Anda di halaman 1dari 5

OVERHIDRASI PADA CAPD

Peritoneal Diaslisis (PD) merupakan salah satu bentuk dari Terapi Pengganti Ginjal, dimana dalam PD
memanfaatkan peritoneum sebagai membrane semipermeable. Berdasarkan kebutuhan pemakaian, PD
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1) Akut: bersifat sementara, umumnya digunakan untuk kondisi
kegawatdaruratan, dan 2) Kronik/ Berkelanjutan: bersifat menetap, umumnya digunakan untuk pasien
gagal gingal kronik stadium 5. Dalam PD kronis, terdapat 2 jenis PD, yaitu: 1) Continuous Ambulatory
Peritoneal Dialysis (CAPD); 2) Automated Peritoneal Dialysis (APD) terdiri dari Tidal Peritoneal Dialysis,
Continuous Cyling Peritoneal Dialysis (CCPD), Nocturnal Interittent Peritoneal Dialysis (NIPD), Tidal with
day dwell, dan Cycler. Overhidrasi atau overload cairan banyak terjadi pada pasien yang menjalani
peritoneal dialysis (PD), dan berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas khususnya
pada cardiovascular. Dalam penelitian yang dilakukan pada pasien CAPD di China bagian selatan pada
tahun 2013, dari 307 pasien yang menjalani CAPD selama minimal 1 tahun, terdapat 205 (66,8%) pasien
yang mengalami overload cairan. Penelitian ini menggunakan bioimpedance spectroscopy, dimana
60,5% mengalami overhidrasi sebanyak lebih dari 1,5 L dan bergejala, sedangkan sisanya tidak
mengalami gejala (122 orang). Dari 122 pasien yang tidak mengalami gejala didapati mengalami
overhidrasi lebih dari 1 L sebanyak 72,1% dan lebih dari 5 L sebanyak 20,5%. Studi IPOD-PD (The
Initiative for Patient Outcomes in Dialysis – Peritoneal Dialysis) melakuakan penilaian baseline hydration
status yang dilakukan kepada 1092 pasien CAPD dari 135 center HD di 32 negara, mendapati bahwa
sebagian besar pasien yang menjalani PD (56,4%) mengalami overhidrasi bahkan sebelum dilakukan PD,
dan 25% diantaranya bergejala.

Kejadian overload cairan banyak terjadi pada pasien CPAD dibandingkan pasien yang menjalani HD. Hal
ini disebabkan karena dalam CAPD, albumin plasma banyak terbuang. Selain itu pada pasien CAPD sulit
mengontrol asupan garam dan cairan, hal ini disebabkan karena pada pasien yang menjalani PD merasa
lebih cepat haus. Keadaan overload cairan meningkat pada pasien CAPD dengan penyakit peryerta yaitu
Diabetes.

Faktor yang mempengaruhi status cairan pada pasien


Factor yang mempengaruhi status cairan dibagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu: faktor yang dapat di
modifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Factor yang tidak dapat dimodifikasi, terdiri dari:

1. Residual Renal Function (RRF)


Berdasarkan penelitian kohort yang dilakukan pada pasien yang menjalani PD di Eropa, RRF
tidak berkaitan dengan menilai status cairan. Akan tetapi, pada pasien yang menjalani PD terjadi
penurunan RRF.
2. Jumlah volume urin
Jumlah urin tidak dijadikan acuan untuk melihat status cairan pada pasien. Hal ini disebabkan
karena penilaian output cairan tidak hanya dari pruduksi urin, tapi juga dari keringat, tinja, dan
pada pasien yang menjalani PD, tercapainya ultrafiltrasi.
3. Diabetes
Pada pasien diabetes, kontrol glukosa buruk menyebabkan hiperosmolaritas. Hiperglikemia juga
meninduksi terjadinya hiperinsulinisme, yang membuat reabsorbsi natrium dalam tubulus.
Keadaan hiperglikemia kronik dapay membuat perubahan membrane peritoneal yaitu neo-
angiogenesis, yang dapat membuat kegagalan ultrafiltasi.
4. Kecepatan transport pada peritoneal
Kecepatan transport pada peritoneal tidak berpengaruh pada sy=tatus cairan dalam tubuh
pasien. Akan tetapi kecepatan transport dapat terhabat bila terjadi inflamasi yang akhirnya
dapat membuat overhidrasi.

Faktor yang dapat dimodifikasi


1. Asupan air dan garam
Pembatasan asupan air dan garam penting dilakukan pada pasien yang menjalani PD. Hal ini
disebabkan karena konsumsi garam dan control glukosa yang jelek menyebabkan
hiperosmolaritas, yang mencetuskan rangsang haus dan menyababkan konsumsi cairan
berlebihan. Secara fisiologi, peningkatan konsumsi garam akan meningkatkan total body water,
terutama dalam kompartemen ektraseluler. Kemudian tubuh akan melepaskan simpanan garam
nonosmotik dalam kulit untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan akibat konsumsi garam
berlebihan. Mekanisme tubuh dalam upaa mengurangi kadar natrium dalam beberaa waktu
berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah, hal ini disebabkan karena garam yang disimpan
secara bertahap dilepaskan lagi di dalam sirkulasi. Bila residual urine output dapat
dipertahankan, baik secara spontan ataupun dengan penggunaan diuretic, ginjal akan
mengkonpensasi kelebihan garam dan air dengan meningkatkan tekanan diuresis. Akan tetapi,
bila RRF menurun, pembuangan total garam akan menurun sehingga terjadi kelebihan cairan.
Kelebihan konsumsi garam dapat menyebabkan perubahan pada membrane peritoneal yang
dapat mempengaruhi ultrafiltrasi pada peritoneum. Pembatasan asupan cairan dapat
mengonrol volume dan tekanan darah lebih baik.
2. Nutrisi dan Inflamasi
Secara umum, pasien yang menjalani PD memiliki massa lemak yang lebih tebal daripada orang
yang sehat, dan air yang ada dalam jaringan lemak berhubungan dengan kompartemen
ekstraselular, hal ini membuat peningkatan rasio ECW/ TBW. Kelebihan cairan juga
berhubungan dengan inflamasi, dimana saat terjadi inflamasi akan terinduksi C-reactive protein
yang menyebabkan endotoksemia, klirens protein peritoneum terhambat, dan disfungsi
endothelial yang menyebabkan kebocoran kapiler. Kebocoran kapiler memediasi terjadinya
hipoalbuminemia dan rendahnya kadar hemoglobin. Hal ini dapat dijelaskan pada keadaan
malnutrisi, kwashiorkor, dimana terdapat hubungan antara keadaan overhidrasi dan
hipoalbuminemia.
3. As

Menilai status cairan

Penilaian status cairan pada pasien sangat dibutuhkan, karena hanya mengandalkan observasi klinis
tidaklah cukup terutama dalam mengidentifikasi gejala inor pada pasien dengan normohidrasi. dakan

1. Biomarker
BNP bisa digunakan untuk menilai prognostik, tapi juga dapat digunakan untuk menilai status
cairan. BNP dapat merefleksikan bila terjadi kelebikan volume pada sirkulasi karena dapat
merefleksikan tekanan pada atrium kiri, juga dapat mendeteksi awal bila terjadi kongesti. Akan
tetapi, BNP
2. Ultrasound Paru
USG Pau dapat dilakuakan untuk melihat ekstravasasi cairan pada cairan ekstravaskular yang
ada di Paru.
As
3.

Komplikasi

Kelebihan cairan pada pasien CAPD sangat mempengaruhi system cardiovaskuler pasien, hal ini
berkaitan erat dalam komorbiditas dan penurunan kualitas hidup pasien CAPD. Kelebihan cairan
menyebabkan peningkatan indeks massa ventriel kiri, dimensi end- diastolic ventrikel kiri, dimensi end-
systolic ventrikel kiri, serta menurunkan fraksi ejeksi dan fractional shortening. Disfungsi ventrikel kiri
dan kelebihan cairan dapat terlihat dengan peningkatkan N-terminal pro- barin natriuretic peptide (NT
pro-BNP) dan kadar cardiac troponin (cTNT). Lambat daun keadaan pasien dapat merosot mengalami
CHF, hipertensi yang tidak terkontrol sehingga mengganggu variasi sirkardian tekanan darah, kelebihan
cairan kronik juga dapat membuat disfungsi endothelial dimana terjadi penebalan pasa intima- media
arteri carotid.

Kelebihan cairan juga menyebabkan nutrisi yang buruk, malnutrisi, dan sleep apnea. Kelebihan cairan
juga membuat peningkatan lama perawatan di fasilitas kesehatan dan salah satu predictor independen
untuk penilaian kegagalan teknik yang dapat menjadi salah satu factor penduduk terjadinya peritonitis
dalam CAPD. Dan kelebihan cairan juga dapat menurunkan residual renal function (RRF).

Menilai kegagalan uf pd capd


Metode teknik capd

Automatic

Manual : per 4/ 6 jam

Compliance tidak bagus

Uf failure

Bagaimana hitung PET untuk melakukan fungsi ultrafiltrasi

Difusi , osmosis

Factor yg mempengaruhi

Kapan dilakukan hd pada pasien capd

Dialysis hybrid: capd hd capd

Bgmn mengembalikan fungsi peritoneal kembali

Konserfatif: meningkatkan konsentrasi dialisat

Hipotensi

Definisi

Prevalensi: irr

Factor resiko

Patofisiologi

Managemen

Anda mungkin juga menyukai