Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Cairan

1. Definisi

Kusnanto (2016) menyatakan bahwa air merupakan zat makanan

terpenting bagi kehidupan, karena sebagian besar tubuh manusia terdiri

dari air. Diperkirakan 45-85% dari berat badan pada individu yang sehat

terdiri dari cairan. Volume cairan ini bervariasi tergantung dari beberapa

faktor yaitu jenis kelamin, usia, dan lemak tubuh. Cairan tubuh adalah

larutan encer yang mengandung larutan elektrolit dan nonelektrolit dan

terdiri dari kompartemen intrasel dan ekstrasel (Rambert, 2014).

2. Klasifikasi

Cairan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu cairan intrasel dan

ekstrasel. Cairan intrasel (intracellular fluid) adalah cairan yang

terdapat di dalam sel tubuh. Volume cairan intrasel dalam tubuh lebih

kurang 33% BB atau 60% dari jumlah air tubuh total. Sedangkan cairan

ekstrasel adalah cairan yang terdapat di luar sel tubuh (FK UI, 2017).

3. Gangguan keseimbangan cairan

Terdapat beberapa gangguan keseimbangan cairan diantaranya

adalah hipovolemi, dehidrasi, dan hipervolemi. Hipovolemi adalah

suatu keadaan berkurangnya volume (jumlah) air ekstrasel. Hal ini

5
6

menyebabkan volume dan tekanan darah akan berkurang. Dehidrasi

adalah berkurangnya volume cairan intrasel akibat perpindahan air

intrasel ke ekstrasel. Dehidrasi hampir sama dengan hipovolemi yang

membedakan adalah pada kadar natrium dan plasma. Pada dehidrasi

dijumpai hipernatremia sedangkan pada hipovolemi kadar natrium

plasma normal. Dehidrai dapat terjadi akibat keluarnya air melalui

keringat, penguapan dari kulit, saluran cerna, diabetes insipidus atau

diuresis osmotik. Hipervolemi adalah suatu keadaan dimana terjadi

akumulasi air dijaringan interstisium secara berlebihan akibat

penambahan volume yang melebihi kapasitas penyerapan pembuluh

limfe. Keadaan ini memberi gejala klinis pembengkakan (edema) (FK

UI, 2017).

B. Konsep Kekurangan Volume Cairan

1. Pengertian

Menurut NANDA (2015-2017) kekurangan volume cairan

merupakan penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau

intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa

perubahan kadar natrium. Kekurangan volume cairan terjadi akibat

hilangnya cairan tubuh dan lebih cepat terjadi jika disatukan dengan

penurunan masukan cairan (Brunner & Suddart, 2013).

2. Derajat dehidrasi

Menurut Mardalena, (2018) klasifikasi dehidrasi adalah sebagai

berikut:
7

a. Dehidrasi ringan

Pada dehidrasi ringan tubuh kehilangan cairan sebanyak 2-5 % dari

berat badan atau rata-rata 25ml/kgBB.

b. Dehidrasi sedang

Pada dehidrasi sedang tubuh kehilangan cairan sebanyak 5-8% dari

berat badan atau rata-rata 75ml/kgBB.

c. Dehidrasi berat

Pada dehidrasi berat tubuh kehilangan cairan sebanyak 8-10% dari

berat badan atau rata-rata 125ml/kgBB.

3. Etiologi

Brunner & Suddart (2013), menyatakan bahwa penyebab

kekurangan volume cairan termasuk kehilangan cairan yang tidak

normal, diantaranya adalah :

a. Muntah-muntah.

b. Diare.

c. Suksion gastrointestinal.

d. Berkeringat.

e. Mual.

f. Ketidakmampuan memperoleh cairan.

4. Manifestasi klinis

Kekurangan volume cairan dapat terjadi dengan cepat dan dapat

ringan, sedang bahkan tergantung pada tingkat kehilangan cairan.

Karakteristik penting dari kekurangan volume cairan termasuk

kehilangan cairan akut, penurunan turgor kulit, oliguria, urin yang


8

pekat, hipotensi postural, frekuensi jantung yang lemah, cepat, vena

leher yang rata, kenaikan suhu tubuh, kulit dingin, anoreksia, haus,

mual, lesu, kelemahan otot dan kram (Brunner & Suddart, 2013).

5. Penatalaksanan keperawatan

a. Mencegah kekurangan volume cairan

Untuk mencegah kekurangan volume cairan perawat harus

menyadari bahwa klien mempunyai resiko dan melakukan tindakan

untuk meminimalkan kehilangan cairan. Sebagai contoh, pada klien

diare cara-cara pencegahan diimplementasikan untuk

mengendalikan diare sementara melakukan penggantian cairan.

Cara-cara pencegahan ini yaitu memberikan anti diare dan volume

kecil cairan oral pada interval yang sering (Brunner & Suddart,

2013).

b. Memperbaiki kekurangan volume cairan

Jika memungkinkan cairan oral diberikan, untuk mengatasi

kekurangan volume cairan. Jika klien enggan minum, klien dapat

ditawari sedikit cairan pada interval sering (Brunner & Suddart,

2013).

c. Menghitung balance cairan

Rumus balance cairan adalah sebagai berikut :

Balance cairan = cairan masuk- cairan keluar + IWL

a. Jika suhu normal (36-37,5 derajat)

IWL = 15x BB x jam kerja

24 jam
9

b. Jika suhu diatas normal

IWL = [ (10 % x cairan masuk ) x kenaikan suhu ] + IWL

24 jam

Keterangan :

Cairan yang masuk meliputi :

 Intake oral (makanan dan minuman)

 Intake parental (makanan sonde / NGT)

 Infus

Cairan yang keluar meliputi :

 Urine

 Feses (Nisa, 2018)

C. Konsep Diare

1. Pengertian

Diare merupakan kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan

frekuensi defekasi (lebih dari 3 kali sehari), peningkatan jumlah feses

(lebih dari 200 g per hari), dan perubahan konsistensi (feses encer)

(Bunner & Suddart, 2014). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit

secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih

buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Dermawan &

Rahayuningsih, 2010).

2. Etiologi

Menurut Mardalena (2018) faktor prnyebab diare adalah sebagai

berikut:
10

a. Faktor infeksi

1) Infeksi virus : Rotravirus, Enterovirus, Adenovirus,

Norwalk.

2) Infeksi bakteri :Shigella, Salmonella, Escherichia colli,

Campylobacter, Yersinia Enterecolitca.

b. Faktor Non Infeksi

a. Faktor Malabsorpsi

Malabsorpsi bisa menjadi faktor non infeksi pada klien diare.

Malabsorpsi akan karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa,

maltose, dan sukrosa) atau non sakarida (intoleransi glukosa,

fruktosa, dan galaktosa).

b. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.

c. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas yang tidak tertangani.

3. Manifestasi klinis

Menurut Bunner & Suddart (2014), manifestasi klinis diare adalah

sebagai berikut:

a. Peningkatan frekuensi defekasi dan kandungan cairan dalam

feses.

b. Kram abdomen, distensi, bunyi gemuruh di usus (borborigmus),

anoreksia dan rasa haus.

c. Kontraksi anus yang spasmodic dan nyeri serta mengejan yang

tidak efektif setiap kali defekasi.


11

4. Patofisiologi

Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal

disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa,

memproduksi enteroksin dan atau memproduksi sitosin (Muttaqin &

Sari, 2013). Menurut Diskin (2008) dalam Muttaqin & Sari (2013)

mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai

berikut:

a. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan

makanan dan zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan

akan menyebabkan tekanan osmotik pada rongga usus meninggi

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga

mulut. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus

untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Respon inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan

intestinal akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi

memberikan respon peningkatan sekresi air dan elektrolit oleh

dinding usus ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul

karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang

selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.


12

Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya

mikroorganisme hidup ke dalam rongga usus setelah berhasil

melewati asam lambung.


13

5. Pathway

Berdasarkan Kusuma dan Nurarif (2015), dapat disusun

pathway diare sebagai berikut :

Infeksi Makanan Psikologi


n
Berkembang di usus Toksik tak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air & elektrolit


hiperperistaktik Malabsorpsi KH,
isi usus lemak protein
Penyerapan makanan di
Meningkatkan
usus menurun
tekanan osmotik

Pergeseran air dan elektrolit ke


usus

Diare

Frekuensi BAB meningkat Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan & Gangguan
elektrolit berlebihan integritas kulit Nafsu makan
menurun

Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik Ketidakseimban


cairan & elektrolit gan nutrisi
Sesak kurang dari
Dehidrasi kebutuhan tubuh
Gangguan pertukaran gas

Kekurangan Resiko syok hipovolemi


volume cairan
14

6. Komplikasi

Menurut Hermawan & Rahayuningsuh (2010) komplikasi yang

dapat terjadi pada diare :

a. Dehidrasi

b. Syok hipovolemik

c. Hipokalemi

d. Hipoglikemi

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan diantaranya adalah :

a. Pemeriksaan tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus bila

diduga terdapat intoleransi gula.

3) Bila diperlukan, pemeriksaan dan uji resistensi.

b. Pemeriksaan Darah

1) pH darah dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan

Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam

basa.

2) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

c. Intubasi duodenum (Doudenal Intubation)

Untuk mengetahui jasad renik atau parasite secara kualitatif dan

kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik

(Mardalena, 2018).
15

8. Penatalaksanaan

Bunner & Suddart (2014), menyatakan bahwa penatalaksanaan

pada diare adalah sebagai berikut :

a. Penatalaksanaan medis

1) Mengontrol gejala, mencegah komplikasi, dan

menyingkirkan atau mengatasi penyebab.

2) Medikasi tertentu (misal antibiotik, anti inflamasi) dan anti

diare (loperamid, difenoksilat) dapat mengurangi tingkat

keparahan diare.

3) Menambah cairan oral: larutan elektrolit dan glukosa

diprogramkan.

4) Antimikroba diprogramkan ketika agen infeksius telah

teridentifikasi atau diare tergolong berat.

5) Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada klien

yang sangat muda atau klien lansia.

b. Pentalaksanaan keperawatan

1) Dapatkan riwayat kesehatan lengkap untuk mengidentifikasi

karakter dan pola diare, tanda gejala yang muncul, terapi

medikasi saat ini, asupan dan pola diet harian, riwayat

pembedahan dan medis terkait, serta baru-baru ini terpapar

penyekit akut.

2) Lakukan pengkajian fisik lengkap, beri perhatian khusus

pada auskultasi (bising usus), palpasi adanya nyeri tekan


16

pada abdomen, inspeksi feses (ambil sampel untuk

pemeriksaan).

3) Inspeksi membran mukosa dan kulit untuk mengetahui status

hidrasi.

4) Anjurkan klien untuk beristirahat dan minum cairan.

5) Anjurkan diet lembut (semi padat ke padat) apabila klien

menolak makan.

6) Anjurkan klien untuk membatasi asupan kafein dan

minuman bersoda, dan tidak mengonsumsi makanan yang

sangat panas, atau sangat dingin karena dapat meningkatkan

motilitas usus.

7) Sarankan klien untuk membatasi asupan produk susu, dan

lemak.

8) Berikan obat anti diare sesuai resep.

c. Pemberian Madu hangat

Gebremariam (2014) dalam Wulandari (2017), menyatakan

bahwa madu adalah cairan alami yang umumnya mempunyai

rasa manis yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga

tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra

floral nektar) atau ekskresi serangga. Madu dapat menjadi

alternatif untuk mengatasi diare. Menurut Kajiwara dalam

(Purnamawati, dkk, 2014) menyatakan bahwa madu murni

memiliki aktivitas bakterisidial yang dapat melawan beberapa

organisme entheropatogenic, termasuk diantaranya spesies dari


17

salmonella, shigella dan E.Colli. Dan menurut hasil penelitian

yang dilakukan oleh Cholid, dkk (2011) bahwa diare dapat

menurunkan frekuensi diare.

D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut NANDA 2015-2017, pengkajian terdiri dari pengumpulan

informasi subjektif dan objektif dan peninjauan informasi riwayat klien

pada rekam medik. Pengkajian menurut Suratun dan Lusianah (2010)

dalam Nisa (2018) terdiri dari :

a. Identitas klien

Identitas klien,meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur,

asal, suku bangsa, dan pekerjaan.

b. Keluhan utama

Klien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik

tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya

berlangsung kurang dari 15 hari (Setiati, 2014). Buang air besar

lebih dari 3 kali sehari. Jika BAB < 4 kali sehari dan cair maka

disebut diare tanpa dehidrasi, jika BAB 4-10 kali dan cair disebut

dehidrasi ringan atau sedang. Jika BAB > 4-10 kali disebut dehidrasi

berat.

c. Riwayat penyakit sekarang

Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan

elektrolit terjadi gejala dehidrasi dan berat badan menurun

(Mardalena, 2018).
18

d. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan masa lalu

atau yang pernah dialami sebelumnya, dan riwayat alergi terhadap

makanan atau obat-obatan.

e. Riwayat nutrisi

Pola nutrisi diawali dengan mual, muntah, anoreksia, dan

menyebabkan penurunan berat badan (Mardalena, 2018).

f. Pola eliminasi

BAB (frekuensi, banyak, warna, dan bau) atau tanpa lendir,

darah dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman

penyebab dan cara penanganan.

g. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya

distensi abdomen, yang akan menimbulkan rasa tidaknyaman

(Mardalena, 2018).

h. Pola aktivitas

Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah,

dan adanya nyeri akibat distensi abdomen (Mardalena, 2018).

i. Pemeriksaan fisik

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik

sangat berguna dalam menentukan beratnya diare dari pada

menentukan penyebab diare status volume dinilai dengan

memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi,


19

temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang

seksama merupakan hal yang penting dan kualitas bising usus dan

adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan

merupakan tanda bagi penentuan etiologi (Setiati, 2014).

Pemeriksaan fisik diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Keadaan umum

- Baik, sadar (tanpa dehidrasi)

- Gelisah, (dehidrasi ringan, sedang)

- Lesu, lunglai, atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi

berat)

2) Berat badan klien dengan dehidrasi biasanya mengalami

penurunan berat badan, adapun kriterianya sebagai berikut:

- Dehidrasi ringan terjadi jika mengalami penurunan berat

badan sebesar 5%

- Dehidrasi sedang terjadi bila mengalami penurunan berat

badan 5-10%

- Dehidrasi berat terjadi bila penurunan berat badan 10-15%

3) Kulit

Pemeriksaan pada kulit bisa dilakukan dengan pemeriksaan

turgor yaitu dengan mencubit daerah perut menggunakan kedua

ujung jari.

4) Mulut atau lidah

Bila keadaan mulut dan lidah basah terjadi diare tanpa dehidrasi,

jika mulut dan lidah kering mengalami dehidrasi ringan sampai


20

sedang, dan jika mulut lidah sangat kering maka terjadi dehidrasi

berat.

5) Abdomen

Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri, dan

bising usus yang meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan NANDA 2015-2017, diagnosa keperawatan yang

mucul pada diare akut adalah kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan aktif, kekurangan volume cairan yaitu

penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraselular. Ini

mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar

natrium.

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan menurut NANDA 2015-2017, yaitu ;

Diagnosa : kekurangan volume cairan (00027)

NOC : Keseimbangan cairan (0601)

Tabel 2.1
skala dan indikator keseimbangan cairan

Kriteria hasil Awal Normal


Keseimbangan intake - 4
dan output dalam 24
jam
Turgor kulit - 4
Kelembaban - 4
membrane mukosa
Kehausan - 4

Keterangan :
1 = sangat terganggu
2= banyak terganggu
3 = cukup terganggu
4 = sedikit terganggu
5 = tidak terganggu
21

NOC : Hidrasi (0602)


Tabel 2.2
indikator dan skala hidrasi

Kriteria hasil Awal Normal


Turgor kulit - 4
Membrane mukosa - 4
lembab
Intake cairan - 4
Output cairan - 4
Diare - 4

Keterangan :
1 = sangat terganggu
2= banyak terganggu
3 = cukup terganggu
4 = sedikit terganggu
5 = tidak terganggu

NIC = Manajemen Cairan (4120)

a) Timbang berat badan setiap hari.

b) Jaga intake/ asupan yang akurat dan catat output.

c) Monitor status hidrasi (misalnya, membrane mukosa lembab,

denyut nadi adekuat dan tekanan darah ortostatik).

d) Monitor tanda-tanda vital pasien.

e) Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori

harian.

f) Berikan terapi IV, sesuai degan yang ditentukan.

g) Berikan cairan, dengn tapat.

h) Tawari makanan ringan.

4. Implementasi Keperawatan

Menurut mardalena (2018), implementasi keperawatan pada klien

dengan kekurangan volume cairan adalah sebagai berikut :

a. Mengobservasi tanda-tanda vital.


22

b. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.

c. Mengukur input dan output cairan (balance cairan).

d. Mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian terapi cairan

pemeriksaan lab elektrolit.

e. Berkolaborasi dengan tim gizi

5. Evaluasi

Menurut Mardalena (2018), evaluasi keperawatan pada klien dengan

kekurangan volume cairan adalah sebagai berikut :

a. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.

b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai