Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGUE

HEMMORHAGIC FEVER ( DHF ) DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI DI
RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH PANGKALPINANG

OLEH :
HERZA MAYORI
18.01.0020

AKADEMI KEPERRAWATAN PANGKALPINANG


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang
dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusun Karya Tulis Ilmiah
berjudul Asuhan Keperawatan Anak dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Anak Dengue
Hemmorhagic Fever ( DHF) dengan Masalah Keperawatan Hipertermi di Rumah Sakit Bakti
Timah Pangkalpinang ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini untuk memenuhi tugas
praktek metodologi keperawatan pada jurusan Keperawatan di Akademi Keperawatan
Pangkalpinang. Bersama ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Ns. Erna Julianti, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An
2. Ns. Silvia Mareti, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dan nantinya akan digunakan untuk perbaikan di masa mendatang.

Namang, 05 April 2020

Penulis
Herza Mayori

i
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................ii
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................3
1.4.1 Bagi Peneliti.......................................................................................3
1.4.2 Bagi perkembangan ilmu keperawatan dan profesi keperawatan......3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4


2.1 Konsep Dasar DHF........................................................................................4
2.1.1 Definisi DHF......................................................................................4
2.1.2 Klasifikasi DHF.................................................................................4
2.1.3 Patofisiologis DHF.............................................................................4
2.1.4 Komplikasi DHF................................................................................5
2.1.5 Etiologi DHF......................................................................................5
2.1.6 Manifestasi Klinis DHF.....................................................................5
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang DHF............................................................6
2.1.8 Penatalaksanaan DHF........................................................................6
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................7
2.2.1 Pengkajian..........................................................................................7
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................8
2.2.3 Intervensi Kerewawatan.....................................................................8
2.2.4 Implementasi Keperawatan................................................................9
2.2.5 Evaluasi Keperawatan........................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................11
3.1 Desain Penelitian............................................................................................11
3.2 Subyek Studi kasus........................................................................................11
3.3 Fokus Studi Kasus .........................................................................................11
3.4 Definisi Operasional.......................................................................................11
3.5 Lokasi dan Waktu .........................................................................................11
3.6 Pengumpulan data..........................................................................................12
3.6.1 Teknik pengumpukan data....................................................................12
3.6.2 Instrumen Penelitian..............................................................................13
3.7 Penyajian Data...............................................................................................13
3.8 Etika kasus.....................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak memiliki berbagai kebutuhan
yang berbeda satu dengan yang lain sesuai tumbuh kembang. Kebutuhan fisiologis
seperti nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, tidur dan lain-lain, sedangkan
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang akan terlihat sesuai tumbuh
kembangnya (Yuliastati ,2016).
Hockenberry & Wilson (2009) anak dapat dikelompokkan menurut fase
perkembangannya. Fase perkembangan anak terdiri dari fase prenatal, fase neonatal,
fase infant, fase toddler, fase prasekolah, fase sekolah, dan fase remaja. Fae prenatal
mencakup masa kehamilan sampai anak dilahirkan. Fase neonatal merupkan masa
saat bayi lahir sampai usia 28 hari. Fase infant adalah fase saat bayi berusia 1 bulan
sampai 12 bulan. Fase toddler merupakan saat anak berusia 1-3 tahun. Setelah di fase
ini akan memasuki pra sekolah yaitu saat anak memasuki usia 3-6 tahun. Fase sekolah
merupakan fase fase berusia 6-12 tahun, dan terakhir fase remaja yaitu saat anak
memasuki usia 12-18 tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1950-
an di Filipina dan Thailand, telah menjadi penyebab utama kematian di kalangan
anak-anak dan dewasa. Diperkirakan terjadi antara 50 juta hingga 100 juta kasus DBD
di seluruh dunia setiap tahunnya. Sekitar 500.000 penderita DBD dirawat inap dengan
2,5% diantaranya meninggal dunia. Selain itu, diperkirakan 3,97 miliar orang pada
128 negara berisiko terinfeksi virus dengue. Hal tersebut berarti lebih dari setengah
penduduk dunia berisiko terinfeksi penyakit DBD. (Buletin Penelitian Kesehatan,
Vol. 45, No. 3, September 2017: 161 - 168)
Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun
1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat Indonesia sebagai negara dengan jumlah
penderita DBD tertinggi di Asia Tenggara.3 Pada tahun 2014 DBD telah menyebar di
433 dari 511 kabupaten/kota dalam 34 provinsi. Penyakit ini menjadi momok yang
mengerikan dan dalam waktu yang relatif singkat DBD dapat menelan banyak korban.
Salah satu faktor utama yang bertanggung jawab atas meningkatnya kejadian DBD
yakni urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali yang disebabkan oleh
pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi terutama di kota besar Negara-negara
berkembang. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut menyebabkan tingginya
kepadatan penduduk dan wabah DBD akan berkembang pesat pada daerah yang padat
penduduk. (Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 3, September 2017: 161 –
168).
Selama lima tahun terakhir progress pengendalian penyakit DBD di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung teranalisa bahwa pada tahun 2013 angka kasus DBD di

1
Kabupaten/Kota berjumlah 741 kasus dengan Insiden Rate (IR): 58,51 per 100.000
penduduk, angka CFR/angka kematian 2,70 % (20 orang meninggal karena DBD).
Sedangkan pada tahun 2014 angka kasus DBD di Kabupaten/Kota semakin menurun
menjadi 321 kasus dengan Insiden Rate (IR): 23,60 per 100.000 penduduk dengan
CFR/angka kematian 3,4 % (11orang meninggal karena DBD). Tahun 2015 angka
kasus DBD di Kabupaten/Kota sebanyak 755 kasus DBD dengan Insiden Rate (IR):
55,53 per 100.000 penduduk dengan CFR/angka kematian 1,07% (8 orang meninggal
karena DBD). Tahun 2016 angka kasus DBD di Kabupaten/Kota sebanyak 490 kasus
DBD dengan Insiden Rate (IR): 35,77 per 100.000 penduduk dengan CFR/angka
kematian 0,61% (3 orang meninggal karena DBD). Tahun 2017 angka kasus DBD di
Kabupaten/Kota sebanyak 339 kasus DBD dengan Insiden Rate (IR): 24,77 per
100.000 penduduk dengan CFR/angka kematian 1,18% (4 orang meninggal karena
DBD). ( Profil Kesehatan Provinsa Bangka Belitung)
Demam berdarah merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus dengue yang disebabkan oleh nyamuk aides aigepty yang ditandai dengan
demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi seperti pendarahan,penurunan tromboosit
(trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai dengan kebocoran plasma
(peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura,hipoalbuminemia), dan disertai dengan
gejala-gejala tidak khas sperti nyer kepala,nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri
belakang bola mata (Kemenkes RI,2013).
Komplikasi Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) biasanya berhubungandengan
syok yang berat dan memanjang dan perdarahan berat. Pemberian cairanyang
berlebihan selama fase kebocoran plasma dapar berakibat efusi massif, yangberujung
pada gagal nafas, dapat terjadi gangguan elektrolit / metabolik :hipoglikemia,
hiponatremia, hipokalsemia, atau terkadang hiperglikemia.(Tjokroprawiro, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) dengan masalah keperawatan Hipertermi Di Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan keperawatan pada anak Dengue
Heamorrhagic Fever (DHF) dengan masalah keperawatan hipertermi
Di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang

1.3.1 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada anak DHF
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak DHF
1.3.2.3 Menyusun rencana keperawatan pada anak DHF
1.3.2.4 Melakukan tindakan keperawatan pada anak DHF
1.3.2.5 Melakukan evaluasi keperawatan pada anak DHF

2
1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi penulis


Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pengetahuan dan menambah wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan
penderita DHF
1.4.2 Bagi perkembangan ilmu keperawatan dan profesi keperawatan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi
perkembangan keperawatan anak dan sebagai acuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan penderita Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar DHF


2.1.1 Definisi DHF
Menurut World Health Organization (WHO), Dengue Hemmorhagic Fever (DHF)
atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (WHO, 2011). Terdapat tiga
tahapan yang dialami penderita penyakit DBD, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase
pemulihan (WHO,2009).
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue
(DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123).

2.1.2 Klasifikasi DHF


 Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi pendarahan
uji tourniquet positif.
 Derajat 2 Derajad 1 disertai pendarahan spontan dikulit dan/ atau pendarahan lain.
 Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
nadi menurun (< 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan pasien
menjadi gelisah.
 Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur.

2.1.3 Patofisiologis
Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS) adalah
peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke
dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan
tekanan darah. Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari 20%, hal ini
didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemi. Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak
dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang
berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun
selular, antara lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi
yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer
antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi
meningkat.
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar
demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan
menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar
antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi
primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari
ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh
karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi
antibodi IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis (Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun
2010 : 110 –119).

4
2.1.4 Komplikasi
Menurut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut :
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung

2.1.5 Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF) adalah
virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus
dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi
penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan
sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah
kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk yang membawa virus, maka
inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari sampai gejala demam Dengue muncul.
(Meilany, 2010.

Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan


penyakit demam berdarah antara lain :
1. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
2. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti: hinggap
di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat kaleng
bekas  yang menampung air hujan.
3. Biasanya nyamuk Aedes aegypti  yang menggigit tubuh manusia adalah betina,
sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada  tumbu-tumbuhan.
4. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan peningkatan
aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam setelah
mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan untuk bertelur.

2.1.6 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan
DBD, ditandai dengan :
1) Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari di
kebanyakan kasus.
2) Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan melena.
3) Pembesaran hati (hepatomegali).
4) Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi, hipotensi
kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.

5
2.1.7 Pemeriksan penunjang
Menurut susalaningrum,R (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai
sebagai berikut
a) Hb dan PCV meningkat (>20%).
b) Trombosite (<100.000).
c) IgD degue positif.
d) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia, hipokloremia,
hiponateremia.
e) Urin dan pH darah mungkin meningkat.
f) Asidosis metabolic: pCO2< 35-40 mmHg HCO3 rendah.

2.1.8 Penatalaksanaan

1. Tirah baring atau istirahat baring.


2. Diet, makan lunak.
3. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, the manis dan
beri penderita oralit.
4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi
ketat tiap jam.
5. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk
menurunkan suhu menjadi < 39 C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial
/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis,
perdarahan atau asidosis.
7. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan
untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
8. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).

6
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

2.2.1.1 Identitas Penderita


Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.

2.2.1.2 Keluhan Utama


Panas atau demam.

2.2.1.3 Riwayat Kesehatan


1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan
kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan
keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada
kulit
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang
DHF. (Brunner & Suddart, 2015).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga pernah mengalami riwayat penyakit DHF sebelumnya.

2.2.1.4 Riwatat Psikososial


Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.

2.2.1.5 Kondisi lingkungan.


sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (
seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar ).

2.2.1.6 Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum


Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :
a. Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda vital
dan nadi lemah.
b. Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
c. Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
d. Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan kulit
tampak sianosis

2) Kepala dan leher.

7
a. Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan
fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
b. Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-kadang)
sianosis.
c. Hidung : Epitaksis
d. Tenggorokan : Hiperemia
e. Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah
servikal posterior.

3) Dada (Thorax)
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.

4) Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor kulit
dapat menurun.

5) Pemeriksaan laboratorium.
Hasil dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb dan PCV meningkat ( ≥20%),
Trambositopenia (≤100.000/ml), Leukopenia. Hasil pemeriksaan kimia darah
menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia, Urium dan Ph
darah mungkin meningkat, Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg,
SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas
normal, kulit merah, takikardi, kulit terasa hangat
2.2.2.2 Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi ditandai dengan
trombositopeni.
2.2.2.3 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma

2.2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan


keperawatan hasil
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh tiap 1 jam
berhubungan tindakan keperawatan
dengan proses selama 3x24 jam, pasien 2. Monitor TTV
penyakit dengan hipertermi
ditandai dengan diharapkan dapat teratasi 3. Lakukan kompres hangat
suhu tubuh dengan kriteria hasil :
diatas normal, • Suhu dalam rentang 4. Anjurkan menggunakan pakaian
kulit merah, normal (36-37) tipis
takikardi, kulit • Nadi dan RR dalam
terasa hangat. rentang normal(nadi 60- 5. Tingkatkan cairan peroral
100x/menit.RR:16-
24X/Menit) 6. Kolaborasi pemberian antipiretik

8
• Tidak ada perubahan
warna dan cairan intravena
kulit,dan tidak pusing
tidak merasa mual
2 Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor ptekie, epistaksis,
pendarahan tindakan keperawatan perdarahan gusi dan melena
berhubungan selama 3x24 jam, pasien
dengan dengan resiko pendarahan 2. Monitor hasil lab: Hb, Ht, PT, PTT,
gangguan diharapkan dapat teratasi trombosit.
koagulasi dengan kriteria hasil :
ditandai dengan Trombosit 3. Monitor tekanan darah.
trombositopeni. >100.000/mm3
Ht >50% 4. Monitor status cairan
Hb 12-16 g/dl
5. Kolaborasi pemberian transfusi
darah trombosit
3 Risiko Setelah dilakukan 1) Pantau status hidrasi (membrane
kekurangan tindakan keperawatan mukosa, turgor kulit, frekuensi nadi,
volume cairan 3x24 jam, pasien dan tekanan darah )
berhubungan
memperlihatkan tanda
dengan
rehidrasi dan 2) Pantau intake dan output pasien
peningkatan
permeabilitas mempertahankan hidrasi (balance cairan) dan diuresis
dinding plasma yang adekuat
Kriteria hasil: 3) Motivasi anak dan keluarga untuk
1. Membrane meningkatkan asupan cairan per oral
mukosa bibir
lembab 4) Pantau kebutuhan cairan
2. Turgor kulit baik
5) KolaborasiKolaborasi dengan dokter
3. Urin jernih dan
pemberian cairan infus
tidak pekat
4. Elasisitas turgor
kulit baik
5. Balance cairan
Diuresis 1-2
ml/jam

2.2.4 Implementasi Keperawatan


 Fase Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan.
Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang
telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hsil tindakan
yang telah lalu.
 Fase Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap
kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk

9
menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons
ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien.
Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan klien secara aktif dan dengan penuh
perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang
sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya
 Fase Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi
dibagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi
sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini
dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang
berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan
terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses
keperawatan.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Pada
tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien
disebut evaluasi proses dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang
diharapkan disebut evaluasi hasil. Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera. Sedangkan evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi
dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan
yang direncanakan pada tahap perencanaan.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian


Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan
prosedur penelitian (Hidayat, 2008). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencangkup pengkajian
satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitaas,
atau institusi (Nursalim, 2008). Studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) di Rumah Sakit bakti timah pangkalpunang
3.2 Subyek Studi Kasus
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau subjek
yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2006). Subjek penelitian
pada studi kasus ini adalah pasien dengan diagnosa medis Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) sebanyak dua responden yang dirawat di “Rumah sakit bakti timah
pangkalpinang”.
3.3 Fokus Studi Kasus
Fokus studi identik dengan variabel penelitian yaitu perilaku atau karakteristik yang
memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2011). Fokus studi kasus ini adalah
untuk mengetahui gambaran penurunan suhu sebelum dan sesudah upaya-upaya
penurunan suhu pada anak i yang mengalami DHF
3.4 Definisi operasional
merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam
penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam
mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).
Asuhan Keperawatan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau demam berdarah
dengue (DBD) penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang terjadi pada
anak usia 1-18 tahun dan dirawat inap di RS.
3.5 Lokasi dan waktu
3.5.1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah tempat yang dilakukan oleh peneliti dalam
melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2008). Penelitian ini dilakukan di
Rumah sakit bakti timah pangkalpinang
3.5.2 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian adalah waktu yang digunakan oleh peneliti dalam
melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2008). Waktu penelitian
dilakukan pada tanggal 12-17 januari 2020

11
3.6 Teknik dan instrumen pengumpulan data
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data secara lisan
dari responden atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
responden misalnya mengenai biodata klien, biodata orang tua/wali,
alasan masuk rumah sakit, keluhan utama yang dirasakan klien saat
wawancara berlangsung, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga, genogram, riwayat sosial,
kebutuhan dasar seperti, nutrisi, aktivitas/ istirahat, personal hygiene,
eliminasi, pengkajian fisik dan mental.
2. Pengkajian
1. Inspeksi
Inspeksi adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat. Dengan
melihat maka kita mendapatkan hasil pemeriksaan dalam hal antara lain
:Kesan Umum Penderita , bentuk badan ,perbandingan antar bagian tubuh,
yang normal dan abnormal dari dinding dada pada waktu bernafas.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan meraba dengan menggunakan rasa
propioseptif ujung jari dan tangan. Dengan palpasi dapat terbentuk
gambaran dari berbagai aspek seperti : Permukaan; misalnya halus/kasar,
menonjol/datar, keras/lunak.
- Getaran-getaran atau denyutan: denyut nadi, pukulan jantung pada
dinding dada.
- Keadaan alat dibawah permukaan: misalnya batas-batas
hepar(hati), adanya massa abnormal di tempat yang tidak
seharusnya.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan
dengan perantaraan jari tangan. Tujuannya adalah untuk mengetahui
keadaan organ-organ di dalam tubuh. Tergantung dari isi jaringan yang
ada di bawahnya, maka akan timbul berbagai nada yang dibedakan
menjadi lima, yaitu : Pekak, redup, sonor, hipersonor, dan timpani.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan suara yang terdapat di dalam tubuh
dengan bantuan alat yang disebut Stetoskop. Alat ini berfungsi sebagai
saluran pendengaran di luar tubuh untuk dapat meredam suara di
sekitarnya. Dari pemeriksaan auskultasi, kita dapat mendengarkan suara-
suara secara kualitatif dan kuantitatif yang ditimbulkan oleh jantung,
pembuluh darah, paru, dan usus.

3. Dokumentasi
Pada metode dokumentasi peneliti memegang check list untuk mencari
variabel yang sudah ditentukan. Aapabila terdapat atau muncul variabel yang

12
dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check atau tally di tempat
yang sesuai (Arikunto, 2006). Dari hasil data yang sudah diperoleh meliputi
wawancara, pengkajian dan observsi untuk memvalidasi hasil tersebut peneliti
melakukan check list hasil yang didapat dengan data pada rekam medik klien.
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format pengkajian
asuhan keperawatan dengan kasus Dengue Haemorrhagic Fever (DHF).

3.7 Penyajian data


Data yang sudah terangkum ditafsirkan dan dijelaskan untuk menggambarkan proses
asuhan keperawatan pada klien Dengue Hemmorhagic Fever. Penyajian data yang
sudah ditafsirkan dan dijelaskan berbentuk uraian teks atau bersifat naratif.
3.8 etika keperawatan
Pada penelitian ini dicantumkan etika yang menjadi dasar penyusunan studi kasus
yang terdiri dari :
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya agar subyek mengerti
maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subyek
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat, 2008).
2. Anonimity
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau tidak
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan
(Hidayat, 2008).
3. Confidentiality
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti
dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian
(Hidayat, 2008).

13

Anda mungkin juga menyukai