Anda di halaman 1dari 15

A.

Definisi

Kardiomiopati adalah Kardiomiopati (cardiomyopathy) adalah istilah umum


untuk gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi
secara memadai. Ada banyak penyebab kardiomiopati, penyakit jantung koroner
adalah salah satunya. Konsumsi alkohol berlebihan, infeksi virus, dan hipertensi
adalah beberapa penyebab lainnya. Yang umumnya diwariskan dari anggota keluarga
(faktor  turunan). Beberapa anggota keluarga dapat mewarisi penyakit ini sedangkan
anggota keluarga yang lain dapat pula tidak terpengaruh bahkan tidak menunjukkan
gejalanya sama sekali.

B. Etiologi

a. Kardiomiopati Dilatasi

Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan


ada hubungannya dengan beberapa hal seperti pemakaian alkohol berlebihan,
graviditas, hipertensi sistemik, infeksi virus, kelainan autoimun, bahan kimia dan
fisik. Individu yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar lebih dari beberapa
tahun dapat mengalami gambaran klinis yang identik dengan kardiomiopati dilatasi.
Alkoholik dengan gagal jantung yang lanjut mempunyai prognosis buruk, terutama
bila mereka meneruskan minum alkohol. Kurang dari ¼ pasien yang dapat bertahan
hidup sampai 3 tahun. Penyebab kardiomiopati dilatasi lain adalah kardiomiopati
peripatum, dilatasi jantung dan gagal jantung kongesti tanpa penyebab yang pasti
serta dapat timbul selama bulan akhir kehamilan atau dalam beberapa bulan setelah
melahirkan. Penyakit neuromuskuler juga merupakan penyebab kardiomiopati
dilatasi. Keterlibatan jantung biasa didapatkan pada banyak penyakit distrofi
muskular yang ditunjukkan dengan adanya EKG yang berbeda dan unik, ini terdiri
dari gelombang R yang tinggi di daerah prekordial kanan dengan rasio R / S lebih
dari 1,0 dan sering disertai dengan gelombang Q yang dalam di daerah ekstremitas

1
dan perikardial lateral dan tidak ditemukan ada bentuk distrofi muskular lainnya.
Pengobatan juga dapat mengakibatkan kardiomiopati dilatasi seperti derivat
antrasiklin, khususnya doksorubisin (adriamnyan) yang diberikan dalam dosis
tinggi (lebih dari 550 mg / m 2 untuk doksorubisin) dapat menimbulkan gagal
jantung yang fatal. Siklofosfamid dosis tinggi dapat menimbulkan gagal jantung
kongestif secara akut.

b. Kardiomiopati Restriktif

Etiologi penyakit ini tidak diketahui. Kardiomiopati sering ditemukan pada


amiloidosis, hemokromatis, defosit glikogen, fibrosis endomiokardial, eosinofilia,
fibro-elastosis dan fibrosis miokard dengan penyebab yang berbeda. Fibrosis
endomiokard merupakan penyakit progresif dengan penyebab yang tidak diketahui
yang sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, ditandai dengan lesi
fibrosis endokard pada bagian aliran masuk dari ventrikel

c. Kardiomiopati hipertrofik

Etiologi kelainan ini tidak diketahui, diduga disebabkan oleh faktor genetik, familiar,
rangsangan katekolamin, kelainan pembuluh darah koroner kecil. Kelainan yang
menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi atrioventrikuler dan kelainan
kolagen.

C. Patofisiologi

Miopati merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan sekelompok penyakit


yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium. Kardiomiopati digolongkan
berdasarkan patologi, fiologi dan tanda klinisnya. Penyakit ini dikelompokkan menjadi
tiga :

1. kardiomiopati dilasi atau kardiomiopati kongestif

2
2. kardiomiopati hipertrofik
3. kardiomiopati restriktif.

Tanpa memperhatikan kategori dan penyebabnya, penyakit ini dapat mengakbatkan


gagal jantung berat dan bahkan kematian.

1. Kardiomiopati dilasi atau kongestif


Adalah bentuk kardiomiopati yang paling sering terjadi. Ditandai dengan
adanya dilasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan
dinding otot, pembesaran atrium kiri, dan stasis darah dalam ventrikel. Pada
pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan berkurangnya jumlah elemen
kontraktil serat otot. Konsumsi alkohol yang berlebihan sering berakibat
kardiomiopati jenis ini
2. Kardiomiopati hipertrofi
Penyakit jantung ini jarang terjadi. Pada kardiomiopati hipertrofi, massa otot
jantung bertambah berat, terutama sepanjang septum. Terjadi peningkatan
ukuran septum yang dapat menghambat aliran darah dari atrium ke ventrikel,
selanjutnya kategori ini di bagi menjadi jenis obstruktif dan nonobstruktif.

3. Kardiomiopati restriktif
Adalah jenis terakhir dan kategori yang paling penting jarang terjadi. Bentuk
ini ditandai dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu saja volumenya.
Kardiomiopati restriktif dapat dihubungkan dengan amiloidosis (dimana
amiloid, suatu protein, tertimbun dalam sel) dan penyakit infiltratif lain.

Tanpa memperhatikan perbedaan masing-masing, fisiologi kardiomiopati


merupakan urutan kejadian yang progresif yang diakhiri dengan terjadinya
gangguan pemompaan ventrikel kiri. Karena volume sekuncup makin lama makin
berkurang, maka terjadai stimulasi syaraf simpatis, mengakibatkan peningkatan
tahanan vaskuler sistemik. Seperti patofisiologi pada gagal jantung dengan

3
berbagai penyebab, ventrike kiri akan membesar untuk mengakomodasi
kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami kegagalan. Kegagalan ventrikel
kanan biasanya juga menyertai proses ini.

D. Pathway Kardiomiopati

4
E. Gejala Klinis

a. Kardiomiopati Dilatasi

Gejala klinis yang menonjol adalah gagal jantung kongestif, terutama yang
kiri, berupa sesak nafas saat bekerja, lelah, lemas, dapat disertai tanda-tanda
emboli sistemik atau paru serta aritmia , orthopnea, dispnea proksimal nokturnal,
edema perifer, paltipasi berlangsung secara perlahan pada sebagian besar pasien.

b. Kardiomiopati Restrikstif

Pada umumnya penderita mengalami kelemahan, sesak nafas, edema, asites


serta hepatomegali disertai nyeri. Tekanan vena jugularis meningkat dan dapat
lebih meningkat dengan inspirasi (tanda kusmaul). Bunyi jantung terdengar jauh
dari biasanya serta ditemukan tanda-tanda gejala penyakit sistemik seperti
amiloidosis, hemokromatis.

c. Kardiomiopati Hipertrofik

d. Kardiomiopati simptomatik

Keluhan yang paling sering adalah dispnea, sebagian besar karena kekakuan
dinding ventrikel kiri yang meningkat dan yang mengganggu pengisian
ventrikel dan mengakibatkan tekanan diastolik ventrikel kiri dan atrium kiri
meningkat. Gejala lainnya meliputi: angia pektoris, kelelahan dan sinkop.

e. Asimtomatik

Tidak ada tanda dan gejala dan dapat menyebabkan kematian tiba-tiba, sering
terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda dan dapat terjadi selama atau
setelah beraktivitas.

5
F. Manifestasi Klinis

Kardiomiopati dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria maupun
wanita. Kebanyakan orang dengan kardiomiopati pertama kali datang dengan
gejala dan tanda gagal jantung. Sispnu saat beraktivitas, paroksismal noktural
dispnu (PND), batuk, dan mudah lelah adalah gejala yang pertamakali muncul.
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan kongesti vena sistemik, distensi vena
jugularis, pitting edema pada bagian tubuh bawah, pembesaran hepar, dan
takkikardi.

G. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis Kardiomiopati biasanya dibuat dari temuan berdasar riwayat


pasien dan dengan menyiangkirkan penyebab lain gagal jantung, seperti infark
miokardium. EKG dapat menunjukan perubahan gambaran yang sesuai dengan
hipertrofi ventrikel. Ekokardiogram mungkin merupakan salah satu alat
diagnostik yang paling sesuai karena fungsi ventrikel kiri dapat diobservasi
dengan mudah. Kateterisasi jantung kadang sesuai ubtuk menyingkirkan penyakit
arteri koroner sebagai faktor penyebab.di bawah ini merupakan contoh
pemeriksaan diagnostik pada penyakit kardiomiopati:

Pemeriksaan Dilatasi Restriktif

Rontgen Pemeriksaan jantung Ringan.


sedang-besar (kar-
Hipertensi vena pul-
diomegali) terutama
monal.
ventrikel kiri

Hipertensi vena pul-


monal.

6
EKG Kelainan ST-T Voltase rendah.

Sinus takikardia Defek konduksi

Aritmia atrial dan


ventrikel.

Echokardio-gram Hipertrofi septal- Penebalan dinding


asimetrik dilatasi dalam ventrikel kiri sistolik
dan disfungsi ventrikel normal.
kiri.

Radio nuklir Dilatasi dan dis-fungsi Fungsi sistolik nor-mal


ventrikel kiri (RVG) (RVG)

Infiltrasi otot jan-tung

Kateterisasi Dilatasi dan dis-fungsi Fungsi sistolik nor-mal


ventrikel kiri. atau peningka-tan
tekanan pengi-sian
Elevasi tekanan ven-
kanan dan kiri
trikel kanan dan kiri.

Curang jantung me-


nurun.

7
H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis ditunjukan untuk mengoreksi gagal jantng. Apabila


volume jantung telah berkembang sampai titik dimana penatalaksanaan medis
sudah tidak efektif lagi, maka satu-satunya harapan agar pasien bisa berthan
hanyalah transplantasi jantung. Pada beberapa kasus alat bantu ventrikel mungkin
diperlukan untuk mendukung kegagalan jantung sampai ditemukan donor yang
sesuai.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian fokus

8
Data persistem yang mungkin dapat memunculkan permasalahan
pokok adalah disfunsi (kelemahan otot) jantung yang menyebabkan
penurunan curah jantung.

 Sistem Pernafasan

Sesak nafas, tidur setengah duduk menggunakan banyak bantal, batuk


tanpa sputum, nafas crackles, ronhi (+), riwayat penyakit paru kronis,
penggunaan alat bantu nafas.

 Sirkulasi

Adanya riwayat hipertensi infark miokardium akut (IMA), infark


miokardium kronis (IMK), irama jantung disritmia, edema, tekanan
vena jugularis (PVJ) meningkat, pembedahan jantung, endokarditis,
anemia, sistemik lupus eritematosus (SLE), shok sepsis, penggunaan
obat beta.

 Neurosensori

Kelemahan, pusing, pingsan, disorientasi, perubahan perilaku, mudah


tersinggung.

 Kenyamanan/Nyeri

Nyeri dada, menarik diri, peilaku melindungi diri, tidak tenang,


gelisah, sakit pada otot, nyeri abdomen ke atas, takut, mudah
tersinggung.

 Sistem Perkemihan

Penurunan pola, edema ekstremitas, nokturia, warna urin gelap.

 Nutrisi dan Cairan

9
Anoreksia, konstipasi, mual, muntah, pertambahan berat badan yang
mencolok, pembengkakan ekstremitas bawah, penggunaan diuretik,
diet garam, distensi perut, edema anasarka, serta pitting edema (+).
Selain itu diet tinggi garam, makanan olahan, lemak, dan gula protein.

 Aktivitas/Istirahat

Mungkin akan kita dapatkan data : insomnia, kelemahan atau


kecapean, nyeri dada saat aktivitas, sesak nafas saat istirahat,
perubahan status mental, kelelahan, perubahan tanda vital.

 Kebersihan

Indikasi penurunankebersihan diri, kelelahan, dan menurunnya


kemampuan merawat diri.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola napas b.d pengembangan paru tidak optimal,


kelebihan cairan di paru
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d menurunnya curah jantung
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik
d. Kecemasan berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan
status kesehatan, situasi kritis, ancaman atau perubahan kesehatan

3. Intervensi
a. Ketidakefektifan pola napas
NOC : dalam waktu 3 x 24 jam
 Respiratory status : ventilation
 Respiratory status : Air way patency

10
 Vital sign status
Kriteria hasil :
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
 Menunjukkan jalan nafas paten
 TTV dalam rentang normal
NIC
Airway Management
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
8. Berikan bronkodilator bila perlu
9. Atur intake untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
10. Monitor respirasi dan keseimbangan o2
Oxygen therapy
1. Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
2. Pertahankna jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigen
Vital sign monitoring
1. Monitor TD, Nadi, RR, suhu
2. Catat adanya fluktuasi TD
11
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
5. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
NOC : dalam waktu 2 x 24 jam
 Circulation status
 Tissue perfusion: cerebral
Kriteria hasil :
 Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
 Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
 Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
 Membuat keputusan dengan benar
NIC
Manajemen sensasi perifer
1. Monitor daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
3. Batasi gerakan pada kepala, leher atau punggung
4. Monitor adanya tromboplebhitis
5. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik
NOC : dalam waktu 1 x 24 jam
 Energy conservation
 Activity tolerance
 Self care : ADLs
Kriteria hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
TD, RR, Nadi
 Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
12
 TTV normal
 Level kelemahan
 Mamp berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
 Status kardiopulmunari adekuat
NIC
Activity therapy
1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam perencanaan
program terapi yang tepat
2. Bantu pasien dalam mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
4. Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas (kursi roda, krek)
5. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
6. Bantu pasien untuk membuat jadwal aktivitas di waktu luang
7. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktifitas
8. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
9. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Menunjukkan perbaikan fungsi pernapasan
a. Kecepatan pernapasan dalam batas normal.
b. Gas darah normal.
c. Melaporkan berkurangnya dispnu dan bertambahnya rasa nyaman
d. Menggunakan terapi oksigen seperti yang diresepkan.

13
2. Meningkatnya toleransi terhadap aktivitas
a. Melakukan aktivitas hidup sehari-hari (misalnya, menggosok gigi, makan
sendiri)
b. Berpindah dari kursi ke tempat tidur sendiri
c. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
3. Mengalami berkurangnya kecemasan
d. Mendiskusikan prognosis dengan bebas
e. Mengungkapkan kecemasan dan keprihatinannya
f. Berpartisipasi dalam kelompok pendukung
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada tenaga kesehatan
profesional

Daftar Pustaka

Brunner & sudarth, 2016. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 4. jakarta:
ECG

Muttaqin, Arif. 2017. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika

14
Sylvia & wilson. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
ECG

15

Anda mungkin juga menyukai