Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR PARU

Disusun untuk memenuhi tugas KMB 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu
Keperawatan

Disusun oleh :

Yasni Maulidatun Nisya

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M
A. Definisi
Berbagai tumor jinak dan ganas dapat timbul di paru, tetapi sebagian besar (90-
95%)adalah karsinoma, kekitar 5% adalah karsinoid bronkus, dan 2-5% adlah
neoplasmamesenkeim dan neoplasma lainnya. Kanker paru saat ini adalah kanker utama
paling sering diidagnosis didunia danmerupakan kausa tersering kematian akibat kanker
diseluruh dunia. Lebih dari 90% kanker paru-paru berawal dari bronki (saluran udara
besar yang masuk ke paru-paru), kanker inidisebut karsinoma bronkogenik, yang terdiri
dari:
1. Karsinoma sel skuamosa
2. Karsinoma sel kecil atau karsinoma sel gandum
3. Karsinoma sel besar
4. Adenokarsinoma
Paru adalah tempat tersering untuk metastasik suatu neoplasma. Baik karsinoma
maupunsarcoma yang timbul di bagian lain tubuh dapat menyebar ke paru melaui darah
atau pembuluh limfe atau perkontinuitatum. Pertumbuhan tumor secara langsung kedalam
paru paing sering terjadi pada karsinoma esophagus dan limfoma mediastinum. Banyak
kanker yang berasal dari tempat lain menyebar ke paru-paru. Biasanya kanker ini berasal
dari payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah
zakar, tulangdan kulit .
B. Etiologi
Penyebab pasti dari kanker paru sampai sekarang belum diketahui, tetapi paparan
atauinhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan factor
penyebabutama disamping factor lain seperti kekebalan tubuh, genetic dan lain-lain.
1. Kebiasaan merokokDari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi
kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering
(1928), melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan yang
bukan merokok. Belakangan, dari beberapa penelitian melaporkan bahwa
perokok pasifpun beresiko terkena kanker paru. Efek rokok bukan saja
mengakibatkan kanker paru, tetapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ
lain seperti esophagus, laring dan mulut.Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap
rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tersebut. Zat-zat yang bersifat
karsinogen (C), karsinogenik (CC),tumor promoter (TP), mutagen (M) yang telah
dibuktikan tersapat dalam rokok.Etiologi lain yang berhubungan dengan zat
karsinogen, seperti: asbestos (mesotelioma), radiasi ion pada pekertja tambang
uranium, radon, arsen, kromium,nikel, polisiklik hidrokarbon dan vinil klorida.
2. Polusi udaraPasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi
udaradibandingkan yang tinggal dirural.
3. GenetikTerdapat mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni:
Protoonkogen, tumor supresore gene, gene encoding enzyme.
4. Teori onkogenesisTeori ini didasari oleh perubahan tampilan gen sipresor tumor
dalam genom(onkogen), dengan cara delesi, insersi. Perubahan tampilan gen kasus ini
menyebabkansel paru berubah menjadi sel kanker.5. DietBebepara penelitian
melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap etakarotene, selenium dan vitamin
A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.
C. Gambaran klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis, jikasudah
menunjukan gejala klinis berarti pasien telah dalam stadiu lanjut. Gejala-gejalatersebut
dapat bersifat:
1. Lokal
a. Batuk baru atau batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi
d. Terdapat kavitas
e. Atelektasis
2. Invasi local:
a. Nyeri dada
b. Disapnea karena efusi
c. Invasi ke pericardium
d. Sindrom vena cava superior, sindrom horner dan sindrom pancoast3.
3. Gejala penyakit metastase
a. Pada otak, tulang, hati dan adrenal
b. Limfadenopati cervical dan supraclavicular
4. Sindrom paraneoplastik
a. Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam
b. Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
c. Neuralogik: dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
d. Endokrin: sekresi berlebih hormone paratiroid
e. Dermatologic: eritma multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
f. Renal: syndrome of inapropiet andiuretic hormone (SIADH)
5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
a. Sering terdapat pada perokok PPOK
b. Kelainan berupa nodul soliter
D. Deteksi Awal Kanker Paru
Anamesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti merupakan kunci
daridiagnosis yang tepat. Hal yang perlu diperhatikan pada tersangka kanker paru
adlah:factor umur, kebiasaa merokok, adanya riwayat kanker dalam keluarga dan terpapar
zatkarsinogenik, jamur dan infeksi yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.Ukuran
tumor pada stadium dini <1cm, hal ini akan sulir untuk mendeteksikanker, maka untuk
penemuan dini danjurkan melakukan pemeriksaan skrining dengancara memeriksa
sitologi sputum dan foto ronjen dada secara berkala. NCI di USA menganjurkan skrining
dilakukan setiap 4 bulan dan ditunjukkan pada laki-laki> 40tahun, perokok>1bungkus
perhari dan pekerja di lingkungan pabrik (cat, plastic, asbesdll). Dalam pemeriksaan
sitologi sputum lebih mudah menemukan sel karsinomaskuamosa dan foto ronjen dada
lebih banyak menemukan adnokarsinoma dan karsinomasel skuamosa.
E. Prosedure diagnosis
1 . F o t o ro n t g e n d a d a ( PA ) d a n l a t e r a l
Sebuah studi melaporkan bahwa tumor paru terdeteksi dalam pemeriksaan
rutindengan foto rontgen dada biasa. Namun pemeriksaan foto rontgen dada ini haru
sdilulang untuk menilai doubling timenya. Dilaporkon bahwa, kebanyakan kanker
paru mempunyai doubling time antara 37-465 hari. Bila douling time > 18 bulan,
berarti tumornya benigna,dengan tanda – tanda lesi berbentuk bulat konsentris, solid
dan adanya kalsifikasi yang tegas
2 . Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan ini lebih sensitive dari pada foto rontgen dada biasa, karena
biasmendeteksi nodul dengan diameter minimal 3mm, walaupun positif palsu dapat
mencapai26-60%. Bila terdapat dugaaan metastasis ke tulang dapat dilakkan
pemeriksaan BoneScanning

3. Pemeriksaan Sitologi
Bila pasien mengalami kelluhan seperti batuk maka pemeriksaan ini perlu
dilakukan. Namun pemeriksaan ini juga tergantung dari: letak tumor terhadap
bronkus, jenis tumor, teknik pengeluaran sputum, jumlah sputum yang diperiksa (3-5
hari berturut-turut) dan waktu pemeriksaan sputum. Jika kanker paru letaknya
disentral akanditemukan hasil positif 67-85% pada karsinoma sel skuamosa.
4. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas diagnosis kanker paru untuk
mendapatkan spesimennya, dapat dilakukan dengan beberapa cara:
a) Bronkoskopi
b) Trans Torakal Biopsi : Biopsy ini terutama untuk lesi yang letaknya di perifer
dengan ukuran >2cm den memiliki sensitivitas 90-95%.
c) Torakoskopi : Biopsi tumor didaerah pleura akan memberikan hasil yang lebih
baik dengan cara torakostomi dari pada membuta.
d) Mesiastinoskopi : Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah
bening yang terlibat dapat dilakukan dengan cara mediastinoskopi yang
dimasukkan melalui insissupra sterna.
e) TorakotomiTorakotomi untuk diagnosis kanker paru dikerjakan bia berbagai
prosedur non invasive dan invasive sebelumya gagal.
5 . Pemeriksaan Serologi
Samapai saat ini belum ada pemeriksaan serologi penanda tumor-tumor untuk
mendiagnosis kanker paru, yang spesifisitasnya tinggi. Beberapa jenis tes yang
dipakai adalah: CEA (Carsinonoma Embrionic Antigen),NSE
(Neuron Spesific Enolase) dan CYFRA 21-1 (Cytocreatin Fragments 19).
F. Pengobatan
Tedapat perbedaan fundamental perangai biologis Non Small Cell Lung Cancer dengan
Small Cell Lung Cancer sehingga pengobatannya harus dibedakan.
1. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan
II.Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality therapy”, misalnya
kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila
adakegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan
sindroma venakava superiror berat.Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor
direseksi lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun
pneumonektomi.Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak
cukup untuklobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan
bahwa batassayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan diseksi
sistematis, sertadiperiksa secara patologi anatomis. Hal penting lain yang penting
dingat sebelum melakukan tindakan bedah adalahmengetahui toleransi penderita
terhadap jenis tindakan bedah yang akan dilakukan.Toleransi penderita yang akan
dibedah dapat diukur dengan nilai uji faal paru dan jikatidak memungkin dapat dinilai
dari hasil analisis gas darah (AGD) : Syarat untuk reseksi paru
a) Resiko ringan untuk Pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral baik,VEP1>60%
b) Risiko sedang pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral > 35%, VEP1 >60%
2. Radioterpi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif. Pada
terapikuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk KPKBSK
stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif
terapi kuratif.Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk
meringankankeluhan penderita, seperti sindroma vena kava superiror, nyeri tulang
akibat invasi tumorke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak.Penetapan
kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa factor :
1. Staging penyakit
2. Status tampilan.
3. Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui :
1) Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
2) Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)
3) Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 – 6000 cGy, dengan
cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu.
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.000/mm3
3. 3. Leukosit > 3000/dl
Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni :
1. PS < 70.
2. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan.
3. Fungsi paru buruk.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus
ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus lebih dan
60menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan
denganmenggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi.
Padakeadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan.Prinsip
pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah:
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif satu obat antikanker s 15%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada penilaian terjadi
tumor progresif.
Regimen untuk KPKBSK adalah :
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)
3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin
4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
5. Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin
Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi:
1. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat diberikan
obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual tertentu.
2. Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski Hb < 10g%
tidak pertu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebabanemia.
3. Granulosit > 1500/mm3
4. Trombosit > 100.000/mm3
5. Fungsi hati baik
6. Fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit)
Dosis obat anti-kanker dapat dihitung berdasarkan ketentuan farmakologik masing-
masing. Ada yang menggunakan rumus antara lain, mg/kg BB, mg/luas permukaan
tubuh (BSA), atau obat yang menggunakan rumusan AUC (area under the curve) yang
menggunakan CCT untuk rumusnya. Luas permukaan tubuh (BSA) diukur dengan
menggunakan parameter tinggi badan dan berat badan, lalu dihitung dengan
menggunakan rumus atau alat pengukur khusus (nomogram yang berbentuk
mistar)Untuk obat anti-kanker yang mengunakan AUC ( misal AUC 5), maka dosis
dihitung dengan menggunakan rumus atau nnenggunakan nomogram. Dosis (mg) =
(target AUC) x ( GFR + 25) Nilai GFR atau gromenular filtration rate dihitung
darikadar kreatinin dan ureum darah penderita.
G. Pencegahan
1. Pencegahan paling baik adalah tidak meroko sejak usia muda. Berhenti merokok
dapatmengurangi resiko terkena kanker paru.
2. Akhir– akhir ini pencegahan dengan chemoprevention banyak dilakukan, yakni
dengan memakai derivate asam retinoid, carotenoid, vitamin C, selenium dll.

Daftar Pustaka

Rachman, L; Dany, F; Rendy Leo. Robbins&Cotran Dasar Patologis Penyakit.


Ed.7.Jakarta:EGC 20102.
Sudoyo; Bambang; Idrus; Marcellus; Siti.Ilmu Penyakit Dalam.Ed.V. Jakarta:EGC. 2009
Sabrina Ermayanti. Kanker Paru. FK UNAND. 2013
Kanker Paru. Pedoman Diagnosis&Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan DokterParu
Indonesia.2003

Anda mungkin juga menyukai