Anda di halaman 1dari 18

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gangguan Cairan Elektrolit (Dehidrasi/Kurang volume


Cairan)
1. Definisi defisit volume cairan
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan defesiensi cairan dan elektrolit diruang ekstrasel, namun
proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal
(Mubarak & Cahyatin, 2007).
2. Batasan Karakteristik gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit
Batasan karakteristik Cairan kurang dari kebutuhan menurut Tarwato dan
Wartonah (2010) antara lain meliputi Peningkatan hematokrit, peningkatan
suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan konsentrasi urine,
penurunan berat badan tiba-tiba (kecuali ruang ketiga), haus, kelemahan.
a. Faktor yang mempengaruhi kesimbangan Cairan dan Elektrolit
faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
menurut Tarwato dan Wartonah (2010) yaitu :
1) Usia, variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh,
metabolisme yang diperlukan, dan berat badan
2) Temperatur lingkungan, panas yang berlebihan menyebabkan
berkeringat. Seseorang dapat kehilangan Nacl melalui keringat
sebanyak 15-30 gram/hari.
3) Diet, pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah
cadangan energi, proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari
interstisial ke intraseluler.
4) Stres, stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,
konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urin.

5
6

5) Sakit, keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan


jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan
cairan.
b. Kekurangan volume cairan
Menurut Tarwato dan Wartonah (2010)gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan elektrolit biasanya berhubungan dengan :
1) Haluaran urine yang berlebihan (mis, diabetes insipidus)
2) Pengeluaran cairan Skunder akibat demam, drainase yang -
abnormal, peritonitis, atau diare
3) Mual/muntah
4) Kesulitan menelan atau minum sendiri, skunder akibat sakit
tenggorokan, kelelahan
5) Asupan cairan yang kurang saat berolahraga atau karena kondisi
cuaca
6) Pengguna laksatif dan diuretik yang berlebihan
3. Kriteria hasil
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) kriteria hasil yang diharapkan
pada pasien gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada
anak dengan diare antara lain :
a. Indikator
1) Mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Menunjukan adanya keseimbangan cairan seperti outpu urin
adekuat, tekanan darah stabil, membran mukosa mulut lembab,
turgor kulit baik.
3) Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan
dapat teratasi
b. Intervensi umum
menurut Mubarak dan Cahyatin (2007) intervensi klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada anak
dengan diare meliputi :
7

1) Mandiri
a) Kaji faktor penyebab (misal, ketidakmampuan untuk minum
sendiri, gangguan menelan, sakit tenggorokan, asupan cairan
yang kurang sebelum berolahraga, kurang pengetahuan, atau
tidak suka dengan minum yang tersedia)
b) Kaji pemahaman klien tentang perlunya mempertahankan
hidrasi yang adekuat serta metode untuk memenuhi asupan
cairan.
c) Kaji minum yang disukai dan tidak disukai klien dan
rencanakan pemberian asupan secara bertahap (mis, 1000 ml si
siang hari, 800 ml di sore hari, dan 300 ml di malam hari).
d) Bila klien mengalami sakit tenggorokan, tawarkan minum
yang hangat atau dingin ; pertimbangkan pemberian es.
e) Bila klien sangat lelah atau lemah, anjurkan klien untuk
istirahat sebelum makan dan berikan cairan dalam jumlah
sedikit tetapi sering.
f) Anjurkan klien membuat buku catatan yang berisi asupan
cairan, haluaran urine, dan berat badan harian.
g) Pantau asupan cairan klien (minimal 2000 ml cairan oral per
hari)
h) Pantau haluaran urine klien (minimal 1000-1500 ml per hari)
i) Timbang badan setiap hari di waktu yang sama dan dengan
pakaian yang sama. Penurunan berat badan 2% - 4% (dehidrasi
ringan), 5% -9% (dehidrasi sedang)
j) Pantau BUN, osmolalitas, dan elektrolit serum dan urine, kadar
kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin.
k) Jelaskan bahwa kopi, teh, dan jus merupakan diuretik yang
bisa menyebabkan kehilangan cairan.
l) Pertimbangkan jenis obat-obatan serta kondisi lain yang bisa
menyebabkan kehilangan cairan berlebihan (mis, pemberian
diuretik, muntah, diare, demam)
m) Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi
8

n) Bagi para olahragawan, tekanan pentingnya hidrasi yang


adekuat sebelum dan selama olahraga
2) Kolaborasi
Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi intravena.
Rasional :
a) Kondisi dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus.
Akibatnya, haluaran urine tidak dapat membersihkan limbah
secara adekuat sehingga kadar BUN dan elektrolit meningkat.
b) Pengukuran berat badan secara efektif, penimbangan harus
dilakukan disaat yang sama dengan mengenakan pakaian yang
beratnya hampir sama.
c) Konsumsi gula, alkohol, dan kafein dalam jumlah besar dapat
meningkatkan produksi urine dan menyebabkan dehidrasi

B. Konsep Dasar asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan


cairan dan elektrolit pada anak dengan diare
1. Pengkajian
a. Identitas pasien / biodata. Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis
kelamin, tanggal lahir, umur tempat lahir, asal suku bangsa, nama
orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan. pada pasien diare
akut, sebagian besar adalah anak yang berumur dibawah dua tahun,
insiden paling tinggi terjadi pada umur 6-11 bulan karena pada masa
ini mulai diberikan makanan pendamping. kejadian diare akut pada
anak laki – laki hampir sama dengan anak perempuan ( Nursalam
2008 ).
b. Keluhan utama. Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB
<4 kali dan cair ( diare tanpa dehidrasi ), bab 4-10 kali dan cair (
dehidrasi ringan / sedang ), atau BAB, > 10 kali( dehidrasi berat ).
apabila diare berlangsung selama <14 hari maka diare tersebut adalah
diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih
adalah diare persisten ( Nursalam 2008 ).
c. Riwayat penyakit sekarang menurut Nursalam (2008) yaitu :
9

1) Mual-mual bayi / anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan


mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan
kemungkinan timbul diare
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan darah sekitarnya timbul lecet karena karena sering
defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak
6) Diuresis : terjadi oliguri ( kurang 1 ml/kg/BB/jam ) bila terjadi
dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. urine sedikit
gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. tidak ada urine dalam
waktu 6 jam ( dehidrasi berat )
d. Riwayat kesehatan sebelumnya menurut Nursalam (2008) meliputi :
1) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering
terjadi atau berakibat berat pada anak – anak dengan campak atau
yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai
akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat – obatan (antibiotik)
karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab
diare.
3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2
tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelum, selama atau setelah diare. informasi ini diperlukan untuk
melihat tanda atau gejala infeksi lain yang menyebabkan diare
seperti OMA, tonsilitis, faringitis, bronko pneumonia, dan
ensefalitis.
e. Riwayat nutrisi 9 Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare
meliputi :
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
10

2) Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak


dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak
bersih akan mudah menimbulkan penycemaran.
3) Perasaan haus. anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
( minum biasa ). pada dehidrasi berat, anak malas minum atau
tidak bisa minum.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a. Baik , sadar ( tanpa dehidrasi ).
b. Gelisah, rewel, ( dehidrasi sedang ).
c. Lesu, lunglai, atau tidak sadar ( dehidrasi berat ).
2) Berat badan. menurut anak yang diare dengan dehidrasi biasanya
mengalami penurunan berat badan sebagai berikut :

Tingkat % kehilangan berat badan


dehidrasi Bayi Anak besar

Dehidrasi 5% ( 50 ml/kg ) 3% ( 30ml/kg0 )


ringan
Dehidrasi 5-10% (50-100 ml/kg ) 6% ( 60 ml/kg )
sedang
Dehidrasi 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)
berat

Persentase penurunan berat badan tersebut dapat


diperkirakan saat anak dirawat di rumah sakit. sedangkan di
lapangan, untuk menentukan dehidrasi, cukup dengan
menggunakan penilaian keadaan anak sebagaimana yang telah
dibahas pada bagian konsep dasar diare.
3) Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, daoat dilakukan
pmeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut
menggunakan kedua ujung jari (bukan kedua kuku). apabila turgor
kembali dengan cepat (kurang dari 2 detik), berati diare tersebut
11

tanpa dehidrasi, Apabila turgor kembali dengan lambat (cubitan


kembali dalam waktu 2 detik), ini berati diare dengan dehidrasi
ringan / sedang, apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan
kembali lebih dari 2 detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi
berat.
4) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
ubun-ubunnya biasanya cekung.
5) Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal, apabila mengalami dehidrasi ringan / sedang, kelopak
matanya cekung ( cowong ). sedangkan apabila mengalami
dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung .
6) Mulut dan lidah
a) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
b) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan / sedang).
c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
7) Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, dan bising usus
yang meningkat.
8) Anus, apakah ada iritasi pada kulitnya.
9) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakan
diagnosis( kasual ) yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi
yang tepat pula pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak yang
mengalami diare yaitu :
a) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikrosopi
dengan kultur.
b) Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, cini test) ,
lemak dan kultur urine.
e. Diagnosa Keperawatan
Menurut Suriyadi dan Yuliani (2010) maslah yang sering terjadi pada
klien dengan diare antara lain sebagai berikut :
12

1) Kurangnya volume cairan berhubungan (Dehidrasi) dengan


seringnya buang air besar dan encer (Diare)
2) Resiko gangguan intrgrasi kulit berhubungan dengan seringnya
buang air besar
3) Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi
kuman diare atau kurangnya pengetahuan tentang pencegahan
penyebaran penyakit
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan
dan cairan
5) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak
6) Cemas dan takut pada anak/orang tua berhubungan dengan
hospitalisasi dan kondisi sakit
f. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan menurut Titik Lestari .(2016). Antara lain :
1. Meningkatkan hidrasi dan keseimbangan elektrolit
a) Kaji status hidrasi; ubun ubun, mata, turgor kulit, dan membran
mukosa
b) Kaji pengeluaran urine ; gravitasi urine atau berat jenis urine
( 1.005-1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine
12ml/kg per jam.
c) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
d) Monitor tanda tanda vital
e) Pemeriksaan laboratorium sesuai program ; elektrolit, Ht, PH,
dan serum albumin
f) Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit,
dan cairan parentral bila indikasi)
g) Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program.
h) Anak di istirahatkan
2. Mempertahankan keutuhan kulit
a) Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar
13

b) Gunakan kapas lembab dan sabun bayi atau pH normal untuk


membersihkan anus setiap buang air besar
c) Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
d) Ganti popok / kain apabila lembab atau basah
3. Mengurangi dan mencegah penyebaran infeksi
a) Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan
pengunjung
b) Segera bersihkan dan angkat bekas buang air besar dan
tempatkan pada tempat yang khusus
c) Gunakan standar pencegahan universal (seperti ; gunakan sarung
tangan dan lain lain)
d) Tempatkan pada ruangan yang husus
4. Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum
a) Timbang berat badan anak setiap hari
b) Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)
c) Setelah rehidrasi, berikan minum oral dengan sering dan
makanan yang sesuai dengan diit dan usia atau berat badan anak
d) Hindari minuman buah buahan
e) Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
f) Bagi bayi, ASI tetap diteruskan
g) Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah
laktosa
5. Meningkat kan pengetahuan orang tua
a) Kaji tingkat pemahaman orang tua
b) Ajarkan tentang prinsip diit tentang petingnya cuci tangan
untuk menghindari kontaminasi
c) Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
d) Jelaskan pentingnya kebersihan
6. Menurunkan rasa takut / cemas pada anak dan orang tua
a) Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa
takut dan cemas ; dengarkan keluhan orang tua dan bersikap
empati, dan sentuhan terpautik
14

b) Gubakan komunikasi terapeutik ; kontak mat, sikap tubuh dan


sentuhan
c) Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan
orang tua
d) Libatkan orang tua dalam perawatan anak
e) Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan

C. Konsep Dasar Diare


1. Definisi Diare
a. Menurut Nursalam (2008) diare adalah frekuensi buang air besar yang
lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer.
b. Definisi pengeluaran tinja yang tidak normal dan cairan. buang air
besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi
yang lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan diare bila sudah lebih
dari 3x buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah
lebih dari 4x buang air besar (Sugeng & Weni, 2010)
c. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi dan Yuiati 2010).
Dari beberapa pengertian diatas tentang diare, maka dapat
disimpulkan bahwa diare adalah suatu keadaan BAB yang abnormal
dengan konsistensi cair yang dapat terjadi lebih dari 4x dalam sehari.
2. Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare menurut Nursalam (2008) dibagi menjadi 3 antara lain
sebagai berikut :
a. Diare ringan
1) Satu jam pertama 25-50 ml \kgBB per oral (intragastrik)
2) Selanjutnya 125 ml\kgBB\hari ad libitum
b. Diare sedang
1) satu jam pertama 50-100 ml \kgBB per oral ( intragastik atau
sonde )
2) selanjutnya 125 ml\kgBB\hari ad libitum
15

c. Diare berat
1) anak usia 1bulan-2tahun dengan BB3-10kg : satu jam pertama 40
ml\kgBB\jam =10 tetes\kgBB\menit (set infus 1ml=20 tetes).
2) Anak usia <2-5 tahun dengan BB 10-15 kg : satu jam pertama 30
ml\kgBB\jam= 8 tetes \kgBB\menit (1ml =15 tetes) .
3) Anak usia < 5-10 tahun dengan BB 15-25kg : satu jam pertama 20
ml\kgBB \ jam = 5 tetes \ kgBB \ menit
4) Bayi baru lahir ( neonatus ) dengan BB 2-3 kg : kebutuhan cairan
125 ml +100 ml + 25 ml = 250 ml \kgBB 24 jam. jenis cairan 4:1,
yaitu 4 bagian glukosa 5% + bagian NAHCO3 1, 5% .
5) Bayi BBLR \BB <2 kg : Kebutuhan cairan 250 ml \ kgBB \ 24
jam , yaitu 4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1,5%.
3. Etiologi Diare
Menurut Nursalam (2008) penyebab utama terjadinya diare adalah
beberapa kuman usus penting, yaitu rotavirus, escherichia coli, shigella,
cryptosporidium, vibrio cholerae, dan salmonella.
Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya diare meliputi tidak memberikan asi secara penuh untuk 4-6
bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan
makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar dengan bakteri
tinja, dan tidak mencuci tangan sesudah BAB, sesudah membuang feses
atau sebelum menyentuh makanan.
Menurut Jitowiyono (2010) penyebab terjadinya diare disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (vibio,e coli salmonela
shigella, campyovirus,yersinia, aeromonas,dsb), infeksi pirus
(entrovirus, adenovirus rotavirus, asrtovirus, dll), infeksi parasit
(Ehystolytica, g.lamblia,t.hominis) dan jamur (c.albicans). infeksi
16

parentral ; merupakan infeksi diluar sistem pencernaan yang dapat


menimbulkan diare seperti : otitis media akut, tonsilitis
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya
b. Faktor malabsorbsi
Malabosorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa) monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa)
intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada
bayi dan anak. disamping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan
protein
c. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mekonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor pisikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

Etiologi diare menurut (Dewi, 2010) diuraikan sebagai berikut.


Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi,
malabsorbsi, makanan, dan psikologi.
a. Enteral, yaitu infesi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan
merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral
meliputi :
1. Infeksi bakteri : vibrio, E coli, salmonela, shigella
campylobacter, yersinia, aeromonas, dan sebagainya
2. Infeksi virus : enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie,
poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan
sebagainya;
3. Infeksi parasit : cacing (ascaris,trichiuris, oxyuris, dan
strongylodies) protoza (entamoeba histolytica, giardina
lamblia, dan trichomonas hominis), serta jamur (candida
albicans).
17

4. Patofisiologi Diare
Menurut Suriadi dan Yuliani (2010). Patofisiologi terjadinya diare antara
lain sebagai berikut :
a. Meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekstreasi cairan dan
elektrolit yang berlebihan.
b. Cairan, sodium, patasium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi
kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolik.
c. Diare yang terjadi merupakan proses dari :
d. Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke
dalam usus halus. sel dalam mukosa interstinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. mikroorgranisme yang
masuk akan merusak sel mukosa interstinal sehingga menurunkan area
permungkaan interstinal, perubahan kapasitas interstinal dan terjadi
gangguan absorbsi cairan dan elektrolit
e. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan bahan makanan .ini
terjadi pada sindrom malabsorbsi.
f. Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan
absorbsi interstinal (Suriadi dan Yuliani .2010.)
5. Patogenesis Diare
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah :
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh
tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan isis dari usus sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus
yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang
18

berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan –


peningktan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi
dari rongga usus sehingga timbul diare.
c. Gangguan mobilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi
usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul
diare. tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan
dari peristaltic usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri
yang berlebihan didalam rongga usus sehingga akan menyebabkan
diare juga.
Patogenesis menurut (Dewi, 2010) mekanisme dasar yang menyebabkan
terjadinya diare adalah
a. Gangguan osmotik
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan
isinya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang
akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang
berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan
isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari
rongga usus dan akhirnya timbul diare.
c. Gangguan motilitas usus.
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi
usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul
diare. Akan tetapi, apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu
penurunan dari peristaltik usus maka akan terjadi keadaan yang
sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka akan dapat
menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam rongga
usus sehingga akan menyebabkan diare(Dewi. 2010)
19

6. Manifestasi Klinis Diare


Menurut Jitowiyono (2010), manifestasi klinis yang terjadi pada anak
dengan diare meliputi cengeng, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan
menurun, tinja cair, lendir (+), darah ( terkadang ada ), warna tinja lama
kelamaan berwarna hijau karena tercampur dengan empedu, anus lecet, tinja
lama kelamaan menjadi asam ( karena banyaknya asam laktat yang keluar ).
Akhirnya nampak dehidrasi, berat badan turun, turgor kulit menurun, mata
dan ubun-ubun cekung, selaput lendir dan mulut juga kulit kering.
Bila dehidrasi berat maka volume darah akan berkurang dengan demikian
nadi akan cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah menurun,
kesadaran menurun, yang diakhiri dengan syok.

Sedangkan menurut (Titik Lestari, 2016) manifestasi klinis diare yaitu :


Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan),
tanda-tandanya : berak cair 1-2 kali sehari, muntah(-), haus(-), nafsu makan
tidak berkurang, masih ada keinginan untuk bermain.pada anak yang
mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang tanda-tandanya berak
cair4-9 kali sehari, kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu tubuh kadang
meningkat, haus, tidak ada nafsu makan, badan lesu, lemas. Sedangkan pada
anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat, tanda-tandanya: berak
cair terus-menerus, muntah terus-menerus, haus, mata cekung, bibir kering,
dan tidak ada nafsu makan, tidak ada keinginan untuk bermain, tidak BAK
selama 6 jam atau lebi, kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi.
7. Komplikasi Diare
Menurut Jitowiyono (2010) komplikasi yang mungkin terjadi antara lain
sebagai berikut :
a. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi:
1) Dehidrasi ringan apabila <5% BB
2) Dehidrasi sedang apabila <5% BB - 10% BB
3) Dehidrasi berat apabila < 10% - 15% BB
20

b. Hipokalemis dengan gejala yang muncul adalah meterismus, hipotoni,


otot, lemah, braddikardia, perubahan pada pemeriksaan EKG
Hipoglikimia.
c. Intoleransi laktosa skunder sebagai akibat defisiensi enzim lactose
karena krsh vili mukosa usus halus,
d. Kejang. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah,
biasanya penderita mengalami kelaparan
Sedangkan diare menurut (Dewi, 2010) diuraikan sebagai
berikut:
Infeksi
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotemik, isotonik atau hipertonik)
2) Renjatan hipovolemik.
3) Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hipotoni otot,
lemah,bradikardi, perubahan pada elektrokardigram)
4) Hipoglikemia.
5) Intoleransi laktosa skunder,sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6) Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7) Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
8. Pemeriksaan Diagnostik Diare
Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) pemeriksaan diagnostik pada kasus diare
antara lain sebagai berikut :
a. Riwayat alergi pada obat obatan atau makanan
b. Kultur tinja
c. Pemeriksaan elektrolit ,BUN, creatinine, dan glukosa
d. Pemeriksaan tinja ; PH, leukosit, glukosa, dan adanya darah
Sedangkan menurut (Lestari, 2016) pemeriksaan diagnostik diare di
uraikan sebagai berikut.
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik:
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
21

2) PH dan kadar gula dalam tinja


3) Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme
penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan
jumlah sel darah putih.
d. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau strup.
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
f. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitif, terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.
9. Penatalaksanaan Diare
Prinsip perawatan diare menurut Jitowiyono (2010) meliputi :
a. Pemberian cairan ( rehidrasi awal dan rumat )
b. Diatetik ( pemberian makanan )
c. Obat-obatan
Sedangkan menurut (Titik Lestari, 2016) penatalaksana diare yaitu :
a. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan)
Tindakan :
1) Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari
biasanya.
2) ASI (air susu ibu) diteruskan-makanan diberikan seperti biasanya
3) Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke puskesmas
terdekat.
b. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Tindakan :
1) Berikan oralit
2) ASI (air susu ibu) diteruskan
3) Teruskan pemberian makan
4) Sebaknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang
22

5) Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke puskesmas


terdekat.
c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat
Tindakan :
1) Segera bawa kerumah sakit / puskesmas dengan pasilitas perawat
2) Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum
d. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

Anda mungkin juga menyukai