Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

BLOK KEPERAWATAN INTENSIF


“KONSEP KEPERAWATAN KRITIS”
A. Trend Dan Isu Keperawatan Kritis 14
B. Ruang Lingkup Keperawatan Kritis 14
C. Kompetensi Spesialis Keperawatan Kritis 15
D. Ciri-ciri Seorang Perawat Kritis 16
BAB III Penutup 18
A. Kesimpulan 18
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasien kritis dengan perawatan di ruang ICU (Intensive Care Unit)
memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi.Mengenali ciri-ciri dengan
cepat dan penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien beresiko kritis atau
pasien yang berada dalam keadaan kritis dapat membantu mencegah
perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan peluang untuk sembuh
(Gwinnutt, 2006 dalam Jevon dan Ewens, 2009). Comprehensive Critical
Care Department of Health-Inggris merekomendasikan untuk memberikan
perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical care
without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun
pasien tersebut secara fisik berada di dalam rumah sakit (Jevon dan Ewens,
2009). Hal ini dipersepsikan sama oleh tim pelayanan kesehatan bahwa
pasien kritis memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan
monitoring penilaian setiap tindakan yang dilakukan.Dengan demikian
pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena dengan
cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau terjadinya
penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian keperawatan kritis?
2. Ruang lingkup keperawatan kritis?
3. Konsep keperawatan kritis?
4. Prinsip keperawatan kritis?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mendalami konsep keperawatan kritis.
2. Tujuan Khusus
Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan kritis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Kritis


1. Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan dengan suatu fokus
pada penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Perawat kritis
dapat ditemukan bekerja pada lingkungan yang luas dan khusus, seperti
departemen keadaan darurat dan unit gawat darurat (Wikipedia, 2013)
2. Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
menghadapi secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas
masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah perawat
profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan
pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka menerima
kepedulian optimal (American Association of Critical-Care Nurses).
3. Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap
suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap
masalah yang mengancam hidup.
4. Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan
pasien yang berkualitas tinggi dan konperhensif. Untuk pasien yang
kritis, waktu adalah vital. Proses keperawatan memberikan suatu
pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan kritis dapat
mengevaluasi masalah pasien dengan cepat.
5. Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang
meliputi pengkajian, analisa, perencanaan ,implementasi, dan
evaluasi. The American Asosiation of Critical care Nurses (AACN)
menyusun standar proses keperawatan sebagai asuhan keperawatan
kritikal.

B. Konsep Dasar Keperawatan Kritis menurut AACN


Scope critical care nursing menurut AACN (American Association of
Critical Care Nurse) dibagi 3 :
1. The critically ill patient
Masalah yang aktual dan potensial mengancam kehidupan pasien
dan membutuhkan observasi dan intervensi mencegah terjadinya
komplikasi.
Pasien sakit kritis didefinisikan sebagaipasien yangberesikotinggi
untuk masalah kesehatan aktual atau potensial mengancam jiwa. Semakin
sakit kritis pasien, semakin besar kemungkinan dia adalah untuk menjadi

3
sangat rentan, tidak stabil dan kompleks, sehingga membutuhkan intens
dan waspada asuhan keperawatan.
Mengidentifikasi pasien yang berisiko efek samping karena status gizi
mereka adalah kompetensi inti dari praktisi gizi, direkomendasikan oleh
pedoman praktek klinis, dan diamanatkan oleh lembaga
akreditasi. Melekat dalam diskusi ini risiko gizi adalah bahwa pasien
dengan risiko tinggi lebih mungkin untuk mendapatkan keuntungan dari
intervensi terapi nutrisi daripada mereka yang berisiko rendah, seperti
baik ditunjukkan oleh Kondrup dan rekan. Skor atau alat penilaian
banyak ada untuk memungkinkan kuantifikasi risiko gizi. Untuk sebagian
besar, alat ini dikembangkan dan divalidasi dalam pengaturan rawat jalan
atau rawat inap tapi tidak secara khusus untuk pengaturan ICU. Pada
kenyataannya, sebagian besar skor menganggap bahwa semua pasien
sakit kritis berada pada risiko tinggi dalam hal scoring atau penilaian
risiko mereka.
Kami mengandaikan bahwa hal ini tidak terjadi, dan bahwa tidak
semua pasien sakit kritis adalah sama dalam hal risiko gizi mereka. Bukti
untuk pernyataan ini berasal dari studi yang menunjukkan efek perlakuan
yang berbeda dari nutrisi buatan dalam subkelompok yang berbeda dari
pasien ICU. Dalam analisis terakhir, kami mengamati hubungan terbalik
linier yang signifikan antara kemungkinan kematian dan total kalori
harian yang diterima. Peningkatan dari 1.000 kalori per hari dikaitkan
dengan pengurangan secara keseluruhan dalam kematian (rasio
odds untuk mortalitas 60 hari 0.76, interval kepercayaan 95% (CI), 0,61-
0,95, P=0.014). Namun, efek pengobatan yang bermanfaat dari
peningkatan kalori pada kematian diamati pada pasien dengan indeks
massa tubuh (BMI) di bawah 25 atau 35 dan di atas yang tidak
memberikan manfaat bagi pasien dengan BMI antara 25 atau kurang dari
35. Hasil yang sama diperoleh saat membandingkan meningkatkan
asupan protein dan efeknya pada kematian dalam kelompok BMI yang
berbeda. Salah satu kesimpulan utama dari pekerjaan ini adalah bahwa
tidak semua pasien ICU adalah sama sehubungan dengan tanggapan
mereka terhadap nutrisi buatan.
Jadi bagaimana kita mulai mendekati 'risiko gizi' diskriminatif dalam
pengaturan perawatan kritis? Dalam sebuah pernyataan Pedoman
Konsensus Internasional baru-baru ini, Jensen dan rekan menawarkan
beberapa tanah melanggar definisi malnutrisi menghubungkannya
dengan baik kekurangan gizi akut dan kronis dan peradangan. Konsisten
dengan definisi ini, kami menyajikan model konseptual kita tentang
bagaimana langkah-langkah kelaparanakut dan kronis dan peradangan

4
dapat mempengaruhi status gizi di ICU dan akhirnya berdampak pada
hasil pasien. Tujuan utama kami adalah untuk mengembangkan nilai
menggunakan variable yang disajikan dalam model yang akan mengukur
risiko seorang pasien mengembangkan efek samping dan yang mungkin
berpotensi dimodifikasi oleh intervensi gizi agresif atau
memadai. Bahkan, untuk memvalidasi nilai kita, kita tidak hanya harus
menunjukkan bahwa diskriminasi risiko antara kelompok heterogen
pasien ICU, tetapi juga bahwa hubungan antara skor risiko dan hasil yang
dimodifikasi oleh penemuan gizi.
2. The critical-care nurse
Perawat perawatan kritis praktek dalam pengaturan di mana pasien
memerlukan pengkajian yang kompleks, terapi intensitas tinggi dan
intervensi dan berkesinambungan kewaspadaan keperawatan. Perawat
perawatan kritis mengandalkan tubuh khusus pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman untuk memberikan perawatan kepada pasien dan
keluarga dan menciptakan lingkungan yang menyembuhkan,
manusiawi dan peduli.
Terutama, perawat perawatan kritis adalah advokat pasien. AACN
mendefinisikan advokasi sebagai menghormati dan mendukung nilai-
nilai dasar, hak-hakdan keyakinan pasien sakit kritis.
Dalam peran ini, perawat perawatan kritis:
a. Menghormati danmendukung hakpasien ataupenggantipasienyang
ditunjuk untukpengambilankeputusanotonom.
b. Campur tanganketikakepentingan terbaikpasienyang bersangkutan.
c. Membantu pasienmendapatkanperawatan yang diperlukan.
d. Menghormati nilai-nilai, keyakinan danhak-hakpasien.
e. Menyediakan pendidikan dan dukunganuntuk membantupasien
ataupenggantipasienyang ditunjukmembuat keputusan.
f. Mewakilipasiensesuaidengan pilihanpasien.
g. Mendukungkeputusandaripasien ataupenggantiyang
ditunjuk, atauperawatantransfer keperawatperawatan kritissama-sama
berkualitas.
h. Berdoa bagipasien yangtidak dapat berbicarauntuk diri mereka
sendiridalam situasiyang memerlukantindakan segera.
i. Memantau danmenjagakualitas perawatanpasien menerima.
j. Bertindak sebagai penghubungantara pasien, keluarga pasiendan
profesional kesehatan lainnya.

Peran Perawat Perawatan Kritis

5
Perawat perawatan kritis bekerja dalam berbagai pengaturan, mengisi
banyak peran termasuk dokter samping tempat tidur, pendidik
perawat, peneliti perawat, manajer perawat, perawat spesialis klinis dan
praktisi perawat. Dengan terjadinya managed care dan migrasi yang
dihasilkan dari pasien untuk pengaturan alternatif, perawat perawatan
kritis merawat pasien yang lebih sakit dari sebelumnya.
Manajemen keperawatan juga telah memicu permintaan untuk perawat
praktek maju dalam pengaturan perawatan akut. Perawat praktek maju
adalah mereka yang telah menerima pendidikan lanjutan dimaster atau
tingkat doktor. Dalam pengaturan perawatan kritis, mereka yang paling
sering adalah spesialis klinis perawat (CNS) atau praktisi perawat
perawatan akut (ACNP).
Sebuah CNS adalah dokter ahli dalam spesialisasi tertentu-perawatan
kritis dalam kasus ini. The SSP bertanggung jawab atas
identifikasi, intervensi dan pengelolaan masalah klinis untuk
meningkatkan perawatan untuk pasien dan keluarga. Mereka
menyediakan perawatan pasien langsung, termasuk
menilai, mendiagnosa, perencanaan dan resep pengobatan farmakologi
dan non farmakologi masalah kesehatan.
ACNPs dikritis pengaturan perawatan fokus pada membuat keputusan
klinis yang berkaitan dengan perawatan pasien yang kompleks. Kegiatan
mereka termasuk penilaian risiko, interpretasi tes diagnostic dan
pengobatan menyediakan, yang mungkin termasuk obat-obatan resep.

Tingkat Pendidikan untuk Perawat Perawatan Kritis


Untuk menjadi perawat terdaftar (RN), seorang individu harus
mendapatkan diploma dalam keperawatan, gelar asosiasi dikeperawatan
(ADN) atau gelar sarjana di bidang keperawatan (BSN) dan lulus ujian
lisensi nasional. Persyaratan bervariasi sebagaimana ditentukan oleh
Dewan masing-masing Negara Keperawatan.
Banyak sekolah keperawatan menawarkan siswa paparan perawatan
kritis, tetapi sebagian besar pendidikan khusus perawatan perawat kritis
dan orientasi disediakan oleh majikan. Perawat praktek maju harus
mendapatkan gelar dimaster atau tingkat doktoral.
Perawatan Kritis Perawat Sertifikasi
Meskipun sertifikasi tidak wajib untuk praktek dalam khusus seperti
perawatan kritis, banyak perawat memilih untuk menjadi
bersertifikat. Beberapa pengusaha lebih memilih untuk menyewa perawat
bersertifikat karena mereka telah menunjukkan akuisisi tingkat tinggi
yang spesifik pengetahuan dalam spesialisasi mereka melalui berhasil

6
menyelesaikan ketat, psychometrically valid, pemeriksaan yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Sebagai contoh, seorang perawat perawatan kritis harus merawat
pasien sakit kritis selama minimal dua tahun untuk memenuhi
persyaratan untuk ujian sertifikasi CCRN yang ditawarkan oleh
AACN, salah satu dari banyak kredensial asosiasi menawarkan.
Karena ketersediaan Medicare dan penggantian perawatan berhasil
spesialis perawat klinis, semakin banyak pengusaha yang membutuhkan
sertifikasi praktek maju. Selain itu, sebagai papan Negara keperawatan
mencapai kewenangan hukum untuk mengeluarkan izin praktek
keperawatan canggih, perawat sering dituntut untuk lulus ujian sertifikasi
yang diakui secara nasional.
Perawat bersertifikat memvalidasi pengetahuan mereka terus praktek
saat ini dalam akut/kritis keperawatan perawatan melalui proses
pembaharuan yang meliputi pertemuan melanjutkan pendidikan dan
persyaratan pengalaman klinis.
Perawatan Kekurangan Lebih Diucapkan untuk Perawat Perawatan
Kritis Kekurangan keperawatan terutama akut didaerah khusus
keperawatan, seperti yang tercantum dalam jumlah melonjaknya
permintaan untuk sementara dan bepergian perawat perawatan kritis
untuk mengisi kesenjangan staf di setiap bagian AS Permintaan ini paling
menonjol untukdewasaunit perawatan kritis, pediatric dan neonatal ICU
dan darurat departemen.
Iklan perekrutan untuk perawat perawatan kritis dalam publikasi
AACN terus tumbuh, terutama ditahunan Panduan Karir. Rumah sakit
menawarkan perawat perawatan kritis pernah insentif yang lebih
menarik, termasuk bonus sign-on, bonus relokasi dan penggantian untuk
melanjutkan pendidikan dan sertifikasi.
Selain itu, banyak rumah sakit meluncurkan orientasi perawatan dan
magang program-program penting, seperti Essentials berbasis Web dari
Critical Care Orientasi Program (ECCO), untuk menarik dan
menyiapkan perawat yang berpengalaman dan baru berlisensi untuk
bekerja dalam perawatan kritis dan Essentialsof Nurse Manajer Program
orientasi. Membutuhkan perawat yang professional untuk perawatan
pasien kritis.
3. The critical-care environment
Keistimewaan obat perawatan intensif dikembangkan sebagai
konsekuensi dari epidemic polio dari tahun 1950-an, ketika ventilasi
mekanik luas diperlukan. Sejak itu teknologi yang tersedia untuk
mendukung pasien sakit kritis telah menjadi lebih canggih dan

7
kompleks, dan pentingnya unit perawatan intensif (ICU) dalam system
kesehatan hari ini adalah tanpa pertanyaan. Pada tahun 1994, Critical
Care Medicine melaporkan bahwa hampir 80% dari semua orang
Amerika akan mengalami penyakit kritis atau cedera, baik sebagai
pasien, anggota keluarga, atau teman dari seorang pasien, dan bahwa ICU
hanya menempati 10% dari tempat tidur rawat inap, tapi account untuk
hampir 30% dari biaya rumah sakit perawatan akut. Namun, ICU adalah
lingkungan yang berpotensi memusuhi rentan pasien sakit kritis. Selain
stres fisik penyakit, nyeri, obat penenang, intervensi, dan ventilasi
mekanik, ada stress psikologis dan psikososial yang dirasakan oleh
pasien. Salah satu factor tambahan adalah lingkungan ICU, yang juga
diduga berkontribusi terhadap sindrom yang dikenal sebagai ICU
psikosis/delirium. Sering melaporkan faktor lingkungan stress adalah
kebisingan, cahaya ambient, pembatasan mobilitas, dan isolasi sosial.

C. Konsep keperawatan kritis


1. Tujuan
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).’
2. Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan
mempertahankan sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi
kegagalan. Pengkajian meliputi proses pengumpulan data, validasi data,
menginterpretasikan data dan memformulasikan masalah atau diagnosa
keperawatan sesuai hasil analisa data. Pengkajian awal didalam
keperawatan itensif sama dengan pengkajian umumnya yaitu dengan
pendekatan system yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-kultural-
spiritual, namun ketika klien yang dirawat telah menggunakan alat-alat
bantu mekanik seperti Alat Bantu Napas (ABN), hemodialisa, pengkajian
juga diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus yakni terkait dengan terapi
dan dampak dari penggunaan alat-alat tersebut.
3. Diagnosa keperawatan
Setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan
diinterpretasikan kemudian dianalisa lalu ditetapkan masalah/diagnosa
keperawatan berdasarkan data yang menyimpang dari keadaan fisiologis.
Kriteria hasil ditetapkan untuk mencapai tujuan dari tindakan
keperawatan yang diformulasikan berdasarkan pada kebutuhan klien
yang dapat diukur dan realistis.
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala
yang sulit diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih
luas.

8
4. Perencanaan keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnosa telah
diprioritaskan. Prioritas maslah dibuat berdasarkan pada ancaman/risiko
ancaman hidup (contoh: bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan
pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, gangguan perfusi jaringan, lalu
dapat dilanjutkan dengan mengidentifikasi alternatif diagnosa
keperawatan untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan (contoh:
resiko infeksi, resiko trauma/injury, gangguan rasa nyaman dan diagnosa
keperawatan untuk mencegah, komplikasi (contoh: resiko konstifasi,
resiko gangguan integritas kulit). Perencanaan tindakan mencakup
4(empat) umsur kegiatan yaitu observasi/monitoring, terapi keperawatan,
pendidikan dan tindakan kolaboratif. Pertimbangan lain adalah
kemampuan untuk melaksanakan rencana dilihat dari keterampilan
perawat, fasilitas, kebijakan dan standar operasional prosedur.
Perencanaan tindakan perlu pula diprioritaskan dengan perencanaan ini
adalah untuk membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan
dan mengoptimalkan penyelesaian masalah.
Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan
terhadap status yang selalu berubah.
5. Intervensi
Semua tindakan dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan
terhadap klien sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk
mencapai tujuan. Tindakan keperawatan dapat dalam bentuk observasi,
tindakan prosedur terntentu, tindakan kolaboratif dan pendidikan
kesehatan. Dalam tindakan perlu ada pengawasan terus menerus terhadap
kondisi klien termasuk evaluasi prilaku.
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk
pencegahan krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
lama sampai dapat beradaptasi dengan tercapainya tingkat kesembuhan
yang lebih tinggi atau terjadi kematian.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan
merupakan dasar pertimbangan yang sistematis untuk menilai
keberhasilan tindkan keperawatan dan sekaligus dan merupakan alat
untuk melakukan pengkajian ulang dalam upaya melakukan
modifikasi/revisi diagnosa dan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan setiap
akhir tindakan pemberian asuhan yang disebut sebagai evaluasi proses
dan evaluasi hasil yang dilakukan untuk menilai keadaan kesehatan klien
selama dan pada akhir perawatan. Evaluasi dicatatan perkembangan
klien.

9
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama
untuk mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara terus-
menerus menilai kriteria hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas
pemenuhan kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar
Maslow dengan tidak meninggalkan prinsip holistic bio-psiko-sosio dan
spritual.
Keperawatan kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan :
a. Data akan dikumpulkan secara terus-menerus pada semua pasien yang
sakit kritis dimanapun tempatnya.
b. Indentifikasi masalah/kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan
pada data yang dikumpulkan.
c. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan.
d. Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan menurut
prioritas dari identifikasimasalah atau kebutuhan.
e. Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus –
menerus.
7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan yang berisi data pelaksanaan tindakan
keperawatan atau respon klien terhadap tindakan keperawatan sebagai
petanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat kepada pasien dari kebijakan.
Dokumentasi keperawatan merupakan dokumentasi legal dalam
sistem pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasikan yang
baik, maka informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui
secara berkesinambungan.

D. Prinsip Keperawatan Kritis


Pengatasan pasien kritis dilakukan di ruangan unit gawat darurat yang
disebut juga dengan emergency department sedangkan yang dimaksud
dengan pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang
cepat yang dapat menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien
kritis di rumah sakit dibagi atas Unit Gawat Darurat (UGD) dimana pasien
diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah bagian
untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan
perhatian pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner
yang disebut unit perawatan intensif koroner (Intensive Care Coronary
Unit= ICCU). Baik UGD, ICU, maupun ICCU adalah unit perawatan pasien
kritis dimana perburukan patofisiologi dapat terjadi secara cepat yang dapat

10
berakhir dengan kematian. Sebenarnya tindakan pengatasan kritis ini telah
dimulai di tempat kejadian maupun dalam waktu pengankutan pasien ke
Rumah Sakit yang disebut dengan fase prehospital. Tindakan yang
dilakukan adalah sama yakni resusitasi dan stabilisasi sambil memantau
setiap perubahan yang mungkin terjadi dan tindakan yang diperlukan. Tiap
pasien yang dirawat di ICU memerlukan evaluasi yang ketat dan pengatasan
yang tepat dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu kelainan pada pasien
kritis dibagi atas 9 rangkai kerja :
1. Prehospital, meliputi pertolongan pertama pada tempat kejadian
resusitasi cardiac pulmoner, pengobatan gawat darurat, teknik untuk
mengevaluasi, amannya transportasi, akses telepon ke pusat.
2. Triage, yakni skenario pertolongan yang akan diberikan sesudah fase
keadaan. Pasien-pasien yang sangat terancam hidupnya harus diberi
prioritas utama. Pada bencana alam dimana terjadi sejumlah kasus gawat
darurat sekaligus maka skenario pengatasan keadaan kritis harus
dirancang sedemikian rupa sehingga pertolongan memberikan hasil
secara maksimal dengan memprioritaskan yang paling gawat dan harapan
hidup yang tinggi.
3. Prioritas dari gawat darurat tiap pasien gawat darurat mempunyai tingkat
kegawatan yang berbeda, dengan demikian mempunyai prioritas
pelayanan prioritas yang berbeda. Oleh karena itu diklasifikasikan pasien
kritis atas :
a. Exigent,pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1 dan
memerlukan pertolongan segera. Yang termasuk dalam kelompok ini
dalah pasien dengan obstruksi jalan nafas, fibrilasi ventrikel, ventrikel
takikardi dan cardiac arest.
b. Emergent,yang disebut juga dengan gawat darurat 2 yang
memerlukan pertolongan secepat mungkin dalam beberapa menit.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah miocard infark, aritmia
yang tidak stabil dan pneumothoraks.
c. Urgent,yang termasuk kedalam gawat darurat 3. Dimana waktu
pertolongan yang dilakukan lebih panjang dari gawat darurat 2
akantetapi tetap memerlukan pertolongan yang cepat oleh karena
dapat mengancam kehidupan, yang termasuk ke dalam kelompok ini
adalah ekstraserbasi asma, perdarahan gastrointestinal dan keracunan.
d. Minoratau non urgent, yang termasuk ke dalam gawat darurat 4,
semua penyakit yang tergolong kedalam yang tidak mengancam
kehidupan.

11
E. Isu Etik Dan Legal Pada Keperawatan Kritis
Perawat ruang intensif atau kritis harus memberikan palayanan
keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal
kesehatan. Perawat ruang kritis harus bekerja sesuai dengan aturan yang ada
(standar rumah sakit / standar pelayanan maupun asuhan keperawatan).Etik
ditujukan untuk mengukur prilaku yang diharapkan dari manusia, sehingga
jika manusia tersebut merupakan suatu kelompok tertentu atau profesi
tertentu seperti profesi keperawatan, maka aturannya merupakan suatu
kesepakatan dari kelompok tersebut yang disebut kode etik.
Suatu pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian
dari staf pramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung jawab
dan kewajiban mematuhi hukum dalam setiap tindakan atau pelayanan
keperawatan yang dilakukan.Kumpulan hukum atau peraturan keperawatan
yang telah dikembangkan dikenal sebagai standar pelayanan keperawatan.
Standar pelayanan keperawatan ditentukan dengan pengambilan keputusan
akan tindakan profesional yang paling tepat dilakukan untuk mengatasi
masalah yang ada.

F. Kecenderungan Trend Dan Isu Keperawatan Kritis


Perkembangan yang sangat pesan dibidang teknologi dan pelayanan
kesehatan cukup berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat
dalam jangka waktu lama dirumah sakit.Klien yang berada di unit
perawatan kritis dikatakan lebih sakit dari sebelumnya.Sekarang ini banyak
klien yang dirawat diunit kritis untuk waktu 5 tahun sudah dapat menjalani
rawat jalan dirumah masing-masing.Klien unit kritis yang ada sekarang ini
tidak mungkin bertahan hidup dimasa lalu dikarenakan buruknya sistem
perawatan kritis yang ada. Sudah direncanakan dibeberapa rumah sakit akan
adanya unit kritis yang lebih besar dan kemungkinan mendapatkan pelayana
perawatan kritis dirumah atau tempat-tempat alternatif lainnya. Perawat
kritis harus tepat memantau informasi terbaru dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki untuk mengelola metode dan teknologi
perawatan terbaru. Seiring dengan perkembangan perawatan yang dilakukan
pada klien semakin kompleks dan banyaknya metode ataupun teknologi
perawatan baru yang diperkenalkan, perawat kritis dipandang perlu untuk
selalu meningkatkan pengetahuannya.

G. Ruang Lingkup Keperawatan Kritis


American Association of Critical Care Nurses (AACN) menyatakan
bahwa asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan
respon manusia terhadap penyakit yang aktual atau potensial yang

12
mengancam kehidupan (AACN,1989).Lingkup praktik asuhan keperawatan
kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit
kritis, dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber adekuat untuk
pemberian perawatan.
Pasien yang masuk ke lingkungan keperawatan kritis menerima
asuhan keperawatan intensif untuk berbagai masalah kesehatan.Serangkaian
gejala memiliki rentang dari pasien yang memerlukan pemantauan yang
sering dan membutuhkan sedikit intervensi sampai pasien dengan kegagalan
fungsi multisistem yang memerlukan intervensi untuk mendukung fungsi
hidup yang mendasar.Pada umumnya lingkungan yang mendukung rasio
perbandingan perawat – pasien yaitu 1:2 (tergantung dari kebutuhan pasien),
satu perawat dapat merawat tiga pasien dan, terkadang seorang pasien
memerlukan bantuan lebih dari satu orang perawat untuk dapat bertahan
hidup.Dukungan dan pengobatan terhadap pasien-pasien tersebut
membutuhkan suatu lingkungan yang informasinya siap tersedia dari
berbagai sumber dan diatur sedemikian rupa sehingga keputusan dapat
diambil dengan cepat dan akurat.

H. Kompetensi Spesialis Keperawatan Kritis


Kompetensi ialah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan
tertantu.Untuk mengembangkan kompetensi seseorang perawat spesialis
keperawatan kritis kita perlu mengetahui ciri-ciri dari tingkat spesialis
keperawatan kritis itu sendiri.
Kompetensi yang harus dicapai oleh seorang perawat kritis sesuai
Standar Operasional Prosedur yang di lakukan di ICU Dewasa
1. Penanganan Gangguan Jalan Nafas :
a. Melakukan Terapi Oksigen
b. Melakukan Bronchiaal Washing
c. Melakukan Suction
d. Melakukan Intubasi
e. Melakukan Extubasi /Weaning
2. Menggunakan Ventilator :
a. Mempersiapkan Ventilator
b. Set Ventilator
c. Merawat mesin Ventilator
d. Mengukur Volume Tidal
e. Melakukan T-Piece
f. Memberikan obat Inhalasi

13
g. Mengambil sampel darah arteri unk. AGD
3. Penanganan Gangguan Sistem Cardiovaskuler
a. Emergency Trolly
b. Melakukan rekaman EKG
c. Memasang Monitoring E K G , Saturasi Oksigen, Tekanan Darah
d. R J P
e. Mengkaji pasien Decompensasi Cordis
f. Mengkaji pasien MCI
g. Merawat pasien dengan menggunakan CVP
h. Melakukan DC Shock
i. Memberi antikuagulan
j. Melakukan evaluasi post streptase
k. Memberikan Pendidikan Kesehatan dalam pemberian Streptase
4. Penanganan Gangguan Sistim Pencernaan
a. Memasang NGT
b. Melakukan Nutrisi parenteral
5. Penanganan Gangguan Sistim Perkemihan
a. Menghitung Balance Cairan
b. Mengobservasi pasien post Transplantasi
6. Penanganan Gangguan Sistim Neorologi
a. Menilai tingkat kesadaran /GCS
b. Melakukan Mobilisasi
7. Penanganan Gangguan Endokrin
a. Melakukan pemberian insulin pa pat. Ketoasidosis.

I. Ciri-ciri Seorang Perawat Kritis


Berikut ciri-ciri dari level spesialis keperawatan kritis menurut
robertson et al, (1996) adalah :
1. Mengelola pasien dengan standar industri yang konsiten
2. Hormat terhadap sejawat dan lainnya
3. Role model
4. Utilisasi pengetahuan dalam aplikasi dan mengintergrasikan
pengetahuan dan praktek
5. Respon terhadap perubahan lingkungan secara kontinyu
6. Utilisasi riset dalam praktek
7. Mendukung staf yang kurang pengalaman dan menunjukan kesadaran
kebutuhan dari keutuhan unit
8. Profesional yang aktif
9. Memperlihatkan keterampilan komunikasi yang aktif
10. Memperlihatkan keterampilan pengkajian tingkat tinggi

14
11. Intrepretasikan situasi yang kompleks
12. Bertindak sebagai koordinator perawatan
Setelah mengetahui ciri-ciri dari keperawatan kritis spesialis maka kita
lebih mudah dalam merumuskan kompetensi, elemen dan ujuk
kerja/penampilan yang dibutuhkan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan
yang menghadapi secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas
masalah yang mengancam jiwa.Perawat kritis adalah perawat profesional
yang resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit
kritis dan keluarga-keluarga mereka menerima kepedulian optimal
(American Association of Critical-Care Nurses).
1. Konsep Keperawatan Kritis
a. Tujuan
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).
b. Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan
mempertahankan sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi
kegagalan.
c. Diagnosa keperawatan
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala
yang sulit diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih
luas.
d. Perencanaan keperawatan
Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan
terhadap status yang selalu berubah.
e. Intervensi
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk
pencegahan krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
lama sampai dapat beradaptasi dengan tercapainya tingkat
kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi kematian.
f. Evaluasi
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama
untuk mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara
terus-menerus menilai kriteria hasil untuk mengetahui perubahan
status pasien.
2. Prinsip Keperawatan Kritis
Pengatasan pasien kritis dilakukan di ruangan unit gawat darurat yang
disebut juga dengan emergency department sedangkan yang dimaksud
dengan pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang
cepat yang dapat menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi
pasien kritis di rumah sakit dibagi atas Unit Gawat Darurat (UGD)

16
dimana pasien diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU)
adalah bagian untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang
lebih memusatkan perhatian pada penyumbatan dan penyempitan
pembuluh darah koroner yang disebut unit perawatan intensif koroner
(Intensive Care Coronary Unit= ICCU).
3. Isu Etik dan Leal dalam Keperawatan Kritis
Suatu pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian
dari staf pramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung
jawab dan kewajiban mematuhi hukum dalam setiap tindakan atau
pelayanan keperawatan yang dilakukan.Kumpulan hukum atau peraturan
keperawatan yang telah dikembangkan dikenal sebagai standar pelayanan
keperawatan. Standar pelayanan keperawatan ditentukan dengan
pengambilan keputusan akan tindakan profesional yang paling tepat
dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada.
4. Kecenderungan Trend dan Isu Keperawatan Kritis
Perawat kritis harus tepat memantau informasi terbaru dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk mengelola metode dan
teknologi perawatan terbaru.Seiring dengan perkembangan perawatan
yang dilakukan pada klien semakin kompleks dan banyaknya metode
ataupun teknologi perawatan baru yang diperkenalkan, perawat kritis
dipandang perlu untuk selalu meningkatkan pengetahuannya.
5. Ruang Lingkup Keperawatan Kritis
American Association of Critical Care Nurses (AACN) menyatakan
bahwa asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan
penatalaksanaan respon manusia terhadap penyakit yang aktual atau
potensial yang mengancam kehidupan (AACN, 1989).Lingkup praktik
asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis,
pasien dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikan sumber-
sumber adekuat untuk pemberian perawatan.
6. Kompetensi Perawat Kritis
a. Penanganan Gangguan Jalan Nafas
b. Menggunakan Ventilator
c. Penaganan Gangguan Sistem Cardiovaskuler
d. Penanganan Gangguan Sistim Pencernaan
e. Penanganan Gangguan Sistim Perkemihan
f. Penanganan Gangguan Sistim Neorologi
g. Penanganan Gangguan Endokrin

17
7. Ciri-ciri Seorang Perawat Kritis
Berikut ciri-ciri dari level spesialis keperawatan kritis menurut robertson
et al, (1996) adalah :
a. Mengelola pasien dengan standar industry yang konsiten
b. Hormat terhadap sejawat dan lainnya
c. Role model
d. Utilisasi pengetahuan dalam aplikasi dan mengintergrasikan
pengetahuan dan praktek
e. Respon terhadap perubahan lingkungan secara kontinyu
f. Utilisasi riset dalam praktek
g. Mendukung staf yang kurang pengalaman dan menunjukan kesadaran
kebutuhan dari keutuhan unit
h. Profesional yang aktif
i. Memperlihatkan keterampilan komunikasi yang aktif
j. Memperlihatkan keterampilan pengkajian tingkat tinggi
k. Intrepretasikan situasi yang kompleks
l. Bertindak sebagai koordinator perawatan

18
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/243508922/Bab-II-Prespektif-Kep-Kritis#scribd
Laura A. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis Edisi: 2. Jakarta: EGC
Morton, Patricia Gonce, dkk. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan
Holistik. Jakarta: EGC
Tabrani. 2007. Agenda gawat darurat (Critical Care). P. T Alumni: Bandung
______. 2014. Critical Care Nursing.
Http://www.en.wikipedia.org/wiki/Critical_care_nursing

19

Anda mungkin juga menyukai