Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORITIS
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih (Kemenkes,
2018). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah dilakukan sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selama
4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah
diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi.
Hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan tekanan
darah dengan segera (tidak selalu diturunkan sampai batas normal), untuk
mencegah atau membatasi kerusakan organ (Mansjoer dkk, 2017). Hipertensi
adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada
tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia,
sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Namun, secara
umum seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih
tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (ditulis 140/90)
(Corwin, 2016).

2. Anatomi Fisiologi
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran
limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara
peredaran melalui saluran tubuh. Arteri membawa darah dari jantung sedangkan
Vena membawa darah ke jantung. Kapiler menggabungkan arteri dan vena,
terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan
buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau
intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke
dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian
sistem peredaran. Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan
denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan,
pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus
jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit. (Adi,
2016).
Kecepatan normal denyut nadi per menit :
Kriteria Nadi (x/menit)
Pada bayi yang baru lahir 120 – 160
Selama tahun pertama 80 – 120
Selama tahun kedua 80 – 130
Pada umur 2-6 tahun 75 – 120
Pada umur 6 – 12 tahun 75 – 110
Pada orang dewasa 60 – 100
(Le Mone dkk, 2016)
Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk
daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem
vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga
terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa darah
dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi
tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan
relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah.
Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120
mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta
mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole
ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini
dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole. (Amiruddin, 2016).
Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa :
KATEGORI SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi > 140 > 90
Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
(Le Mone dkk, 2016.)
Kecepatan Tekanan

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah
dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat
pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler.
Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka
mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan pernafasan  dengan
naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai pemopa, isapan yang dikeluarkan
oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah dari vena dan tekanan
darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh
faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit
arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang
bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat. Kecepatan
aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat dengan
permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat sejajar yang
konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri
yang mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang
tidak lancer. Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian
pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau vasokonstriksi. (Adi, 2016).

3. Etiologi
Menurut Corwin (2016), penyebab peningkatan tekanan darah ada tiga hal yaitu:
a. Peningkatan Kecepatan Denyut Jantung
Dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf dan hormon pada nodus serabut
arikinji (SA). Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik
sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Peningkatan kecepatan denyut jantung
biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup sehingga tidak
menimbulkan hipertensi.

b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama


Dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan,
akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
berlebihan. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume
diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
c. Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang
berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial
Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian
menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh
darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan
biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan
afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami
hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen
semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih
keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot
jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya
menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup. Faktor resiko
Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko
yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi
lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman
beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes
RI, 2018).

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer. (Amin Huda, Nanda Nic-Noc, 2016).

5. ManifestasiKlinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi, Menurut Tjokronegoro, (2016) :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu, Menurut Crowin (2016):

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual
f.Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
Menurut Corwin (2016), tanda dan gejala hipertensi adalah:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan darah intrakranium
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
c. Ayunan langkah yang tidak mantap akibat kerusakan susunan saraf pusat
d. Nokturia akibat peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomelurus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
6. Pathway

Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Aterosklerosis dan
elastisitas pembuluh Hipertensi
darah menurun

Kerusakan vaskuler
Pembuluh darah

Perubahan struktur
Pembuluh darah

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Vasokontriksi Sistemik Spasme arteriole


Resistensi SuplaiO2 Koroner
Pembuluh
Pembuluh Otak Darah ginjal
Darah otak menurun
meningkat
Vasokontriks Iskemi Miokard Diplopia
Bloodflow
Nyeri menurun
Gangguan Akut Afterload meningkat
Nyeri Akut Resiko injury
Polatidur
Retensi
natrium
Penurunan Fatigue
Curah jantung

Edema Intoleransi
aktifitas

Sumber : Nanda Nic Noc 2016

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
7. Pemeriksaan Penunjang
. Menurut Mansjoer, (2016). Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi adalah
seperti laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan menentukan
adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya
diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah
puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin protein
urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.
Selain pemeriksaan diatas, juga dapat dilakukan pemeriksaan berikut untuk
mendiagnosa hipertensi :
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal     terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan.
(Harrison, 2016).

8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Cara mencegah hipertensi adalah dengan menghindari faktor yang dapat
meningkatkan risiko terserang penyakit ini. Menurut Mansjoer (2016), Beberapa cara
efektif yang dapat dilakukan adalah:
1) Raih dan pertahankan berat badan ideal.
2) Lakukan olahraga rutin, seperti jalan cepat atau bersepeda 2–3 jam setiap minggu.
3) Konsumsi makanan rendah lemak dan kaya serat, seperti buah dan sayuran.
4) Batasi jumlah garam dalam makanan, tidak lebih dari 1 sendok teh per hari.
5) Hindari konsumsi minuman beralkohol.
6) Batasi konsumsi minuman berkafein.

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
7) Hentikan kebiasaan merokok.
b. Penatalaksanaan Medis
Menurut Mansjoer (2016):
1) Diuretika, pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume input pemberian
diuretika sudah tidak terlalu dianjurkan sebagai langkah pertama dalam manejemen
hipertensi.
2) Penyekat Beta (B-blocker)
3) Antagonis kalsium
4) Inhibitor Anti Converting Enzyme (ACE), misalnya Inhibase
5) Obat Anti hipertensi sentral (Simpatokolitika)
6) Obat penyekat Alpha
7) Vasodilator
c. Rehabilitatif
Menurut Mansjoer (2016), pengobatan hipertensi yang ideal yang diharapkan
mempunyai sifat-sifat seperti :
1) Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman.
2) Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral.
3) Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.
4) Melindungi organ-organ vital.
5) Mendukung pengobatan penyakit penyerta DM.
6) Mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) dalam hal memperbaiki
left ventricular hypertrophy (LVH) dan mencegah pembentukan aterosklerosis.
7) Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina.
8) Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut.
9) Efek samping serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, edema, rasa lelah,
mual, dan muka merah.
10) Dapat membuat jantung bekerja lebih efisien.
11) Melindungi jantung terhadap risiko infark.

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
9. Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit hipertensi ini termasuk penyakit kronis yang dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain, Menurut Harrison, (2016):
a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Ginjal
d. Mata
Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat, bahwa tahanan
dari pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi
dalam otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis
memiliki tahanan yang juga kecil.
Kemudian bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh
darah ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki prognosis
yang tidak baik.
Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat dikatakan sebagai
pengobatan seumur hidup bila ingin dihindari terjadinya komplikasi yang tidak baik.
Amiruddin, dkk. (2016)

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu
dingin
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress
multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
e. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
f. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,
gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen
h. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan,
sianosis
i. Keamanan
Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan Curah Jantung
b. Nyeri akut
c. Intoleran aktivitas
d. Kurang pengetahuan
e. Resiko Injury

3. Intervensi
a. Penurunan Curah Jantung
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d  Cardiac Pump Evaluasi adanya nyeri dada
gangguan irama effectiveness Catat adanya disritmia jantung
jantung, stroke  Circulation Status Catat adanya tanda dan gejala
volume, pre load  Vital Sign Status penurunan cardiac putput
dan afterload,  Tissue perfusion: Monitor status pernafasan yang
kontraktilitas perifer menandakan gagal jantung
jantung. Setelah dilakukan Monitor balance cairan
asuhan selama……… Monitor respon pasien terhadap efek
DO/DS: penurunan kardiak pengobatan antiaritmia
- Aritmia, output klien teratasi Atur periode latihan dan istirahat
takikardia, dengan kriteria hasil: untuk menghindari kelelahan
bradikardia  Tanda Vital dalam Monitor toleransi aktivitas pasien
- Palpitasi, oedem rentang normal Monitor adanya dyspneu, fatigue,
- Kelelahan (Tekanan darah, tekipneu dan ortopneu
- Peningkatan/penur Nadi, respirasi) Anjurkan untuk menurunkan stress
unan JVP  Dapat  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
- Distensi vena mentoleransi  Monitor VS saat pasien berbaring,
jugularis aktivitas, tidak ada duduk, atau berdiri
- Kulit dingin dan kelelahan  Auskultasi TD pada kedua lengan
lembab  Tidak ada edema dan bandingkan
- Penurunan denyut paru, perifer, dan  Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
nadi perifer tidak ada asites selama, dan setelah aktivitas
- Oliguria, kaplari  Tidak ada  Monitor jumlah, bunyi dan irama
refill lambat penurunan jantung
- Nafas pendek/ kesadaran  Monitor frekuensi dan irama
sesak nafas  AGD dalam batas pernapasan
- Perubahan warna normal  Monitor pola pernapasan abnormal
kulit  Tidak ada distensi  Monitor suhu, warna, dan
- Batuk, bunyi vena leher kelembaban kulit
jantung S3/S4  Warna kulit  Monitor sianosis perifer
- Kecemasan normal  Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
 Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
 Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
 Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan
vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas jantung
 Kelola pemberian antikoagulan
untuk mencegah trombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan

2. Nyeri akut
Rencana Keperawatan
Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
SDiagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan/ Intervensi
Hasil
Masalah Kolaborasi
Nyeriakut b/d NOC : NIC :
peningkatan  Pain level Lakukan pengkajian nyeri secara
tekanan vaskuler  Pain control komprehensif termasuk lokasi,
serebral dan  Comfotr level karateristik, Lokasi, frekuensi,
iskemia. Setelah dilakukan kualitas dan faktor presipitasi
asuhan selama……… Observasi reaksi non verbal dari
DO/DS: nyeri akut klien ketidak nyamanan
- Perubahanseleram teratasi dengan Gunakan tehnik komunikasit
akan kriteria hasil: erapeutik untuk mengetahui
- Perubahantekanan  Mampu pengalaman nyeri pasien
darah mengontrol Kaji kultur yang mempengaruhi
- Perubahanfrekuen nyeri(tahu respon nyeri
sijantung penyebab Evaluasi pengalaman nyeri masa
- Perubahanfrekuen nyeri,mampumeng lampau
sipernapasan gunakan tehnik Kontrol lingkungan yang dapat
non farmakologi mempengaruhi nyeri seperti suhu
untuk ruangan,pencahayaan,dan kebisingan
menmgurangi Kaji tipe dan sumber nyeriu ntuk
nyeri, mencari menentukan intervensi
bantuan) Ajarkan tehnik non farmakologi
 Melaporkan bahwa Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri berkurang nyeri
denganmenggunak Evaluasi keefektifan control nyeri
an manajemen Tingkatkan istirahat
nyeri Kolaborasi dengan dokter jika ada
 Mampu mengenali keluhan dan tindakan nyeri tidak
nyeri berhasil
(skalaintensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
 Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

3. Intoleran Aktivitas

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien
Berhubungan  Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
dengan :  Konservasi energi  Kaji adanya faktor yang
 Tirah Baring Setelah dilakukan menyebabkan kelelahan
tindakan keperawatan  Monitor nutrisi dan sumber energi
atau imobilisasi
 Kelemahan selama …. Pasien yang adekuat
menyeluruh bertoleransi terhadap  Monitor pasien akan adanya
 Ketidakseimban aktivitas dengan kelelahan fisik dan emosi secara
gan antara Kriteria Hasil : berlebihan
 Berpartisipasi
suplei oksigen  Monitor respon kardivaskuler
dengan dalam aktivitas terhadap aktivitas (takikardi,
kebutuhan fisik tanpa disertai disritmia, sesak nafas, diaporesis,
Gaya hidup yang peningkatan pucat, perubahan hemodinamik)
dipertahankan. tekanan darah,  Monitor pola tidur dan lamanya
DS: nadi dan RR tidur/istirahat pasien
 Melaporkan  Mampu  Kolaborasikan dengan Tenaga
secara verbal melakukan Rehabilitasi Medik dalam
adanya aktivitas sehari merencanakan progran terapi yang
kelelahan atau hari (ADLs) tepat.
kelemahan. secara mandiri  Bantu klien untuk mengidentifikasi
 Adanya  Keseimbangan aktivitas yang mampu dilakukan
dyspneu atau aktivitas dan  Bantu untuk memilih aktivitas
ketidaknyaman istirahat konsisten yang sesuai dengan
an saat kemampuan fisik, psikologi dan
beraktivitas. sosial
DO :  Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
 Respon untuk aktivitas yang diinginkan
abnormal dari  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
tekanan darah aktivitas seperti kursi roda, krek
atau nadi  Bantu untuk mengidentifikasi
terhadap aktivitas yang disukai
aktifitas  Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Perubahan ECG
 Bantu pasien/keluarga untuk
: aritmia,
mengidentifikasi kekurangan dalam
iskemia
Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual

4. Defisit Pengetahuan
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
DefisitPengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan  Kowlwdge :  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
dengan : disease process keluarga
keterbatasan  Kowledge : health  Jelaskan patofisiologi dari penyakit
kognitif, interpretasi Behavior dan bagaimana hal ini berhubungan
terhadap informasi Setelah dilakukan dengan anatomi dan fisiologi,
yang salah, tindakan keperawatan dengan cara yang tepat.
kurangnya selama …. pasien  Gambarkan tanda dan gejala yang
keinginan untuk menunjukkan biasa muncul pada penyakit, dengan
mencari informasi, pengetahuan tentang cara yang tepat
tidak mengetahui proses penyakit  Gambarkan proses penyakit, dengan
sumber-sumber dengan kriteria hasil: cara yang tepat
informasi.  Pasien dan  Identifikasi kemungkinan penyebab,
keluarga dengan cara yang tepat
menyatakan  Sediakan informasi pada pasien
DS: Menyatakan pemahaman tentang kondisi, dengan cara yang
secara verbal adanya tentang penyakit, tepat
masalah kondisi, prognosis
 Sediakan bagi keluarga informasi
DO: ketidakakuratan dan program
tentang kemajuan pasien dengan
mengikuti pengobatan
cara yang tepat
instruksi,  Pasien dan
 Diskusikan pilihan terapi atau
perilaku tidak keluarga mampu
penanganan
sesuai melaksanakan
 Dukung pasien untuk
prosedur yang
mengeksplorasi atau mendapatkan
dijelaskan secara
second opinion dengan cara yang
benar
tepat atau diindikasikan
 Pasien dan
 Eksplorasi kemungkinan sumber
Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
keluarga mampu atau dukungan, dengan cara yang
menjelaskan tepat
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

5. Resiko Injury
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Risiko Injury NOC : NIC : Environment Management
Faktor-faktor risiko : Risk Kontrol (Manajemen lingkungan)
Eksternal Immune status  Sediakan lingkungan yang aman
- Fisik (contoh : Safety Behavior untuk pasien
rancangan struktur Setelah dilakukan  Identifikasi kebutuhan keamanan
dan arahan tindakan keperawatan pasien, sesuai dengan kondisi fisik
masyarakat, selama…. Klien tidak dan fungsi kognitif pasien dan
bangunan dan atau mengalami injury riwayat penyakit terdahulu pasien
perlengkapan; dengan kriterian hasil:  Menghindarkan lingkungan yang
mode transpor Klien terbebas dari berbahaya (misalnya memindahkan
atau cara cedera perabotan)
perpindahan; Klien mampu  Memasang side rail tempat tidur
Manusia atau menjelaskan  Menyediakan tempat tidur yang
penyedia cara/metode nyaman dan bersih
pelayanan) untukmencegah  Menempatkan saklar lampu ditempat
- Biologikal injury/cedera yang mudah dijangkau pasien.
( contoh : tingkat Klien mampu  Membatasi pengunjung
imunisasi dalam menjelaskan factor  Memberikan penerangan yang cukup
masyarakat, risiko dari  Menganjurkan keluarga untuk
mikroorganisme) lingkungan/perilaku menemani pasien.
- Kimia (obat- personal  Mengontrol lingkungan dari
obatan:agen Mampumemodifikas kebisingan
farmasi, alkohol, i gaya hidup  Memindahkan barang-barang yang
kafein, nikotin, untukmencegah dapat membahayakan
bahan pengawet, injury  Berikan penjelasan pada pasien dan
kosmetik; nutrien: Menggunakan keluarga atau pengunjung adanya
vitamin, jenis fasilitas kesehatan perubahan status kesehatan dan
makanan; racun; yang ada penyebab penyakit.

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
polutan) Mampu mengenali
Internal perubahan status
- Psikolgik kesehatan
(orientasi afektif)
- Mal nutrisi
- Bentuk darah
abnormal,
contoh :
leukositosis/leuko
penia
- Perubahan faktor
pembekuan,
- Trombositopeni
- Sickle cell
- Thalassemia,
- Penurunan Hb,
- Imun-autoimum
tidak berfungsi.
- Biokimia, fungsi
regulasi (contoh :
tidak berfungsinya
sensoris)
- Disfugsi
gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
- Perkembangan
usia (fisiologik,
psikososial)
- Fisik (contoh :
kerusakan
kulit/tidak utuh,
berhubungan
dengan mobilitas)

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
DAFTAR PUSTAKA

Adi, 2016, Hipertensi, Jantung dan Diit, Jogjakarta: Diva Press


Amiruddin, dkk, 2016, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Andra, 2017, Hipertensi Menjadi Ancaman Serius Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Armilawaty, 2016,  Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam Kajian Epidemiolog, FKM
UNHAS, Makasar 
Corwin, 2016, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Harrison, 2016, Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.
KEMENKES RI. 2018. Pusat data dan Informasi. Jakarta.
Mansjoer, dkk, 2017, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. FKUI Jakarta
Sidabutar, 2016, Hipertensi Esensial Dalam Ilmu Penyakit, FKUI, Jakarta
Tjokronegoro, 2016, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Nanda Nic Noc, 2016, Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Penerbit Medication,
Jogjakarta.

Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU

Anda mungkin juga menyukai