkan gangguan tingkah laku klien, serta dehidrasi yang berat
dapat menyebabkan syok dan bisa berakibat fatal hingga berujung kematian (Wijayahadi, 2015).
3 Fenomena yang di dapatkan penelitipada saat praktik klinik keperawatan bulan Agustus
Tahun 2017 di Ruang anak Rumah Sakit. Terdapat 2 klien anak umur 5 dan 8 tahunyang
didiagnosa demam tifoid dengan keluhan panas naik pada sore hari turun pagi hari, sakit kepala,
tidak nafsu makan, lemas, anoreksia dan mempunyai riwayat demam yang lebih dari 1 minggu.
Saat dilakukan pengkajian di ruang rawat inap anak, di dapatkan data klien 1 mengalami
peningkatan suhu yaitu 38,5ºCyang diukur melalui aksila, dan suhu naik turun pada waktu pagi
dan sore hari. Sedangkan saat dilakukan pengkajian di ruang rawat inap anak, di dapatkan data
klien 2 juga mengalami peningkatan suhu yaitu 38,5ºC yang diukur melalui aksila, dan suhu naik
turun pada waktu pagi dan sore hari
4 Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) efektif karena pada daerah tersebut
banyak pembuluh darah besar dan banyak terdapat pembuluh darah yang mempunyai banyak
vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh kekulit hingga 8x lipat lebih
banyak. Lingkungan luar yang hangat akan membuat suhu tubuh menurunkan kontrol pengaturan
suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengaturan suhu tubuh lagi dan akan membuat pori-pori
kulit terbuka sehingga mempermudah pengeluaran panas dari dalam tubuh (Eny, 2015).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk penelitian karya tulis ilmiah dengan
study kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Demam Tifoid Dengan
Masalah Hipertermia di Rumah Sakit Umum Depati Hamzah PangkalPinang”.Bagi perawat
Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi instansi kesehatan dalam menetapkan dan menentukan
program kebijakan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit demam thypoid.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien anak yang mengalami Thypoid dengan masalah
Hipertermi diRumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkalpinang?
Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien anak
demam tifoid dengan hipertermia di RSUD pangkalpinang.
1. Melakukan pengkajian pada pasien anak demam tifoid dengan masalah hipertermia.
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien anak demam tifoid dengan masalah
hipertermia.
3. Menyusun rencana keperawatan pada pasien anak demam tifoid dengan masalah hipertermia.
4. Melaksankan tindakan keperawatan pada pasien anak demam tifoid dengan masalah
hipertermia.
5. Melaksanakan evaluasi pada pasien anak demam tifoid dengan masalah hipertermia.
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Typhoid (tifus abdominalis) merupakan penyakit infeksiakut yang biasanya terdapat
pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan
Demam Typhoid ini disebabkan oleh bakteri salmonella typhy .penyakit ini ditularkan melalui
konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh tinja dan urin orang yang
terinfeksi. (Astuti, 2013).
Menurut Suratun dan Lusianah (2016) etiologi dari demam tifoid disebabkan oleh Salmonella
typhi (S. Typhi), Paratyphi A, Paratyphi B, and Paratyphi C. Salmonella typhi merupakan basil
garam negatif, berflagel dan tidak berspora, anaerob fakultatif masuk ke dalam keluarga
enterobacteriaceae, panjang 1-3 um dan lebar 0.5-0.7 um, berbentukbatang single
atauberpasangan. Salmonella typhi hidup dengan baik pada suhu 37○C dan dapat hidup pada air
steril yang beku dan dingin, air tanah, air laut dan debu selama bermingguminggu, dapat hidup
berbulan-bulan dalam telur yang terkontaminasi dan tiram beku. Parasite hanya pada tubuh
manusia. Dapat dimatikan pada suhu 60○C selama 15 menit. Hidup subur pada medium yang
mengandung garam empedu. Salmonella typhimemiliki 3 macam antigen O (somatic berupa
kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. dalam serum penderita demam tifoid
akan berbentuk antibody terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Menurut Wibisono et al ( 2014) masa tunas sekitar 10-14 hari. Gejala yang timbul bervariasi
dari ringan sampai berat. Tanda gejalanya yaitu:
1. Minggu pertama muncul tanda infeksi akut seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoraksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak nyaman diperut. Demam yang
terjadi berpola seperti anak tangga dengan suhu semakin tinggi dari hari kehari. Lebih rendah
pada pagi hari dan tinggi pada sore hari. (wibisonet al 2014).
2. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia, relatif, lidah
thyfoid (kotor ditengah, dan ujung bewarna merah disertai tremor). Hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, gangguan kesadaran. (Wibisono et al 2014).
2.1.4 Patofisologi
Bakteri salmonella thypi masuk kedalam tubuh melalui makanan dan air yang tercemar.
Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung, dan sebagian masuk ke usus halus, mencapai
plague peyeri di ileum terminalis yang hipertropi. Salmonella thypimemiliki fimbria khusus
yang dapat menempel kelapisan plague peyeri, sehingga bakteri dapat difagositosis. Setelah
menempel, bakteri memproduksi protein yang mengganggu brush bobder usus dan memaksa sel
usus dan di presentasikan kemakrofag. Kuman memiliki berbagi mekanisme 14 sehingga dapat
terhindar dari serangan system imun seperti polisakarida kapsul Vi. Penggunaan mikrofag
sebagai kendaraan dan gen salmonella patogencity island 2 .setelah sampai kelenjar getah bening
menseterika, kuman kemudian masuk kealiran darah melalui ductustorasikus sehingga terjadi
bakterimia pertama asimtomatik. Salmonella thypi juga bersarang dalam system retikulo
endothelial tertama limpa dan hati, dimana kuman meninggalkan selfagosit berkembangbiak dan
masuk sirkulasi darah lagi sehingga terjadi bakterimia kedua dengan gejala siskemik. Salmonella
typhi menghasilkan endoktoksin yang berperan dalam inflamasi local jaringan temapat kuman
berkembangbiak merangsang pelepasan zat pirogen dan leukosit jaringan sehingga muncul
demam dan gejala siskemik lain. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembulu
darah sekitar plague peyeri. Apabila proses patologis semakin berkembang, perforasi dapat
terjadi (Wibisono et al, 2014).
Menurut Riyadi (2012) & Ngastiyah (2014) dapat memiliki komplikasi pada berbagi sistem
organ tubuh. Diantaranya adalah:
1. Perdarahan usus Bila hanya sedikit ditemukan perdarahan maka dilakukan pemeriksaan
benzidine. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri diperut.
2. Perforasiusus Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian
distal ileum.
3. Peritonitis Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat juga terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut hebat dan dinding pada abdomen tegang
2.1.6 Penatalaksanaan
1) Medis
a. Antibiotic (membunuhkuman):
1. Klorampenico
2. Amoxilin
3. Kotrimoxasol
4. Ceftriaxon
5. Cefixim
1. Paracetamol 19
2) Keperawatan
a. Observasi kesehatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam kurang lebih 14 hari .hal ini
untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien
d. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah pada waktu–waktu
tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan dekubits
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadangkadang terjadi konstipasi dan
diare
f. Diet
2.2.2 Etiologi
Hipertermi pada penderita deman tifoid Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu
lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang
terlalu panas .selain itu juga dapat disebabkan oleh gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
dapat mempengaruhi pusat pengaturan suhu . Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam. (Diane M. Fraser, 2012)
2) Konvulsi (kejang)
3) Kulit kemerahan
4) Pertambahan RR
a) Fase I : awal
10) Kelemahan, keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein 22
2) Berkeringat
3) Menggigil ringan
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Demam tifoid dengan Masalah Hipertermi
Pengumpulan data yang akurat dan sistemik akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita,mengidentifikasi,kekuatan dan kebutuhan penderita
yang diperoleh melalui anamnesa,pemeriksaan fisik,pemeriksaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
2.3.2 Keluhanutama
Kaji gejala tanda meningkatnya suhu tubuh, pada malam hari,tidak ada nafsu
makan,epistaksis,penurunan kesadaran,yang menyebabkan klien datang untuk mencari
bantuan kesehatan. pada anak jika anak yang sadar dapat langsung ditanyakan pada klien
tetapi jika anak yang tidak dapat berkomunikasi keluhan dapat ditanyakan pada orangtua
klien yang sering berinteraksi dengank lien (Utomo, 2017).
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan
sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali (Aru, 2015).
Klien dapat mengalami diare oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine
tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam
tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus,
sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh (Aru, 2015).
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu (Aru, 2015).
h. Pola penanggulangan stress Biasanya orang dewasa akan tampak cemas (Aru, 2015).
2.3. 7. PemeriksaanFisik
Inspeksi adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien (inspeksi adanya
lesi pada kulit).
Perkusi adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetuk kan jari tengah ke jari tengah lainnya
untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh.
Adapun pemeriksaan fisik pada Klien demam tifoid diperoleh hasil sebagai berikut :
a) Keadaan umum :
1. Keadaan umum: klien tampak lemas Kesadaran : Composmentis TandaVital :Suhu tubuh
tinggi >37,5°C ; Nadi dan frekuensi nafas menjadi lebih cepat (Elyas, 2013).
2. Pemeriksaan kepala
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya bentuk kepala normal cephalik, rambut tampak
kotor dan kusam Palpasi: Pada pasien demam tifoid dengan hipertermia umumnya terdapat nyeri
kepala (Muttaqin, 2014)
3. Mata
Inspeksi: Pada klien demam tifoid dengan serangan berulang umumnya salah satunya, besar
pupil tampak isokor, reflek pupil positif, konjungtiva anemis, adanya kotoran atau tidak
Palpasi: Umumnya bola mata teraba kenyal dan melenting (Muttaqin, 2014)
4. Hidung
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya lubang hidung simetris, ada tidaknya produksi
secret, adanya pendarahan atau tidak, ada tidaknya gangguan penciuman. Palpasi: Ada
tidaknya nyeri pada saat sinus di tekan (Debora, 2013).
5. Telinga
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya simetrsis, ada tidaknya serumen. Palpasi: Pada
klien demam tifoid umumnya tidak terdapat nyeri tekan pada daerah tragus (Muttaqin,
2014).
6. Mulut
Inspeksi: Lihat kebersihan mulut dan gigi, pada klien demam tifoid umumnya mulut tampak
kotor, mukosa bibir kering (Setyadi, 2014).
7. Kulit dan Kuku
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya muka tampak pucat, Kulit kemerahan, kulit
kering, turgor kullit menurun (Elyas, 2013). Palpasi: Pada klien demam tifoid umumnya
turgor kulit kembali 15x/menit
8. Musculoskeletal
Inspeksi : Pada klien demam tifoid umumnya, dapat menggerakkan ekstremitas secara
penuh (Elyas, 2013). Palpasi : periksa adanya edema atau tidak pada ekstremitas atas dan
bawah. Pada klien demam tifoid umumnya, akral teraba hangat, nyeri otot dan sendi serta
tulang.
Inspeksi :Bersih atau kotor, adanya hemoroid atau tidak, terdapat perdarahan atau tidak,
terdapa massa atau tidak. Pada klien demam tifoid umumnya tidak terdapat hemoroid atau
peradangan pada genetalia kecuali klien yang mengalami komplikasi penyakit lain Palpasi :
Terdapat nyeri tekanan atau tidak. Pada klien demam tifoid umumnya, tidak terdapat nyeri
kecuali klien yang mengalami komplikasi penyakit lain.
2.. Perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji status nutrisi
dari kebutuhan tubuh keperawatan 3x24 jam pasien
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi 2. Bantu pemenuhan
ketidakmampuan dalam terpenuhi dengan criteria nutrisi klien
mengabsorbsi makanan. hasil : 3. Pantau berat badan
1.Intake nutrisi meningkat. klien
2.Diet habis 1 porsi yang
disediakan.
2.3.10 Intervensi keperawatan
2.3.11 Implementasi
2.3.12 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keprawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan
dengan cara melibatkan pasien dan sesame tenaga kesehatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3. Dokumentasi : Hasil bisa diperoleh dari proses pemeriksaan hasil laboratorium dan hasil
radiologi pasien.
Instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format pengkajian asuhan keperawatan
dengan kasus Demam Tifoid.
DAFTAR PUSTAKA
Manjsoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: EGC.