Anda di halaman 1dari 10

Nama : Monika K.

Maarebia
Nim : 1814201005

TUGAS RINGKASAN !

Teori Terapi Oksigen


Pada saat penyelam menuju ke dasar dan selama di kedalaman terjadi saturasi
jaringan tubuh oleh gas nitrogen, sebaliknya saat penyelam menuju ke permukaan terjadi
desaturasi.
Desaturasi jaringan tubuh penyelam oleh gas nitrogen/lembam lainnya diatur
menurut prosedur dekompresi. Jika terjadi kesalahan prosedur dekompresi atau berenang
naik ke permukaan, setibanya di stasiun dekompresi tertentu atau di permukaan dapat
terjadi keadaan supersaturasi (lewat jenuh) jaringan tubuh oleh gas nitrogen, helium
maupun gas lembam lainnya, tergantung jenis gas pernafasan yang dipakai.
Jika supersaturasi tadi melampaui nilai kritis (nilai maksimum) tekanan partial gas
nitrogen/lembam lainnya yang dapat dilarutkan oleh tubuh pada tekanan tertentu,maka
sesuai hukum henry sebagian gas niitrogen/lembam yang terlarut akan berubah menjadi
gas kembali sehingga terbentuklah gelembung gas lembam (nitrogen/helium bubble).
Gelembung gas lembam yang terjadi dapat menyebabkan penyakit dekompresi
maupun emboli pada penyelam. Sesuia teori fisika, bila diberikan tekanan tinggi pada
tubuh kita maka gelembung gas tasi akan mengecil volume dan diameternya (hukum
boyle), disamping itu sesuai hukum henry sebagian gelembung nitrogen akan kembali
menjadi larutan.
Jika pada penderita penyakit dekompresi dan embpli di berikan oksigen tekanan
tinggi maka resolusi gelembung nitrogen akan berlangsung lebih cepat dan efektif,
dibandingkan jika hanya diberikan udara tekanan tinggi. Disamping pengaruh tekanan,
resolusi gelembung gas juga dipengaruhi oleh:
1. Jenis jaringan dimana gelembung gas terbentuk
2. Jenis gas lembam yang membentuk gelembung
3. Kelarutan gas lembam
4. Diameter gelembung gas
5. Aliran darah ke jaringan
PENGOBATAN REKOMPRESI DI DALAM AIR MEMAKAI OKSIGEN
Cara pengobatan ini berguna untuk kasus-kasus penyakit dekompresi di daerah
terpencil atau tempat yang jauh dari fasilitas RUBT, dapat juga dipergunakan sambil
menunggu tersedianya transport ke pusat RUBT. Dalam perencanaan perlu diperhatikan
bahwa lama pengobatan dapat mencapai 3 jam. Sehingga resiko yang dihadapi, antara
lain factor-faktor lingkungan, harus dipertimbangkan kerugian dan keuntungan yang
diperoleh dari hasil pengobatan, demikian pula penderita harus disertai seorang
pendamping.
1. Peralatan
a. Full face mask dengan demand valve dan surface supply system atau helm
dengan free flow.
b. Persediaan oksigen 100% yang cukup untuk penderitaan dan udara untuk
pendamping.
c. Wet suit untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh dingin
d. Pipa karet (hose) untuk udara/oksigen sepanjang 10 meter disertai dnegan tali
yang ujungnya diberi tempat untuk penderita
e. Alat komunikasi antar penderita, pendamping dan supervico di permukaan.
2. Pelaksanaan :
a. Penderita dimasukkan ke dalam air melalui tali sampai kedalam 9 meter,
memakai full face mask dan bernafas dengan oksigen 100 %
b. Lama pengobatan adalah 30 menit untuk kasus ringan dari 60 menit untuk
kasus serius bila ada perbaikan. Bila tidak ada perbaikan, dapat diperpanjang
masing-masing menjadi 60 menit dan 90 menit.
c. Kecepatan naik ke permukaan adalah 1 m dalam 12 menit.
d. Bila gejala-gejala timbul kembali, tetaplah tinggal di kedalaman tersebut
selama 30 menit sebelum meneruskan naik ke permukaan.
e. Bila persediaan oksigen habis, lebih baik kembali ke permukaan daripada
bernafas dengan udara.
f. Setelah tiba di permukaan penderita harus bernafas dengan oksigen dan udara
secara berselang-seling masing-masing selama 1 jam sampai total waktu 12
jam
3. Tabel penatalaksanaan terapi dalam air menggubanakn O2
Tabel 11.4. In-water Treatment Using O2 (Australia)
Depth (m) Duration of O2 breathing periods Depending on symtoms
Mild More serious Most serious
9 30 60 90
8 12 12 12
7 12 12 12
6 12 12 12
5 12 12 12
4 12 12 12
3 12 12 12
2 12 12 12
1 12 12 12
0 12 12 12

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh karena sering menjadi bahan
perdebatan
a. Kasus-kasus yang di obati
Pada mulanya diharapkan bahwa pengoatan cara ini cukup memadai untuk
mengobati kasus-kasus penyakit dekompresi yang ringan dan mencegah
memburuknya keadaan pada kasus-kasus yang serius saat penyiapan transportasi.
Diperkirakan bahwa pengobatan ini tidak akan bisa menanggulangi kasus-kasus yang
serius dan tidak boleh diterapkan pada penderita yang kesadarannya menurun atau
tidak kooperatif.
Namun, perkiraan ini kemudian berubah. Pada beberapa penderita yang
dahulunya dinilai tidak sesuai diobati dengan cara ini, ternyata dapat diterapi
rekompresi dengan oksigen di dalam air. Perubahan ini berdasarkan pengamatan
bbahwa baik untuk kasus-kasus yang baru maupun yang lama, seringkali terjadi
perbaikan yang dramatis, meskipun didiagnosis sebagai ppenyakit dekompresi tipe
II /serius. Biasanya perbaikan berlanjut selama naik ke permukaan. Beberapa kasus
yang tidak menunjukkan perbaikan yang berarti pada kedalaman 9 meter, justru
menunjukkan perbaikan nyata selama proses dekompresi.
Tetapi pengobatan rekompresi dengan oksigen di dalam air tdak dapat
diterapkan untuk semua kasus, terutama bila penderita tidak dapat atau tidak mau
masuk lagi ke dalam air. Juga pada kasus dimana gross decompression staging
diabaikan dan dimana sudah terjadi disseminated intravascular syndrome.
b. Keracunan oksigen
Ketakutan akan terjadinya kejang dan keracunan pada paru dapat dimengerti
apabila digunakan tabel pengobatan oksiigen yang biasa. Tetapi hal-hal tersebut tidak
akan terjadi pada pengobatan dengan oksigen di dalam air, karena pada kedalaman
maksimum 9 meter pasti tidak akan terjadi kejang. Demikian juga keracunan pada
paru tidak akan terjadi pada kedalaman tersebut. Namun setelah penderita tiba
dipermukaan dianjurkan untuk dikerjakan pemeriksaan faal paru dan foto rontgen
toraks bila memungkinkan.
c. Pengakhiran pengobatan secara darurat
Hal ini memang merupakan kekuatiran penderita dan pendamping yang
melaksanakan pengobatan rekompresi dengan udara di dalam air. Ada banyak hal
yang dapat menyebabkan pengakhiran ini, baik faktor lingkungan dari operasional
maupun faktor klinis dan psikologis.
Bila stasiun dekompresi yang telah direncanakan diabaikan, maka penderita
dan pendamping dapat terkena penyakit dekompresi akibat naiknya kadar nitrogen
dalam jaringan selama berada di dalam air. Hal ini tidak akan terjadi bilamana
digunakan oksigen oleh karena adanyan proses denitrogenisasi dan oksigen hiperbarik
akan memperkecil ukuran gelembung dan memperbaiki keadaan klinis penderita.
Kedalaman 9 meter aman bagi pendamping tanpa memperhitungkan
penyelaman terdahulu, bahwa tidak akan terkena penyakit dekompersi meskipun
pengobatan dihentikan setiapp saat.
d. Hipotermia
Ada pendapat bahwa pengobatan di dalam air hanya cocok untuk daerah tropis
atau subtropis, tetapi tidak sesuai untuk daerang dengan iklim dingin dimana suhu air
mencapai 5-10 ⁰C. sebenarnya pendapat ini tidak begitu tepat, karena jika penyelam
berada di dalam air yang dingin pada umumnya akan memakai pakaian pelindung
yang memadai. Di samping itu, waktu yang dipakai untuk pengobatan dengan oksigen
di dalam air tidak begitu lama dari pada kedalaman 9 meter wet suit yang dipakai
sudah cukup untuk melindungi tubuh terhadap dingin, lebih –lebih lagi bila memakai
dry suit.
e. Peralatan yang memadai
Pada umumnya di daerah terpencil sulit untuk memperoleh oksigen dan pipa
karet tekanan tinggi yang dihubungkan ke demand valve. Tidak boleh menggunakan
alat-alat yang sudah diminyaki untuk oksigen. Dalam keadaan darurat dapat dipakai
oksigen industry dan pipa karet tekanan tinggi medis. Oleh sebab itu, dalam setiap
operasi penyelaman, khususnya di daerah terpencil, harus disiapkan oksigen dan alat-
alat lain yang diperlukan untuk pengobatan di dalam air.
f. Mabuk laut
Penyakit ini memang menyebabkan banyak problem dalam pengobatan
penyakit dekompresi dengan udara di dalam air. Hal ini oleh karena penderita harus
masuk kembali ke dalam laut untuk mencapai kedalaman yang diperlukan. Tetapi
dengan menggunakan oksigen pada kedalaman 9 meter, hal ini jarang sekali terjadi,
karena tidak perlu menyelam di laut bebas.
g. Operator
Operator yang ahli dan terlatih memang di perlukan, tetapi tidak mutlak
seperti seorang operator RUBT. Operator untuk pengobatan dengan oksigen di dalam
air perlu mengetahui cara-cara memasang dan mengoperasikan peralatan yang
dipakai, oleh sebab itu perlu latihan yang teratur supaya mahir.
h. Keselamatan pendamping
Hal ini tidak menjadi masalah karena kedalaman yang dipergunakan hanya 9
meter sehingga kemungkinan kecil untuk terkena dekompresi, nitrogen narcosis atau
hipotermia.
i. Supervisi medis
Kehadiran seorang dokter penyelam tidak mutlak diperlukan, bila ada memang
lebih baik. Dokter penyelam berguna untuk menentukan kelainan setiap kasus tetapi
tidak dapat memperbaiki atau menambah fasilitas yang ada.
j. Transport
Trasnpor harus selalu siap, terutama pada kasus-kasus yang serius perlu untuk
evakuasi penderita ke pusat RUBT. Namun sambil menunggu persiapan transport,
lebih baik mengobati penderita dengan cara pengobatan oksigen di dalam air yang
berlangsung selama 3 jam.
Tabel pengobatan dengan oksigen di dalam air adalah aplikasi dan modifikasi dari
tabel-tabel pengobatan yang dipakai sekarang ini. Tabel ini tidak dapat menggantikan
prosedur pengobatan yang resmi, tetapi merupakan prosedur darurat yang dipakai di daerah
terpencil untuk mencegah atau mengurangi akibat-akibat yang tidak diinginkan. Pengobatan
dengan oksigen di dalam air di anggap sebagai pertolongan pertama.
 Jenis-jenis RUBT :
Bentuk RUBT disesuaikan kegunaanya. Jenis-jenis RUBT antara lain :

1. Large multi compartment chamber


- Dipakai dalam pengobatan
- Mampu diisi tekanan lebih dari 5 ATA
- Mampu menampung beberapa orang
2. Large multi compatments for treatment
- Dipakai dalam pengobatan
- Mampu diisi tekanan 2-4 ATA
- Mampu menampung beberapa orang
3. Portable high pressure multi-man chamber
- Dapat dipindahkan
- Dipakai untuk pengobatan penyelam / pekerja Caisson
- Mampu menampung lebih dari 1 orang
4. Portable high or low pressure one-man chamber
- Untuk pengobatan/transport
- Mampu menampung 1 orang

Large Multi Compartment Recompression Chamber

RUBT terdiri dari 2 atau lebih ruangan yang saling berhubungan yang disebut lock.
Tekanan dalam ruangan-ruangan tersebut dapat diatur sesuai keperluan. Pada umumnya,
RUBT ini terdiri dari ruangan dalam (inner lock), termasuk di dalamnya medical lock, dan
ruangan luar (outer lock). Medical lock berfungsi untuk memasukkan obat-obatan / makanan
maupun perlengkapan ke dalam inner lock. Untuk kenyamanan, ukurannya dibuat sedemikian
rupa sehingga penderita di dalam chamber dapat berdiri dan bergerak agak bebas.
Diameter RUBT kurang lebih dari 2 m dan panjangnya sekitar 3 m. untuk observasi
seluruh ruangan di dalam RUBT, pada dindingnya dibuat jendela yang ditutup kaca kedap
udara. Diameter jendela kurang lebih 15-30 cm . seluruh interior berwarna ccerah dan
memenuhi persyaratan antara lain :

1. Mudah dibersihkan
2. Tidak memantulkan cahaya
3. Tahan api, tidak mudah terbakar
4. Dapat meredam suara
5. Kemampuan listrik statis kecil
6. Tidak bersifat toksik

 Komponen RUBT :

Komponen-komponen RUBT pada umumnta sama untuk berbagai jenis RUBT, yaitu :

1. Pintu
Pintu RUBT dalam keadaan tertutup mampu menahan tekanan yang besar,
baik dari 1 sisi maupun 2 sisi. Pada umumnya, pintu ini berbentuk bulat dan pipih
tetapi dapat dimodifikasi sesuai kegunaannya. Sekeliling pintu diberi lapisan karet
agar kedap udara. Karet pelapis harus tergolong high-elastic rubber dan tahan
terhadap minyak maupun oli. Untuk meringankan waktu membuka pintu, engsel
dipasang di bagian samping bukan di bagian atas.
2. Jendela
Untuk mengamati kegiatan di dalam RUBT, pada dindingnya dipasang
semacam jendela permanen yang ditutup dengan kaca tebal. Kaca terbuat dari acrylic
atau gelas mineral yang tidak mudah pecah bila mendapat tekanan. Jika kaca pecah,
sangat berbahaya bagi orang yang berada di dalam RUBT karena akan mengalami
penurunan tekanan secara mendadak.
3. Ventilasi udara segar
Tanpa ventilasi, kadar CO2, di dalam RUBT akan bertambah. Bila kadarnya
lebih dari 45-65 ppm akan berbahaya. Untuk mengatasinya pada RUBT diberi CO2
absorbent untuk menyerap kelebihan CO2 hasil ekspirasi. Pada RUBT yang kecil
biasanya tidak ada ventilasi. Kerugiannya yaitu akan timbul suara bising di dalam
RUBT. Tempat ruang udara masuk dan udara keluar biasanya diletakkan secara
diagonal agar pengaliran udara dapat terjamin.
4. Penyinaran
Pada umumya sinar alami yang masuk ke dalam RUBT tidak mencukupi
untuk penerangan di dalamnya. Untuk itu, diberikan sinar tambahan dengan tegangan
rendah yaitu kurang dari 42 volt. Pemasangan lampu dalam RUBT memerlukan
banyak pertimbangan, terutama dari keamanan. Sebagai petunjuk umum, untuk
RUBT dengan diameter 1.8 m dan panjang 2.4 m dipakai lampu.
5. Pendinginan dan pemanasan
Jika tekanan udara di dalam RUBT dinaikkan, suhu udara di dalammnya juga
akan naik dan jika tekanan udara dikurangi, suhu udara akan turun. Oleh karena itu
RUBT dilengkapi dengan alat pendingin dan pemanas.
6. Pengatur kelembaban udara
Kelembabab udara di dalam RUBT diatur dengan menempatkan absorbent
seperti silica gel sebagai penyerap uap air. Agar udara dapat mengalir melalui
absorbent tersebut digunakan blower. Untuk mengukur kelembaban udara digunakan
hygrometer.
7. Peredam suara
Untuk mengurangi kebisingan pada saat kompresi, digunakan peredam suara
yang dapat mengurangi kebisingan tersebut hingga kurang dari 50 dB.
8. Komunikasi
Komunikasi diusahakan dengan volume rendah dan sound powered telephone,
hal ini berguna bila ada kerusakan komunikasi, juga dapat dilakukan dengan ketukan
palu kayu, menggunakan kode-kode tertentu yang telah diatur sebelumnya

9. Kamera monitor
Agar pengawasan kegiatan di dalam RUBT dapat dilakukan dengan lebih baik
dapat dipasang monitor. Pada umumnya RUBT tidak dilengkapi monitor, kecuali
untuk maksud penelitian.
10. Pemadam kebakaran / Automatic safety light
Peralatan pemadam kebakaran yang mudah digunakan dan posisi mudah
dijangkau atau bekerja secara otomatis bila terjadi kebakaran.
Pada pengobatan dengan oksigen tekanan tinggi, biasanya penderita
menghisap O2 100% melalui masker, karena sesuatu hal dapat terjadi O2 bocor keluar
dari masker. Kadar O2 dalam RUBT tidak boleh lebih dari 25% karena dapat
menyebabkan kebakaran. Oleh sebabt itulah RUBT dilengkapi dengan sarana
pemada, kebakaran, karena bila terjadi kebakaran sangat fatal.

 Penggunaan RUBT :
RUBT umumnya dipakai untuk menunjuang kegiatan di bawah air, antara lain untuk
penelitian, dan pengobatan penyakit klinis tertentu maupun yang berhubungan dengan
kegiatan dibawah permukaan air.

1. Dukungan Kesehatan
a. Uji pemeriksaan kesehatan khas matra laut untuk anggota TNI AL, yaitu tes
kompresi dan kerentanan terhadap oksigen tekanan tinggi
b. Pengobatan penderita akibat kegiatan operasi di bawah air
2. Pelayanan Kesehatann
a. Pengobatan beberapa kasus klinis (gas gangrene, combustion, replantasi dll) dan
penunjang pengobatan pasca bedah
b. Pusat rujukan kesehatan Hiperbarik
3. Bidang pendidikan
a. Pendidikan fungsional kesehatan anggota TNI AL
b. Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dan instansi lain
4. Bidang penelitian
Bersama dengan para ahli disiplin ilmu kesehatan yang lain untuk meneliti penyakit-
penyakit klinis atau fisiologi pekerja bawah air.

 Pengawakan RUBT :
Untuk pengawakan RUBT diperlukan 1 tim yang terdiri dari ;

1. Penanggung jawab umum adalah kepala satuan kerja.


2. Penanggung jawab medis adalah dokter dengan kualifikasi hiperbarik, bertanggung
jawab terhadap seluruh jalannya pengobatan.
3. Ketua tim yang mengoperasikan seluruh jalannya pengobatan.
4. Petugas luar I (outside tender I) yang bertanggung jawab terhadap operasional
kompresor menghasilkan udara tekan dan aliran oksigen.
5. Petugas luar II (outside tender II) yang bertanggung jawab terhadap operasional di
panel kontrol dan melakukan komunikasi dengan petugas dalam.
6. Petugas dalam (inside tender) yang bertanggung jawab melayani pasien di dalam
RUBT . Tim pengawak RUBT selalu siap 24 jam untuk menangani kasus-kasus
darurat.

 Pengaman RUBT :
Pengaman ditujukan terhadap alat RUBT sebelum dioperasikan.

Langkah-langkah pengamanan sebagai berikut:

1. Valve-valve dalam keadaan tertutupp


2. Manometer dalam kondisi baik
3. Inhalator sumber oksigen dalam kondisi baik
4. Tidak ada polusi udara dengan unsur udara yang merugikan kesehatan
5. Alat komunikasi berfungsi baik
6. Aliran listrik baik, tidak ada kerusakan kabel-kabelnya
7. Jendela RUBT dalam kondisi baik
8. Tidak ada bahan-bahan yang mudah terbakar
9. Sistem pemadam kebakaran bekerja dengan baik

Anda mungkin juga menyukai