Definisi
B. Etiologi
a. Kardiomiopati Dilatasi
1
dan perikardial lateral dan tidak ditemukan ada bentuk distrofi muskular lainnya.
Pengobatan juga dapat mengakibatkan kardiomiopati dilatasi seperti derivat
antrasiklin, khususnya doksorubisin (adriamnyan) yang diberikan dalam dosis
tinggi (lebih dari 550 mg / m 2 untuk doksorubisin) dapat menimbulkan gagal
jantung yang fatal. Siklofosfamid dosis tinggi dapat menimbulkan gagal jantung
kongestif secara akut.
b. Kardiomiopati Restriktif
c. Kardiomiopati hipertrofik
Etiologi kelainan ini tidak diketahui, diduga disebabkan oleh faktor genetik, familiar,
rangsangan katekolamin, kelainan pembuluh darah koroner kecil. Kelainan yang
menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi atrioventrikuler dan kelainan
kolagen.
C. Patofisiologi
2
2. kardiomiopati hipertrofik
3. kardiomiopati restriktif.
3. Kardiomiopati restriktif
Adalah jenis terakhir dan kategori yang paling penting jarang terjadi. Bentuk
ini ditandai dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu saja volumenya.
Kardiomiopati restriktif dapat dihubungkan dengan amiloidosis (dimana
amiloid, suatu protein, tertimbun dalam sel) dan penyakit infiltratif lain.
3
berbagai penyebab, ventrike kiri akan membesar untuk mengakomodasi
kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami kegagalan. Kegagalan ventrikel
kanan biasanya juga menyertai proses ini.
D. Pathway Kardiomiopati
4
E. Gejala Klinis
a. Kardiomiopati Dilatasi
Gejala klinis yang menonjol adalah gagal jantung kongestif, terutama yang
kiri, berupa sesak nafas saat bekerja, lelah, lemas, dapat disertai tanda-tanda
emboli sistemik atau paru serta aritmia , orthopnea, dispnea proksimal nokturnal,
edema perifer, paltipasi berlangsung secara perlahan pada sebagian besar pasien.
b. Kardiomiopati Restrikstif
c. Kardiomiopati Hipertrofik
d. Kardiomiopati simptomatik
Keluhan yang paling sering adalah dispnea, sebagian besar karena kekakuan
dinding ventrikel kiri yang meningkat dan yang mengganggu pengisian
ventrikel dan mengakibatkan tekanan diastolik ventrikel kiri dan atrium kiri
meningkat. Gejala lainnya meliputi: angia pektoris, kelelahan dan sinkop.
e. Asimtomatik
Tidak ada tanda dan gejala dan dapat menyebabkan kematian tiba-tiba, sering
terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda dan dapat terjadi selama atau
setelah beraktivitas.
5
F. Manifestasi Klinis
Kardiomiopati dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria maupun
wanita. Kebanyakan orang dengan kardiomiopati pertama kali datang dengan
gejala dan tanda gagal jantung. Sispnu saat beraktivitas, paroksismal noktural
dispnu (PND), batuk, dan mudah lelah adalah gejala yang pertamakali muncul.
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan kongesti vena sistemik, distensi vena
jugularis, pitting edema pada bagian tubuh bawah, pembesaran hepar, dan
takkikardi.
G. Pemeriksaan penunjang
6
EKG Kelainan ST-T Voltase rendah.
7
H. Penatalaksanaan
1. Pengkajian
Pengkajian fokus
8
Data persistem yang mungkin dapat memunculkan permasalahan
pokok adalah disfunsi (kelemahan otot) jantung yang menyebabkan
penurunan curah jantung.
Sistem Pernafasan
Sirkulasi
Neurosensori
Kenyamanan/Nyeri
Sistem Perkemihan
9
Anoreksia, konstipasi, mual, muntah, pertambahan berat badan yang
mencolok, pembengkakan ekstremitas bawah, penggunaan diuretik,
diet garam, distensi perut, edema anasarka, serta pitting edema (+).
Selain itu diet tinggi garam, makanan olahan, lemak, dan gula protein.
Aktivitas/Istirahat
Kebersihan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
a. Ketidakefektifan pola napas
NOC : dalam waktu 3 x 24 jam
Respiratory status : ventilation
Respiratory status : Air way patency
10
Vital sign status
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas paten
TTV dalam rentang normal
NIC
Airway Management
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
8. Berikan bronkodilator bila perlu
9. Atur intake untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
10. Monitor respirasi dan keseimbangan o2
Oxygen therapy
1. Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
2. Pertahankna jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigen
Vital sign monitoring
1. Monitor TD, Nadi, RR, suhu
2. Catat adanya fluktuasi TD
11
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
5. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
NOC : dalam waktu 2 x 24 jam
Circulation status
Tissue perfusion: cerebral
Kriteria hasil :
Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
Membuat keputusan dengan benar
NIC
Manajemen sensasi perifer
1. Monitor daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
3. Batasi gerakan pada kepala, leher atau punggung
4. Monitor adanya tromboplebhitis
5. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik
NOC : dalam waktu 1 x 24 jam
Energy conservation
Activity tolerance
Self care : ADLs
Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
TD, RR, Nadi
Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
12
TTV normal
Level kelemahan
Mamp berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
Status kardiopulmunari adekuat
NIC
Activity therapy
1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam perencanaan
program terapi yang tepat
2. Bantu pasien dalam mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
4. Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas (kursi roda, krek)
5. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
6. Bantu pasien untuk membuat jadwal aktivitas di waktu luang
7. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktifitas
8. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
9. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Menunjukkan perbaikan fungsi pernapasan
a. Kecepatan pernapasan dalam batas normal.
b. Gas darah normal.
c. Melaporkan berkurangnya dispnu dan bertambahnya rasa nyaman
d. Menggunakan terapi oksigen seperti yang diresepkan.
13
2. Meningkatnya toleransi terhadap aktivitas
a. Melakukan aktivitas hidup sehari-hari (misalnya, menggosok gigi, makan
sendiri)
b. Berpindah dari kursi ke tempat tidur sendiri
c. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
3. Mengalami berkurangnya kecemasan
d. Mendiskusikan prognosis dengan bebas
e. Mengungkapkan kecemasan dan keprihatinannya
f. Berpartisipasi dalam kelompok pendukung
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada tenaga kesehatan
profesional
Daftar Pustaka
Brunner & sudarth, 2016. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 4. jakarta:
ECG
14
Sylvia & wilson. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
ECG
15